17
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kepatuhan 2.1.1 Defenisi Kepatuhan
Kepatuhan perawat profesional adalah sejauh mana perilaku seorang perawat sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan pimpinan
perawat ataupun pihak rumah sakit Niven, 2002.Kepatuhan adalah suatu perilaku manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur dan
disiplin.Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang yang profesional terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus
dilakukan atau ditaati Ega Lestari Rosyidah, 2011.Kepatuhan adalah ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan Bastable,
2002.Kepatuhan dapat disimpulkan yaitu suatu prilaku seseorang yang taat terhadap peraturan yang telah ditentukan dalam suatu prosedur.
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Menurut Niven 2002faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan adalah: a.
Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Universitas Sumatera Utara
negara. Tingginya pendidikan seorang perawat dapat meningkatkan kepatuhan dalam melaksanakan kewajibannya, sepanjang bahwa
pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif. b.
Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan Notoatmodjo, 2007.
c. ModifikasiFaktor Lingkungan dan Sosial
Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari pimpinan Rumah Sakit, kepala
perawat, perawat
itu sendiri
dan teman-teman
sejawat.Lingkungan berpengaruh besar pada pelaksanaan prosedur asuhan keperawatan yang telah ditetapkan. Lingkungan yang harmonis
dan positif akan membawa dampak yang positif pula pada kinerja perawat, kebalikannya lingkungan negatif akan membawa dampak buruk
pada proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan d.
PerubahanModel Prosedur Program pelaksanan prosedur asuhan keperawatan dapat dibuat
sesederhana mungkin dan perawat terlihat aktif dalam mengaplikasikan prosedur tersebut.Keteraturan perawat melakukan asuhan keperawatan
sesuai standar prosedur dipengaruhi oleh kebiasaan perawat menerapkan sesuai dengan ketentuan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
e. MeningkatkanInteraksi Profesional Kesehatan
Meningkatkan interaksi profesional kesehatan antara sesama perawat khususnya antara kepala ruangan dengan perawat pelaksana adalah
suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada perawat. Suatu penjelasan tetang prosedur tetap dan bagaimana cara menerapkannya
dapat meningkatkan kepatuhan. Semakin baik pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan, maka semakin mempercepat proses penyembuhan
penyakit klien. f.
Usia Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan
berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja, dari segi
kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini
sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan patuh dalam
pemberian asuhan keperawatan Notoatmodjo, 2007. 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Niven 2002 menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi tiga bagian antara lain:
a. Pemahaman Tentang Instruksi
Tak seorangpun dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang di berikan padanya.
Universitas Sumatera Utara
b. Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara professional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.
c. Isolasi Sosial dan Keluarga
Keluarga dapat menjadi factor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat
menentukan program yang dapat mereka terima. 2.1.4 Stretegi untuk Meningkatkan Kepatuhan
Smet 1994 menyatakan berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan kepatuhan, diantaranya adalah:
a. Dukungan Profesional Kesehatan
Dukungan profesional
kesehatan sangat
diperlukan untk
meningkatkan kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam hal dukungan
tersebut adalah
dengan adanya
tehnik komunikasi.Komunikasi
memegang peranan
penting karena
komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan, isalnya antara kepala perawatan dengan bawahannya.
b. Dukungan Sosial
Dukungan sosial yang dimaksud adalah pasien dan keluarga.Pasien dan keluarga yang percaya pada tindakan dan perilaku yang dilakukan
oleh perawat dapat menunjang peningkatan kesehatan pasien, sehingga perawat dapat bekerja dengan percaya diri dan ketidak
patuhan dapat dikurangi.
Universitas Sumatera Utara
c. Perilaku Sehat
Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan, misalnya kepatuhan perawat untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah
menyentuh pasien ataupun melakukan tindakan asuhan keperawatan. d.
Pemberian Informasi Pemberian informasi yang jelas tentang pentingnya pemberian asuhan
keperawatan berdasarkan prosedur yang ada membantu meningkatkan kepatuhan perawat, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
pelatihan-pelatihan kesehatan yang diadakan oleh pihak rumah sakit ataupun instansi kesehatan lain.
2.5 Prosedur Pemasangan Kateter Urine Peran pearawat juga mencegah infeksi nosokomial dengan
melakukan tindakan sesuai dengan standar operasional prosedur pemasangan kateter, adapun standar operasional prosedur pemasangan
kateter yaitu: a.
Mempersiapkan peralatan b.
Mempersiapkan pasien menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan pemasangan kateter
c. Mencuci tangan
d. Memberikan privasi pada klien
e. Menempatkan posisi klien : wanita supinasi dengan lutut di tekuk dan
rotasi eksternal, pada pasien laki-laki supinasi tungkai sedikit dibuka f.
Memberikan pencahayaan yang adekuat
Universitas Sumatera Utara
g.
Buka paket kateterisasi dan pasang duk di bawah bokong pada klien wanita atau penis bagi klien laki-laki
h. Pasang sarung tangan steril
i. Mengatur suplai: 1 rendam kapas pembersih dengan larutan
antiseptik, 2 buka larutan pelumas, 3 pindahkan wadah spesimen dan letakkan di dekat klien.
j. Hubungkan
spuit
yang telah terisi
aquadest
ke pusat penggelembungan kateter sementara dan periksa balon.
k. Lumasi kateter 1 sampai 2 inci untuk wanita dan 6 sampai 7 inci
untuk laki-laki dengan
jelly l.
Membersihkan
meatus
pada wanita tangan nondominan membuka
labia mayora
, dan tangan dominan mengambil kapas dengan
forseps
untuk membersihkan
labia mayora
dan mengelap satu sisi
labia mayora
dengan arah
anteroposterior
dengan hati-hati agar tangan yang steril tidak terkontaminasi, gunakan kapas yang baru untuk sisi
berlawanan dan ulangi untuk membersihkan
labia minora
, gunakan kapas terkhir untuk membersihkan langsung ke atas
meatus
, sedangkan pada klien laki-laki tangan nondominan untuk memegang penis tepat
dibawah
glans
, pegang penis ke arah atas untuk membantu meluruskan uretra kemudian ambil kapas pembersih dengan
forceps
di tangan dominan dan lap dari pusat meatus dengan gerakan melingkar ke
sekeliling
glans
dengan hati-hati agar tidak terkontaminasi dan
Universitas Sumatera Utara
pertahankan kesterilan tangan, dan lakukan pembersihan ini sampai tiga kali penis yang telah dibersihkan tidak boleh dibiarkan jatuh.
m. Masukkan kateter: 1 pegang kateter kuat 2 sampai 3 inci dari ujung
kemudian anjurkan klien tarik napas dalam dan masukkan kateter pada saat klien menghembuskan napas, 2 masukkan kateter 2 inci lebih
jauh setelah urin mulai mengalir ke kateter, 3 apabila kateter menyentuh
labia
secara tidak sengaja atau tergelincir masuk ke dalam vagina maka kateter dianggap terkontaminasi dan kateter harus diganti
dengan yang baru dan steril. n.
Pegang kateter dengan tangan nondominan pada klien laki-laki taruh
penis
ke duk dan pastikan kateter tidak tertarik keluar. o.
Gelembungkan balon retensi dengan
aquadest
steril sesuai ketentuan volume pada label spesifikasi kateter yang di pakai.
p. Tampung spesimen jika di perlukan.
q. Fiksasi slang kateter ke paha bagian dalam untuk klien wanita dan
pada klien laki-laki ke paha atas atau
abdomen.
r. Menempatkan
urobag
ditempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih.
s. Mengelap area perineum dari sisa antiseptik atau pelumas dan
menempatkan klien ke posisi nyaman. t.
Bereskan alat dan bahan u.
Mendokumentasikan prosedur kateterisasi meliputi: 1 hari, tanggal dan jam pemasangan kateter, 2 tipe dan ukuran kateter yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan, 3 jumlah, warna, bau urine dan kelainan-kelainan yang ditemukan kozier, 2010
2.6. Prosedur Pemasangan Infus Pemasangan infus dapat dilakukan di pembuluh vena, adapun
standar operasional prosedur pemasangan infus menurut kozier et al 2010 yaitu:
a. Mempersiapkan peralatan.
b. Mempersiapkan pasien menjelaskan prosedur pemasangan infus dan
menjelaskan tujuan c.
Mencuci tangan d.
Buka dan siapkan set infus: 1 melepaskan slang dari wadah dan tarik keluar, 2 tutup klem, 3 biarkan ujung slang tertutup dengan plastik
sampai infus dipasang. e.
Tusuk kantong cairan infus: 1 lepaskan tutup pelindung dari lubang kantong atau botol cairan infus, 2 masukkan penusuk kelubang
kantong atau botol cairan infus. f.
Gantungkan kantong atau botol cairan infus pada tiang infus, cairan infus tergantung dengan jarak I m dari atas kepala klien.
g. Mengisi sebagaian bilik tetes dengan cairan infus.
h. Isi slang : 1 lepaskan tutup pelindung dan pertahankan kesterilan
ujung slang, 2 lepaskan klem dan biarkan cairan mengalir sampai gelembung dikeluarkan, jentikkan jari untuk membantu mengeluarkan
gelembung keluar, 3 klem slang dan pasang kembali tutup slang.
Universitas Sumatera Utara
i. Mencuci tangan kembali
j. Memilih tempat punksi vena : 1 gunakan tangan klien yang
nondominan dan terlihat vena terlihat lurus tidak berkelok-kelok atau
sklerosis
, 2 letakkan handuk atau perlak di bawah ekstremitas untuk melindungi seprei.
k. Dilatasi vena : 1 tempatkan posisi ekstremitas tergantung lebih rendah
dari jantung, 2 pasang
tourniquet
15 sampai 20 cm di atas tempat punksi
l. Pakai sarung tangan bersih dan bersihkan tempat punksi vena dengan
swab antiseptik
topikal, 2
klorheksidin
atau
alkohol
, melakukan gerakan melingkar dari tengah ke luar, dan biarkan larutan mengering.
m. Masukkan kateter dan mulai pemasangan infus: 1 tangan nondominan
utnuk menegangkan kulit di bawah tempat penusukan jarum, 2 pegang kateter jarum dengan kemiringan pada sudut 15 sampai 30
derajat, masukkan kateter melalui kulit dan ke dalam vena dalam satu kali dorongan, 3 setelah darah muncul dari lumen jarum atau
merasakan kurangnya tahanan, kurangi sudut kateter sampai hampir sejajar dengan kulit dan masukkan kateter lebih jauh sekitar 0,5 sampai
1 cm, pegang jarum dan masukkan kateter sampai pusat kateter berada di tempat punksi vena, 4 lepaskan
tourniquet,
5 lepaskan tutup pelindung ujung distal slang dan pegang kuat untuk menghubungkan
ke kateter, pertahankan kesterilan ujung kateter, 6 lepaskan dengan
Universitas Sumatera Utara
hati-hati jarum, pasang pengaman jarum dan hubungkan ujung slang infus ke slang kateter, 7 mulai infus.
n. Mempleter kateter dengan metode U dengan plester dipotong dengan
panjang sekitar 7,5 cm : meletakkan satu potong di bawah pusat kateter dengan bagian yang lengket berada di atas, kemudian lipat setiap
ujung potongan ke arah atas sehingga bagian yang lengket menempel pada kulit kemudian potongan kedua di atas pusat kateter, dengan
bagian yang lengket mengarah kebawah, dan potongan yang ketiga diletakkan di atas pusat slang, dengan yang lengket mengarah ke
bawah. o.
Pastikan ketepatan aliran infus sesuai dengan dosis yang diberikan. p.
Berikan label pada slang dengan tanggal dan waktu pemasangan dan menuliskan inisial perawat yang memasang infus.
q. Mendokumentasikan data meliputi: pengkajian, tanggal, waktu, jumlah
dan jenis larutan infus yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
27
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN