Kedua, pada Bab I kepribadian dan integritas, pasal 1, disebutkan: “wartawan Indonesia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berjiwa Pancasila, taat kepada Undang-Undang Dasar 1945, ksatria, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dan
lingkungannya, mengabdi kepada kepentingan bangsa dan negara serta terperc
aya dalam mengemban profesinya” Kode Etik Wartawan Indonesia.
Apapun istilah profesi, umumnya para wartawan melihat dunia mereka dunia kewartawanan sebagai sebuah profesi. Seorang
wartawan adalah seorang profesional, itulah sebabnya orang yang merasa terpanggil untuk menjalankan profesi ini umumnya mempunyai
kebanggaan yang mereka pertahankan dengan cara apapun dan melindungi citranya dari berbagai gangguan dan ancaman yang akan
merusaknya. Profesionalisme
menyangkut kecakapan,
keterampilan, pengetahuan umum dan khusus. Profesionalisme bahkan juga
mempertajam kepekaan tentang aturan permainan, kode etik tingkah laku. Bahkan, pers tidak pernah mampu berkomunikasi jika kehilangan
idealismenya, kehilangan komitmen-komitmennya mengenai hal-hal yang mulia, indah, yang membangun kesejahteraan, yang memperkuat
rasa keadilan dan kesetiakawanan masyarakat.
2.11.3 Standar Profesi Wartawan
Ada enam standar profesi wartawan sejati real journalist : 1.
Well selected, maksudnya wartawan harus terseleksi dengan baik. 2.
Well educated, artinya wartawan harus terdidik dengan baik setidaknya melalui tahap pendidikan kewartawanan dan pelatihan
jurnalistik yang terpola dan terarah secara baik. 3.
Well trained, artinya wartawan terlatih dengan baik. 4.
Well equipped,
maksudnya wartawan
dilengkapi dengan
perlengkapan yang memadai agar dapat bekerja secara optimal. 5.
Well paid, yakni wartawan digaji secara layak. Jika tidak jangan harap “budaya amplop” bisa diberantas.
6. Well motivated, artinya memiliki motivasi yang baik ketika menerjuni
dunia kewartawanan motivasi disini lebih pada idealisme bukan materi.
71
BAB III OBJEK PENELITIAN
3.1 Sejarah Harian Umum Galamedia
PT Galamedia Bandung Perkasa Grup Pikiran Rakyat didirikan di Bandung pada tahun 1968. Perusahaan mengkhususkan kegiatan yang
bergerak dibidang penerbitan surat kabar. Nama surat kabar yang diterbitkannya adalah harian Gala. Harian Umum Gala semula muncul dari
izin terbit majalah Sunda Tjampaka yang terbit oleh CV Tjampaka yang dipimpin oleh Sukandi Andrias Wasuma. Badan penerbit tersebut diserahkan
sekitar bulan Agustus 1968 pada Sjamsujar Adnan, yang kemudian mengubah majalah tersebut menjadi surat kabar kabar dengan nama surat kabar
mingguan Gala. Direktur Pembinaan Pers, Departemen Penerangan Anwar Luthan alm,
mengeluarkan SIT dengan nomor 0128SK direktur BPSK tanggal 16 Oktober 1968 dengan persetujuan Menteri Penerangan H. Boediarjo. Surat
Kabar mingguan Gala terbit dan diedarkan pertama kali pada hari jumat, 20 Oktober 1968 dan secara resmi terbit pada hari minggu, 22 Oktober 1968.
Surat Kabar mingguan Gala pertama kali dicetak dipercetakkan Jakarta Pers, Jalan Gunung Sahari Ancol, Jakarta. Percetakkan ini dikelola oleh lima
orang dengan tiga orang direktur yang ditempatkan di Bandung, termasuk pemimpin umum atau Redaksi. Di Jakarta Sofyan Lubis memegang jabatan
sebagai Redaktur Pelaksana dan Chaeruddin sebagai korektor. Selama dicetak di Jakarta, peredaran Gala melebihi 50 dari jumlah oplah cetak, yakni