mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa; dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium apa; bagaimana
perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap masing-masing pihak. Guy Cook menyebut ada tiga
hak yang sentral dalam pengertian wacana : teks, konteks, dan wacana. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata
yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan
sebagainya. Konteks memasukan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti
partisipan dalam bahasa, situasi dimana teks tersebut diproduksi fungsi yang dimaksudkan dan sebagainya. Wacana di sini,
kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks bersama-sama.
3. Historis
Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat
dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan
menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu.
4. Kekuasaan
Analisis wacana kritis wacana juga mempertimbangkan elemen kekuasaan power dalam analisisnya. Disini, setiap wacana yang
muncul, dalam bentuk teks, percakapan, atau apapun, tidak
dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan
adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat.
5. Ideologi
Ideologi juga konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Hal ini karena teks, percakapan dan lainnya adalah
bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu.
2.10 KERANGKA PEMIKIRAN
2.10.1 Teori Kelas
Salah satu pemikiran Marx yang memiliki pengaruh sangat luas adalah teori kelas. Dilandasi oleh pemikiran das
arnya “materialisme-dialektika historis”, Marx memandang perjalanan sejarah umat manusia sejak dulu
hingga sekarang adalah sejarah perjuangan kelas. Pernyataannya yang terkenal dalam manifesto komunis, “The history of all hitherto existing society
is the history of class struggles. ”
Teori kelas ini sendiri berdasarkan pemikiran bahwa : “sejarah dari
segala bentuk masyarakat dari dahulu hingga sekarang adalah sejarah pertikaian antar golongan
“. Analisanya Marx selalu mengemukakan tentang bagaimana hubungan antar manusia terjadi dilihat dari hubungan antara posisi
masing – masing terhadap sarana – sarana produksi, yaitu dilihat dari usaha
yang berbeda dalam mendapatkan sumber – sumber daya yang langka. Ia
mencatat bahwa perbedaan atas sarana tidak selalu menjadi sebab dari pertikaian antar golongan.
5
A. Historis
Marx membangun teori historis materialisme sebagai syarat mutlak dialektika materialis. Marx menilai bahwa pada dasarnya
manusia itu bebas, namun hegemoni ekonomi yang besar merubah dan
menentukan karakter manusia. Marx menyatakan:
Model produksi dalam kehidupan material menentukan karakter umum proses sosial, politik dan spiritual dari kehidupan. Adalah
bukan kesadaran manusia yang menentukan eksistensinya, tetapi sebaliknya, eksistensi sosialnya yang menetapkan kesadaran mereka.
Marx menganggap bahwa ketika perkembangan ini berlangsung, di sana terdapat titik ketika kekuatan-kekuatan material produksi
memasuki arena konflik dengan hubungan-hubungan produksi yang ada, yang berakibat pada bahwa apa yang ada yang menjadi ikatan dan
belenggu bagi manusia. Nilai kerja merupakan suatu keadaan alamiah antara manusia dan alam. Marx mengatakan tentang ’ nilai kerja
’dalam bukunya Capital I bahwa konsep nilai tidak saja sepenuhnya, tidak dilenyapkan tetapi sesungguhnya diubah menjadi sebaliknya. Ia
merupakan sebuah pernyataan yang sama imajinernya seperti nilai bumi. Ungkapan-ungkapan ini lahir dari hubungan-hubungan produksi
5
http:pusat-akademik.blogspot.com200809kelas-sosial.html diakses pada tanggal 23 maret 2014 pukul 10.47 WIB
itu sendiri. Mereka adalah kategori-kategori bagi bentuk-bentuk penampilan dari hubungan-hubungan esensial. Bahwa dalam
penampilannya segala sesuatu sering menyatakan diri mereka dalam hubungan terbalik sudah diketahui betul dalam setiap ilmu
pengetahuan, kecuali ekonomi politik. Di dalam masyarakat borjuis, karenanya masa lampau menguasai
masa kini; di dalam masyarakat Komunis, masa kini menguasai masa lampau. Di dalam masyarakat borjuis, kapital adalah bebas merdeka
dan mempunyai kepribadian, sedang manusia yang bekerja tidak bebas dan tidak mempunyai kepribadian dan penghapusan keadaan begini ini
dikatakan oleh kaum borjuis, penghapusan kepribadian dan kemerdekaan dan memang begitu. Penghapusan kepribadian borjuis
penghapusan kebebasan borjuis dan kemerdekaan borjuis itulah yang memang dituju.
Dengan kemerdekaan diartikan, di bawah syarat-syarat produksi borjuis sekarang ini perdagangan bebas penjualan dan pembelian
bebas. Tetapi jika penjualan dan pembelian itu lenyap maka pembelian
bebas itupun lenyap juga. B.
Praksis
Marx merujuk pada karakteristik konstitutif dan anggapan –
anggapan dasar tentang cara manusia berada atau cara manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam bahasa yang lebih lugas, cara
manusia mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup merupakan
kegiatan sosial dan menyiratkan hubungan sosial. Cara pemenuhan kebutuhan didasarkan pada pola hubungan dimana sekelompok orang
berdiri secara objektif dihadapan seluruh masyarakat. Marx menegaskan, masyarakat bukan sekedar kumpulan individu, tetapi
sebuah system hubungan.
C. Ideologi
Persyaratan awal untuk memahami ideology dalam kerangka marxisme adalah memahami bahwa ideology bukan slogan kasar yang
akan digunakan untuk mendiskreditkan lawan, atau istilah umum yang menggambarkan
keyakinan-keyakinan terorganisir.
Pengertian ideology marx menekankan realitas materi sebagai titik tolak dari ilmu
pengetahuan, tapi realitas materi itu juga dipahami sebagai sejarah yang dibuat oleh manusia sehingga mudah diubah dengan aktivitas
manusia itu sendiri.
2.10.2 Alur Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan untuk meneliti teks pada iklan layanan masyarakat penyesuaian harga BBM tahun 2013. Penelitan ini akan dilakukan dengan
merujuk pada teori wacana yang dikemukakan oleh Norman Fairclough. Metode yang digunakan yaitu analisis wacana kritis AWK atau Critical Discourse Analysis
CDA.
Dalam analisis wacana kritis Critical Discourse AnalysisCDA, wacana di sini tidak dipahami semata sebagai studi bahasa. Pada akhirnya, analisis wacana memang
menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis di sini agak berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional.
Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa itu
dipakai untuk tujuan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan Eriyanto, 2001: 7.
Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis melihat wacana pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan-sebagai bentuk dari praktik sosial.
Menggambarkan wacana sebagai praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara struktur sosial yang membentuknya. Praktik wacana bisa jadi
menampilkan efek ideologi, ia dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial, laki-laki dan wanita, kelompok
mayoritas dan minoritas melalui mana perbedaan itu direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan. Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting,
yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat terjadi. Mengutip Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis
menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing Eriyanto, 2001: 7-8.
Bahan Bakar Minyak BBM merupakan kebutuhan strategis bagi masyarakat di Desa maupun Kota baik kebutuhan rumah tangga maupun pengusaha, demikian juga
BBM sangat penting bagi sektor industri maupun transportasi. Mengingat pentingnya
peran BBM dalam kehidupan masyarakat maka pemerintah melakukan campur tangan dalam penentuan harga dan sekaligus menjamin ketersediaannya di pasar
domestik. Pada iklan layanan masyarakat yang dibuat oleh Kementrian Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia mengenai penyesuaian harga bahan bakar minyak tahun 2013. Menilai bahwa anggaran subsidi bahan bakar minyak yang dilakukan
oleh pemerintah tidak tepat dan salah sasaran, Yang berakibat masyarakat miskin menjadi sengsara. Seharusnya pemerintah mampu memberikan kebijakan, agar
masyarakat tidak semakin tepuruk dalam krisis global ini. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk mengambil ini sebagai penelitian pada
segi bahasa yang dipakai dalam iklan layanan masyarakat mengenai penyesuaian harga bahan bakar minyak tahun 2013. Dalam hal ini peneliti mencoba menganalisis
dengan metode analisis wacana kritis Norman Fairclough. Proses bagaimana wacana dibentuk untuk kemudian dijadikan sebagai alat
Kekuasaan berlangsung dalam suatu proses yang kompleks. Kelompok yang mendominasi dalam hal ini bisa dikonotasikan sebagai penguasa negara atau
pemerintah, secara tidak langsung melakukan proses penanaman ideologi terhadap sub ordinatnya dalam hal ini adalah masyarakat.
Dalam hal ini peneliti mencoba melakukan penelitian ini dengan metode Norman Fairclough, Fairclough membagi analisis wacana dalam tiga dimensi: teks,
discourse practice, dan sosiocultural practice. Dari paparan di atas, dapat dibuat bagan pemikiran guna mempermudah
pemahaman kerangka pemikiran dalam penelitian ini, sebagai berikut:
Gambar 2.1 Bagan Alur Pemikiran
Iklan Layanan Masyarakat Penyesuaian Harga BBM
Tahun 2013
Sosiocultural Practice Situasional,Institusiona
l,Sosial Struktur Teks
Teori Kelas
CDA Norman Fairclough
Discourse Practice Produksi dan
Konsumsi Teks
Representasi Kelas Sosial Dalam Iklan Layanan Masyarakat Penyesuaian Harga BBM Kementerian
Komunikasi dan Informatika Tahun 2013
51
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Menurut Suharsimi Arkunto 2000:29, Objek penelitian adalah variable penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian.
Sedangkan benda, hal, atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan disebut objek Suharsimi Arkunto, 2000:116.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana analisis wacana kritis Norman Fairclough dalam iklan layanan masyarakat mengenai penyesuaian harga
bahan bakar minyak tahun 2013. Peneliti mengambil enam scene beserta teks iklan yang ada pada iklan layanan
masyarakat penyesuaian harga bahan bakar minyak tahun 2013 sebagai objek penelitian ini yang dapat peneliti jelaskan pada tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.1 Scene Teks Iklan
Time Line Scene Iklan
Scene Satu
pada durasi 00.01-00.03
“Neraca Perdagangan Tekor”
Scene Dua
pada durasi
00.04-00.06
“Anggaran Negara Defisit”
Scene Tiga
pada durasi
00.07-00.10
“Subsidi BBM mengalir ke pemilik mobil-mobil ini” Scene
Empat pada
durasi 00.11-
00.15 “
”Bisa lebih dari 251,9 Triliun” Scene
Lima pada
durasi 00.16-00.24
“Tahun ini saja, itu cukup untuk membangun 16 MRT atau 50.000 KM jalan”
Scene Enam
pada durasi
00.25- 00.36
“
“Subsidi BBM tidak adil dan salah sasaran, harus kita kurangi. Ada kompensasi untuk si miskin,dari tambahan raskin hingga bantuan
siswa miskin dan bantuan tunai sementara. Mari kita selamatkan uang rakyat”
Sumber : Data Peneliti, 2014
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan alat bedah yang dipergunakan dalam penelitian sebagai cara untuk memperoleh jawaban dari permasalahan penelitian. Pemilihan
metode yang digunakan haruslah dapat mencerminkan relevansi paradigma teori hingga kepada metode yang digunakan dalam penelitian agar berjalan beriringan,
yang kesemuanya itu harus sesuai pula dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana kritis dari paradigma kritis dengan pendekatan kualitatif. Sebagai bagian dari metode penelitian sosial dengan
pendekatan kualitatif, analisis wacana kritis ini termasuk dalam paradigma kritis, merupakan paradigmaa alternatif dari paradigma klasik. Dengan demikian proses
penelitiannya tidak hanya mencari makna yang terdapat pada sebuah naskah, melainkan seringkali menggali apa yang terdapat di balik naskah menurut paradigma
penelitian yang digunakan. Sedangkan dalam studi analisis wacana discourse analysis, pengungkapan
maksud tersembunyi yang terdapat di dalam suatu teks, itu dapat dikategorikan sedalam analisis wacana kritis. Pemahaman dasar analisis wacana kritis adalah
wacana tidak dipahami semata-mata sebagai obyek studi bahasa saja. Bahasa dalam analisis wacana kritis selain pada teks juga pada konteks, yaitu bahasa dapat
difungsikan sebagai alat dam praktik mencapai tujuan, termasuk pula pada praktik ideologi.
Seperti yang diungkapkan pula oleh Eriyanto mengenai posisi bahasa dalam pandangan wacana kritis sebagai berikut
, “Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema
wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya .” Eriyanto, 2001:6
3.2.1 Desain Penelitian
Paradigma kritis critical paradigm adalah semua teori sosial yang mempunyai maksud dan implikasi praktis dan berpengaruh terhadap perubahan
sosial. Paradigma ini tidak sekedar melakukan kritik terhadap ketidakadilan
sistem yang dominan yaitu sistem sosial kapitalisme, melainkan suatu paradigma untuk mengubah sistem dan struktur tersebut menjadi lebih adil. Meskipun
terdapat beberapa variasi teori sosial kritis seperti feminisme, cultural studies, posmodernisme aliran ini tidak mau dikategorikan pada golongan kritis, tetapi
kesemuanya aliran tersebut memiliki tiga asumsi dasar yang sama. Pertama, semuanya menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu sosial
interpretif. Ilmuan kritis harus memahami pengalaman manusia dalam konteksnya. Secara khusus paradigma kritis bertujuan untuk menginterpretasikan
dan karenanya memahami bagaimana berbagai kelompok sosial dikekang dan ditindas.
Kedua, paradigma ini mengkaji kondisi-kondisi sosial dalam usaha untuk mengungkap struktur-struktur yang sering kali tersembunyi. Kebanyakan teori-
teori kritis mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kekuatan untuk memahami bagaimana seseorang ditindas sehingga orang dapat mengambil tindakan untuk
mengubah kekuatan penindas. Ketiga, paradigma kritis secara sadar berupaya untuk menggabungkan
teori dan tindakan praksis. “Praksis” adalah konsep sentral dalam tradisi filsafat
kritis ini. Menurut Habermas dalam Hardiman, 1993: xix praksis bukanlah tingkah-laku buta atas naluri belaka, melainkan tindakan dasar manusia sebagai
makhluk sosial. Asumsi dasar yang ketiga ini bertolak dari persoalan bagaimana
pengetahuan tentang masyarakat dan sejarah bukan hanya sekedar teori, melainkan mendorong praksis menuju pada perubahan sosial yang humanis dan
mencerdaskan. Asumsi yang ketiga ini diperkuat oleh Jurgen Habermas 1983 dengan memunculkan teori tindakan komunikatif The Theory of Communication
Action.
1
3.2.1.1 Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough
Fairclough berusaha menghubungkan antara analisis teks pada level mikro dengan konteks social yang lebih besar. Dalam hal ini sociocultural
practice. Pada tahap analisis, ketiga tahapan itu dilakukan secara bersama-sama. Analisis teks bertujuan mengungkap makna dan itu bisa dilakukan di antaranya
dengan menganalisis bahasa secara kritis. Discourse practice mengantarai teks dengan konteks social budaya sociocultural practice. Artinya hubungan antara
social budaya dengan teks bersifat tidak langsung dan disambungkan discourse practice. Ketiga dimensi ini dapat digambarkan sebagai berikut :
TINGKATAN METODE
Teks Critical Linguistics
Discourse Practice Wawancara Mendalam
Sociocultural Practice Studi Pustaka, Penelusuran Sejarah
Sumber : Eriyanto, 2001
1
http:cibengnews.blogspot.com201211paradigma-kritis-dan-marxisme.html Diakses pada tanggal 23 maret 2014 pukul 13.34 WIB
Fairclough membagi analisis wacana dalam tiga dimensi: teks, discourse practice, dan sosiocultural practice. Dalam model Fairclough, teks di sini
dianalisis secara linguistik, dengan melihat kosakata, semantik, dan tata kalimat. Ia juga memasukkan koherensi dan kohesivitas, bagaimana antarkata atau
kalimat tersebut digabung sehingga membentuk pengertian. Semua elemen yang dianalisis tersebut dipakai untuk melihat tiga masalah berikut.
Pertama, ideasional yang merujuk pada representasi tertentu yang ingin
ditampilkan dalam teks, yang umumnya membawa muatan ideologis tertentu. Analisis ini pada dasarnya ingin melihat bagaimana sesuatu ditampilkan dalam
teks yang bisa jadi membawa muatan ideologis tertentu.
Kedua, relasi, merujuk pada analisis bagaimana konstruksi hubungan di
antara pembuat wacana pembuat iklan dengan petuturnya, seperti apakah teks disampaikan secara informal atau formal, terbuka atau tertutup.
Ketiga,
identitas merujuk pada konstruksi tertentu dari identitas pembuat wacana dan pembaca, serta bagaimana personal dan identitas ini hendak
ditampilkan Eriyanto, 2001:286-287. Analisis, discourse practice memusatkan perhatian pada bagaimana
produksi dan konsumsi teks. Teks dibentuk lewat suatu praktik diskursus, yang akan menentukan bagaimana teks tersebut diproduksi. Proses konsumsi teks bisa
jadi juga dihasilkan dalam konteks yang berbeda pula Eriyanto, 2001:287
Sedangkan sosiocultural practice adalah dimensi yang berhubungan dengan konteks di luar teks. Konteks di sini memasukkan banyak hal, seperti
konteks situasi, lebih luas adalah konteks dari praktik institusi dari perguruan tinggi itu sendiri dalam hubungannya dengan masyarakat atau budaya dan politik
tertentu Eriyanto, 2004: 288. A.
Teks Fairclough melihat teks dalam berbagai tingkatan, Sebuah Teks bukan
hanya menampilkan bagaimana suatu objek di gambarkan tetapi juga bagaimana hubungan antar objek didefinisikan.
B. Discourse Practice Analisis discourse practice memusatkan perhatian pada bagaimana
produksi dan konsumsi teks. Teks di bentuk lewat suatu praktik diskursus, yang akan menetukan bagaimana teks tersebut di produksi.
Misalnya Wacana. Suatu praktik diskursus yang melibatkan aktifitas yang berlangsung dalam wacana. Dalam pandangan Fairclough ada
dua sisi dari praktik diskursus tersebut. Yakni produksi teks di pihak media dan konsumsi teks di pihak khalayak Eriyanto, 2001: 316-
317
C. Sociolcultural practice Analisis sociocultural practice didasarkan pada asumsi bahwa konteks
sosial yang ada di luar media mempengaruhi bagaimana wacana yang muncul dalam media.
Fairclough membuat tiga level analisis pada sociocultural practice: level situasional,institusional dan sosial. Dibawah ini uraiannya :
1. Situasional Konteks sosial, bagaimana teks itu diproduksi diantaranya
memperhatikan aspek situasional ketika teks tersebut diproduksi. Teks dihasilkan dalam suatu kondisi atau suasana yang khas, unik,
sehingga satu teks bisa jadi berbeda dengan teks yang lain. Kalau wacana dipahami sebagai suatu tindakan, maka tindakan itu
sesungguhnya adalah upaya untuk merespons situasi atau konteks sosial tertentu.
2. Institusional Level institusional melihat bagaimana pengaruh institusi organisasi
dalam praktik produksi wacana. Intitusi ini bisa berasal dari masyarakat. Artinya Ideologi masyarakat berperan dalam
membentuk teks.
3. Sosial Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap wacana yang muncul dalam
pemberitaan. Bahkan Fairclough menegaskan bahwa wacana yang muncul dalam media ditentukan oleh perubahan masyarakat. Kalau
aspek situasional lebih mengarah pada waktu atau suasana yang mikro konteks peristiwa saat teks berita dibuat, aspek sosial lebih melihat
pada aspek makro seperti sistem politik, ekonomi, atau sistem budaya masyarakat secara keseluruhan.
Gambar 3.1 Model Tiga Dimensi Norman Fairclough
Sumber : Eriyanto, 2001
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi atau data yang penulis inginkan, maka dalam teknik pengumpulan data ini penelitian menggunakan beberapa studi yang
dilakukan, yakni sebagai berikut : Social Culture Practice
Produksi Teks
Discourse Practicekonsumsi Teks
3.2.2.1 Studi Pustaka
Studi pustaka ialah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi atau data yang relevan dengan topik atau
permasalahan yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh melalui buku-buku ilmiah yang disertai dengan peraturan, ketetapan,
ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik itu cetak maupun elektronik yang relevan dengan masalah yang penulis teliti.
3.2.2.2 Studi Lapangan
Studi lapangan field research adalah pengumpulan data yang secara langsung terjun kelapangan dengan menggunakan teknik-teknik pengumpulan
data, yakni sebagai berikut : 1
Wawancara Mendalam Indepth Interview Wawancara Mendalam Indepth Interview adalah teknik
mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan
mendalam Ardianto, 2012:178 Wawancara mendalam atau yang disebut dengan wawancara tak
berstruktur sama halnya dengan percakapan informal, yang dimana bertujuan untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu informasi dari
semua responden, akan tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri responden
2 Dokumentasi
Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Studi
dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data – data yang
diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan
pembuktian suatu kejadian. Satori dan Komariah, 2012:149 Dokumentasi dapat diartikan pula sebagai catatan suatu peristiwa
yang telah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, maupun karya monumental dari informan. Dokumentasi juga dapat berbentuk
dokumen yang telah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data mengingat banyak hal di dalam dokumen yang dapat
dimanfaatkan untuk menguji bahkan untuk meramalkan.
3.2.2.3 Internet Searching
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan internet searching dalam melakukan pengumpulan data penelitian. Dengan menggunakan
internet searching, yang bersumber melalui internet baik itu sebuah situs resmi, blog, dan sebagainya yang ada di internet.
3.2.3 Teknik Penentuan Informan
Dalam suatu penelitian tidak pernah luput dari adanya informan, pemilih informan menjadi suatu yang sangat penting dalam memberikan informasi mengenai
objek yang diteliti dan dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Menurut Moleong 2007:132 mengatakan bahwa informan adalah orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
Untuk mendapatkan informan yang sesuai dengan penelitian yang diteliti, makan peneliti menggunakan teknik penentuan informan yakni secara purposive
sampling. Menurut Sugiyono 2010:53 mengemukakan bahwa purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan
peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti. Informan dalam penelitian ini sebagian besar merupakan masyarakat yang
dianggap peneliti memiliki pengetahuan tentang masalah yang diteliti. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut :
Tabel 3.2 Informan Penelitian
NO. NAMA
PEKERJAAN 1.
Nani Darmayanti Ph.D Dosen Sastra Indonesia
UNPAD 2.
Centurion C. Priyatna,S.S, M.Si, Ph.D Dosen Periklanan UNPAD
Sumber : Data Peneliti, 2014
Alasan peneliti memilih informan pertama yaitu, karena peneliti menganggap bahwa informan tersebut mengerti akan tata bahasa yang sekarang peneliti teliti,
Karena dalam penelitian ini peneliti memerlukan informan untuk memfokuskan pertanyaan mikro yaitu struktur teks yang ada pada iklan layanan masyarakat
penyesuaian harga bahan bakar minyak tahun 2013. Alasan peneliti memilih informan kedua yaitu, karena peneliti menganggap
bahwa informan tersebut mengerti dalam produksi periklanan, hal ini bisa membantu peneliti dalam memberikan informasi dalam penelitian ini.
3.2.4 Teknik Analisa Data
Bogdan dan Taylor, dalam Moleong 2007:248 menyebutkan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan bekerja dengan data, mengorganisasi data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisa data dilakukan dengan teknik analisis wacana dengan menjabarkan
secara kualitatif. Ada tiga elemen dasar dalam model Fairclough, yang dapat di gambarkan dalam tabel berikut. Setiap teks pada dasarnya, menurut Fairclough, dapat
di uraikan dan dianalisis dari ketiga unsur tersebut.
Tabel 3.3 Analisa Data
Unsur Yang Ingin Dilihat
Representasi Bagaimana peristiwa, orang, kelompok, situasi,
keadaan, ataupun di tampilkan dan digambarkan dalam teks.
Relasi Bagaimana hubungan antara khalayak, dan
partisipan publik ditampilkan dan digambarkan dalam teks
Identitas Bagaimana identitas wartawan, khalayak media,
dan partisipan
publik di
tampilkan dan
digambarkan dalam teks. Sumber : Eriyanto, 2001
A. Representasi
Representasi pada dasarnya ingin melihat bagaimana seseorang, kelompok, tindakan, kegiatan ditampilkan dalam teks. Representasi dalam
pengertian Fairclough dilihat dari dua hal, yakni bagaimana seseorang, kelompok, dan gagasan di tampilkan dalam anak kalimat dan gabungan atau
rangkaian antar anak kalimat. Eriyanto, 2001: 289
1. Representasi dalam anak kalimat
Aspek ini berhubungan dengan bagaimana seseorang, kelompok, peristiwa, dan kegiatan ditampilkan dalam teks, dalam hal ini bahasa yang
dipakai. 2.
Representasi dalam kombinasi anak kalimat Antara satu anak kalimat dengan anak kalimat lain dapat digabungkan
sehingga membentuk suatu pengertian yang dapat dimaknai. Pada dasarnya, realitas terbentuk lewat bahasa dengan gabungan antara satu anak kalimat
dengan anak kalimat lain. 3.
Representasi dalam rangkaian antarkalimat Kalau aspek kedua berhubungan dengan bagaimana dua anak kalimat
digabung, maka aspek ini berhubungan dengan bagaimana dua kalimat atau lebih disusun dan dirangkai. Representasi ini berhubungan dengan bagian
mana dalam kalimat yang lebih menonjol dibandingkan dengan bagian lain. Salah satu aspek penting adalah apakah partisipan dianggap mandiri ataukah
memberikan reaksi dalam teks.
B. Relasi
Relasi berhubungan dengan bagaimana partisipan dalam media berhubungan dan ditampilkan dalam teks. Media disini dipandang sebagai suatu arena sosial,
dimana semua kelompok, golongan, dan khalayak, golongan, dan khalayak yang
ada dalam masyarakat saling berhubungan dan menyampaikan versi pendapat dan gagasannya. Paling tidak, menurut Fairclough, ada tiga kategori partisipan utama
dalam media : wartawan memasukkan diantaranya reporter, redaktur, pembaca berita untuk televisi dan radio, khalayak media, dan partisipan publik,
memasukkan diantaranya politisi, pengusaha, tokoh masyarakat, artis, ulama, ilmuan, dan sebagainya.
C. Identitas
Aspek identitas ini terutama dilihat oleh Fairclough dengan melihat bagaimana identitas khalayak media dan partisipan publik ditampilkan dan
dikonstruksi dalam teks.
D. Intertekstualitas
Salah satu gagasan penting dari Fairclough adalah mengenai intertekstualitas, Intertekstualitas adalah sebuah istilah dimana teks dibentuk oleh teks yang dating
sebelumnya, saling menanggapi dan salah satu bagian dari teks tersebut mengantisipasi lainnya.
Dalam pengertian Bakhtin, seperti yang dikutip Fairclough, semua ungkapan baik tertulis maupun lisan dari semua jenis teks seperti laporan ilmiah,novel,dan
berita dibedakan diantaranya oleh perubahan dari pembicara atau penulis, dan ditujukan dengan pembicara atau penulis sebelumnya Eriyanto,2001:306 .
3.2.5 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas dan reabilitas. Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang
terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang
dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Sugiyono, 2009:267
1. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambunan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan meningkatkan ketekunan dapat meningkatkan kreabilitas data. Dengan
meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti akan dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu benar atau salah. Demikian
juga dengan menningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tetang apa yang diamati. Sebagai
bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumen
– dokumen yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka,
wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benardipercaya atau tidak.
Sugiyono, 2009: 272
2. Analisis Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus negative berarti
peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan
dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila penelitian masih mendapatkan data
– data yang bertentangan dengan data – data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan merubah temuannya.
Sugiyono, 2009: 275.
3. Menggunakan Bahan Referensi