Perlakuan Akuntansi Persediaan Obat-Obatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Porsea

(1)

   

   


(2)

   

   


(3)

   

   


(4)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur peneliti ucapkan kepada Yesus Kristus yang senantiasa memberkati, mengajari, dan memberikan kesabaran kepada peneliti dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “ Perlakuan Akuntansi Persediaan pada Rumah Sakit Umum Daerah Porsea ”.

Tugas Akhir ini disusun yaitu untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Program Diploma III Akuntansi. Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyajian tugas akhir ini jauh dari sempurna dimana masih terdapat banyak kekurangan, baik dalam metode penulisan, tata bahasa, maupun materinya, yang disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan bahan-bahan yang diperlukan dalam penulisan tugas akhir ini.

Peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun tugas akhir ini dari semua pihak demi kesempurnaan tugas akhir ini di masa yang akan datang. Dan peneliti sangat berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan dan kepada para mahasiswa yang ingin lebih luas mengetahui tentang Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 14 tentang Persediaan. Peneliti juga menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini peneliti banyak menerima bimbingan dan tidak terlepas dari arahan, bantuan, dan petunjuk dari berbagai pihak sampai selesainya tugas akhir ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini ijinkanlah peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan yang diberikan baik moril maupun materil kepada pihak-pihak terkait, yaitu :


(5)

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi Diploma-III Akuntansi dan selaku Dosen pembimbing peneliti.

3. Buat para Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara terimakasih atas segala ilmu yang diberikan kepada peneliti. Peneliti sangat bangga kepada Bapak dan Ibu dan mudah-mudahan peneliti dapat menjadi penerus Bapak dan Ibu nantinya. Dan kepada para pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara peneliti sangat berterimakasih atas bantuan abang dan kakak dan peneliti hanya dapat mengatakan “semangat” t’rus ya.

4. Buat Bapak dr. Pontas Humisar Batubara, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Porsea. Peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas kesediaan bapak menerima saya untuk riset di rumah sakit yang bapak pimpin. Kepada ibu Nurmaya Napitupulu, terimakasih ya ‘bu atas bantuannya, buat kak Steffy selaku kepala intalasi farmasi terimakasih buat informasi dan datanya ya kak, dan buat bapak, ibu, kakak-kakak yang di bagian tata usaha terimakasih banyak ya atas bantuannya.

5. Terkhusus buat Mama ‘ku T. Nadapdap, yang membesarkan peneliti dengan penuh kasih sayang dan ketulusan serta senantiasa mendoakan peneliti. Kiranya Tuhan Yesus memberkati dan memberikan panjang usia kepada mama dan Tuhan senantiasa melimpahkan berkatNya. Amin.


(6)

Akhir kata, peneliti berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pihak rumah sakit, peneliti lanjutan, dan para mahasiswa yang membutuhkan informasi mengenai akuntansi persediaan..

Medan, 2009

Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ……….... v

DAFTAR TABEL ……… vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Permasalahan ………. 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 3

D. Sistematika Penelitian ………. 4

a. Jadwal Penelitian ………. 5

b. Laporan Penelitian ………. 6

BAB II PROFIL RUMAH SAKIT A. Sejarah Singkat Rumah Sakit ………. 7

B. Program dan Jenis Kegiatan ………. 10

C. Strukrur Organisasi Rumah Sakit ………. 13

D. Job Description ………. 15

E. Kinerja Usaha Rumah Sakit ………. 20

F. Rencana Kerja Tahunan ………. 21

BAB III TOPIK PEMBAHASAN A. Pengertian Persediaan ………. 25

B. Penggolongan Persediaan ………. 26

C. Komponen Biaya dalam Persediaan ………. 28

D. Sistem Pencatatan Persediaan ………. 31

E. Metode Penilaian Persediaan ………. 33

F. Penyajian Persediaan dalam Laporan Keuangan …. 38 G. Pertanyaan Mengenai Akuntansi Persediaan …. 39


(8)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ………... 43

B. Saran ……… 44

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Nama Judul Halaman

Tabel 1.1 Daftar kegiatan penelitian 5

Tabel 3.1 Perbandingan sistem pencatatan perpetual dan periodic

31

Tabel 3.2 Kartu persediaan barang dagang metode FIFO 34 Tabel 3.3 Perhitungan harga pokok penjualan menggunakan

metode FIFO

37

                       


(10)

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan, baik perusahaan jasa, dagang, maupun industri mempunyai tujuan utama yakni untuk memperoleh laba yang maksimal, agar pertumbuhan perusahaan dapat berjalan secara terus-menerus hingga masa yang akan datang. Berkembangnya suatu perusahaan dapat di lihat dari laporan keuangannya. Laporan keuangan menyediakan informasi yang sangat banyak yang dibutuhkan oleh pihak ketiga atau para investor mengenai perubahan-perubahan kekayaan bersih perusahaan serta dapat membantu para pemakainya untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban, baik kewajiban dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Pada proses normal, persediaan akan mengalami suatu perubahan baik dari segi harga, kuantitas, jenis dan kualitas. Perubahan persediaan dapat diketahui dengan cara pencatatan dan penilaian persediaan artinya, agar dapat menentukan metode harga pokok persediaan yang sesuai, sehingga perusahaan tidak akan mengalami kerugian. Kesalahan dalam pencatatan berakibat fatal bagi perusahaan karena dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.

Persediaan juga terdapat di dalam Rumah Sakit misalnnya, persediaan obat-obatan, persediaan alat kesehatan dan lain-lainnya. Persediaan obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan suatu rumah sakit. Pencatatan persediaan di Rumah Sakit juga sama halnya dengan persusahaan.


(11)

Sistem pencatatan persediaan ada dua sistem yaitu sistem perpetual (nilai buku), dan sistem periodik. Pencatatan persediaan di rumah sakit mempunyai metode yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Sistem pencatatan persediaan yang terdapat di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea adalah sistem pencatatan perpetual (nilai buku) dengan menggunakan metode First-In, First Out

(FIFO). Bagian farmasi atau yang bertugas di bagian persediaan obat-obatan akan

memberikan laporan atas obat yang masuk dan obat yang keluar, serta bagaimana cara pencatatannya. Perlakuan Akuntansi Persediaan juga berlaku di dalam rumah sakit. Penggunaan sistem pencatatan persediaan sesuai dengan akuntansi sangat memberikan manfaat yang besar buat rumah sakit yang bersangkutan karena memberikan informasi yang sangat jelas akan persediaan obat-obatan di dalam rumah sakit tersebut. Pencatatan itu juga sangat membantu pihak rumah sakit di dalam pelaporan persediaan dalam penyusunan Laporan Keuangan Rumah Sakit yang dilaporkan sesuai dengan kebijakan pihak rumah sakit yang bersangkutan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan pendorong bertumbuhnya suatu perusahaan serta bagaimana perlakuan akuntansi persediaan dalam pencatatannya yang memudahkan pihak yang bersangkutan dalam melaporkannya untuk pembuatan Laporan Keuangan. Oleh karena beberapa penjelasan di atas, maka penulis berkeinginan mengetahui bagaimana pihak rumah sakit mencatat persediaan obat-obatannya, sehingga penulis berkeinginan untuk meneliti dan membahas lebih lanjut dalam bentuk penulisan Tugas Akhir ini dengan judul “ Perlakuan Akuntansi Persediaan Obat-Obatan Pada Rumah Sakit Umum Daerah Porsea ”.


(12)

B. PERMASALAHAN

Setelah melihat kembali uraian yang telah dikemukakan di atas maka permasalahan yang terjadi adalah apakah sistem pencatatan persediaan obat-obatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Porsea telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 14 ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Setelah mengetahui permasalahan yang terjadi penulis dapat menyimpulkan tujuan dan manfaat penelitian seperti di bawah ini.

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem pencatatan persediaan obat-obatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Porsea telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 14 ?

2. Penelian ini sangat bermanfaat bagi peneliti, pihak rumah sakit, dan bagi para peneliti lanjutan.

a) Bagi Peneliti

Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan jika dikemudian hari dimintakan pendapatnya mengenai perlakuan akuntansi persediaan sesuai dengan PSAK nomor 14.

b) Bagi Pihak Rumah Sakit

Penelitian ini bermanfaat bagi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea yaitu sebagai bahan masukan untuk memperbaiki Perlakuan Akuntansi Persediaan yang digunakan di rumah sakit tersebut.


(13)

c) Bagi Peneliti lanjutan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan untuk menyempurnakan penelitian-penelitian para peneliti lanjutan.

E. Sistematika Penelitian

Peneliti sebelum menyelesaikan tugas akhir ini terlebih dahulu peneliti menyelesaikan magang di Badan Kepegawaian Daerah Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara. Rencana penelitian ini dibagi atas dua yaitu jadwal penelitian, dan laporan penelitian.

a. Jadwal penelitian

Peneliti membuat jadwal penelitian yang terdiri dari berbagai kegiatan dimulai dari persiapan melaksanakan penelitian, pelaksanaan bimbingan untuk pengolahan data, pelaporan bimbingan untuk penulisan tugas akhir, serta penyempurnaan tugas akhir.

Tabel 1. Daftar kegiatan penelitian

APRIL MEI NO KEGIATAN

Minggu Minggu

A. PERSIAPAN I II III IV I II II IV

1 Pelaksanaan penelitian untuk mendapatkan topik tugas akhir

√ 2 Bimbingan untuk pelaksanaan

tugas akhir

B. PELAKSANAAN

3 Bimbingan untuk pengolahan data perusahaan

√ 4 Pengolahan data perusahaan

dalam penyusunan tugas akhir


(14)

C. PELAPORAN

5 Bimbingan untuk penulisan BAB I tugas akhir

√ 6 Bimbingan untuk penulisan

BAB II tugas akhir

√ 7 Bimbingan untuk penulisan

BAB III tugas akhir

√ 8 Bimbingan untuk penulisan

BAB IV tugas akhir

√ 9 Bimbingan tahap akhir dalam

penyusunan tugas akhir

10 Penyempurnaan tugas akhir √

b. Laporan Penelitian

Peneliti membuat rencana isi dalam penyusunan tugas akhir ini terdiri dari empat bab yaitu bab pendahuluan, bab profil rumah sakit, bab topik penelitian, dan bab penutup.

A. BAB I Pendahuluan

Pada Bab I diuraikan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penelitian yang terdiri dari jadwal penelitian dan rencana isi.

B. BAB II Profil Rumah sakit

Pada bab ini dijelaskan mengenai sejarah ringkas rumah sakit, struktur organisasi dan personalis, job description, kinerja usaha terkini, dan rencana kegiatan.

C. BAB III Topik penelitian

Pada bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian sesuai dengan tema yang dipilih berdasarkan bidang studi peneliti. Dalam bab ini diuraikan jenis dan


(15)

bentuk pekerjaan yang dilaksanakan oleh direktur atau kepala unit/bagian bersama para pegawainya.

D. BAB IV Penutup

Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan berdasarkan uraian pembahasan dan saran sebagai bahan masukan bagi rumah sakit.


(16)

BAB II

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PORSEA

A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Porsea

Rumah Sakit Umum Daerah Porsea terletak di daerah Ibu Kota kecamatan Porsea dan hanya berjarak ± 26 km dari Ibu Kota Kabupaten Toba Samosir yang jarak tempuhnya kurang ± 30 menit memiliki berbagai kelebihan :

1. tempat nyaman dan asri ( Apik Sersi Rapi dan Indah), 2. aman dari berbagai gangguan kamtibmas,

3.pelayanan UGD 24 jam,

4. peralatan Apotik RSUD 24 jam, 5. dekat dengan sarana ibadah,

6. mudah dalam transportasi keluar dan masuk angkutan umum dan becak, 7. udara yang sejuk dan nyaman.

Rumah Sakit Umum Daerah Porsea dulunya bertempat di jantung Ibu Kota Porsea tetapi karena perkembangan pembangunan membuat tidak layak lagi keberadaannya di pusat kota Porsea, maka dipindahkan ke Parparean yang pembangunannya dimulai tahun 1979 dan diresmikan tahun 1982 oleh Kepala daerah tingkat I Sumatera Utara Bapak EWP. Tambunan yang berstatus tipe “D” sesuai dengan SK Menkes RI NO 526/ MENKES/ SK/ VI/ 1996. Diangkat menjadi tipe “C” dengan status milik Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Utara.


(17)

Tahun 1998 menjadi milik Pemerintah Kabupaten Toba Samosir sesuai Undang-undang Nomor 12 tahun 1998 tentang pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Mandailing Natal. Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Porsea yang satu-satunya Rumah Sakit milik Kabupaten Toba Samosir sebagai pusat rujukan dari puskesmas-puskesmas yang ada di Kabupaten Toba Samosir dan melayani pasien ASKESKIN dan Askes TOBAMAS. Dalam melakukan tugas dan fungsi, RSUD Porsea dipimpin oleh seorang Direktur dibantu oleh Staf dan Kepala-kepala Unit didukung oleh Spesialis penyakit dalam, Kebidanan, Spesialis Penyakit THT, Spesialis Mata, Patologi, kemudian Ahli madya Fisiotherapi, Dokter Umum, Dokter Gigi, SKM, Apoteker, beserta tenaga Non Medis lainnya dengan latar belakang pegawai Negeri sebanyak 108 orang ditambah tenaga honor 107 orang.

Rumah Sakit Umum Porsea mempunyai wilayah kerja yang efektif di semua Kecamatan yang ada di Kabupaten Toba Samosir yaitu :

1) kecamatan Porsea, 2) kecamatan Uluan,

3) kecamatan Siantar Narumonda, 4) kecamatan Lumban Julu, 5) kecamatan Meranti, 6) kecamatan Silaen,

7) kecamatan Sigumpar, 8) kecamatan Laguboti, 9) kecamatan Balige,


(18)

10) kecamatan Borbor, 11) kecamatan Nassau, 12) kecamatan Habinsaran, 13) kecamatan Tampahan, 14) kecamatan Ajibata.

Menghadapi perkembangan keadaan yang cepat berubah dalam era globalisasi dan aturan Otonomi daerah maupun kebijakan Desentralisasi khususnya persaingan Bidang pelayanan kesehatan, serta menghadapi tuntutan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan, maka Rumah Sakit sebagai pelaksana pelayanan kesehatan rujukan harus mampu melakukan perkembangan baik perubahan manajemen dan kebijakan, pola piker maupun peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia dan teknologi kedokteran serta pengelolaan dengan Sistem Pelayanan Terpadu.

Visi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea adalah terwujudnya Rumah Sakit Daerah menjadi Rumah Sakit Umum tipe “C” terbaik di Sumatera Utara. Sedangkan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea adalah meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit dan kualitas sumber daya manusia rumah sakit, meningkatkan mutu pelayanan dan manajemen rumah sakit, meningkatkan peran Rumah Sakit Umum Daerah Porsea dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, mengembangkan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan dalam bentuk pola tariff yang terjangkau untuk masing-masing jenis pelayanan.


(19)

Rumah Sakit Umum Daerah Porsea bergerak di bidang Pelayanan Kesehatan. Selain itu, Rumah Sakit Umum Daerah Porsea juga memiliki kegiatan yaitu program pelayanan administrasi perkantoran, program pemenuhan dan peningkatan fasilitas sarana dan prasarana kesehatan pengadaan alat kesehatan dan kedokteran, program peningkatan sarana dan prasarana aparatur, program peningkatan disiplin aparatur, program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur, program standarisasi pelayanan kesehatan, program pengadaan peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata.

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

Adapun kegiatan program pelayanan administrasi perkantoran meliputi : 1. penyediaan jasa surat menyurat,

2. penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik, 3. penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor, 4. penyediaan jasa jaminan pemeliharaan kesehatan PNS, 5. penyediaan jasa jaminan barang milik daerah,

6. penyediaan jasa pemeliharaan dan perizinan kenderaan dinas/operasional.

b. Program Pemenuhan dan Peningkatan Fasilitas Sarana dan Prasarana Kesehatan

Pengadaan Alat Kesehatan dan Kedokteran kegiatannya meliputi : 1. peralatan mata,


(20)

3. peralatan laboratorium, 4. peralatan VIP,

5. peralatan ruangan/poliklinik, 6. peralatan poliklinik gigi.

c. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

Adapun kegiatan program peningkatan sarana dan prasarana aparatur meliputi : 1. pembagunan rumah jabatan,

2. pembangunan rumah dinas, 3. pembangunan gedung kantor, 4. pengadaan mobil jabatan,

5. pengadaan kenderaan dinas/operasional, 6. pengadaan perlengkapan rumah jabatan/dinas.

d. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

Adapun kegiatan program peningkatan disiplin aparatur meliputi : 1. pengadaan mesin/kartu absensi,

2. pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya, 3. pengadaan pakaian kerja lapangan,

4. pengadaan pakaian KORPRI,

5. pengadaan pakaian khusus hari-hari tertentu.


(21)

Adapun kegiatan program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur meliputi : 1. pendidikan dan pelatihan formal,

2. sosialisasi peralatan perundang-undangan, 3. bimbingan teknis implementasi peraturan.

f. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan

Adapun kegiatan program standarisasi pelayanan kesehatan meliputi : 1. penyusunan standar pelayanan kesehatan,

2. evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan, 3. penyusunan naskah akademis standar pelayanan kesehatan, 4. peyusunan standar analisis belanja pelayanan kesehatan.

g. Program Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Paru-paru/Rumah Sakit Mata

Adapun kegiatan program pengadaan peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit paru-paru/rumah sakit mata meliputi :

1. pembangunan rumah sakit,

2. pembangunan ruang poliklinik rumah sakit, 3. pembangunan gudang obat/apotik,

4. penambahan ruang rawat inap rumah sakit (VIP, Kelas I, II dan III), 5. pembangunan ruang gawat darurat,


(22)

C. Struktur Organisasi

Struktur organisasi secara umum merupakan suatu susunan tentang jajaran pekerjaan dan wewenang masing-masing yang terdapat dalam Rumah Sakit Umum Daerah Porsea mulai dari tingkat yang paling tinggi sampai tingkat yang paling rendah.

Untuk menunjang kegiatan rumah sakit perlu adanya penyempurnaan struktur organisasi yang sesuai menurut kebutuhan dan kemauan yang dicapai oleh rumah sakit dengan berdasarkan prinsip-prinsip organisasi yang sehat untuk menghasilkan mekanisme kerja yang tepat waktu dan berhasil guna dan dapat menghindari adanya hirarki yang tidak sepadan dan birokrasi yang berbelit-belit yang dapat menghambat kelancaran kegiatan rumah sakit.

Dalam hal keorganisasian Rumah Sakit Umum Daerah Porsea memakai jenis struktur organisasi garis yaitu pemisahan tugas, wewenang, dan tanggung jawab secara jelas. Rumah sakit ini juga menganut sistem sentralisasi dimana setiap kegiatan di rumah sakit harus diketahui oleh pimpinan atau kepala bagian.

Struktur organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Porsea dimulai dari tingkatan tertinggi hingga terendah yaitu direktur, kelompok jabatan fungsional, bidang tata usaha yang dibagi atas subbag keuangan dan kepegawaian, subbag umum dan perlengkapan, subbag program dan akuntanbilitas, setelah bidang tata usaha kemudian bidang pelayanan medik, seksi bina pelayanan umum dan spesialis, seksi bina pelayanan dan asuhan keperawatan, bidang pelayananan penunjang medik, seksi pengendalian, dan seksi bina sarana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti dibawah ini.


(23)

1. Direktur,

2. Kelompok jabatan fungsional, 3. Bidang tata usaha

a. Subbag keuangan dan kepegawaian, b. Subbag umum dan perlengkapan, c. Subbag program dan akuntabilitas. 4. Bidang pelayanan medik,

5. Seksi bina pelayanan umum dan spesialis, 6. Seksi bina pelayanan dan asuhan keperawatan, 7. Bidang pelayanan penunjang medik,

8. Seksi pengendalian, 9. Seksi bina sarana.

D. Job Descriptions

Rumah Sakit Umum Daerah Porsea memiliki pembagian tugas mulai dari direktur, kelompok jabatan fungsional, bidang tata usaha yang dibagi atas subbag keuangan dan kepegawaian, subbag umum dan perlengkapan, subbag program dan akuntanbilitas, setelah bidang tata usaha kemudian bidang pelayanan medik, seksi bina pelayanan umum dan spesialis, seksi bina pelayanan dan asuhan keperawatan, bidang pelayananan penunjang medik, seksi pengendalian, dan seksi bina sarana.


(24)

Direktur merupakan kepala rumah sakit yang menjadi pimpinan rumah sakit yang memiliki tugas-tugas seperti :

a. membantu Bupati dalam melaksanakan tugasnya di RSU meliputi pembinaan umum, operasional, kesehatan,

b. memimpin dan mengendalikan tugas-tugas seluruh unit kerja di lingkungannya,

c. mampu member pelayanan prima di bidang pelayanan kesehatan,

d. mengelola RSUD dengan prinsip manajemen usama jasa pelayanan dengan tidak melupakan fungsi sosial pelayanan kesehatan,

e. dalam hal pelaksanaan pengelolaan sebagaimana tersebut pada point c. Direktur


(25)

f. dapat menjalin kerjasama dengan pihak ketiga atas persetujuan Bupati,

g. dalam hal sebagaimana dimaksud dalam point d. Direktur dapat menerima bimbingan teknis dari instansi terkait di lingkungan Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

h. menyusun laporan pelaksanaan tugas kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten.

2. Kelompok jabatan fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional adalah tenaga fungsional yang melaksanakan sebagian tugas Pemerintah Daerah sesuai keahlian dan kebutuhan.

3. Bidang tata usaha

Adapun tugas bidang tata usaha adalah :

a) membantu kepala kantor dalam melaksanakan tugasnya di Bidang Tata Usaha, b) mengumpulkan bahan pedoman petunjuk teknis kebijakan dan pembinaan

ketatausahaan,

c) melaksanakan urusan ketatausahaan yang meliputi penanganan kepegawaian, keuangan, rumah tangga kantor Rumah Sakit Umum Daerah Porsea,

d) menyusun rencana kerja jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek bagian tata usaha,

e) membina penyusunan rancangan, pedoman petunjuk pelaksanaan tata kerja dalam bidang ketatausahaan,


(26)

f) melaksanakan koordinasi lintas program dan lintas sektoral dalam bidang ketatausahaan.

4. Sub bagian keuangan dan akuntansi

Uraian tugas kepala sub bagian keuangan dan akuntansi adalah :

1. membantu kepala bagian tata usaha dalam melaksanakan tugasnya di bidang urusan keuangan dan akuntansi,

2. mengumpulkan bahan pedoman petunjuk teknis kebijaksanaan dan pembinaan urusan keuangan dan akuntansi,

3. melakukan urusan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dan akuntansi, dan mengendalikan administrasi keuangan dan akuntansi,

4. penyiapan urusan keuangan dan akuntansi yang meliputi pembayaran gaji dan administrasi pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dan akuntansi,

5. membina, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas, 6. memberi petunjuk kepada bawahan baik lisan maupun tulisan,

7. melaporkan seluruh pelaksanaan tugas kepada kepala bagian tata usaha.

5. Sub bagian umum dan perlengkapan

Uraian tugas Kepala Sub Bagian Umum dan Perlengkapan adalah :

a) membantu sekretaris dalam melaksanakan tugasnya di bidang umum dan perlengkapan,


(27)

b) mengumpulkan bahan pedoman petunjuk teknis kebijaksanaan dan pembinaan urusan umum dan perlengkapan,

c) melaksanakan urusan tata usaha yang meliputi administrasi perjalanan dinas, surat-menyurat, kearsipan, dokumentasi, penomoran surat, pengagendaan, dan distribusi surat,

d) melaksanakan urusan rumah tangga yang meliputi kebersihan, keamanan, ketertiban, dan tata laksana,

e) melaksanakan urusan peralatan dan perlengkapan yang meliputi usul pengadaan, pemeliharaan, perbaikan, dan penghapusan inventaris dinas,

f) membina, mengawasi, mengevaluasi pelaksanaan tugas.

6. Bidang pelayanan penunjang medik

Uraian tugas kepala bidang pelayanan penunjang medik adalah :

a. mengkoordinasikan rencana pengendalian dan pengelolaan penyelenggaraan pelayanan penunjang medik pada intalasi farmasi, laboratorium, radiologi, gizi, dan pemeliharaan sarana rumah sakit,

b. memfasilitasi kebutuhan instalasi di dalam mengelola dan menyelenggarakan pelayanan penunjang medik sesuai standar pelayanan yang ditetapkan.

7. Bidang pelayanan medik


(28)

1. mengkoordinasikan rencana pembinaan dan pengelolaan penyelenggaraan pelayanan medik dan keperawatan pada instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat inap dan bedah sentral,

2. memfasilitasi seluruh kebutuhan instalasi di dalam mengelola dan menyelenggarakan pelayanan medik sesuai standar pelayanan yang ditetapkan.

8. Seksi bina pelayanan umum dan spesialis

Uraian tugas kepala seksi bina pelayanan umum dan spesialis adalah melaksanakan kelangsungan pelayanan medis klinis oleh tenaga dokter.

9. Seksi pengendalian

Uraian tugas kepala seksi pengendalian adalah mengendalikan pelayanan penunjang medik oleh tenaga para medik non keperawatan dan teknis pelayanan penunjang medik.

10. Seksi bina pelayanan dan asuhan keperawatan

Uraian tugas kepala seksi bina pelayanan dan asuhan keperawatan adalah melaksanakan kelangsungan pelayanan keperawatan klinis oleh tenaga para medis dan bidan.

11. Seksi bina sarana

Uraian tugas kepala seksi bina sarana adalah melaksanakan pelayanan penunjang medik sesuai dengan standar mutu serta merencanakan pembinaan kelangsungan fungsi sarana pelayanan non penunjang medik.


(29)

E. Kinerja Usaha TA 2007-2008

a. Indikator Penilaian Keberhasilan Rumah Sakit TAHUN INDIKATOR

2005 2006 2007

BOR 32,01 40,4 44,6

LOS 4,8 4,7 4,5

TOI 8,65 6,9 5,5

BTO 30,7 31,2 36,15

Catatan :

 BOR (Bed Occopancy Rate) : Rata-rata tempat tidur yang

terisi

 LOS (Length of Stay) : Rata-rata lama perawatan penderita

di rumah sakit

 TOI (Turn Over Interval) : Jumlah hari selang waktu

sebuah tempat tidur mulai kosong. Standar normal tidak kurang dari satu hari dan tidak lebih dari tiga hari.

 BTO (Bed Turn Over) : Frekuensi pengguna tempat tidur


(30)

b. Jumlah Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap TAHUN PASIEN

2005 2006 2007

RAWAT INAP 1.992 2.105 2.307

RAWAT JALAN 12.451 26.648 28.789

F. Rencana Kerja Tahunan

Program dan kegiatan tahun 2008 merupakan program dan kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya sekaligus merupakan program yang diharapkan akan berkesinambungan pelaksanaanya di tahun-tahun mendatang dalam rangka mencapai Visi menjadi Rumah Sakit Rujukan pada tahun 2010. Program dan kegiatan tahun 2007 disusun sesuai dengan strategi dan skala prioritas berjalan dengan penekanan pada penataan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan.

A) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Program pelayanan administrasi perkantoran adalah :

1. penyediaan jasa surat menyurat yaitu dengan membeli alat tulis kantor,

2. penyediaan jasa komunikasi, seumber daya air dan listrik yaitu biaya langganan listrik,

3. penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor yaitu biaya pemeliharaan meja dan kursi dan biaya pemeliharaan komputer,

4. penyediaan jasan pemeliharaan dan perizinan kenderaan dinas/operasional yaitu biaya perpanjangan STNK tiga unit mobil dinas,


(31)

5. penyediaan jasa administrasi keuangan yaitu biaya perjalanan dinas dalam daerah dan biaya perjalanan dinas luar daerah,

6. penyediaan jasa kebersihan kantor yaitu penyediaan jasa kebersihan kantor, pemeliharaan mesin potong rumput, dan biaya pengurusan pasien terlantar/tidak mampu,

7. penyediaan alat tulis kantor yaitu pengadaan barang cetakan kantor,

8. penyediaan barang cetakan dan penggandaan yaitu penyediaan barang cetakan dan penggandaan catatan medik,

9. penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor yaitu alat listrik dan elektronik,

10. penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor yaitu pembelian meubilair kantor,

11. penyediaan peralatan rumah tangga yaitu pemeliharaan mesin generator listrik, pemeliharaan mesin potong rumput, perlengkapan dapur, pemeliharaan mesin pompa air, pemeliharaan alat-alat kedokteran dan kalibrasi, pengadaan telepon/PABX,

12. penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan yaitu biaya langganan surat kabar atau majalah,

13. penyediaan bahan logistic kantor yaitu membeli gas medik (O2), bahan bakar dapur, bahan kimia laboratorium, bahan pencuci pakaian pasi,

14. penyediaan makanan dan minuman yaitu membeli bahan makanan/snack dokter, pegawai dinas malam,


(32)

15. rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah yaitu belanja perjalanan dinas luar daerah,

16. penyediaan jasa pendukung teknis/administrasi perkantoran yaitu insentif dokter spesialis, insentif dokter umum, dokter gigi, honor pegawai negeri sipil lainnya (eselon III, IV dan honor staf), biaya kesejahteraan pegawai negeri sipil dan honor, honorarium pegawai tidak tetap.

B) Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur adalah : a. Pengadaan meubilair,

b. Pemeliharaan rutin/berkala kenderaan dinas operasional yaitu belanja jasa

service, belanja penggantian suku cadang, belanja bahan bakar minyak dan

pelumas.

C) Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit, rumah sakit jiwa, rumah sakit paru-paru, rumah sakit mata

Program pengadaaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit, rumah sakit jiwa, rumah sakit paru-paru, rumah sakit mata adalah :

1. pembangunan rumah sakit yaitu pengerasan jalan keliling rumah sakit, pembangunan selasar jalan ke gedung VIP,

2. pengadaan alat-alat kesehatan rumah sakit yaitu pengadaan alat kesehatan habis pakai,


(33)

4. pengadaan perlengkapan rumah tangga rumah sakit (dapur, ruangan pasien, laundri, ruang tunggu dan lain-lain) yaitu pengadaan sumur BOR untuk ruangan VIP, pengembangan SIRS, pengadaan perlengkapan ruangan pasien, dan pembuatan sumur BOR.

D) Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru, rumah sakit mata

Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit/rumah sakit jiwa/rumah sakit paru-paru, rumah sakit mata adalah pemeliharaan rutin berkala rumah sakit yaitu rehabilitasi gedung genset.


(34)

BAB III

TOPIK PENELITIAN

A. Pengertian Persediaan

Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan dagang dan industri. Tanpa persediaan, kelangsungan hidup perusahaan dapat terganggu karena sumber utama dari persediaan tergantung dari persediaan. Penentuan persediaan mempunyai peranan yang penting dimulai dari pencatatan, penilaian sampai pengawasan.

Persediaan obat menurut Rumah Sakit Umum Daerah Porsea adalah barang yang dibeli dari distributor yang disimpan dalam gudang dan dijual kembali untuk menghasilkan uang tunai. Rollin Niswonger, Philip E. Fess, dan Carl S. Warren memberikan defenisi persediaan yaitu barang dagang yang disimpan dalam gudang dan dijual dalam operasi normal perusahaan, bahan yang terdapat dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan perusahaan.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1994: 142) persediaan merupakan aktiva tersedia untuk dijual, dalam proses produksi dan data dalam perjalanan, dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan (supplies) digunakan dalam proses produksi atau pembelian jasa.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah suatu aktivitas yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual kembali baik secara langsung maupun melalui proses produksi dalam


(35)

siklus operasi normal perusahaan dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang lain yang masih dalam proses produksi maupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Dengan kata lain, persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan yang disediakan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan ataupun barang jadi atau barang yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu.

Persediaan obat di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea terdiri dari semua obat yang dimiliki dan tersedia untuk dijual. Persediaan ini akan berubah menjadi uang tunai dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, dan berhubung dengan itu maka persediaan obat dianggap sebagai aktiva lancar.

B. Penggolongan Persediaan

Untuk perusahaan dagang, barang-barang yang dibeli dengan tujuan untuk dijual kembali maka persediaannya hanya terdiri dari satu jenis saja, yaitu persediaan barang dagangan sedangkan untuk perusahaan Hadibroto S (1994: 57) menggunakan istilah inventory membaginya atas empat golongan bahan-bahan, golongan barang setengah jadi, golongan barang yang sedang diproses, golongan barang jadi.

Persediaan (inventory) untuk perusahaan manufaktur digolongkan atas empat golongan, yaitu :


(36)

Bahan mentah merupakan barang-barang yang diperoleh untuk digunakan dalam proses produksi. Artinya, bahan ini akan menjadi bagian produk jadi yang dengan mudah dapat diikutkan biayanya. Jenis persediaan ini dapat diperoleh secara langsung dari sumber alam dan dari perusahaan lain (supplier).

2. Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (Supplies)

Bahan pembantu merupakan perediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi atau membantu berhasilnya produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi. Fungsinya hanya untuk melancarkan proses produksi.

3. Persediaan Barang Dalam Proses (Work in Process)

Merupakan persediaan barang-barang yang masih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang-barang jadi yang siap untuk dijual kepada konsumen.

4. Persediaan Barang Jadi (Finished Good)

Merupakan persediaan barang-barang yang telah selesai di proses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada konsumen.

Rumah Sakit Umum Daerah Porsea merupakan golongan persediaan barang jadi

(Finished Good). Dimana pihak rumah sakit mendapatkan persediaan obat-obatan

dari pihak distributor langsung dan menjualnya kembali kepada konsumen lain atau para pasien yang berada di rumah sakit tersebut.

C. Komponen Biaya dalam Persediaan

Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang


(37)

berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Biaya terbagi menjadi dua, yaitu biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya yang terlihat secara fisik, misalnya berupa uang. Sementara itu, yang dimaksud dengan biaya implisit adalah biaya yang tidak terlihat secara langsung, misalnya biaya kesempatan dan penyusutan barang modal. Dalam akuntansi, yang dimaksud dengan biaya adalah aliran sumberdaya yang dihitung dalam satuan moneter yang dikeluarkan untuk membeli atau membayar persediaan, jasa, tenaga kerja, produk, peralatan, dan barang lainnya yang digunakan untuk keperluan bisnis atau kepentingan lainnya. Sementara biaya kesempatan merujuk pada setiap alternatif yang dikorbankan untuk melakukan pekerjaan lain yang lebih bernilai. (http://id.wikipedia.org/wiki/Biaya, pukul 12.15 WIB). Unsur biaya yang terdapat dalam perseiaan diklasifikasikan menjadi tiga. Pertama, biaya pemesanan. Yang kedua, biaya penyimpanan. Dan yang ketiga, biaya kekurangan persediaan. Biaya pemesanan dikeluarkan terkait aktifitas pemesanan bahan atau barang sejak dari penempatan pemesanan sampai tersedia di gudang. Dalam kegiatan produyksi biaya pemesanan ini disebut set up costs atau biaya untuk menyiapkan mesin-mesin proses manufaktur dari suatu rencana produksi. Selain biaya pemesanan dalam persediaan pun terkandung biaya penyimpanan. Yang termasuk dalam biaya penyimpanan diantaranya sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji pelaksana pergudangan, biaya listrik. Biaya penyimpanan dalam keberadaannya dapat sebagai persentase dari mean per tahun maupun rupiah per tahun per unit barang. Sedangkan biaya kekurangan persediaan ini timbul sebagai akibat tidak adanya persediaan pada waktu diperlukan. Biaya kekurangan


(38)

persediaan ini bukan biaya riil melainkan suatu kehilangan kesempatan termasuk di dalamnya karena proses produksi terhenti dari sebab tidak ada persediaan dalam proses, biaya administrasi tambahan, tertundanya permintaan, bahkan pelanggan yang kabur.

Biaya pemesanan, biaya penyimpanan, biaya kekurangan persediaan terkandung di dalam persediaan. Unsur biaya yang terdapat dalam persediaan diklasifikasikan menjadi tiga. Pertama, biaya pemesanan. Yang kedua, biaya penyimpanan. Dan yang ketiga, biaya kekurangan persediaan. Biaya pemesanan dikeluarkan terkait aktifitas pemesanan bahan atau barang sejak dari penempatan pemesanan sampai tersedia di gudang. Dalam kegiatan produyksi biaya pemesanan ini disebut set up costs atau biaya untuk menyiapkan mesin-mesin proses manufaktur dari suatu rencana produksi. Selain biaya pemesanan dalam persediaan pun terkandung biaya penyimpanan. Yang termasuk dalam biaya penyimpanan diantaranya sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji pelaksana pergudangan, biaya listrik. Biaya penyimpanan dalam keberadaannya dapat sebagai persentase dari mean per tahun maupun rupiah per tahun per unit barang. Sedangkan biaya kekurangan persediaan ini timbul sebagai akibat tidak adanya persediaan pada waktu diperlukan. Biaya kekurangan persediaan ini bukan biaya riil melainkan suatu kehilangan kesempatan termasuk di dalamnya karena proses produksi terhenti dari sebab tidak ada persediaan dalam proses, biaya administrasi tambahan, tertundanya permintaan, bahkan pelanggan yang kabur. Biaya pemesanan, biaya penyimpanan, biaya kekurangan persediaan terkandung


(39)

di dalam persediaan. ( http://id.shvoong.com/business-management/management/1698741-biaya-biaya-yang-terkandung-dalam/).

      Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Porsea di dalam menentukan nilai persediaan obat, pihak tersebut menilai persediaanya atas beberapa komponen biaya yang termasuk dalam perolehan persediaan, sebagai berikut :

a) biaya pembelian

Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Porsea membeli persediaan obat dari distributor. Biaya-biaya yang termasuk yaitu harga pembelian, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan keuntungan yang di bebankan menjadi harga pokok penjualan, b) biaya lain-lain

Dalam hal ini pihak rumah sakit menetapkan ongkos atau biaya yang terjadi selama persediaan berada dalam penyimpanan sampai barang tersebut terjual dimasukkan kedalam biaya lain-lain.

D. Sistem Pencatatan Persediaan

Dalam menghitung nilai persediaan terlebih dahulu harus dihitung jumlah kuantitas fisik maupun penentuan harga dari setiap bahan. Perhitungan kuantitas sama pentingnya dengan penentuan nilai-nilai satuan.

Zaki Badriwan, 1992:67 mengatakan metode pencatatan persediaan dapat digolongkan menjadi dua yaitu metode fisik dan metode perpetual (buku). Metode fisik adalah metode pencatatan persediaan yang tidak mengikuti mutasi persediaan sehingga untuk mengetahui jumlah persediaan pada suatu saat tertentu harus diadakan perhitungan fisik atas persediaan barang (stock opname). Metode


(40)

buku adalah meetode pencatatan persediaan yang mengikuti mutasi persediaan, bila kuantitas maupun harga pokoknya.

Tabel 2. Perbandingan Sistem Pencatatan Perpetual dan Periodik (Suharli, Michell, 2006: 229-230).

Transaksi Sistem Perpetual Sistem Periodik

Pembelian barang dagang secara kredit

Merchandise inventory Accounts payable

Purchases

Accounts payable Retur Pembelian Accounts payable

Merchandise inventory

Accounts payable Purchases return

& allowances Ongkos angkut pembelian Merchandise payable

Accounts payable

Freight in

Accounts payable Pembayaran hutang dalam

periode diskon pembelian

Accounts payable Cash Merchandise inventory Accounts payable Cash Purchases discount Penjualan barang dagang

secara kredit

Account receivable Sales

Cost of good sold

Merchandise inventory

Account receivable Sales

Cost of good sold Merchandise inventory


(41)

piutang dalam periode diskon Sales discounts Accounts receivable

Sales discounts Accounts receivable

Rumah Sakit Umum Daerah Porsea menggunakan sistem pencatatan persediaan perpetual. Pihak rumah sakit beralasan menggunakan sistem pencatatan tersebut karena jenis obat-obatan di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea yang beragam jenis sehingga diperlukan suatu sistem pencatatan yang dapat memberikan informasi tentang persediaan obat-obatan baik dalam jumlah unit, harga perolehan per unit dan total nilai persediaan yang dimiliki.

Perputaran persediaan yang cukup cepat harus senantiasa dicatat untuk memudahkan kepala intalasi farmasi mengantisipasi kehabisan persediaan obat-obatan tertentu.

E. Metode Penilaian Persediaan

Metode FIFO menganggap bahwa harga pokok dari barang-barang yang pertama kali dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama kali. Metode ini menganggap persediaan akhir dinilai dengan harga pokok pembelian yang paling akhir. Metode ini juga mengasumsikan bahwa barang yang terjual karena pesanan adalah barang yang mereka beli. Barang-barang yang dibeli pertama adalah barang-barang pertama yang dijual san barang-barang sisa di tangan (persediaan akhir) diasumsikan untuk biaya akhir. Metode ini konsisten dengan arus biaya aktual, sejak pemilik barang dagang mencoba untuk menjual persediaan lama pertama kali. FIFO merupakan metode yang paling luas digunakan dalam


(42)

persediaan. Metode FIFO seringkali tidak nampak secara langsung pada aliran fisik dari barang tersebut karena pengambilan barang dari gudang lebih didasarkan pada pengaturan barangnya. Dengan demikian, metode FIFO lebih nampak pada perhitungan harga pokok barang. Metode FIFO biaya yang digunakan untuk membeli barang pertama kali akan dikenal sebagai Cost of

Goods Sold (COGS). Untuk perhitungan harga maka digunakan harga dari stok

barang dari transaksi yang terdahulu. (http://iffahadm.multiply.com/journal/item/4, pukul 12:30 WIB).

Contoh :

Tabel 3. Kartu Persediaan Barang Dagangan dengan Metode FIFO KARTU PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN

Nama : Barang Dagangan M Satuan : Buah

Masuk/Dibeli Keluar/Dijual Sisa Tanggal Ket

Q P Jlh Q P Jlh Q P Jlh

Jan.1,84 Persediaan awal

200 80 16.000

Jan.5,84 Pembelian 300 75 22.500 200 300

80 75

16.000 22.500

Jan.8,84 Penjualan 200

200 80 75

16.500

15.000 100 75 7.500

Jan.10,84 Pembelian 700 90 63.000 100

700 75 90

7.500 63.000


(43)

500 90 45.000 200 90 18.000

Jan.21,84 Pembelian 400 95 38.00 200

400 90 95

18.000 38.000

Jan.28,84 Penjualan 200

100 90 95

18.000

9.500 300 95 28.500

Keterangan : Q : Kuantitas P : Harga (Rp) Jlh : Jumlah

Jurnal :

Tanggal Keterangan D K

Jan. 5 Persediaan barang dagang Hutang dagang

Rp. 22.500

Rp. 22.500 Jan. 8 Piutang dagang

Penjualan

Harga pokok penjualan Persediaan barang dagang

60.000

31.000

60.000

31.000

Jan. 10 Persediaan barang dagang Hutang dagang

63.000

63.000 Jan. 15 Piutang dagang

Penjualan

Harga pokok penjualan Persediaan barang

96.000

52.500

96.000


(44)

dagang

Jan. 21 Persediaan barang dagang Hutang dagang

38.000

38.000 Jan. 28 Piutang dagang

Penjualan

Harga pokok penjualan Persediaan barang dagang

46.500

27.500

46.500

27.500

Rumah Sakit Umum menggunakan sistem penilaian First-In, First-Out

(FIFO) yaitu metode penilaian yang mengasumsikan bahwa unit yang terjual

adalah unit yang berumur paling tua yang ada di tangan. Rumah Sakit Umum Daerah Porsea juga mempunyai salah satu alasan mengapa menggunakan metode ini yaitu untuk menghindari masa kedaluarsa obat-obatan yang berada di gudang. Dengan demikian, Rumah Sakit Umum Daerah Porsea membuat kartu persediaannya yang berguna untuk mengetahui jumlah unit dari persediaan obat, harga pokoknya, dan nilai dari persediaan tersebut setiap saat. Peneliti beranggapan bahwa penilaian persediaan obat-obatan yang digunakan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Porsea telah dilakukan dengan baik.

Suatu kesalahan dalam penilaian persediaan obat pada akhir periode akuntansi akan mengakibatkan salahnya jumlah aktiva lancar, jumlah nilai seluruh aktiva, besar modal pemilik dan dengan sendirinya juga juga laporan-laporan keuangan yang dibuat pada akhir periode akuntansi itu, seperti neraca dan perhitungan


(45)

rugi-laba. Kesalahan tersebut juga akan mempengaruhi laporan-laporan keuangan periode akuntansi berikutnya. (Seto, Soerjono dan N, Yunita, 2002:100).

Rumah Sakit Umum Daerah Porsea menentukan harga pokok penjualan dengan metode perpetual. RSUD Porsea menentukan harga pokok penjualan dengan ketentuan khusus seperti perhitungan di bawah ini :

a) Untuk jenis obat dengan harga dibawah Rp. 50.000

Harga pembelian dari distributor + PPN (10%) + 15 % keuntungan, b) Untuk jenis obat dengan harga di atas Rp. 50.000

Harga pembelian dari distributor + PPN (10%) + 10% keuntungan.

Penghitungan harga pokok penjualan dengan metode FIFO dapat di hitung seperti perhitungan di bawah ini :

Tabel 4. Penghitungan harga pokok penjualan menggunakan metode FIFO Dalton Company

Metode Identifikasi Khusus Harga Pokok Penjualan

Jumlah Unit Biaya Unit Total Biaya

HPP :

1 Januari 200 $ 10 $ 2.000

23 Maret 300 12 3.600

15 Juli 500 11 5.500

Total HPP 700 $ 7.800


(46)

Perhatikan bahwa hanya 200 unit dari kelompok 15 Julinyang terjual, 300 unit yang tersisa dari kelompok tersebut diasumsikan sebagai persediaan akhir.

FIFO dapat di dukung sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap arus biaya ketika identifikasi biaya spesifik tidak memungkinkan atau tidak praktis untuk dilakukan. FIFO mengasumsikan arus biaya yang sangat parallel dengan arus barang yang terjual secara fisik. FIFO memberikan kesempatan kecil untuk manipulasi keuntungan karena pemberian biaya ditentukan oleh pesanan di mana biaya terjadi. Sebagai tambahan, dengan FIFO unit yang tersisa pada persediaan akhir adalah unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan hampir sama dengan biaya pergantian akhir periode (end-of-period replacement cost). (Skousen, Earl. K, James. D, Stice. 2001:527).

F. Penyajian Persediaan dalam Laporan Keuangan

Di dalam laporan keuangan Rumah Sakit Umum Porsea menyajikan persediaan dalam kelompok aktiva lancar karena persediaan merupakan unsur yang penting dalam penyusunan rencana dan jika terjadi hal-hal yang material terhadap persediaan harus dilaporkan pada catatan atas laporan keuangan.


(47)

G. PERTANYAAN MENGENAI AKUNTANSI PERSEDIAAN Bagian : Instalasi farmasi

Perusahaan : Rumah Sakit Umum Daerah Porsea

Bacalah tiap pertanyaan, kemudian berilah tanda (√ ) pada salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai berikut ini.

Alternatif jawaban No Pertanyaan

TS KS R S SS 1 Persediaan adalah aktiva tersedia untuk

dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa

2 Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali

√ 3 Biaya persediaan harus meliputi semua

biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and condition)

4 Biaya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh perusahaan kepada kantor pajak), dan biaya pengangkutan, penanganan dan biaya lainnya secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa

5 Biaya persediaan untuk barang yang lazimnya tidak dapat diganti dengan

barang lain (not ordinary

interchangeable) dan barang serta jasa

yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek khusus harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap biaya masing-masing


(48)

6 Biaya persediaan harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP atau FIFO), rata-rata tertimbang (weighted

average cost method), atau masuk

terakhir keluar pertama (MTKP atau LIFO)

7 Jika barang dalam persediaan dijual, maka nilai dicatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut

8 Beberapa persediaan dapat dialokasikan ke rekening aktiva lainnya seperti misalnya persediaan yang digunakan sebagai komponen aktiva tetap yang dibangun sendiri, pabrik atau peralatan

√ 9 Laporan keuangan harus mengungkapkan

kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang dipakai

√ 10 Laporan keuangan harus mengungkapkan

total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi perusahaan

√ 11 Laporan keuangan harus mengungkapkan

biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode tertentu

√ 12 Beberapa perusahaan menggunakan

format laporan laba rugi yang berbeda, yang mengakibatkan diungkapkannya berbagai jumlah sebagai pengganti biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode yang bersangkutan

13 Informasi tentang jumlah tercatat yang disajikan dalam berbagai klasifikasi persediaan dan tingkat perubahannya masing-masing berguna bagi para pemakai laporan keuangan

√ 14 Metode eceran sering kali digunakan

dalam perdagangan eceran untuk margin yang tidak jauh berbeda sehingga tidak praktis kalau digunakan metode penetapan biaya lainnya


(49)

dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian

Keterangan :

TS : Tidak Setuju KS : Kurang Setuju R : Ragu-ragu

S : Setuju

SS : Sangat Setuju Kriteria penilaian :

15 – 20 : Sangat tidak efektif 21 – 26 : Tidak efektif 27 – 32 : Kurang efektif 33 – 35 : Efektif

36 – 41 : Sangat efektif

Hasil dari jawaban dari responden mengenai perlakuan akuntansi persediaan sesuai dengan PSAK nomor 14 dapat dihitung sebagai berikut :

SS = 3 x 5 = 15 S = 9 x 4 = 36 R = 2 x 3 = 6 KS = 1 x 1 = 1 TS = 0 x 0 = 0


(50)

Setelah peneliti menghitung dan menyimpulkan dari jawaban pertanyaan responden rumah sakit tentang perlakuan akuntansi persediaan dengan skor 58 maka peneliti dapat membuat pernyataan bahwa perlakuan akuntansi persediaan yang digunakan dalam rumah sakit ini telah sangat efektif.


(51)

BAB IV

PENUTUP

Dalam bab terakhir ini penulis mencoba memaparkan beberapa kesimpulan dan saran dari pembahasan bab-bab terdahulu tentang Apakah Sistem Pencatatan Persediaan Obat-obatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Porsea telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 14 tentang Akuntansi Persediaan?.

A. Kesimpulan

1. Pencatatan persediaan obat-obatan di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 14 dan memakai sistem perpetual (buku) dan memakai kartu barang atau kartu stock.

2. Pencatatan Persediaan Obat-obatan telah sesuai dengan perlakuan akuntansi persediaan yaitu dengan menggunakan metode First-In, First-Out (FIFO) yaitu barang yang masuk pertama akan keluar pertama, sehingga obat-obatan terhindar dari masa kedaluarsa.

3. Dalam penghitungan harga pokok penjualan Rumah Sakit Umum Daerah Porsea menggunakan ketentuan khusus.

4. Perlakuan akuntansi persediaan di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea telah sangat efektif.


(52)

B. Saran

1. Pihak rumah sakit harus lebih rajin mencari informasi mengenai akuntansi persediaan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi sesuai dengan ketetapan yang berlaku sesuai dengan PSAK. 2. Pihak Farmasi harus menyimpan semua bukti transaksi penjualan dan

pembelian obat-obatan untuk mempermudah pencatatannya karena pihak rumah sakit menggunakan sistem pencatatan metode FIFO.

3. Kepada Kepala Instalasi Farmasi harus memperhitungkan penghitungan harga pokok penjualan obat-obatan di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea dan bandingkan dengan penghitungan harga pokok penjualan dengan metode FIFO agar tidak membebankan pasien atau konsumen.

4. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Porsea harus tetap mempertahankan perlakuan akuntansi persediaannya agar tetap sesuai dengan PSAK nomor 14.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 1992: Intermediate Accounting, Edisi Tujuh; Yogyakarta Penerbit Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi.

Hadibroto, S. 1994: Masalah Akuntansi, Buku I, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Iffahadm, http://iffahadm.multiply.com/journal/item/4. 20 Mei 2009, pukul 12. 20 WIB.

Ikatan Akuntan Indonesia,1994: Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Kokasih, Ruchyat, 1993: Auditing Prinsip dan Prosedur, Buku I edisi Lima, Bandung : Penerbit Ruchko.

Mulyana,Iman.http://id.shvoong.com/businessmanagement/management/1698741 -biaya-biaya-yang-terkandung-dalam/. 20 Mei 2009, pukul 12.35 WIB.

Mulyono, Teguh Pudjo, 1987: Bank Auditing Petunjuk Pemeriksaan Intern, Jakarta : Penerbit Djambatan.

Niswonger, C. Rollin. Philip E. Fess, dan Carl S. Warren, 1999: Prinsip-prinsip

Akuntansi, Edisi Enam Belas, Jakarta : Penerbit Erlangga.

Seto, Soerjono dan Yunita, N. 2002: Dasar-dasar Akuntansi untuk Apotek, Edisi Dua, Surabaya : Airlangga University Press.

Sudarsono. F. X. 1993: Pengantar Akuntansi II, Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta :Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum.

Suharli, Michell, 2006. Akuntansi untuk Bisnis Jasa dan Dagang, Penerbit Graha Ilmu.

Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/biaya. 20 Mei 2009, pukul 12.30 WIB.

   


(54)

 

   


(55)

 

   


(56)

 

   

                       


(57)

 


(1)

B. Saran

1. Pihak rumah sakit harus lebih rajin mencari informasi mengenai akuntansi persediaan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi sesuai dengan ketetapan yang berlaku sesuai dengan PSAK. 2. Pihak Farmasi harus menyimpan semua bukti transaksi penjualan dan

pembelian obat-obatan untuk mempermudah pencatatannya karena pihak rumah sakit menggunakan sistem pencatatan metode FIFO.

3. Kepada Kepala Instalasi Farmasi harus memperhitungkan penghitungan harga pokok penjualan obat-obatan di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea dan bandingkan dengan penghitungan harga pokok penjualan dengan metode FIFO agar tidak membebankan pasien atau konsumen.

4. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Porsea harus tetap mempertahankan perlakuan akuntansi persediaannya agar tetap sesuai dengan PSAK nomor 14.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 1992: Intermediate Accounting, Edisi Tujuh; Yogyakarta Penerbit Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi.

Hadibroto, S. 1994: Masalah Akuntansi, Buku I, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Iffahadm, http://iffahadm.multiply.com/journal/item/4. 20 Mei 2009, pukul 12. 20 WIB.

Ikatan Akuntan Indonesia,1994: Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Kokasih, Ruchyat, 1993: Auditing Prinsip dan Prosedur, Buku I edisi Lima, Bandung : Penerbit Ruchko.

Mulyana,Iman.http://id.shvoong.com/businessmanagement/management/1698741 -biaya-biaya-yang-terkandung-dalam/. 20 Mei 2009, pukul 12.35 WIB.

Mulyono, Teguh Pudjo, 1987: Bank Auditing Petunjuk Pemeriksaan Intern, Jakarta : Penerbit Djambatan.

Niswonger, C. Rollin. Philip E. Fess, dan Carl S. Warren, 1999: Prinsip-prinsip Akuntansi, Edisi Enam Belas, Jakarta : Penerbit Erlangga.

Seto, Soerjono dan Yunita, N. 2002: Dasar-dasar Akuntansi untuk Apotek, Edisi Dua, Surabaya : Airlangga University Press.

Sudarsono. F. X. 1993: Pengantar Akuntansi II, Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta :Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum.

Suharli, Michell, 2006. Akuntansi untuk Bisnis Jasa dan Dagang, Penerbit Graha Ilmu.


(3)

 


(4)

(5)

 

   

                   


(6)