BPR adalah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konfensional dan berdasarkan prinsp syariah yang dalam kegiatannya
yang tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sekitar tahun 1987-1988, terjadi urbanisasi besar-besaran hal itu diakibatkan
perkembangat perekonomian di ibu Kota Jakarta sangat pesat, sedangkan di daerah sangatlah lambat dan hampir tidak berkembang. Dari kondisi tersebut, PT.
NUSAMBA mempunyai niat membantu Pemerintah dan masyarakan dalam upaya pemerataan ekonomi dengan cara mendirikan bank pada awal februari tahun 1990,
BPR Nusamba di dirikan serentak di pulau Jawa dan Bali sebanyak 20 kantor pusat. Pada akhir tahun 2005 terdapat 38 kantor pelayanan dan pada tahun 2006
bertambah menjadi 70 kantor pelayanan, sedangkan target tahun 2007-2008 adlah lebih dari 100 kantor pelayanan.
3.2. Struktur Organisasi Bank Perkreditan Rakyat
Struktur Organisasi Bank Perkreditan Rakyat BPR mengacu pada SK Direksi bank Indonesia No.26KEPDIR tanggal 29 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan
Rakyat berdasarkan Prinsip Konvensional maupun syariah.
Gambar 2. Struktur Organisasi BPR atau BPR Syariah
Rapat Umum Pemegang Saham RUPS merupakan lembaga tertinggi pada organisasi internal Bank Perkreditan Rakyat BPR. RUPS merumuskan kebijakan
strategis yang akan diambil oleh bank. Dewan Komisaris mewakili pemilik Bank untuk melakukan pengawasan terhadap organisional oprasional bank, agar sesuai
dengan keputusan RUPS dan rambu-rambu Undang-Undang dan Ketentuan yang berlaku.
Pada BPR atau BPR Syariah yang memiliki aset lebih besar atau sama dengan 10
Milyar Rupiah, ketentuan Bank Indonesia mewajibkan pertanggungjawaban keuangan diaudit oleh kantor akuntan publik.
RUPS
Dewan Komisaris
Direksi Dewan Pengawas
Syariah Pada BPR Syariah
Audit Intern Ekstern
Kas Teller Pendanaa
n
Marketing, Kredit
Pembiayaan pada BPR
Syariah Pembukuan
Dewan Pengawas Syariah merupakan eksekutif tertinggi bagi BPR Syariah, hal
ini berdasarkan SK Direksi Bank Indonesia No.3235KEPDIR dan No.3236KEPDIR masing-masing tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank
Perkreditan Rakyat dan Bannk Perkreditan Rakyat Syariah. Jumlah Direksi BPR dan BPR Syariah sekurang-kurangnya 2 dua orang. Pada BPR dengan volume
usaha yang besar, Direksi BPR dibantu oleh Kepala Bagian Oprasional.
3.3. Bentuk Hukum BPR
Bentuk hukum BPR dapat berupa Perusahaan Daerah Badan Usaha Milik
Daaerah, Koperasi Perseroan Terbatas ,dan bentuk lain yang ditetapkan Pemerintah.
3.4. Kepemilikan BPR
1. BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia,
pemerintah hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, dan pemerintah daerah.
2. BPR yang membentuk hukum koperasi, kepemilikan diatur berdasarkan ketentuan dalam UU tentang perkoperasian yang berlaku.
3. BPR yang berbentuk perseroan terbatas, sahamnya hanya dapat diterbitkan dalam bentuk saham atas nama.
4. Perubahan kepemilikan BPR wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia.