mesenterikum dan kehadiran obat secara total pada bagian dalam kantung pada difusi melalui serosa.
Selain metode everted sac, terdapat beberapa metode lain yang juga dapat digunakan untuk melakukan percobaan secara in vitro pada usus halus antara lain:
• Everted Intestinal Ring Metode ini hampir serupa dengan metode everted sac, namun pada metode
ini usus halus dibagi secara horisontal menjadi bentuk cincin-cincin yang berukuran 2-5 mm. Cincin-cincin ini dibenamkan tanpa pemberian
oksigen, larutan obat dikontrol oleh temperatur. Konsentrasi obat yang ditentukan antara cincin-cincin dan media. Kebaikan dan keburukan dari
metode ini sama besarnya dengan metode everted sac. Secara teknis metode ini lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan metode everted
sac, tetapi pengambilan dari permukaan mukosa dan serosa dapat terjadi. • Isolated Mucosal Strips
Swarbrick, and Boylan, 1992
2.9 Kinetika Laju Absorpsi
a.
Orde reaksi
• Reaksi orde nol Laju peruraian obat secara matematis dapat digambarkan sebagai berikut :
Laju pengurangan konsentrasi = k
dt dCa =
−
Dimana; Ca = Konsentrasi zat A yang bereaksi
k = faktor perbandingan = laju reaksi t = waktu
Universitas Sumatera Utara
Bila data dari suatu studi stabilitas mengikuti reaksi orde nol, grafik x jumlah yang bereaksi versus t waktu merupakan garis lurus dengan
kelandaian menyamai k. Nilai k menyatakan jumlah obat yang terurai per satuan waktu, dan titik potong garis pada waktu nol sama dengan
konstanta. jumlah
yang bereaksi x
Waktu t • Reaksi ode pertama
Laju pengurangan konsentrasi = - dt
dCa = k Ca
Dengan memakai persamaan tersebut untuk reaksi orde pertama dihasilkan garis lurus bila dibuat grafik logaritma konsentrasi Ca terhadap waktu.
Kecepatan atau konstanta laju reaksi, k, dapat dihitung dari kelandaian garis dikalikan 2,303.
obat yang tersisa
waktu
Universitas Sumatera Utara
b. Persamaan Michaelis Menten V =
] [
] [
C K
C V
m maks
+ + Kd [C]
Dimana; V
= Kecepatan absorpsi awal mcgml.menit V
maks
K = Kecepatan absorpsi maksimum mcgml.menit
m
[C] = Konsentrasi M
= Tetapan Michaelis Mentens M
Kd = Koefisien Difusi
Inui, et al, 1988 3. Lineweaver Burk
Kurva hubungan konsentrasi [C] dan kecepatan absorpsi [V] yang dikemukakan oleh Michaelis mentens dapat diubah ke dalam kurva garis lurus
apabila digunakan harga resiproknya 1V dan 1C. Persamaannya adalah: 1v =
maks m
V K
C 1
+
maks
V 1
Bentuk kurva:
1v
1V
maks
1K
m
1C
Armstrong, 1995
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah alat permeasi in vitro Crane dan Wilson modifikasi, spektrofotometer UV-visibel Shimadzu, neraca analitik Metler
Toledo, termostat, pH meter Hanna, stop watch, termometer, tabung oksigen dan regulator, gelas ukur, pipet volume, maat pipet, tabung reaksi, labu takar,
gelas beaker, kapas, sarung tangan, kotak untuk kelinci, botol aquadest, satu set alat bedah, dan alat lain yang dibutuhkan.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah furosemida baku Arandy laboratoris, eter p.a., natrium hidroksida p.a. E Merck, Kalium dihidrogen fosfat p.a.
E.Merck, Natrium Klorida p.a. E.Merck, NaCl fisiologis, aquadest, jejunum kelinci.
3.3 Hewan Percobaan
Hewan yang digunakan adalah kelinci jantan dengan berat 1,5 - 2 kg.
3.4 Pembuatan Pereaksi 3.4.1 Larutan Air Bebas Karbondioksida
Air murni yang telah dididihkan kuat-kuat selama 5 menit atau lebih dan didiamkan sampai dingin dan tidak boleh menyerap karbon dioksida dari udara.
Ditjen POM, 1995.
Universitas Sumatera Utara