Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI

TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN PADI

SAWAH System of Rice Intensification (SRI)

(Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH:

MHD.RULLYANDA AZMI

080309018

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI

TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN

PADI SAWAH System of Rice Intensification (SRI)

(Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu,

Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI Oleh :

MHD.RULLYANDA AZMI

080309018

PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing,

Ketua Anggota

(Ir. H.Hasman Hasyim, M.Si) (Ir.Lily Fauziah, M.Si) NIP. 195411111981031001 NIP. 196308221988032003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

MHD.RULLYANDA AZMI : “Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)”, yang dibimbing oleh Bapak Ir.H. Hasman Hasyim, M.Si. dan Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sikap petani terhadap SRI (System of Rice Intensification) di daerah penelitian, untuk menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan, jumlah tanggungan, lamanya berusahatani dan pendapatan) terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification), untuk mengetahui pengaruh bantuan pemerintah terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification).

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan skala likert dan analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian dilakukan pada bulan April s.d Mei 2013 di desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk Mengkudu, kabupaten Serdang Bedagai.

Hasil penelitian di peroleh bahwa dari 30 petani sampel, jumlah petani yang menyatakan sikap positif sebanyak 19 orang (63,33%), dan yang menyatakan sikap negatif sebanyak 11 orang (36,67%). Dan berdasarkan hasil regresi linier berganda, umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, dan jumlah tanggungan secara bersama- sama tidak berpengaruh nyata terhadap sikap petani. Akan tetapi secara parsial variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap sikap petani di daerah penelitian.


(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Mhd. Rullyanda Azmi lahir di Binjai 27 Januari 1990 dari Bapak Chairul Azwar dan Ibu Yusmaniar. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan sebagai berikut:

1. Sekolah dasar di SDN 112198 Perkebunan Pangkatan, masuk tahun 1997 dan lulus tahun 2002.

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta PGRI 19 Lohsari, masuk tahun 2002 dan lulus tahun 2005.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 9 Medan, masuk tahun 2005 dan lulus tahun 2008.

4. Tahun 2008 masuk di Departemen Agribisnis jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian FP USU melalui jalur UMB.

5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juli 2012 di desa Silo Baru, kecamatan Air Joman, kabupaten Asahan.

6. Melaksanakan penelitian pada bulan April sampai dengan bulan Mei 2013 di desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk Mengkudu, kabupaten Serdang Bedagai.

7. Selama mengikuti perkuliahan penulis mengikuti organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) USU, Badan Kenaziran Mushola (BKM) Al-Mukhlisin FP USU, Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP) USU dan menjadi asisten praktikum Koperasi Pertanian dan praktikum Penyusunan Program Penyuluhan Pertanian.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan, serta kritikan membangun yang disampaikan kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan setulus hati, penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Ir.H.Hasman Hasyim, M.Si selaku ketua pembimbing skripsi, yang mana telah banyak membimbing, mengarahkan, dan memotivasi agar skripsi ini lebih cepat selesai.

2. Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si selaku anggota pembimbing skripsi, yang mana telah banyak membimbing, mengarahkan dan memotivasi sehingga skripsi ini cepat selesai.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku sekretaris Program Studi Agribisnis FP USU.

4. Para dosen, staf pegawai Program Studi Agribisnis FP USU.

5. Ketua Gapoktan desa Pematang Setrak dan seluruh Instansi yang terkait dengan penelitian ini yang membantu penulis dalam memperoleh data – data yang dibutuhkan.


(6)

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada ayahanda tercinta Chairul Azwar dan ibunda Yusmaniar serta kakak dan abang tercinta Nadia Wulanda Sari dan Nanda Yuchairan, atas kasih sayang, keikhlasan, doa serta dukungan moril kepada penulis selama menjalani pendidikan sampai saat ini.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Wiwied Hartanti SP yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis, serta kepada teman-teman Stambuk 2008 kepada Farwah Inal Abdi SP, Arif Maulana SP, Amiruddin Panjaitan SP, Muhammad Fachri SP, Alfan Bachtar SP, Tumpak Manik SP, Deni Kurniawan SP, Asni SP, Yani Harahap SP, Silvira SP, Rofiqoh Ahmad SP yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga segala kebaikan mereka dibalas Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis menerima kritik, saran, dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Juli 2013

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Padi Sawah ... 6

Landasan Teori ... 13

Sikap. ... 13

Skala Likert. ... 15

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani. ... 17

Kerangka Pemikiran ... 20

Hipotesis Penelitian ... 22

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

Metode Penentuan Sampel ... 23

Metode Pengumpulan Data ... 24

Metode Analisis Data.. ... 25

Definisi dan Batasan Operasional ... 30

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis ... 32

Penggunaan Lahan ... 32


(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak, Kecamatan

Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai. ... 41 Sikap Petani Terhadap System of Rice Intensification (SRI) ... 41 Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani ... 43

Pengaruh Umur dengan Sikap Petani terhadap System of Rice

Intensification (SRI) ... 45 Pengaruh Tingkat Pendidikan dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) ... 46 Pengaruh Lamanya Berusahatani dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) ... 47 Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Sikap Petani terhadap

System of Rice Intensification (SRI) ... 47 Pengaruh Tingkat Pendapatan dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) . ... 48 Pengaruh Bantuan Pemerintah terhadap Sikap Petani ... 49 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 53 Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman

1. Kelompok Tani, Jumlah Anggota, Luas Lahan, Luas

Lahan SRI di desa Pematang Setrak 24

2. Pernyataan Positif dan Pernyataan Negatif 25 3. Luas Lahan Menurut Peruntukan di desa Pematang

Setrak 32

4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah

Kepala Keluarga di desa Pematang Setrak, 2012. 33 5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis

Kelamin di desa Pematang Setrak, Tahun 2012 34 6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok

Umur di desa Pematang Setrak, 2012 35

7. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat

Pendidikan di desa Pematang Setrak, 2012 36 8. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut

Agama di desa Pematang Setrak, 2012 37

9. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata

Pencaharian di desa Pematang Setrak, 2012 38 10. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

di desa Pematang Setrak, 2012 38

11. Prasarana Perhubungan di desa Pematang Setrak 39 12. Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification

(SRI) di desa Pematang Setrak 42

13. 14.

Bantuan Input Produksi dari Pemerintah

Pelaksanaan System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai

49


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi terhadap Sikap Petani dalam Penerapan Padi Sawah System of


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Petani Sampel di desa Pematang Setrak

2. Pernyataan Positif dan Pernyataan Negatif Sikap Petani Terhadap System of Rice Intensification (SRI) di desa Pematang Setrak

3. 4.

Frekuensi Jawaban Pernyataan Sikap Skor Sikap dan Interpretasinya

5. Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Sikap 6.

7.

Total Nilai Skala Kategori Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Sikap

Hasil Regresi Linier Berganda Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani


(12)

ABSTRAK

MHD.RULLYANDA AZMI : “Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)”, yang dibimbing oleh Bapak Ir.H. Hasman Hasyim, M.Si. dan Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sikap petani terhadap SRI (System of Rice Intensification) di daerah penelitian, untuk menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan, jumlah tanggungan, lamanya berusahatani dan pendapatan) terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification), untuk mengetahui pengaruh bantuan pemerintah terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification).

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan skala likert dan analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian dilakukan pada bulan April s.d Mei 2013 di desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk Mengkudu, kabupaten Serdang Bedagai.

Hasil penelitian di peroleh bahwa dari 30 petani sampel, jumlah petani yang menyatakan sikap positif sebanyak 19 orang (63,33%), dan yang menyatakan sikap negatif sebanyak 11 orang (36,67%). Dan berdasarkan hasil regresi linier berganda, umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, dan jumlah tanggungan secara bersama- sama tidak berpengaruh nyata terhadap sikap petani. Akan tetapi secara parsial variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap sikap petani di daerah penelitian.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara pertanian yang artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga kerja yang hidup atau bekerja dari sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto, 1994).

Sejarah dunia pertanian mengalami lompatan yang sangat berarti, dari pertanian tradisional menuju pertanian modern. Para petani dan masyarakat umum terpana dengan kemajuan yang berhasil dicapai oleh pertanian modern. Tingginya produktivitas tanaman berkat adanya benih unggul, suburnya tanaman berkat penggunaan pupuk dan terbasminya hama penyakit tanaman berkat keampuhan pestisida sudah menempatkan manusia sebagai pemenang dalam pergulatannya melawan alam (Andoko, 2010).

Namun ternyata dalam posisinya sebagai pemenang tersebut manusia akhirnya menjadi kurang bijaksana. Tidak disadari bahwa dengan penguasaan teknologi pertanian tersebut, akhirnya mereka pun menjadi tidak bersahabat lagi dengan alam. Alam yang menjadi tempat tinggal manusia sudah dilupakan dan diabaikan kelestariannya oleh ulah kecerobohan manusia. Padahal dari alam inilah manusia mendapatkan segalanya untuk keperluan hidupnya. Akibat eksploitasi tersebut alam kemudian kehilangan keseimbangan yang akhirnya berdampak negatif bagi manusia. Dalam keadaan seperti ini perlu kesadaran manusia untuk


(14)

kembali ke hubungan harmonis manusia dengan alam demi kelangsungan hidup manusia (Andoko, 2010).

System of Rice Intensification (SRI) merupakan salah satu metode penanaman dari beberapa metode penanaman padi sawah yang ada di Indonesia.

System of Rice Intensification (SRI) adalah teknik budidaya tanaman padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar 50% bahkan dibeberapa tempat mencapai lebih dari 100% (Mutakin, 2005).

Metode ini pertama kali ditemukan secara tidak disengaja di Madagaskar antara tahun 1983 -1984 oleh Fr. Henri de Laulanie, SJ, seorang Pastor Jesuit asal Prancis yang lebih dari 30 tahun hidup bersama petani-petani di sana. Oleh

penemunya, metodologi ini selanjutnya dalam bahasa Prancis dinamakan

Ie Systme de Riziculture Intensive disingkat SRI. Dalam bahasa Inggris populer dengan nama System of Rice Intensification disingkat SRI. Tahun 1990 dibentuk

Association Tefy Saina (ATS), sebuah LSM Malagasy untuk memperkenalkan SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institution for Food, Agriculture and Development (CIIFAD), mulai bekerja sama dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI di sekitar Ranomafana National Park di Madagaskar Timur, didukung oleh US Agency for International Development. SRI telah diuji di Cina, India, Indonesia, Filipina, Sri Langka, dan Bangladesh dengan hasil yang positif.

SRI menjadi terkenal di dunia melalui upaya dari Norman Uphoff (Director CIIFAD). Pada tahun 1987, Uphoff mengadakan presentasi SRI di


(15)

Indonesia yang merupakan kesempatan pertama SRI dilaksanakan di luar Madagaskar. Hasil metode SRI sangat memuaskan, di Madagaskar, pada beberapa tanah tak subur yang produksi normalnya 2 ton/ha, petani yang menggunakan SRI memperoleh hasil panen lebih dari 8 ton/ha, beberapa petani memperoleh 10 – 15 ton/ha, bahkan ada yang mencapai 20 ton/ha. Metode SRI minimal menghasilkan panen dua kali lipat dibandingkan metode yang biasa dipakai petani. Hanya saja diperlukan pikiran yang terbuka untuk menerima metode baru dan kemauan untuk bereksperimen. Dalam SRI tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup sebagaimana mestinya, bukan diperlakukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi. Semua unsur potensi dalam tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya.

Pola tanam padi model SRI adalah cara bertanam padi kembali ke alam. Artinya, petani tidak lagi menggunakan pupuk kimia, tapi memanfaatkan jerami, sekam, pohon pisang, pupuk kandang yang diolah untuk pupuk tanahnya. Lalu bibit yang disemai tidak lagi 20 hari, melainkan 7 hari tempat persemaian sederhana seperti memanfaatkan besek kecil (Mutakin, 2005).

Desa Pematang Setrak merupakan salah satu desa yang ada di Provinsi Sumatera Utara, tepatnya di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Masyarakat di desa Pematang Setrak rata-rata memiliki mata pencaharian sebagai petani padi sawah. Petani padi sawah di desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai berjumlah 600 orang, yang terdiri dari 8 kelompok tani. Sistem penanaman padi sawah di desa Pematang Setrak sudah menerapkan System of Rice Intensification (SRI). System of Rice Intensification (SRI) sudah cukup lama ada di Indonesia, tetapi hanya di


(16)

beberapa daerah saja yang sudah menerapkan sistem penanaman ini. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi sikap petani agar tertarik menerapkan sistem ini, maka dilakukan penelitian di desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai dengan judul penelitian Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah System of Rice Intensification (SRI).

Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini masalah-masalah yang akan diteliti adalah :

1. Bagaimana sikap petani terhadap SRI (System of Rice Intensification) ?

2. Bagaimana pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan, jumlah tanggungan, lamanya berusahatani dan pendapatan) terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification) ?

3. Apakah bantuan pemerintah berpengaruh terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification) ?

Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan penelitian adalah :

1. Untuk menganalisis sikap petani terhadap SRI (System of Rice Intensification)

di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan dan pendapatan) terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification).

3. Untuk mengetahui pengaruh bantuan pemerintah terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification).


(17)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mengambil kebijakan untuk menyusun program pertanian di masa mendatang.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dan yang membutuhkan, penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan peneliti terutama yang berhubungan dengan System of Rice Intensification (SRI).


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Padi Sawah

Salah satu bahan pangan nasional adalah padi. Padi merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia dan sebagai tulang punggung perekonomian Bangsa Indonesia (Budianto, 2002).

Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub division : Angiospermae Class : Monocotyledoneae Genus : Oriza Linn

Family : Gramineae Species : Oryza sativa L.

(AAK, 1990).

Akar pertama yang timbul dari radikula tidaklah lama hidupnya, dalam beberapa hari akar pertama itu akan mati dan fungsinya sebagai penyerap air untuk kebutuhan kecambah, diambil alih oleh akar-akar yang bermunculan pada

buku-buku batang kecambah yang terbawah dari batang kecambah (Sugeng, 2001).


(19)

Akar tanaman padi memiliki sistem perakaran serabut. Ada dua macam akar, yaitu :

1. Akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah dan bersifat sementara

2. Akar adventif sekunder yang bercabang dan tumbuh dari buku batang muda bagian bawah. Akar adventif tersebut menggantikan akar seminal. Akar ini disebut adventif/buku, karena tumbuh dari bagian tanaman yang bukan embrio

atau karena munculnya bukan dari akar yang tumbuh sebelumnya (Anonim, 2010).

Batang padi terdiri dari susunan beberapa ruas. Tiap-tiap dimulai dan diakhiri dengan buku. Pada setiap buku nampaklah satu mata atau sukma. Letak mata itu pada batang tanaman adalah silih berganti. Fungsi mata ini adalah penting karena setiap mata yang tampak pada batang akan menghasilkan satu anakan. Anakan muncul pada batang utama dalam urutan yang bergantian. Anakan primer tumbuh dari buku terbawah dan muncul anakan sekunder. Anakan ini pada gilirannya akan menghasilkan anakan tersier (Siregar, 1981).

Daun kelopak pada daun pelepah yang terpanjang yaitu daun pelepah yang disebut daun bendera (Flag-leaf). Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi

ligulae dan daun bendera daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang saling terdapat satu daun pada tiap buku. Tiap daun terdiri atas : 1. Helaian daun yang menempel pada buku melalui pelepah daun

2. Pelepah daun yang membungkus ruas diatasnya dan kadang-kadang pelepah daun dan helaian daun ruas berikutnya.


(20)

4. Lidah daun (ligula) yaitu struktur segitiga tipis tepat diatas telinga daun. 5. Daun bendera adalah daun teratas dibawah malai (Anonim, 2010).

Malai adalah suatu malai bunga determinit, yaitu bunga terletak pada bagian ujung tajuk. Panjang malai dan bagian ruas teratas diatas pelepah daun bendera menentukan pemanjangan malai. Pemanjangan malai berbeda untuk setiap varietas padi, dan kondisi lingkungan dapat mengubah tingkat pemanjangannya.

Sebuah bulir adalah bagian malai bunga, dan terdiri atas dua lemma steril,

rakhilla dan floret. Rakhilla adalah sumbu kecil antara sekam rudimenter dan

floret fertile. Floret meliputi lemma, palea dan bunga, yaitu :

1. Lemma yaitu bagian floret yang berurat lima dan keras yang sebagian menutupi palea. Ia memiliki satu ekor, suatu pemanjangan filiform pada panjang yang berlainan dari urat tengah lemma.

2. Palea yaitu bagian floret yang berurat tiga yang keras dan sangat pas dengan

lemma. Ia sama dengan lemma hanya lebih sempit.

3. Bunga terdiri atas 6 benang sari dan sebuah putik. Enam benang sari tersusun atas dua kelompok kepala sari yang tumbuh pada tangkai benang sari. Putik mengandung satu bakal biji.

Buahnya seperti buah batu (keras) dan terjurai pada tangkai. Setelah tua, warna hijau akan menjadi kuning. Bijinya keras, berbentuk bulat telur, ada yang berwarna putih atau merah. Butir-butir padi yang sudah lepas dari tangkainya disebut gabah, dan yang sudah dibuang kulit luarnya disebut beras. Bila beras ini dimasak, maka namanya menjadi nasi, yang merupakan bahan makanan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia (Anonim, 2010).


(21)

Tanaman padi dapat hidup dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Dengan kata lain padi dapat hidup baik di daerah beriklim panas yang lembab. Pengertian ini mencakup curah hujan, temperatur, ketinggian tempat, sinar matahari, angin dan musim.

Curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1500-2000 mm. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 230C keatas. Sedangkan di Indonesia pengaruh suhu tidak terasa, sebab suhunya hampir konstan sepanjang tahun. Ketinggian tempat untuk tanaman padi adalah 0-65 m diatas permukaan laut.

Tanaman padi memerlukan sinar matahari. Hal ini sesuai dangan syarat tumbuh tanaman padi yang hanya dapat hidup didaerah berhawa panas. Angin juga memberi pengaruh positif dalam proses penyerbukan dan pembuahan. Musim berhubungan erat dengan hujan yang berperan dalam penyediaan air dan hujan dapat berpengaruh terhadap pembentukan buah sehingga sering terjadi bahwa penanaman padi pada musim kemarau mendapat hasil yang lebih tinggi daripada penanaman padi pada musim hujan dengan catatan apabila pengairan baik (AAK, 1990).

SRI mengembangkan praktek pengelolaan padi yang memperhatikan kondisi pertumbuhan tanaman yang lebih baik, terutama di zona perakaran dibandingkan teknik budidaya cara tradisional. Pada mulanya, praktek penerapan SRI seperti “melawan arus”. SRI menentang asumsi dan praktek yang selama ratusan tahun telah dilakukan. Kebanyakan petani padi menanam bibit yang telah matang (umur 20-30 hari), dalam bentuk rumpun, secara serentak, dengan penggenangan air di sawah seoptimal mungkin di sepanjang musim. Masuk akal bahwa tanaman yang lebih matang seharusnya mampu bertahan lebih baik,


(22)

penanaman dalam bentuk rumpun akan menjamin beberapa tanaman tetap hidup saat pindah tanam dan penanaman dalam air yang menggenang menjamin kecukupan air dan gulma sulit tumbuh (Berkelaar, 2008).

Terlepas dari alasan tersebut, para petani yang menerapkan metode SRI belum menemukan resiko yang lebih besar daripada metode tradisional.

Ada 6 penemuan kunci penerapan SRI : 1. Bibit transplantasi lebih awal

Bibit padi di transplantasi saat dua daun telah muncul pada batang muda, biasanya saat berumur 8-15 hari. Benih harus disemai pada petakan khusus dengan menjaga tanah tetap lembab dan tidak tergenang air. Saat transplantasi dari petak semaian, harus hati-hati serta dijaga tetap lembab. Bibit harus ditransplantasikan secepat mungkin setelah dipindahkan dari persemaian. Saat menanam benih disawah, benamkan benih dalam posisi horizontal agar ujung-ujung akar tidak menghadap keatas. Ujung akar membutuhkan keleluasaan untuk tumbuh kebawah. Transplantasi saat bibit masih muda secara hati-hati dapat mengurangi guncangan dan meningkatkan kemampuan tanaman dalam memproduksi batang dan akar selama tahap pertumbuhan vegetatif. Bulir padi dapat muncul pada malai.

2. Bibit ditanam satu per satu

Bibit ditanam satu per satu, tidak secara berumpun, yang terdiri dari dua atau tiga tanaman. Ini di maksudkan agar tanaman memiliki ruang untuk menyebar dan memperdalam perakaran. Sehingga tanaman tidak bersaing terlalu ketat untuk memperoleh ruang tumbuh, cahaya atau nutrisi dalam tanah.


(23)

3. Jarak tanam

Dibandingkan dengan baris yang sempit, bibit lebih baik di tanam dalam pola luasan yang cukup luas dari segala arah. Ada beberapa ukuran jarak tanam pada SRI, yaitu : 25 cm x 25 cm, 30 cm x 30 cm dan 35 cm x 35 cm.

Untuk membuat jarak tanam yang tepat, petani dapat meletakkan tongkat-tongkat dipinggir sawah, lalu diantaranya diikatkan tali melintas sawah. Tali diberi tanda interval yang sama, sehingga dapat menanam dalam pola segi empat. Dengan jarak tanam yang lebar ini, memberi kemungkinan lebih besar kepada akar untuk tumbuh leluasa, tanaman juga akan menyerap lebih banyak sinar matahari, udara dan nutrisi.

4. Kondisi tanah

Secara tradisional penanaman padi biasanya selalu digenangi air. Namun, sebenarnya air yang menggenang membuat sawah menjadi kekurangan oksigen bagi akar dan tidak ideal untuk pertumbuhan. Akar padi akan mengalami penurunan bila sawah digenangi air, hingga mencapai ¾ total akar saat tanaman mencapai masa berbunga.

Dengan SRI, petani hanya memakai ½ dari kebutuhan air pada sistem tradisional yang biasa menggenangi tanaman padi. Tanah cukup dijaga tetap lembab selama tahap vegetatif, untuk memungkinkan lebih banyak oksigen bagi pertumbuhan akar. Kondisi tidak tergenang yang dikombinasikan dengan pendangiran mekanis, akan menghasilkan lebih banyak udara masuk kedalam tanah dan akar berkembang lebih besar sehingga dapat menyerap nutrisi lebih banyak.


(24)

Pada tanaman padi sawah yang tergenang air, di akar padi akan terbentuk kantung udara yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen. Namun, karena kantung udara ini mengambil 30-40 % korteks akar, maka dapat berpotensi menghentikan penyaluran nutrisi dari akar ke seluruh bagian tanaman. Penggenangan dapat dilakukan sebelum pendangiran untuk mempermudah pendangiran. Selain itu penggenangan air paling baik dilakukan pada sore hari, sehingga air yang berada di permukaan mulai mengering keesokan harinya. Perlakuan ini membuat sawah mampu untuk menyerap udara dan tetap hangat sepanjang hari. Sebaliknya sawah yang di genangi air justru akan memantulkan kembali radiasi matahari yang berguna, dan hanya sedikit menyerap panas yang diperlukan dalam pertumbuhan tanaman. Dengan SRI, kondisi tak tergenangi hanya dipertahankan selama pertumbuhan vegetatif. Selanjutnya setelah pembungaan, sawah digenangi air 1-3 cm seperti yang diterapkan di praktek tradisional. Petak sawah diairi secara tuntas mulai 25 hari sebelum panen.

5. Pendangiran

Pendangiran adalah usaha menggemburkan tanah disekitar tanaman untuk memperbaiki struktur tanah yang berguna untuk perkembangan tanaman. Pendangiran dapat dilakukan dengan tangan atau alat sederhana. Para petani di Madagaskar beruntung setelah menggunakan alat pendangiran yang dikembangkan oleh International Rice Research Institute sejak tahun 1960an, yang mampu mengurangi tenaga kerja dan meningkatkan hasil panen. Alat ini mempunyai roda putar bergerigi yang berfungsi untuk mengaduk tanah saat ditekan kebawah dan tidak merusak tanaman karena ada jarak diantara roda.


(25)

Pendangiran pertama dilakukan 10 atau 12 hari setelah transplantasi dan pendangiran ke dua setelah 14 hari. Minimal disarankan 2-3 kali pendangiran, namun jika ditambah sekali atau dua kali lagi akan mampu meningkatkan hasil hingga satu atau 2 ton/ha. Hal ini disebabkan karena tidak hanya sekedar membersihkan gulma, tetapi pengadukan tanah dapat memperbaiki struktur dan meningkatkan aerasi tanah.

6. Asupan organik

Awalnya SRI dikembangkan dengan menggunakan pupuk kimia untuk meningkatkan hasil panen pada tanah-tanah tandus di Madagaskar. Tetapi saat subsidi pupuk dicabut pada akhir tahun 1980an, petani disarankan untuk menggunakan kompos, dan ternyata hasilnya lebih bagus. Kompos dapat dibuat dari macam-macam sisa tanaman, seperti jerami, serasah tanaman dan dari bahan tanaman lainnya, dengan tambahan pupuk kandang bila ada. Daun pisang bisa menambah unsur potassium, daun tanaman kacang-kacangan dapat menambah unsur N. Kompos menambah nutrisi tanah secara perlahan-lahan dapat memperbaiki struktur tanah (Berkelaar, 2008).

Landasan Teori Sikap

Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap mental, yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek-objek, dan situasi-situasi dengan siapa berhubungan. Definisi


(26)

tersebut tentang sikap menimbulkan implikasi-implikasi tertentu bagi seseorang (Winardi, 2004).

Sikap lebih dipandang sebagai hasil belajar daripada sebagai hasil perkembangan atau sesuatu yang diturunkan. Ini berarti bahwa sikap diperoleh melalui interaksi dengan objek sosial atau peristiwa sosial. Sebagai hasil belajar, sikap dapat diubah, diacuhkan, atau dikembalikan seperti semula, walaupun memerlukan waktu yang cukup lama. Berdasarkan pandangan ini, maka sikap sebenarnya merupakan produk dari hasil interaksi. Pandangan ini lebih bersifat humanistik dimana kebebasan seseorang dapat ditentukan berdasarkan kondisi lingkungan yang sedang berlaku saat itu (Mar’at, 1984).

Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperan sebagai perantara antara responnya dan objek yang bersangkutan. Respon diklasifikasikan dalam tiga macam yaitu, respon kognitif (respon perseptual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini), respon afektif (respon syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi), serta respon perilaku atau konatif (respon berupa tindakan dan pernyataan mengenai perilaku). Dengan melihat salah satu saja diantara ketiga bentuk respon tersebut sikap seseorang sudah dapat diketahui. Walaupun begitu, deskripsi lengkap mengenai sikap individu tentu harus diperoleh dengan melihat ketiga macam respon secara lengkap (Azwar, 2007).

Sikap-sikap individu mungkin mengandung “surplus” nilai instrumental baginya. Ia mengembangkan sikapnya sebagai tanggapan terhadap situasi masalah, yakni dalam mencoba memenuhi keinginan khusus. Sejauh sikap-sikapnya merupakan sistem yang bertahan (lestari), maka sikap tersebut tetap ada padanya dan mungkin dapat digunakan olehnya dalam memecahkan sejumlah


(27)

masalah yang berbeda, yakni untuk memenuhi sejumlah keinginan yang berlainan (Krech, dkk., 1996).

Menurut Ahmadi (1999), disamping pembagian sikap atas sosial dan individual, sikap dapat pula dibedakan sebagai berikut :

1. Sikap Positif

Sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

2. Sikap Negatif

Sikap negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu, apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. Orang yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu objek sikap berarti memiliki sikap yang arahnya positif. Sebaliknya, mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung dikatakan sebagai memiliki sikap yang arahnya negatif (Azwar, 2007).

Skala Likert

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala sikap sangat populer di kalangan para ahli psikologi sosial dan para peneliti. Hal ini


(28)

dikarenakan selain praktis, skala sikap yang dirancang dengan baik pada umumnya memiliki reliabilitas yang memuaskan. Skala sikap berwujud kumpulan pernyataan-pernyataan sikap yang ditulis, disusun, dan dianalisis sedemikian rupa sehingga respon seseorang terhadap pernyataan tersebut dapat diberi angka (skor) dan kemudian dapat diinterpretasikan (Azwar, 2007).

Menurut Suryabrata (2002), Skala Likert tergolong skala untuk orang, pada rancangan dasarnya untuk mengukur sikap. Berkenaan dengan pengukuran sikap, maka ada dua hal yang selalu harus diingat mengenai sikap yaitu sebagai berikut.

1. Sikap selalu mempunyai objek, objek sikap yaitu sesuatu yang menjadi sasaran sikap.

2. Sikap itu digambarkan dalam satu kontinum dari negatif, lewat daerah netral ke positif.

Menurut Azwar (2007), metode rating yang dijumlahkan populer dengan nama penskalaan Model Likert, merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya.

Prosedur penskalaan dengan Metode Likert didasari oleh dua asumsi yaitu sebagai berikut :

1. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk pernyataan yang favorable (disukai) atau pernyataan yang nonfavorable

(tak disukai).

2. Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif.


(29)

Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pernyataan telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan dan didasarkan pada rancangan skala yang ditetapkan. Responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam kategori jawaban yaitu, “sangat tidak setuju” (STS), “tidak setuju” (TS), “tidak dapat menentukan” atau “ragu-ragu” (R), “setuju” (S), dan “sangat setuju” (SS). Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala Model Likert adalah skor T, yaitu :

Keterangan : T = skor standar

X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T X = mean skor kelompok

S = deviasi standar kelompok (Azwar, 2007).

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani

Karakteristik sosial ekonomi petani yang dapat mempengaruhi sikap petani terhadap sistem tanam SRI di Desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai yang di teliti yaitu : umur, pendidikan, jumlah tanggungan, lamanya berusahatani dan pendapatan.


(30)

1. Umur

Petani yang memiliki umur yang semakin tua (> 50 tahun) biasanya makin lamban dalam mengadopsi ilmu baru atau inovasi baru yang dijelaskan penyuluh dan cenderung hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh masyarakat setempat.

Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya. Namun, dalam hal tanggung jawab semakin tua umur

tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2009).

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana belajar yang menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek-praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat menerapkan teknologi dan melaksanakan proses adopsi (Soekartawi, 1988).

Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.

Pendidikan merupakan sarana belajar, yang menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju pembangunan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi adalah yang relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi. Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah, agak sulit melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat (Lubis, 2000).


(31)

3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan merupakan beban yang harus dipikul atau ditanggung oleh petani dalam keluarga, seperti menurut Lubis (2000). Maksud dari jumlah tanggungan disini adalah berapa banyak beban tanggungan petani dalam satuan jiwa.

Menurut Hasyim (2006), jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya.

Jumlah tanggungan keluarga semakin banyak (anggota keluarga) akan semakin meningkat pula beban hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga yang memiliki sebidang lahan tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan bertambahnya anggota keluarga, sementara kebutuhan akan produksi terutama pangan semakin bertambah (Daniel, 2002).

4. Lamanya Berusahatani

Menurut Soekartawi (1988), petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.

5. Pendapatan

Pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih merupakan ukuran keuntungan


(32)

usahatani yang dapat digunakan untuk membandingkan beberapa penampilan usahatani (Soekartawi, dkk., 1984).

Kerangka Pemikiran

Indonesia adalah Negara berlatar belakang agraris, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional, hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian dan dari produk yang berasal dari pertanian. Untuk meningkatkan produksi padi telah banyak dilakukan penelitian untuk menemukan metode budidaya yang dapat meningkatkan hasil produksi padi. Salah satu metode tersebut adalah System of Rice Intensification (SRI). Dalam rangka menumbuhkan minat petani untuk mengadopsi SRI ini, pemerintah telah memberikan bantuan berupa input produksi kepada petani yang ingin menerapkan SRI pada usahatani padi sawah mereka.

Metode SRI yang diperkenalkan oleh pemerintah tentunya akan mengundang respon atau tanggapan dari petani, respon tersebut adalah sikap petani terhadap metode System of Rice Intensification (SRI). Pemberian bantuan input produksi kepada petani akan mempengaruhi sikap petani terhadap metode SRI itu sendiri. Selain pemberian bantuan input produksi, faktor karakteristik sosial ekonomi petani juga akan mempengaruhi sikap petani. Sikap petani terhadap metode System of Rice Intensification (SRI) dapat berupa sikap positif dan sikap negatif. Sikap positif yaitu sikap yang menerima, mendukung dan melaksanakan metode SRI, sedangkan sikap negatif adalah sikap yang tidak mendukung dan menolak metode ini.


(33)

Sikap petani dalam menanggapi program tersebut dapat dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi petani itu sendiri yang meliputi : umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lamanya berusahatani dan jumlah pendapatan.

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan : Pengaruh

Hubungan

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran pengaruh karakteristik sosial

ekonomi terhadap sikap petani dalam penerapan padi sawah System of Rice Intensification (SRI).

Petani

System of Rice Intensification

Sikap Petani Bantuan

Pemerintah

Positif Negatif

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani - Umur

- Tingkat Pendidikan - Lamanya

Berusahatani

- Jumlah Tanggungan Keluarga


(34)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah maka yang menjadi hipotesis penelitian adalah :

1. Sikap petani terhadap SRI (System of Rice Intensification) di daerah penelitian adalah positif.

2. Terdapat pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan, dan pendapatan ) dan bantuan pemerintah terhadap sikap petani dalam penerapan SRI (System of Rice Intensification).


(35)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan dan alasan tertentu yaitu, di desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk Mengkudu, kabupaten Serdang Bedagai. Desa Pematang Setrak dipilih karena petani di desa tersebut menerapkan penanaman padi sawah menggunakan SRI (System of Rice Intensification).

Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap dapat menggambarkan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang melakukan penanaman padi sawah sistem SRI (System of Rice Intensification) di desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai. Penetapan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

Simple Random Sampling dimana cara pengambilan sampel dari angggota

populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut (Riduan, 2010).

Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 petani sampel. Roscoe dalam buku Research Methods for Business memberikan saran tentang penelitian salah satunya adalah ukuran sampel yang layak dalam penelitian antara 30 sampai dengan 500 (Sugiyono, 2010).

Di daerah penelitian terdapat 600 petani, yang terdiri dari 8 kelompok tani. Dari jumlah 600 petani tersebut kemudian diambil sampel sebanyak 30 orang petani. Sampel yang diambil berasal dari kelompok tani Sri Murni 2 dengan


(36)

pertimbangan kelompok tani ini yang menjalankan usahatani padi sawah menggunakan System of Rice Intensification dengan luas lahan paling besar di desa Pematang Setrak. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Kelompok Tani, Jumlah Anggota, Luas Lahan, Luas Lahan SRI Desa Pematang Setrak

Sumber:Ketua Gapoktan Desa Pematang Setrak

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, terdiri atas : data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung kepada responden, yaitu petani dengan menggunakan kuesioner yang dibuat terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau dinas yang terkait dengan penelitian seperti BPS, Kantor Kepala desa Pematang Setrak kecamatan Teluk Mengkudu kabupaten Serdang Bedagai, kantor kepala Dinas Pertanian Serdang Bedagai dan ketua Gapoktan desa Pematang Setrak. Selain itu dikumpulkan juga data sekunder yang bersumber dari buku-buku dan laporan penelitian.

No. Kelompok Tani

Jumlah Anggota (orang)

Luas Lahan ( Ha)

Luas Lahan SRI (Ha)

1 Sri Murni 1 65 40 5

2 Sri Murni 2 69 43 25

3 Sri Murni 3 100 45 5

4 Fajar 64 31 20

5 Sri Karya 74 41 10

6 Mekar Jaya 44 28 0

7 Sri Wahyuni 59 35 5

8 Sumber Rezeki 125 74 10


(37)

Metode Analisis Data

Semua data yang diperoleh ditabulasi terlebih dahulu, kemudian di analisis dengan metode analisis yang sesuai.

Untuk Hipotesis 1 dianalisis dengan metode skala sikap Model Likert, yaitu pengelompokan variabel dengan menjumlahkan skor dari nilai seperangkat variabel yang bersangkutan berupa pernyataan positif dan pernyataan negatif.

Adapun skor untuk pernyataan positif adalah SS = 5, S = 4, R = 3, TS = 2, dan STS = 1; sedangkan untuk pernyataan negatif adalah SS = 1, S = 2, R = 3, TS = 4, dan STS = 5.

Pada Tabel 2 berikut ini dapat dilihat seperangkat variabel berupa pernyataan positif dan pernyataan negatif yang akan dijawab oleh responden

Tabel 2. Pernyataan Positif dan Pernyataan Negatif

No. Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

1. Program System of Rice Intensification (SRI) sangat berperan penting dalam pengembangan usahatani padi sawah.

Program System of Rice Intensification (SRI) tidak memberikan keuntungan bagi petani padi sawah.

2. Program System of Rice Intensification (SRI) memotivasi (mendorong) petani untuk meningkatkan dan mengembangkan usahanya.

.

Program System of Rice Intensification (SRI) yang berjalan tidak sesuai dengan harapan petani.

3. Program System of Rice Intensification

(SRI) membantu mengembangkan

potensi masyarakat petani padi sawah.

Pengadaan bantuan membuat petani menjadi ketergantungan.

4. Program System of Rice Intensification (SRI ) membantu petani mengurangi biaya produksi, terutama pupuk kimia.

Bantuan yang diberikan tidak mendukung kegiatan usahatani. .


(38)

5. Program System of Rice Intensification (SRI) membantu memecahkan masalah petani dalam meningkatkan produktivitas.

Bantuan yang diberikan tidak memenuhi standar operasional.

6. Program System of Rice Intensification

(SRI) sudah sesuai dengan potensi

daerah setempat.

Dengan System of Rice Intensification (SRI) petani harus lebih intensif dalam mengusahakan usahatani nya.

7. Program System of Rice Intensification (SRI) mampu membantu meningkatkan pendapatan petani padi sawah .

Bantuan-bantuan yang diberikan tidak sesuai dengan

kondisi yang ada di lapangan.

8. Program System of Rice Intensification

(SRI) sangat dibutuhkan oleh para

petani padi sawah.

Penyaluran bantuan berjalan lambat.

.

9. Program System of Rice Intensification (SRI) membantu meningkatkan hasil panen.

Prosedur dalam penyaluran bantuan memberatkan petani untuk memperoleh bantuan.

10. Program System of Rice Intensification (SRI) yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan petani padi sawah.

Para petani tidak peduli dengan

System of Rice Intensification (SRI).

11. Pemberian bantuan sudah tepat sasaran.

12. Bantuan-bantuan yang diberikan kepada petani telah dimanfaatkan dengan baik.

13. Antara petani dengan Penyuluh Pertanian terjadi interaksi (hubungan) yang baik.

14. Kerja sama dan komunikasi antara instansi terkait dalam program System of Rice Intensification (SRI) sudah


(39)

15. Dengan adanya program System of Rice Intensification (SRI), petani padi sawah termotivasi untuk mengembangkan usahatani nya.

Menurut Azwar (2007), dalam analisis ini responden akan diminta untuk memilih salah satu dari sejumlah kategori yang tersedia dari variabel yang bersangkutan yaitu, Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Kemudian diukur dengan skala pengukuran sikap Likert dengan rumus:

Keterangan:

T = skor standar

X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T

X = mean skor kelompok

S = deviasi standar kelompok Kriteria uji :

• jika T ≥ 50, maka sikap positif


(40)

Untuk Hipotesis 2, dianalisis dengan menggunakan metode analisis Regresi Linear Berganda, dengan rumus :

Y= a + b1X1 + b2X2 +b3X3 + b4X4 + b5X5 + µ Dimana :

Y = Sikap Petani X1 = Umur (Tahun) X2 = Pendidikan (Tahun)

X3 = Lamanya Berusahatani (Tahun) X4 = Jumlah Tanggungan (Jiwa) X5 = Pendapatan petani (Rupiah) a = Koefisien intersep

b = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel

Untuk menguji variabel-variabel tersebut berpengaruh secara serempak terhadap sikap petani digunakan analisis uji F, yaitu:

Dimana :

r2 = Koefisien determinasi

n = Jumlah sampel

k = Derajat bebas pembilang n-k-1 = Derajat bebas penyebut


(41)

Kriteria uji untuk uji serempak adalah:

Fhitung > Ftabel : maka H0 ditolak (H1 diterima)

H1 diterima artinya variabel bebas secara bersama – sama berpengaruh nyata terhadap variabel terikat pada tingkat kepercayaan tertentu.

Fhitung≤ Ftabel : maka H0 diterima (H1 ditolak)

H0 diterima, artinya variabel bebas secara bersama – sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat pada tingkat kepercayaan tertentu.

Untuk menguji variabel-variabel tersebut secara parsial terhadap sikap petani, maka digunakan analisis uji t dengan rumus:

Dimana:

b1 = Parameter b (i = 1,2)

Sb1 = Standar error parameter (i = 1,2) Sy12 = Standar error of estimate

X = Variabel yang diuji

r12 = Koefisien korelasi sederhana antara X1 dan X2 Kriteria untuk uji t adalah:

thitung > ttabel... H0 ditolak thitung≤ ttabel... H0 diterima (Hasan, 2004).


(42)

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Petani sampel adalah petani yang menerapkan penanaman padi sawah SRI (System of Rice Intensification).

2. SRI (System of Rice Intensification) adalah teknik budidaya tanaman padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar 50% bahkan dibeberapa tempat mencapai lebih dari 100%.

3. Umur sampel adalah usia petani sejak dilahirkan hingga saat penelitian dilakukan yang dinyatakan dalam tahun.

4. Tingkat pendidikan sampel adalah pendidikan formal petani terakhir yang pernah ditempuh.

5. Lamanya berusahatani adalah berapa lama petani telah bekerja sebagai petani (tahun)

6. Jumlah tanggungan keluarga adalah semua anggota keluarga yang masih menjadi beban tanggungan petani sampel.

7. Pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran total usahatani.

8. Sikap positif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, menyetujui, serta melaksanakan program .


(43)

9. Sikap negatif adalah sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap program.

Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Pematang Setrak Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Penelitian dilaksanakan pada bulan April s.d Mei 2013.

3. Sikap dalam penelitian ini adalah Sikap Petani terhadap penerapan SRI (System of Rice Intensification).


(44)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Kondisi Geografis

Penelitian ini dilakukan di desa Pematang Setrak masuk dalam wilayah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Berjarak ± 7 Km arah Barat Daya Kantor Camat Teluk Mengkudu, dengan batas – batas sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan : desa Pekan Sialang Buah

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Perkebunan PT. SOCFINDO

Sebelah Barat berbatasan dengan : desa Liberia

Sebelah Timur berbatasan dengan : desa Pasar Baru

Desa Pematang Setrak berada pada ketinggian antara ± 150 m – 180 m diatas permukaan laut.

Sebagian besar lahan yang ada di desa Pematang Setrak dimanfaatkan oleh penduduk untuk kegiatan pertanian dan permukiman. Secara rinci pemanfaatan lahan di desa Pematang Setrak dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Luas Lahan Menurut Peruntukan di Desa Pematang Setrak No. Peruntukan Lahan Luas (Ha) Persentase

1 Persawahan 265 39,51 %

2 Tegal / Perladangan 103 15,35 %

3 Perkebunan 96,23 14,34 %

4 Perumahan / Permukiman 202,92 30,25 %


(45)

6 Perkantoran / Sarana Sosial a. Kantor / Balai Desa b. Puskesmas / Puskesdes c. d. e. f. g. h. i. j.

k. 4 Unit Mesjid l. 3 Unit Musolla m. 1 Unit Sekolah n. Lapangan Olah Raga o. Pasar Desa

p. Jalan Umum / Jalan Dusun q. Saluran Irigasi Tersier r. Saluran Pembuangan

0,86 0,06 0,16 0,34 0,08 - - 0,40 0,75 0,84 0,128 % 0,008 % 0,023 % 0,050 % 0,011 % - - 0,094 % 0,111 % 0,125 %

Total 670,64 100 %

Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012

Kondisi Demografis Keadaan Penduduk

a. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jumlah kepala keluarga dapat dilihat pada Tabel 4 :

Lanjutan Tabel 3. Luas Lahan Menurut Peruntukan di Desa Pematang Setrak


(46)

Tabel 4. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga di Desa Pematang Setrak, 2012.

Nama Wilayah Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah KK (Jiwa) Persentase (%) Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV Dusun V Dusun VI Dusun VII Dusun VIII 628 505 415 282 823 363 449 617 161 123 104 79 216 86 121 139 15,65 11,95 10,11 7,68 20,99 8,36 11,76 13,50

Jumlah 4.083 1.029 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012

Dari tabel 4 dapat dilihat jumlah penduduk di desa Pematang Setrak adalah 4.083 Jumlah penduduk yang terbesar terdapat pada dusun V yaitu 823 jiwa atau 216 kepala keluarga dengan persentase sebesar 20,99 %, dan jumlah penduduk yang terkecil terdapat pada dusun IV yaitu 282 jiwa atau 79 kepala keluarga dengan persentase sebesar 7,68 %.

b. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa Pematang Setrak dapat dilihat dalam Tabel 5 :


(47)

Tabel 5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Pematang Setrak, Tahun 2012

Nama Wilayah

Jenis Kelamin (Jiwa) Jumlah Persentase (%) Laki laki Perempuan

Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV Dusun V Dusun VI Dusun VII Dusun VIII 318 259 208 134 415 183 214 312 310 246 207 148 408 180 235 305 628 505 415 282 823 363 449 617 15,38 12,37 10,17 6,91 20,17 8,89 10,99 15,12

Jumlah 2.043 2.039 4.082 100,00

Sumber : Kantor kepala Desa Pematang Setrak, 2012

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki laki di desa Pematang Setrak adalah sebanyak 2.043 jiwa dan perempuan sebanyak 2.039 jiwa, dengan jumlah penduduk sebesar 4.082 jiwa. Penduduk terbesar berdasarkan jenis kelamin terdapat di dusun V dengan jumlah laki laki sebanyak 415 jiwa dan jumlah perempuan sebesar 408 jiwa dengan total keseluruhan adalah 823 jiwa atau sebesar 20,17 %. Dan jumlah penduduk yang terkecil menurut jenis kelamin terdapat pada dusun IV dengan jumlah laki laki sebanyak 134 jiwa dan jumlah perempuan 148 jiwa dengan total keseluruhan adalah 282 jiwa atau sebesar 6,91 %.


(48)

c. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di desa Pematang Setrak dapat dilihat pada Tabel 6 :

Tabel 6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Pematang Setrak, 2012

Nama Wilayah

Umur (Tahun) Jumlah

0 - 5 6-12 13-16 17-59 >60 Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV Dusun V Dusun VI Dusun VII Dusun VIII 51 56 60 37 119 43 43 90 204 70 41 40 121 56 25 41 151 39 18 19 90 52 27 90 197 325 253 164 416 188 329 365 25 15 43 22 77 24 25 31 628 505 415 282 823 363 449 617 Jumlah 499 598 486 2.237 262 4.082

Persentase (%) 12,22 14,65 11,91 54,80 6,42 100,00 Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur yaitu jumlah usia non produktif yaitu balita (kelompok umur 0 – 5 tahun) sebesar 449 jiwa (12,22 %), anak anak (kelompok umur 6 – 12 tahun) sebesar 598 jiwa (14,65 %), dan remaja (kelompok umur 13 – 16 tahun) sebesar 486 jiwa (11,91 %), jumlah usia produktif (kelompok umur 17 – 59 tahun) sebesar 2.237 jiwa (54,80 %), dan jumlah penduduk manula (kelompok umur 60 tahun keatas) sebesar 262 jiwa (6,42 %). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk desa Pematang Setrak adalah tergolong produktif yaitu usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan tersedianya tenaga kerja yang cukup besar.


(49)

d. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di desa Pematang Setrak dapat dilihat pada Tabel 7:

Tabel 7. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Pematang Setrak, 2012

Nama Wilayah

Tingkat Pendidikan Jumlah

TK SD SMP SMA D1 D3 S1

Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV Dusun V Dusun VI Dusun VII Dusun VIII 13 13 21 6 70 9 8 36 202 185 153 36 402 139 261 216 138 120 133 71 153 65 57 178 178 140 63 71 125 70 85 89 16 3 - 5 - - - - - - - - 3 - - - 2 9 6 5 - 6 15 9 549 470 376 194 753 289 426 529

Jumlah 176 1.594 915 821 24 3 52 3.585

Persentase (%) 4,91 44,46 25,52 22,91 0,67 0,08 1,45 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk di desa Pematang Setrak, masih terdapat penduduk dengan tingkat pendidikan terbesar didominasi pada Sekolah Dasar yakni 1.594 jiwa (44,46 %) dari jumlah keseluruhan. Sedangkan jumlah penduduk yang tingkat pendidikannya perguruan tinggi berjumlah 79 jiwa (2,20 %). Dari jumlah penduduk 4082 jiwa, 497 jiwa termasuk yang tidak tamat Sekolah Dasar serta yang tidak/belum bersekolah. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan di desa Pematang Setrak rata rata masih tergolong rendah.


(50)

e. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan penganut agama di desa Pematang Setrak dapat dilihan dari Tabel 8 :

Tabel 8. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama di Desa Pematang Setrak, 2012

Agama Jumlah Persentase (%)

Islam Katolik Protestan Hindu Budha

3.837 138 107 - -

94,00 3,38 2,62

- -

Jumlah 4.082 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012

Daritabel 8 dapat dilihat bahwa agama yang dianut oleh penduduk di desa Pematang Setrak adalah agama Islam, Katolik, Protestan. Jumlah penduduk berdasarkan penganut agama terbesar yaitu penganut agama Islam sebanyak 3.837 jiwa atau sebesar 94,00%, dan penganut agama terkecil yaitu penganut agama Protestan sebanyak 107 jiwa atau sebesar 2,62%, di desa Pematang Setrak tidak terdapat penganut agama Hindu dan agama Budha. Berdasarkan persentase tersebut, hal ini menunjukkan penduduk desa Pematang Setrak mayoritas adalah penganut agama Islam.


(51)

f. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di desa Pematang Setrak dapat dilihat pada Tabel 9 :

Tabel 9. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Pematang Setrak, 2012

Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

Tani Karyawan Nelayan Buruh PNS

TNI/POLRI Wiraswasta Jasa

Lainnya

743 71

- 144

50 7 499

57 393

37,83 3,61

- 7,33 2,55 0,36 25,41

2,90 20,01

Jumlah 1.964 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk bermata pencaharian terbanyak di desa Pematang Setrak adalah sebagai tani sebanyak 743 jiwa (37,83%), dan jumlah penduduk bermata pencaharian terkecil adalah sebagai TNI/POLRI sebanyak 7 jiwa (0,36%). Dan dari jumlah penduduk 4.082 jiwa terdapat 2.118 jiwa termasuk yang tidak/belum bekerja.


(52)

g. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa di desa Pematang Setrak dapat dilihat pada Tabel 10 :

Tabel 10. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Desa Pematang Setrak, 2012

Suku Jumlah Presentase (%)

Jawa Tapanuli/Mandailing Karo Toba Minang Melayu Banjar Banten Aceh Arab Tionghoa 3.282 287 11 241 25 53 142 30 8 1 2 80,40 7,03 0,26 5,90 0,61 1,29 3,47 0,73 0,19 0,02 0,05

Jumlah 4.082 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa yang ada desa Pematang Setrak memiliki beragam suku atau ethnis, akan tetapi desa Pematang Setrak termasuk desa yang aman, nyaman, dan cinta akan perdamaian adapun suku yang berada di desa Pematang Setrak adalah suku Jawa, Tapanuli/Mandailing , Karo, Toba, Minang, Melayu, Banjar, Banten, Aceh, Arab,


(53)

Tapanuli/Mandailing sebanyak 287 jiwa (7,03%), suku Karo 11 jiwa (0,26%), suku Toba sebanyak 241 jiwa (5,90%), suku Minang 25 jiwa (0,61%), suku Melayu sebanyak 53 jiwa (1,29%), suku Banjar 142 jiwa (3,47%), suku Banten 30 jiwa (0,73%), suku Aceh 8 jiwa (0,19%), suku Arab 1 jiwa (0,02%), suku Tionghoa 2 jiwa (0,05%). Berdasarkan persentase tersebut, menunjukkan bahwa penduduk desa Pematang Setrak adalah mayoritas suku Jawa.

Sarana dan Prasarana

Di desa Pematang Setrak kabupaten Teluk Mengkudu telah terhubung dengan daerah lain melalui jalan desa. Keadaan jalan desa secara umum cukup baik, namun apabila musim hujan tiba di beberapa tempat mengalami kerusakan jalan. Jalan beraspal sudah ada di desa.

Tabel 11. Prasarana Perhubungan Desa Pematang Setrak No. Jenis Prasarana Kuantitas /

Panjang

Keterangan

1 Jalan Kabupaten - Tidak Ada

2 Jalan Desa 8,5 Km Pengerasan

3 Jalan Dusun 18 Km 750 m Aspal dan 17 Km

Pengerasan

4 Jembatan 2 Unit Baik

Sumber : Kantor Kepala Desa Pematang Setrak, 2012

Sarana transportasi yang paling banyak digunakan warga masyarakat adalah sepeda motor. Di desa Pematang Setrak belum ada sarana transportasi umum seperti bus, mikrolet, atau sejenisnya.

Jaringan listrik dari PLN sudah tersedia, sehingga hampir semua rumah tangga menggunakan tenaga listrik untuk memenuhi keperluan penerangan dan


(54)

kebutuhan rumah tangga lainnya. Beberapa rumah tangga bahkan semakin banyak yang menggunakan pompa listrik untuk mengambil air sumur.

Di seluruh wilayah desa Pematang Setrak air bersih dapat diperoleh dari sumur gali (sumur bor), sehingga masalah air bersih di desa Pematang Setrak tidak ada masalah.


(55)

HASIL DAN PEMBAHASAN

System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai

System of Rice Intensification (SRI) yang diterapkan petani di desa Pematang Setrak sudah dilakukan dengan baik, tetapi penerapannya sedikit berbeda dengan System of Rice Intensification (SRI) yang biasanya. Misalnya dalam penggunaan pupuk. Pada System of Rice Intensification (SRI) seharusnya tidak menggunakan pupuk kimia, melainkan hanya menggunakan pupuk organik saja, tetapi para petani di desa Pematang Setrak masih menggunakan pupuk kimia. Penyemaian bibit yang diterapkan di desa Pematang Setrak dilakukan pada saat bibit berumur antara 8-15 hari dan penggunaan jarak tanam yang digunakan yaitu 30 x 30 cm. Untuk penggunaan air Sistem pengairan padi sawah System of Rice Intensification (SRI) di desa Pematang Setrak petani hanya sedikit menggunakan air. Air tidak sampai menggenangi sawah seperti pada umumnya, air hanya digunakan untuk menjaga kelembaban tanah saja. Tetapi ± 1 bulan sebelum panen, sawah diairi seperti sistem tradisional

Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai

Sikap petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai diperlihatkan oleh jawaban petani terhadap pernyataan-pernyataan yang diberikan. Dari jawaban petani terhadap setiap pernyataan akan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap kategori, kemudian secara kumulatif dilihat


(56)

masing-masing jawaban), kemudian skor terhadap masing-masing pernyataan dijumlahkan.

Interpretasi terhadap skor masing-masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut ke dalam skor standar yang mana dalam hal ini digunakan Model Skala Likert (Skor T). Dengan mengubah skor pada skala sikap menjadi skor T, menyebabkan skor ini mengikuti distribusi skor yang mempunyai mean sebesar T = 50 dan standar deviasi S = 4.07 sehingga apabila skor standar ≥ 50, berarti mempunyai sikap yang positif. Jika skor standar < 50, berarti mempunyai sikap negatif. Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 12 :

Tabel 12. Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di Desa Pematang Setrak

No. Kategori Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Positif 19 63,33

2. Negatif 11 36,67

Jumlah 30 100

Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 4)

Berdasarkan data pada Tabel 12 dapat diketahui bahwa dari 30 petani sampel, jumlah petani yang menyatakan sikap positif sebanyak 19 orang (63,33%) dan yang menyatakan sikap negatif sebanyak 11 orang (36,67%). Mayoritas sikap petani sampel adalah positif sehingga, dapat dikatakan bahwa sikap petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di daerah penelitian adalah positif


(57)

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi terhadap Sikap Petani dalam Penerapan Padi Sawah System of Rice Intensification (SRI)

Setelah dilakukan analisis data menggunakan SPSS 16 dengan variable independent (X) yang meliputi variabel umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan dan pendapatan dan sikap petani sebagai variable dependent

(Y). Maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

= 46,260 – 0,135 X1 + 0,633 X2 + 0,181 X3 - 4,619 X4 + 3.608.000 X5 Dari persamaan di atas dijelaskan besar pengaruh umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan dan pendapatan terhadap sikap petani. Nilai konstanta sebesar 46,260 merupakan titik potong regresi dengan sumbu tegak Y. Koefisien regresi umur -0,135menyatakan bahwa setiap penurunan umur petani sebesar 1 tahun maka akan menaikan nilai skor standar sebesar 0,135. Hal ini berarti semakin muda umur petani akan menaikan jumlah skor standar yang menggambarkan kecenderungan bersikap positif terhadap System of Rice Intensification (SRI).

Koefisien pendidikan 0,633 menyatakan bahwa setiap kenaikan tingkat pendidikan sebesar 1 tahun maka akan menaikan nilai skor standar sebesar 0,633. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka nilai skor standar semakin tinggi, yang berarti petani akan bersikap positif terhadap System of Rice Intensification (SRI).

Koefisien regresi lama berusahatani 0,181 menyatakan bahwa setiap kenaikan lama berusahatani sebesar 1 tahun maka akan menaikan nilai skor standar sebesar 0,181. Hal ini menggambarkan bertambahnya pengalaman bertani yang dilihat dari lamanya berusahatani akan membuat petani bersikap positif


(58)

Koefisien regresi pendapatan 59.590.000 menyatakan bahwa kenaikan pendapatan petani sebesar Rp. 1 maka akan menaikan nilai skor standar sebesar 59.590.000. Hal ini menggambarkan kenaikan pendapatan akan membuat petani bersikap positif terhadap System of Rice Intensification (SRI).

Koefisien determinasi (R square) dari hasil analisis adalah sebesar 0,320 atau 32%, yang berarti 32% variasi sikap petani mampu dijelaskan oleh variabel umur, pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan dan pendapatan. Sedangkan sisanya sebesar 68% mampu dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis pengaruh variabel bebas yang terdiri dari : Umur (X1), Pendidikan (X2), Lamanya Berusahatani (X3), Jumlah tanggungan (X4), Pendapatan (X5) terhadap variabel terikat : Sikap Petani secara bersama – sama menggunakan uji F (F test atau ANOVA).

Keputusan dan kesimpulan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan dapat ditentukan dengan kriteria uji hipotesis sebagai berikut :

H0 : b1 = b2 = b3 = 0 , secara simultan variabel bebas (umur, pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan, pendapatan) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (sikap petani)

H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 , secara simultan variabel bebas (umur, pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan dan pendapatan)


(59)

berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (sikap petani)

Hasil hipotesis menggunakan uji F simultan menunjukkan nilai Fhitung

adalah sebesar 2,225 sedangkan Ftabel = F 0,05 : 5, 24 = 2,62. Karena nilai Fhitung < Ftabel (2,225 < 2,62) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,081 > 0,05

maka H1 tidak diterima atau H0 diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa umur, pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan, pendapatan secara bersama tidak berpengaruh nyata terhadap sikap petani.

Pengaruh Umur dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI)

Kegiatan petani sampel di desa Pematang Setrak dilakukan dari berbagai golongan umur. Untuk itu perlu diteliti apakah umur memiliki hubungan dengan sikap petani terhadap System of Rice Intensification (SRI)di daerah penelitian.

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan nilai t-hitung untuk variabel umur

adalah sebesar -0,395 dan t-tabel dengan df= 24 adalah 1,711 maka t-hitung = -0,395 < t-tabel = 1,711 dengan signifikansi sebesar 0,697 > 0,05 maka

H1 tidak diterima atau H0 diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa secara parsial variabel bebas umur (X1) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sikap petani (Y).

Petani yang memiliki umur yang semakin tua (> 50 tahun) biasanya makin lamban dalam mengadopsi ilmu baru atau inovasi baru yang dijelaskan penyuluh dan cenderung hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh masyarakat setempat. Akan tetapi di daerah penelitian dengan rata- rata umur


(60)

petani 47,87 tahun (48 tahun) 63,33 % atau 19 orang dari 30 sampel bersikap positif terhadap System of Rice Intensification (SRI). Di usia hampir 50 tahun ini petani mampu mengadopsi dan bersikap positif terhadap ilmu baru yang diberikan penyuluh.

Pengaruh Tingkat Pendidikan dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI)

Kegiatan petani sampel di desa Pematang Setrak dilakukan dari berbagai tingkat pendidikan. Untuk itu perlu diteliti apakah tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan sikap petani terhadap System of Rice Intensification (SRI) di daerah penelitian.

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan nilai t-hitung untuk variabel pendidikan adalah sebesar 0,560 dan t-tabel dengan df= 24 adalah 1,711 maka t-hitung = 0,560< t-tabel = 1,711 dengan signifikansi sebesar 0,581 > 0,05 maka H1 tidak diterima atau H0 diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa secara parsial varibel bebas pendidikan (X2) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sikap petani (Y).

Menurut Soekartawi (1988) pendidikan merupakan sarana belajar, yang menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju pembangunan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat menerapkan teknologi dan melaksanakan proses adopsi. Tetapi, hasil penelitian di desa Pematang Setrak, kecamatan Teluk Mengkudu, kabupaten Serdang Bedagai menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap sikap petani dalam penerapan System of Rice Intensification (SRI).


(61)

Rata – rata tingkat pendidikan petani di daerah penelitian hanya sampai di bangku SMP. dengan tingkat pendidikan yang masih tergolong rendah, sebesar 63,33% petani sudah mengadopsi dan melaksanakan System of Rice Intensification (SRI).

Pengaruh Lamanya Berusahatani dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI)

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan nilai t-hitung untuk variabel lama berusahatani adalah sebesar 0,436 dan t-tabel dengan df= 24 adalah 1,711 maka t-hitung = 0,436 < t-tabel = 1,711 dengan signifikansi sebesar 0,667 > 0,05 maka H1 tidak diterima atau H0 diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa secara parsial variabel bebas lama berusahatani (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sikap petani (Y).

Menurut Soekartawi (1988) petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.. Di daerah penelitian dengan rata-rata pengalaman berusahatani yang sudah di atas 25 tahun masih ada sebesar 36,67 % atau 11 orang petani sampel yang bersikap negatif terhadap System of Rice Intensification (SRI).

Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI)

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan nilai t-hitung untuk variabel jumlah tanggungan adalah sebesar - 1,903 dan t-tabel dengan df= 24 adalah 1,711 maka t- = -1,903 < t- = 1,711 dengan signifikansi sebesar 0,069 > 0,05 maka


(62)

H1 tidak diterima atau H0 diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa secara parsial variabel bebas jumlah tanggungan (X4) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sikap petani (Y).

Jumlah tanggungan keluarga petani akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama untuk menambah pendapatan keluarga. Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula kebutuhan hidup yang harus dipenuhi petani. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani sampel di daerah penelitian adalah 2 jiwa. Dengan rata- rata jumlah tanggungan yang relatif sedikit, kebutuhan hidup yang harus dipenuhi juga tidak terlalu besar, akan tetapi petani sampel bersikap positif terhadap System of Rice Intensification (SRI)

dikarenakan sistem tanam ini dapat menghasilkan produksi yang besar. sehingga banyaknya jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata dengan sikap petani terhadap System of Rice Intensification (SRI).

Pengaruh Tingkat Pendapatan dengan Sikap Petani terhadap System of Rice Intensification (SRI)

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan nilai t-hitung untuk variabel pendapatan adalah sebesar 2,539 dan t-tabel dengan df= 24 adalah 1,711 maka t-hitung = 2,539> t-tabel = 1,711 dengan signifikansi sebesar 0,018 < 0,05 maka H1

diterima atau H0 tidak diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa secara

parsial variabel bebas pendapatan (X5) berpengaruh nyata terhadap variabel terikat sikap petani (Y).


(1)

Lampiran 4. Skor Sikap dan Interpretasinya

=

Keterangan :

T= skor standar S=deviasi standar

X=skor sikap responden

X=rata-rata skor sikap

T ≥ 50 = positif T < 50 = negatif Nomor

Sampel

Skor

Sikap Nilai T Interpretasi

1 2 3 4

1. 102 52.87 Positif

2. 102 52.87 Positif

3. 101 50.42 Positif

4. 97 40.6 Negatif

5. 101 50.42 Positif

6. 103 55.33 Positif

7. 102 52.87 Positif

8. 101 50.42 Positif

9. 102 52.87 Positif

10. 99 45.5 Negatif

11. 94 33.22 Negatif

12. 101 50.42 Positif

13. 101 50.42 Positif

14. 95 35.67 Negatif

15. 99 45.5 Negatif

16. 103 55.33 Positif

17. 107 65.16 Positif

18. 109 70.07 Positif

19. 109 70.07 Positif

20. 97 40.6 Negatif

21. 96 38.13 Negatif

22. 101 50.42 Positif

23. 100 47.96 Negatif

24. 103 55.33 Positif

25. 97 40.6 Negatif

26. 102 52.87 Positif

27. 105 60.24 Positif

28. 105 60.24 Positif

29. 100 47.96 Negatif


(2)

Lampiran 5. Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Sikap Nomor

Sampel

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. E E E E D B D B E D D D D D E E D E E E A E A E D

2. E E E B E E D E E C D D D D E E D D D D A E A E D

3. E E E E D D E D E D D D C C D E D E D D A E A D D

4. D E D D D C E C E C D D C C E E D E E E A D A D D

5. E E D E E B E D E D D D C C E E E E D D A D A E D

6. E E E D D D E E E D D E C D D E D E E D A D A D D

7. D D D E E C E E E D D D D D E E D E D D A E A D D

8. D D D E E D E D E D D D D D E E D E D D A D A D D

9. E E E E D C E D E D D D D D E E D E D D A D A D D

10. E E D E D D E D E D D D C C D E D E D D A D A D D

11. D D C E D D E D D C D D D D D D C E D D A D A D D

12. E D D D D D E D E D D D D D E E D E D D B D A D D

13. E D D E E D E D E D D D D D D E D E D D A D A D D

14. E E D E E D E C D C C D B C D E C E D D B D A D D

15. D D D D E D E D E D D D D D D D C E D D B D A E D

16. E E D D E D E D E D D D D D D D D E D D B D A E E

17. E D D E E D E C E D D E D D E E D E E E A E A E E

18. E E D D E D E D E D E E D D E E D E E E A E A E E

19. E E D E E D E E E D D E D D E E E E E E A E A D D

20. D D D D D D E D D D D D C C D D D E E E B D A D D

21. D D D D E C D C D D D D D D D E D D E D B D A D D

22. E E D D E D E D D D D E D D D E D D D D B D A D D

23. D D D D E D E D D D E D D D D E D E E D A D A D D

24. E D E D D D E D E D D E D D E E D E D D B D A D D

25. E D D D D D E D D D D D C C D E D E D D B D A D D

26. E D D E D D E E E D D D D D D E D E E D A D A D D

27. D D D E E D E D D D E E D D E E E E D D B D A D E

28. E E E C E E E D E D E D D D D E D E E E A D A D D

29. E D D D E D E C D D D D D D D E D E D D B E A D D


(3)

Lampiran 6. Total Nilai Skala Kategori Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Sikap Nomor

Sampel

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 4

15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. 5 5 5 5 4 2 4 2 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 5 1 5 1 5 4 102 2. 5 5 5 2 5 5 4 5 5 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 1 5 1 5 4 102 3. 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 3 4 5 4 5 4 4 1 5 1 4 4 101 4. 4 5 4 4 4 3 5 3 5 3 4 4 3 3 5 5 4 5 5 5 1 4 1 4 4 97 5. 5 5 4 5 5 2 5 4 5 4 4 4 3 3 5 5 5 5 4 4 1 4 1 5 4 101 6. 5 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 3 4 4 5 4 5 5 4 1 4 1 4 4 103 7. 4 4 4 5 5 3 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 1 5 1 4 4 102 8. 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 1 4 1 4 4 101 9. 5 5 5 5 4 3 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 1 4 1 4 4 102 10. 5 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 3 3 4 5 4 5 4 4 1 4 1 4 4 99 11. 4 4 3 5 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 1 4 1 4 4 94 12. 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 2 4 1 4 4 101 13. 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 1 4 1 4 4 101 14. 5 5 4 5 5 4 5 3 4 3 3 4 2 3 4 5 3 5 4 4 2 4 1 4 4 95 15. 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 2 4 1 5 4 99 16. 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 2 4 1 5 5 103 17. 5 4 4 5 5 4 5 3 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 1 5 1 5 5 107 18. 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 1 5 1 5 5 109 19. 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 1 5 1 4 4 109 20. 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 5 5 2 4 1 4 4 97 21. 4 4 4 4 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 2 4 1 4 4 96 22. 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 2 4 1 4 4 101 23. 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 1 4 1 4 4 100 24. 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 2 4 1 4 4 103 25. 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 3 4 5 4 5 4 4 2 4 1 4 4 97 26. 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 1 4 1 4 4 102 27. 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 2 4 1 4 5 105 28. 5 5 5 3 5 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 1 4 1 4 4 105 29. 5 4 4 4 5 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 2 5 1 4 4 100 30. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 3 5 4 4 2 4 1 4 4 91


(4)

Lampiran 7. Hasil Regresi Linier Berganda Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi terhadap Sikap Petani

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Pendapatan,

Umur, Jumlah Tanggungan, Pendidikan, Lamanya Berusahatania

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Sikap Petani

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .565a .320 .178 9.06420 1.288

a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Umur, Jumlah Tanggungan, Pendidikan, Lamanya Berusahatani

b. Dependent Variable: Sikap Petani

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 926.207 5 185.241 2.255 .081a


(5)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1(Constant) 46.260 14.814 3.123 .005

Umur -.135 .343 -.144 -.395 .697 .213 4.695

Pendidikan .633 1.130 .170 .560 .581 .309 3.233

Lamanya

Berusahatani .181 .415 .201 .436 .667 .133 7.525

Jumlah Tanggungan -4.619 2.427 -.398 -1.903 .069 .649 1.541

Pendapatan 5.959E-7 .000 .494 2.539 .018 .750 1.333

a. Dependent Variable: Sikap Petani


(6)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation N Predicted Value 39.4683 63.1707 50.0073 5.65139 30 Std. Predicted Value -1.865 2.329 .000 1.000 30 Standard Error of

Predicted Value 2.492 6.836 3.922 1.042 30

Adjusted Predicted

Value 39.9856 63.6906 49.8664 5.70788 30

Residual

-1.78642E 1

21.74779 .00000 8.24587 30

Std. Residual -1.971 2.399 .000 .910 30

Stud. Residual -2.079 2.507 .007 .976 30

Deleted Residual

-1.98813E 1

23.74086 .14091 9.52594 30 Stud. Deleted Residual -2.248 2.856 .006 1.031 30

Mahal. Distance 1.225 15.526 4.833 3.281 30

Cook's Distance .000 .096 .024 .025 30

Centered Leverage

Value .042 .535 .167 .113 30


Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Perkembangan Teknologi Budidaya Padi Sawah Yang Diterapkan Petani Untuk 5 Tahun Terakhir SertaDampaknya Terhadap Sosial Ekonomi Petani di DesaLubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

1 50 146

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Tingkat Adopsi Petani Padi Sawah Dalam Metode SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) (Studi kasus : Desa Paya Bakung Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang)

3 58 57

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos (Studi Kasus : Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 49 105

Tingkat Persepsi dan Adopsi Petani Padi terhadap Penerapan System of Rice Intensification (SRI) di Desa Simarasok, Sumatera Barat

3 18 71

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 5 120

PENGARUH PENERAPAN SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) TERHADAP POPULASI PENGGEREK BATANG PADI KUNING (Scirpophaga incertulas Wlk)

0 9 32

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA SUMBER PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH DENGAN METODE SRI (The System of Rice Intensification).

0 1 7

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)

0 0 10

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Sikap Petani Dalam Penerapan Padi Sawah SRI (System of Rice Intensification)

0 0 17