Artinya: Dari Abdullah r.a berkala: Di zaman Rasulullah S A W. Kami ini adalah pemuda yang tedak memiliki apa-apa, Rasulullah S A W bersabda kepada
kami: wahai pemuda, barang siapa yang telah mampu di antara kamu untuk menikah, maka hendaklah menikah karena akan menundukkan pandanganmu dan
memelihara kehormatanmu, tetapi jika tidak sanggup untuk kawin maka berpuasalah, karena puasa itu merupakan tameng bagimu . H.R. Muslim
Artinya: Dari Ahmad Ibn Azhar berkata Adam: telah berkata I sa ibnu Maimun tentang Qosim dari Aisyah berkata: telah bersabda Rasolullah S A W
nikah merupakan sebagian dari sunnahku, maka barang siapa yang tidak mengerjakan sunnahku maka mereka bukan termasuk golonganku . H.R. Ibnu
Majah
B. Syarat- Syarat Perkawinan dan Rukun Perkawinan
Berbicara mengenai hukum perkawinan sebenarnya kita membicarakan berbagai aspek kehidupan masyarakat, bahwa bentuk masyarakat ditentukan atau
sekurang-kurangnya banyak dipengaruhi oleh bentuk dan sistem perkawinan, sebelum kita membicarakan syarat dan rukun perkawinan tersebut alangkah lebih
baik kita melihat perkawinan dari tiga sudut, yaitu: Pertama, dari sudut hukum, perkawinan merupakan suatu perjanjian antara
pria dan wanita agar dapat melakukan hubungan kelamin secara sah dalam waktu yang tidak tertentu
9
lama, kekal, abadi kedua, Dari sudut agama perkawinan itu dianggap sebagai suatu lembaga yang suci dimana antara suami istri agar hidup
9
Nazwar Syamsu, A1-Quran Tentang Manusia dan Masyarakat, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983, Cet. Ke-1, h. 159
tentram, saling mencintai, santun menyantuni dan kasih mengasihi antara satu terhadap yang lain dengan tujuan mengembangkan keturunan.
10
Pekawinan adalah suatu jalan yang halal untuk melanjutkan keturunan dan dengan perkawinan itu akan terpelihara agama, kesopanan dan kehormatan.
Banyak penyakit jiwa yang sembuh setalah melakukan perkawinan umpamanya penyakit kurang darah anemia, dengan demikian perkawinan dapat
menimbulkan keunggulan, keberanian dan rasa tanggung jawab terhadap keluarga, masyarakat dan negara. Perkawinan juga dapat menyambung tali
silaturrahmi, persaudaraan dan kegembiraan dalam menghadapi perjuangan hidup dalam kehidupan masyarakat dan sosial. Ketiga, dari sudut
kemasyarakatan bahwa orang-orang telah kawin atau berkeluarga telah memenuhi salah satu bagian syarat dari kehendak masyarakat, serta mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi dan lebih dihargai dari mereka yang belurn kawin.
11
Rukun dan syarat dalam Islam merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan antara satu dan lainnya, karena kebanyakan dari setiap aktifitas ibadah yang ada dalam agama Islam ada yang namanya rukun dan syarat, sehingga bisa
dibedakan dari pengertian keduanya adalah: syarat merupakan suatu hal yang harus ada atau terpenuhi sebelum suatu perbuatan dilaksanakan, sedangkan rukun
merupakan suatu hal yang harus ada atau dipenuhi pada saat perbuatan dilaksanakan. Seperti dalam shalat misalnya, wudhu merupakan suatu perbuatan yang dilakukan
sebelum shalat yang kemudian menjadi syarat sah shalat, adapun rukun shalat adalah niat, membaca takbiratul ikhram, membaca tatihah dan lain-lain yang merupakan
suatu perbuatan yang merupakan satu perbuatan yang dilakukan pada saat shalat berlangsung.
10
1bid, h. 159
11
Ibid, h. 106
Kaitannya pada bidang perkawinan adalah bahwa rukun perkawinan merupakan sebagian dari hakikat perkawinan, seperti harus adanya laki-laki dan
perempuan, wali, akad nikah dan sebagainya. Semua itu adalah bagian dari hakikat perkawinan, dan tidak dapat terjadi suatu perkawinan kalau tidak ada salah satu dari
rukun perkawinan di atas. Maka yang demikian dinamakan rukun perkawinan.
12
Adapun syarat merupakan sesuatu yang mesti ada dalam perkawinan tetapi tidak termasuk salah satu sebagian dari hakikat perkawinan itu, misalnya syarat wali
itu adalah laki-laki, baligh, berakal dan sebagainya. Lebih lanjut penulis akan menjelaskan lebih rinci mengenai rukun dan syarat perkawinan sebagai berikut:
1. Rukun Perkawinan
Rukun perkawinan merupakan hal-hal yang harus di penuhi pada saat melangsungkan perkawinan. Dalam Islam sebenarnya banyak perbedaan pendapat
yang terjadi antara Imam mazhab, akan tetapi pada kali ini penulis hanya akan mengemukakan pendapat yang berkembang di Indonesia yang juga telah menjadi
hukum tertulis di Indonesia, diantaranya: a.
Adanya calon suami dan calon isteri yang akan melakukan perkawinan. b.
Adanya wali dari pihak calon wanita. Akad nikah dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakil yang akan
menikahkannya. c.
Adanya dua orang saksi. Pelaksanan perkawinan, akan sah apabila dua orang saksi yang menyaksikan
akad nikah tersebut.
12
Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan Dalam Islam, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1996, Cet. Ke-15, h. 15
d. Sighat akad nikah, yaitu ijab qabul yang di ucapkan oleh wali atau wakilnya
dari pihak wanita, dan di jawab oleh pengantin laki-laki.
13
1. Syarat Perkawinan
Syarat perkawinan merupakan dasar bagi sahnya perkawinan. Jika syarat- syaratnya terpenuhi maka perkawinanya adalah sah dan menimbulkan segala adanya
kewajiban dan hak-hak perkawinan.
14
Dalam Islam syarat-syarat nikah di perinci ke dalam syarat-syarat untuk mempelai wanita dan syarat-syarat untuk mempelai laki-
laki, syarat-syarat nikah ini digolongkan ke dalam syarat materil dan harus di penuhi agar dapat melangsungkan perkawinan.
Dikarenakan syarat merupakan kepanjangan tangan dari rukun perkawinan, rukun di atas, diantaranya sebagai berikut:
a. Syarat calon mempelai laki-laki
1. Calon suami beragama Islam
2. Laki-laki
3. Jelas orangnya
4. Tidak dipaksa dengan kemauan sendiri
5. Tidak beristri lebih dari empat orang
6. Bukan mahramnya bakal isteri
7. Tidak mempunyai isteri dan haram dinikahi
13
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, Bogor : Kencana, 2003, Cet. Ke-l, h.46-47
14
Hasanudin, Diktat kuliah Mukaranah Al-Mazahib Fit Munakahat, 2002
8. Mengetahui bakal isterinya tidak haram dinikahi
9. Tidak dalam ihram haji atau umrah.
b. Syarat calon mempelai wanita
1. Beragama Islam
2. Perempuan
3. Jelas orangnya
4. Tidak bersuami dan tidak dalam masa iddah
5. Telah memberi izin kepada wali untuk mengawinkannya
6. Bukan mahrom bakal suami
7. Belum pernah di Wan sumpah lian oleh bakal suaminya
8. Tidak dalam ihram haji atau umroh.
c. Syarat bagi wali nikah
1. Laki-laki
2. Beragama Islam
3. Dewasa
4. Mempunyai hak perkawinan
5. Tidak terdapat halangan perkawinan
d. Syarat bagi saksi nikah
1. Dua orang laki-laki
2. Beragama Islam
3. Baligh
4. Berakal
5. Melihat
6. Mendengar
7. Mengerti tentang maksud akad nikah
8. Hadir dalam ijab qabul.
e. Syarat ijab dan gabul
1. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali
2. Adanya pernyatan penerimaan dari calon mempelai pria.
3. Memakai kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kata nikah atau tazwij.
4. Antara ijab dan qabul bersambung
5. Antara ijab dan qabul jelas maksudnya
6. Orang yang terkait dengan ijab dan qabul tidak sedang ihram haji dan umrah
7. Majlis ijab dan qabul itu harus di hadiri minimum empat orang, yaitu: calon
mempelai pria dan wakilnya, wali dari mempelai wanita atau wakilnya, dan dua orang saksi.
Syarat-syarat perkawinan di atas wajib dipenuhi, jika tidak terpenuhi syarat di atas, maka berakibat batal atau tidak sah fasik perkawinannya. Selain syarat-syarat
tersebut di atas masih ada satu syarat lagi yang harus di perhatikan oleh umat Islam dalam hal akan melaksanakan perkawinan yaitu syarat tidak melanggar larangan
perkawinan.
C. Segi-segi Taabudi dalam Pemberian Mahar dan Harta Bawaan