dilarutkan dalam 15 ml air bebas karbondioksida P. Ditambahkan 2 tetes fenolftalein LP dan titrasi dengan larutan natrium hidroksida hingga terjadi warna
merah muda yang mantap Ditjen POM, 1995.
3.5.2 Penetapan Kadar Furosemida Baku
Ditimbang seksama lebih kurang 600 mg, dilarutkan dalam 50 ml etanol yang telah ditambah 3 tetes fenolftalein LP, dan sebelumnya telah dinetralkan
dengan natrium hidroksida 0,1 N. Dititrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N sampai titik akhir berwarna merah muda Ditjen POM, 1995.
3.5.3 Pembuatan Larutan Induk Baku Furosemida Dalam Larutan Dapar Fosfat pH 6,0 Isotonis
Ditimbang seksama 50,0 mg furosemida yang telah dikeringkan pada suhu 105
o
3.5.4 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Furosemida Dalam Larutan Dapar Fosfat pH 6,0 Isotonis
C selama 3 jam. Kemudian dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu tentukur 100 ml dilarutkan dengan NaOH 0,1 N sampai serbuk larut lalu
dicukupkan dengan larutan dapar fosfat pH 6,0 isotonis hingga garis tanda.
Dari larutan induk baku dipipet 0,75 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dicukupkan dengan larutan dapar fosfat pH 6,0 isotonis sampai
garis tanda. Diukur panjang gelombang maksimum.
3.5.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Furosemida Dalam Dapar Fosfat pH 6,0 Isotonis
Dari larutan baku induk dipipet masing-masing 0,20 ml; 0,25 ml; 0,30 ml; 0,35 ml; 0,55 ml; 0,75 ml; 0,95 ml; dan 1,15 ml atau setara dengan konsentrasi
0,5 mcgml; 1,0 mcgml; 1,5 mcgml; 2,0 mcgml; 2,5 mcgml; 3,0 mcgml; 3,5 mcgml; 5,5 mcgml; 7,5 mcgml; 9,5 mcgml; dan 11,5 mcgml, lalu dimasukkan
Universitas Sumatera Utara
dalam labu tentukur 50 ml dan dicukupkan dengan larutan dapar fosfat pH 6,0 isotonis sampai garis tanda. Diukur pada panjang gelombang maksimum.
3.5.6 Pembuatan Larutan Obat Dari Tablet Furosemida Generik Dengan
Konsentrasi 0,01 M Dalam Larutan Dapar Fosfat pH 6,0 Isotonis
Ditimbang sejumlah serbuk dari tablet furosemida generik setara dengan 826,850 mg. Lalu serbuk dilarutkan dengan NaOH 0,1 N. Kemudian dipindahkan
ke dalam labu tentukur 250 ml, dicukupkan dengan larutan dapar fosfat pH 6,0 isotonis hingga garis tanda.
3.5.7 Pembuatan Larutan Obat Dari Tablet Furosemida Generik Dengan
Konsentrasi 0,001 M, 0,002 M dan 0,003 M
Dari larutan tablet furosemid generik 0,01 M dipipet masing-masing 25 ml, 50 ml, dan 75 ml atau setara dengan konsentrasi 0,001 M, 0,002 M dan
0,003 M, lalu dimasukkan dalam labu tentukur 250 ml, dicukupkan dengan larutan dapar fosfat pH 6,0 isotonis sampai garis tanda.
3.5.8 Penentuan Pola Penembusan Membran Oleh Furosemida 3.5.8.1 Pembuatan Jejunum Terbalik Everted sac Kelinci
Hewan percobaan berupa kelinci jantan dengan berat antara 1,5 – 2 kg, dipuasakan selama 20 – 24 jam. Setelah kelinci tersebut dianestesi dengan eter,
kemudian dilakukan pembedahan pada bagian perut tetapi jangan sampai mengenai tulang dada. Seluruh usus dikeluarkan dan dibersihkan bagian dalamnya
dari kotoran dan bagian luar dari jaringan yang mengikat, pembuluh darah halus, dan sebagainya dengan bantuan pinset dan gunting. Kemudian usus diikat pada
jarak ± 25 cm dari pylorus ujung lambung dan bagian ini merupakan duodenum.
Bagian bawah duodenum adalah jejunum sepanjang 75 cm diikat, diukur 10 cm
Universitas Sumatera Utara
lalu diikat dengan benang, bagian atas digunakan untuk pemeriksaan laju absorpsi kontrol dan bagian bawah digunakan sebagai pemeriksaan laju absorpsi
sampel. Lamanya usus digunakan dalam percobaan dihitung sejak usus dipisahkan dari pilorus. Kemudian setiap bagian dipotong tetapi salah satu ujungnya tetap
terikat. Lalu dimasukkan ke dalam larutan NaCl dingin didiamkan beberapa menit, kemudian diangkat dan dibalik dengan menggunakan batang pengaduk
berpenampang 2 mm. Lalu dijepit pada bagian yang ada ikatan dan dilepaskan dengan pinset dari batang pengaduk, dicelupkan ke dalam larutan NaCl dingin
Sinaga, 1995; Kooshapur and Chaiden, 1999.
3.5.8.2 Penentuan Penembusan Membran Jejunum Terbalik Kelinci
Jejunum terbalik kelinci dengan panjang efektif masing-masing 7 cm diikat pada kanula dan masing-masing diisi dengan cairan serosa 2 ml ke dalamnya
berupa larutan dapar fosfat pH 6,0 isotonis yang tidak mengandung bahan obat. Jejunum terbalik bagian atas yang digunakan sebagai kontrol, dimasukkan ke
dalam tabung berisi 75 ml cairan mukosa yang mengandung larutan buffer posfat pH 6,0 isotonis yang tidak mengandung bahan obat. Sedangkan untuk jejunum
terbalik bagian bawah yang digunakan sebagai percobaan, dimasukkan ke dalam tabung berisi 75 ml cairan mukosa yang mengandung bahan obat furosemida
dengan konsentrasi 0,001 M. Selanjutnya dimasukkan termostat dengan temperatur 37
± 0,5
o
C. Selama berlangsung percobaan dijaga agar seluruh bagian usus tetap terendam dalam cairan mukosa serta terus menerus dialiri aliran
oksigen dengan kecepatan kira-kira 1 gelembung per detik.
Universitas Sumatera Utara
Pada menit 5, 10, 15, 20, 30, 35, 40, 45 cairan serosa diambil ± 1 ml melalui kanula dan selanjutnya dipipet 0,5 ml diencerkan dengan larutan fisiologis pH 6,0
isotonis hingga 25 ml. Dimasukkan kembali sebanyak 1 ml untuk setiap pengambilan cairan serosa. Serapan larutan yang diperiksa, diukur panjang
gelombang maksimum yaitu 277,0 nm dengan spektrofotometer ultraviolet. Dilakukan cara yang sama dengan cara diatas untuk konsentrasi 0,002 M dan
0,003 M Sinaga, 1995; Kooshapur and Chaiden, 1999.
3.5.9 Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap laju absorpsi tablet furosemida generik, dilakukan pengujian dalam dapar fosfat pH 6,0 isotonis
pada temperatur 37 ± 0,5
o
Ketergantungan konsentrasi terhadap laju absorpsi tablet furosemida generik pada kantung terbalik everted sac usus halus dihitung dengan persamaan
Michaelis menten. C sehingga diperoleh data konsentrasi kumulatif dan
laju absorpsi furosemida pada berbagai konsentrasi. Data hasil perhitungan diuji dengan menggunakan Analysis of Variance ANOVA program SPSS dengan
taraf kepercayaan 95 α = 0,05.
Untuk mengetahui harga kecepatan absorpsi maksimum V
maks
, konstanta Michaelis K
m
, dilakukan dengan menggunakan Lineweaver-Burk Plot.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Normalitas NaOH
Untuk mengetahui normalitas NaOH maka dilakukan pembakuan degan menggunakan lebih kurang 150 mg kalium biftalat P yang sebelumnya telah
dihaluskan dan dikeringkan pada suhu 120
o
4.2 Penetapan Kadar Furosemida Baku
C selama 2 jam, dan dilarutkan dalam 15 ml air bebas karbondioksida P. Ditambahkan 2 tetes fenolftalein LP dan
dititrasi dengan larutan natrium hidroksida hingga terjadi warna merah muda yang mantap. Normalitas NaOH yang diperoleh adalah sebesar 0,0918 N. Hasil dapat
dilihat pada lampiran 2 halaman 44.
Penetapan kadar furosemida baku dilakukan secara titrasi semi bebas air yaitu denagn menggunakan NaOH 0,1 N sebagai pentiter dan indikator
fenolftalein sehingga diperoleh kadar furosemida baku sebesar 99,3276 . Hasil dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 45.
4.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Furosemida Dalam Larutan Dapar Fosfat pH 6,0 Isotonis
Untuk mengetahui panjang gelombang maksimum furosemida dalam larutan dapar fosfat pH 6,0 isotonis maka dilakukan pengukuran pada larutan
induk baku furosemida 7,5 mcgml dengan menggunakan alat spektrofotometer ultraviolet. Dari pengukuran diperoleh panjang gelombang furosemida dalam
larutan dapar fosfat pH 6,0 isotonis adalah 277,0 nm. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5 halaman 47 dan 48.
Universitas Sumatera Utara