4 Wacana Persuasi
Kata persuasi berasal dari bahasa Inggris persuasion yang diturunkan dari kata to persuade dan berarti membujuk atau meyakinkan. Wacana persuasi adalah wacana
yang bertujuan memengaruhi mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai dengan apa yang diharapkan penuturnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana persuasi
kadang menggunakan alasan-alasan yang tidak rasional contoh paling konkret jenis wacana persuasi yang paling sering dijumpai adalah wacana dalam kampanye dan
iklan Rani, 2004; dalam Rusminto dan Sumarti, 2006: 20.
5 Wacana Narasi
Narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi Keraf,
2003: 136. Wacana naratif biasanya dihubungkan dengan cerita. Biasanya wacana ini dimulai dari alinea pembuka, isi, dan diakhiri dengan alinea penutup Junaiyah
dan Arifin, 2010: 78. Wacana narasi merupakan salah satu jenis wacana yang berisi cerita. Dalam wacana narasi terdapat unsur-unsur cerita yang penting, yaitu unsur
waktu, pelaku dan peristiwa. Wacana narasi, pada umumnya, digunakan ditujukan untuk menggerakkan aspek emosi. Dengan narasi, penerima dapat membentuk citra
atau imajinasi. Aspek intelektual tidak banyak digunakan dalam memahami wacana narasi Rani. dkk. 2004; dalam Rusminto dan Sumarti, 2006: 21.
3. Unsur Pendukung Wacana
Sebagai satuan gramatikal tertinggi dalam hierakhi gramatikal, wacana mencakup unsur-unsur satuan bahasa di bawahnya. Wacana dibentuk oleh paragraf-paragraf,
sedangkan paragraf dibentuk oleh kalimat-kalimat Darma, 2009: 1. Satuan wacana terdiri dari unsur-unsur yang berupa kalimat; satuan kalimat terdiri dari unsur atau
unsur-unsur yang berupa klausa; klausa terdiri dari unsur-unsur yang berupa frase; dan frase terdiri dari unsur-unsur yang berupa kata Ramlan, 1987: 22. Unsur-unsur
bahasa itulah yang saling mendukung membentuk sebuah wacana.
1 Kata
Kata adalah satuan terkecil dari ujaran yang bisa berdiri sendiri Alwasilah, 1990: 110. Jika dilihat di dalam struktur yang lebih besar di dalam kalimat, misalnya,
kata merupakan bagian dari kalimat karena sebuah kalimat bisa terdiri atas beberapa kata yang membentuk satu pengertian yang utuh dan selesai Junaiyah dan Arifin,
2010: 5. Dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar satuan terkecilnya adalah
morfem; dalam tataran sintaksis kata adalah satuan terkecil, yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase. Kata
sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, yaitu dalam hubungannya dengan unsur- unsur pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat
Chaer, 1994: 219. Kata adalah kesatuan unsur bahasa yang dapat berdiri sendiri dan bersifat terbuka
dapat mengalami afiksasi dalam proses morfemis Djajasudarma, 1993: 33. Dalam ilmu bahasa, kata dikelompokkan berdasarkan bentuk serta perilakunya. Kata yang
mempunyai bentuk serta perilaku yang sama, atau mirip, dimasukkan ke dalam satu kelompok. Di sisi lain, kata yang bentuk dan perilakunya sama atau mirip dengan
sesamanya, tetapi berbeda dengan kelompok yang pertama, dimasukkan ke dalam kelompok yang lain. Dengan kata lain, kata dapat dibedakan berdasarkan kategori
sintaksisnya. Kategori sintaksis sering pula disebut kategori atau kelas kata Alwi.
et. al. 1998; dalam Putrayasa, 2007: 71. Kategori sintaksis adalah apa yang sering disebut ‘kelas kata’, seperti nomina, verba, adjektiva, adverbia, adposisi artinya,
preposisi atau posposisi Verhaar, 1996; dalam Putrayasa, 2007: 71.
2 Frase
Frase adalah kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang Verhaar, 1999: 291. Frase adalah satuan gramatikal yang terdiri atas
dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa Ramlan, 1996: 151; dalam Putrayasa, 2007: 2. Kelompok kata yang menduduki sesuatu fungsi di
dalam kalimat disebut frase, walaupun tidak semua frase terdiri atas kelompok kata Putrayasa, 2007: 3.
3 Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal berupa gabungan kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subyek dan predikat. Dapat pula dikatakan, bahwa klausa adalah kalimat atau
kalimat-kalimat yang menjadi bagian dari kalimat majemuk Kridalaksana, 1985; Ramlan, 1996: 89; dalam Putrayasa, 2007: 2. Klausa sering pula di pakai ke kalimat
tunggal biasa. Hanya saja dalam hal itu kita melepaskan diri dari berbagai intonasi yang mungkin dapat dipakai pada klausa tersebut Cahyono, 1995: 179.
4 Kalimat
Kalimat adalah ucapan bahasa yang memiliki arti penuh dan bebas, yang seluruhnya oleh intonasi kalimat lisan Junaiyah dan Arifin, 2010: 7. Kalimat adalah satuan
lingual yang mengungkapkan pikiran cipta, rasa, dan karsa yang utuh Wedhawati, 2001: 426. Kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks yang mengungkapkan
pikiran yang utuh secara kebahasaan Cahyono, 1995: 178.
Sebagai bagian terkecil ujaran atau teks wacana, kalimat berstatus sebagai satuan dasar wacana yang bersangkutan Moeliono.dkk.1997:254. Meskipun bisa berdiri
sendiri, setiap kalimat itu tidak lepas begitu saja karena diantara kalimat-kalimat itu memang ada pertalian makna. Sebagai kalimat, semua kalimat itu memang berdiri
sendiri, tetapi dalam wacana, makna kalimat-kalimat itu harus saling berkait. Begitu eratnya kaitan itu, sampai-sampai setiap kalimat di dalam sebuah wacana terasa ikut
menentukan hadirnya kalimat lain Junaiyah dan Arifin, 2010: 7-8.
5 Paragraf
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan satu gagasan utama satu topik Junaiyah dan Arifin, 2010: 9. Sebuah paragraf juga memiliki kalimat utama
dan kalimat-kalimat penjelas serta mata rantai yang menghubungkan kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelasnya. Oleh sebab itu, paragraf biasanya diartikan sebagai
kumpulan beberapa kalimat yang saling berkaitan Hayon, 2007: 32. Sebuah paragraf yang biasa baik, selalu menunjukkan satu kesatuan atau kepaduan
Hayon, 2007: 35. Satu paragraf dapat terdiri atas satu kalimat, dua buah kalimat, atau bahkan lebih dari itu. Walaupun sebuah paragraf terdiri atas sejumlah kalimat,
seharusnya tidak ada satu pun kalimat yang membicarakan hal lain di luar gagasan utama Junaiyah dan Arifin, 2010: 9.
4. Sarana Keutuhan wacana