Gambaran Perilaku Dokter Muda Terhadap Pemasangan Infus Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

(1)

Gambaran Perilaku Dokter Muda Terhadap Pemasangan Infus

Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

OLEH :

DASHARI ERMANDI HARAHAP

080100198

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

Gambaran Perilaku Dokter Muda Terhadap Pemasangan Infus

Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat

Untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH :

DASHARI ERMANDI HARAHAP

080100198

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Gambaran Perilaku Dokter Muda Terhadap Pemasangan Infus Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Nama : Dashari Ermandi Harahap

NIM : 080100198

Pembimbing Penguji I

(dr. Hasanul Arifin Sp.An KAP KIC) (dr. T. Siti Hajar Haryuna, Sp.THT ) NIP. 19510423 197902 1 003 NIP. 19790620 200212 2 003

Penguji II

(dr. Johny Marpaung Sp.OG) NIP. 19710224 200801 1 007

Medan, 23 Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD KGEH NIP. 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Tindakan kanulasi vena perifer (pemasangan infus) banyak dilakukan terutama pada pasien – pasien yang akan menjalani tindakan pembedahan di ruang operasi. Selain di ruang operasi, kanulasi vena perifer juga banyak dilakukan di Unit Gawat Darurat (UGD), untuk penanganan keadaan gawat darurat sirkulasi seperti perdarahan karena kecelakaan lalu lintas. Tindakan ini, juga diberikan sebagai akses untuk terapi cairan pada pasien yang mengalami dehidrasi (muntah dan mencret). Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2006), bahwa keterampilan kanulasi vena perifer ini merupakan keterampilan klinis dengan tingkat kemampuan 3. Maka dari itu dapat dilihat bagaimana pentingnya pengetahuan dan keterampilan seorang calon dokter dalam melakukan pemasangan infus (kanulasi vena perifer), sebagai kompetensi pada saat lulus sebagai dokter.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan calon dokter yang terampil dalam pemasangan infus. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif observasional dan desain studi cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah Dokter Muda Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang menjalani Program Pengembangan Profesi Dokter di Departemen Anestesi dan Terapi Intensive RSUP Haji Adam Malik Medan mulai dari bulan Juni 2011 sampai September 2011. Jumlah sampel sebanyak 70 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Data yang didapatkan lalu dianalisis dengan program SPSS 17.

Melalui analisis pada 70 responden, didapatkan hasil penelitian yaitu karakteristik kelompok jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 36 (51,4%) orang. Untuk lama menjalani P3D frekuensi tertinggi adalah minggu 2 sebanyak 38 (54,3%) orang. Mengenai gambaran perilaku dokter muda didapatkan gambaran perilaku baik yaitu sebanyak 38 (54,3%) orang, diikuti gambaran perilaku cukup sebanyak 32 (45,7%) orang dan gambaran perilaku dengan kategori buruk yaitu 0 orang (0%).

Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa gambaran perilaku dokter muda terhadap pemasangan infus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik adalah baik.


(5)

ABSTRACT

Action of peripheral venous cannulation (infusion) are widely performed, especially in patients who will undergo surgery in the operating room. In addition to the operating room, peripheral venous cannulation is also widely practiced in the emergency room (ER), for handling emergencies such as bleeding due to the circulation of traffic accidents. This act, also provided as access to fluid therapy in patients who are dehydrated (vomiting and diarrhea). According to the Indonesian Medical Council (2006), that the peripheral venous cannulation skills is a clinical skills with ability level 3. Thus it can be seen how the importance of knowledge and skills of a medical student in performing infusion (peripheral venous cannulation) as competency at graduation as a doctor.

This study aims to generate future doctors are skilled in the installation of a drip. This research was conducted with descriptive approach and observational cross-sectional study design. The population in this study is Young Doctor Faculty of Medicine, University of North Sumatra who underwent Physician Professional Development Program in the Department of Anesthesia and Intensive Therapy Dr Haji Adam Malik Medan starting from June 2011 to September 2011. The number of samples as many as 70 people. Data is collected using observation sheet. The data obtained and analyzed with SPSS 17.

Through analysis of the 70 respondents, showed that the characteristics of the study group most were female sex as much as 36 (51.4%) persons. For a long time to undergo a professional development program is the highest frequency of week 2 were 38 (54.3%) persons. Regarding the picture of the behavior of the young doctor found a good picture of the behavior of as many as 38 (54.3%), followed by description of behavior is quite as much as 32 (45.7%) of people and description of the category of bad behavior that is 0 people (0%).

From these results, it can be concluded that the behavior of young doctors picture of infusion at the General Hospital Center for Haji Adam Malik is good.


(6)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunianya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang dan sebagai teladan bagi kita umatnya, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, saya telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH.

2. dr. Hasanul Arifin, Sp.An, KAP, KIC selaku dosen pembimbing saya dan dr.Andriamuri P Lubis Sp.An yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

3. Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dan Staf Kesehatan Departemen Anetesi dan Terapi Intensive yang telah membantu pengambilan data penelitian.

4. Dosen penguji I dr. T. Siti Hajar Haryuna, Sp.THT dan Dosen Penguji II dr. Johny Marpaung, Sp.OG untuk setiap kritik dan saran yang membangun.

5. Seluruh Responden yang telah bersedia membantu sehingga data dapat diperoleh dan diolah menjadi karya tulis ilmiah ini

6. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda dr. Dahlian Harahap M.Kes dan ibunda Erna Melwani Harahap atas doa, perhatian, dan dukungan yang tak putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada saya. Dan Iramaya Oktariana dan Bimbi Sarah Soraya yang sudah memberikan dukungan yang tidak hentinya.

7. Yenni Anggraini yang selalu memberi sumbangsih yang sangat luar biasa dalam memberi semangat, dukungan dan perhatiannya kepada saya. You’re My Inspiration.


(7)

8. Seluruh teman-teman angkatan 2008 yang mau bertukar pikiran dengan saya, Rini Y Andalia Siregar sebagai teman satu pembimbing yang sudah melalui masa-masa suka dan duka bersama dalam bimbingan penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

9. Anandhika Dwijaya, Ade Kurniadi, Noviari Liara, Danti Nelfa Riza, Anggi Rizki Utami, Hijriah WL, Karmila Sari, Delia Ulpa dan teman-teman Pengurus HMI Komisariat FK USU 2010-2011 Semester 1 yang telah membantu menyiapkan karya tulis ini serta semangat untuk terus berjuang sampai akhir.

10.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu baik secara moril maupun materil dalam proses penelitian dan penyusunan karya tulis ini. Akhir kata saya berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat ikut memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi Ilmu Kedokteran.

Medan, 23 Desember 2011 Peneliti,


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRAC ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Lampiran ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 2

1.4.Manfaat Penelitian... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1.Pengetahuan ... 4

2.2.Praktik atau Tindakan (Practice) ... 6

2.3.Pemasangan Infus ... 7

2.3.1. Indikasi Pemsangan Infus ... 8

2.3.2. Perlengkapan dan Peralatan ... 8

2.3.3. Pemilihan Alat Pungsi Vena ... 9

2.3.4. Tempat Akses Kanulasi Vena Perifer ... 10

2.3.5. Prosedur Pemasangan Infus ... 11

2.3.6. Jenis Cairan Infus... 12

2.3.7. Komplikasi Pemasangan Infus ... 12

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 13

3.1.Kerangka Konsep ... 13

3.2.Defenisi Operasional ... 13

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 17

4.1.Rancangan Penelitian ... 17

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

4.2.1. Lokasi ... 17

4.2.2. Waktu Penelitian ... 17

4.3.Populasi dan Sampel ... 17

4.3.1. Populasi ... 17


(9)

4.5.Pengolahan dan Analisis Data

4.5.1. Pengolahan Data ... 20

4.5.2. Analisis Data ... 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1. Hasil Penelitian ... 21

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 21

5.1.2. Karakteristik responden ... 21

5.1.2.1. Jenis Kelamin ... 21

5.1.2.2. Lama Menjalani P3D ... 22

5.1.3. Hasil Analisi Data ... 22

5.1.3.1. Gambaran Perilaku Dokter Muda ... 22

5.2. Pembahasan... 25

5.2.1. Karakteristik Responden ... 25

5.2.2. Gambaran Perilaku Dokter Muda Terhadap Pemasangan Infus ... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 27

6.1. Kesimpulan ... 27

6.2. Saran ... 27

Daftar Pustaka ... 28


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Ukuran Jarum Kateter dan Jumlah Alirannya. 10

3.1 Tabel Skor Observasi 15

5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden 22

5.2 Distribusi Frekuensi Lama Menjalani P3D 22

5.3 Distribusi Frekuensi Gambaran Perilaku 22

5.4 Distribusi Frekuensi Skor Observasi atas Tahapan Pemasangan Infus


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Observasi Penelitian Lampiran 3 Informed Consent

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Lampiran 5 Persetujuan Komisi Etik


(12)

ABSTRAK

Tindakan kanulasi vena perifer (pemasangan infus) banyak dilakukan terutama pada pasien – pasien yang akan menjalani tindakan pembedahan di ruang operasi. Selain di ruang operasi, kanulasi vena perifer juga banyak dilakukan di Unit Gawat Darurat (UGD), untuk penanganan keadaan gawat darurat sirkulasi seperti perdarahan karena kecelakaan lalu lintas. Tindakan ini, juga diberikan sebagai akses untuk terapi cairan pada pasien yang mengalami dehidrasi (muntah dan mencret). Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2006), bahwa keterampilan kanulasi vena perifer ini merupakan keterampilan klinis dengan tingkat kemampuan 3. Maka dari itu dapat dilihat bagaimana pentingnya pengetahuan dan keterampilan seorang calon dokter dalam melakukan pemasangan infus (kanulasi vena perifer), sebagai kompetensi pada saat lulus sebagai dokter.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan calon dokter yang terampil dalam pemasangan infus. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif observasional dan desain studi cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah Dokter Muda Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang menjalani Program Pengembangan Profesi Dokter di Departemen Anestesi dan Terapi Intensive RSUP Haji Adam Malik Medan mulai dari bulan Juni 2011 sampai September 2011. Jumlah sampel sebanyak 70 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Data yang didapatkan lalu dianalisis dengan program SPSS 17.

Melalui analisis pada 70 responden, didapatkan hasil penelitian yaitu karakteristik kelompok jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 36 (51,4%) orang. Untuk lama menjalani P3D frekuensi tertinggi adalah minggu 2 sebanyak 38 (54,3%) orang. Mengenai gambaran perilaku dokter muda didapatkan gambaran perilaku baik yaitu sebanyak 38 (54,3%) orang, diikuti gambaran perilaku cukup sebanyak 32 (45,7%) orang dan gambaran perilaku dengan kategori buruk yaitu 0 orang (0%).

Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa gambaran perilaku dokter muda terhadap pemasangan infus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik adalah baik.


(13)

ABSTRACT

Action of peripheral venous cannulation (infusion) are widely performed, especially in patients who will undergo surgery in the operating room. In addition to the operating room, peripheral venous cannulation is also widely practiced in the emergency room (ER), for handling emergencies such as bleeding due to the circulation of traffic accidents. This act, also provided as access to fluid therapy in patients who are dehydrated (vomiting and diarrhea). According to the Indonesian Medical Council (2006), that the peripheral venous cannulation skills is a clinical skills with ability level 3. Thus it can be seen how the importance of knowledge and skills of a medical student in performing infusion (peripheral venous cannulation) as competency at graduation as a doctor.

This study aims to generate future doctors are skilled in the installation of a drip. This research was conducted with descriptive approach and observational cross-sectional study design. The population in this study is Young Doctor Faculty of Medicine, University of North Sumatra who underwent Physician Professional Development Program in the Department of Anesthesia and Intensive Therapy Dr Haji Adam Malik Medan starting from June 2011 to September 2011. The number of samples as many as 70 people. Data is collected using observation sheet. The data obtained and analyzed with SPSS 17.

Through analysis of the 70 respondents, showed that the characteristics of the study group most were female sex as much as 36 (51.4%) persons. For a long time to undergo a professional development program is the highest frequency of week 2 were 38 (54.3%) persons. Regarding the picture of the behavior of the young doctor found a good picture of the behavior of as many as 38 (54.3%), followed by description of behavior is quite as much as 32 (45.7%) of people and description of the category of bad behavior that is 0 people (0%).

From these results, it can be concluded that the behavior of young doctors picture of infusion at the General Hospital Center for Haji Adam Malik is good.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tindakan kanulasi vena perifer (pemasangan infus) banyak dilakukan terutama pada pasien – pasien yang akan menjalani tindakan pembedahan di ruang operasi. Tindakan ini dilakukan untuk akses terapi cairan dan akses pemberian obat.

Selain di ruang operasi, kanulasi vena perifer juga banyak dilakukan di Unit Gawat Darurat (UGD), untuk penanganan keadaan gawat darurat sirkulasi seperti perdarahan karena kecelakaan lalu lintas. Pada tahun 2009, tercatat kasus kecelakaan lalu lintas di Indonesia berjumlah 57.726 kasus dengan total korban 97.798 orang (Direktorat Jendral Perhubungan Darat,2010).

Tindakan ini, juga diberikan sebagai akses untuk terapi cairan pada pasien yang mengalami dehidrasi (muntah dan mencret). Keadaan berkurangnya cairan tubuh, merupakan salah satu penyulit di suatu penyakit. Apabila keadaan tersebut berlangsung lama dan tidak cepat diatasi, dapat menyebabkan syok dan kematian.

Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2006), bahwa keterampilan kanulasi vena perifer ini merupakan keterampilan klinis dengan tingkat kemampuan 3. Yaitu seorang lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan ini (baik konsep, teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi dan sebagainya).

Dapat dilihat bagaimana pentingnya pengetahuan dan keterampilan seorang calon dokter dalam melakukan pemasangan infus (kanulasi vena perifer), sebagai kompetensi pada saat lulus sebagai dokter.


(15)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dalam hal ini merumuskan masalah yang akan dibahas adalah : bagaimanakah gambaran perilaku dokter muda terhadap pemasangan infus ?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Menghasilkan calon dokter yang terampil dalam pemasangan infus.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui sikap dokter muda dalam mempersiapkan alat – alat pemasangan infus.

2. Untuk mengetahui tentang lokasi vena yang akan dipasang infus.

3. Untuk mengetahui tentang ukuran jarum abocath yang digunakan untuk pasien.

4. Untuk mengetahui bagaimana cara memasukkan abocath ke dalam vena. 5. Untuk mengetahui jenis cairan yang digunakan dalam pemasangan infus.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, yakni : 1. Untuk Peneliti.

Sebagai sarana untuk mengetahui aplikasi ilmu yang diperoleh selama pendidikan dan informasi / wawasan mengenai keterampilan pemasangan infus.

2. Untuk Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Sebagai data pembelajaran dan acuan pembelajaran dalam pendidikan dokter muda.

3. Untuk Pihak Lain.

Sebagai sumber data dan acuan dalam melaksanakan penelitian – penelitian selanjutnya.


(16)

4. Untuk Pasien


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini telah terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2007).

Pengetahuan juga diperoleh dengan cara proses belajar. Belajar merupakan suatu perubahan perilaku seseorang dalam situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang terhadap situasi tersebut, asalkan perilaku tersebut tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respons alami seseorang, kematangan, atau keadaan sementara (Kaplan,2010).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Seseorang melakukan pekerjaan mental dan menyimpan potong – potongan informasi di dalam daya ingat untuk didapatkan kembali disuatu waktu kemudian.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : Awareness, Interest, Evaluation, Trial, Adaption (Notoatmodjo,2007).

Perubahan perilaku terhadap pemasangan infus dimulai dari mengetahui infus terlebih dahulu (Awereness). Selanjutnya subjek mulai tertarik terhadap pemasangan infus (Interest). Kemudian subjek meninbang- nimbang baik dan tidaknya pemasangan infus (Evaluation), setelah itu subjek mulai mencoba melaksanakan pemasangan infus (Trial), dan akhirnya subjek sudah berperilaku


(18)

sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap pemasangan infus (Adaptation).

Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognifit mempunyai 6 tingkatan. Yaitu :

1. Tahu (Know).

2. Memahami (Comprehension) 3. Aplikasi (Aplication)

4. Analisis (Analysis) 5. Sintesis (Synthesis) 6. Evaluasi (Evaluation)

Pada tingkat pengetahuan Tahu (Know), merupakan tingkat pengetahuan mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Contohnya dapat mengetahui apa itu infus, bagaimana memasang infus. Kemudian pada tingkat Memahami (comprehension), pada tingkat ini kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang pemasangan infus yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tentang pemasangan infus secara benar. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus dilakukan pemasangan infus.

Selanjutnya Aplikasi (Aplication), merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Misalnya seorang dokter muda sudah mengetahui pemasangan infus pada pasien yang dehidrasi, maka jika ada pasien yang mengalami dehidrasi dia akan langsung melaksanakan pemasangan infus. Tahap selanjutnya adalah Analisis (Analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam komponen – komponen, tetapi masih dalam satu struktur, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Contohnya dapat membedakan ukuran jarum infus yang digunakan pada anak – anak dan dewasa.


(19)

Kemudian kemampuan Sintesis (Synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Contohnya, dapat merencanakan tahapan pemasangan infus sesuai dengan suatu teori yang telah ada. Terakhir Evaluasi (Evaluation), merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi. Misalnya dapat membandingkan keberhasilan pemasangan infus antara pasien yang buruk pemasangan infusnya dengan yang bagus pemasangannya.

2.2. Praktik atau Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sikap dokter muda yang mengerti terhadap pemasangan infuse harus mendapat izin dari pasien, dan ada fasilitas pemasangan infus yang mudah dicapai, agar dokter muda bias memasangkan infus pada pasiennya. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan factor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dokter muda lain atau dokter senior sangat penting untuk mendukung bagaimana melakukan pemasangan infus dengan benar (Notoatmodjo, 2007).

Tingkatan dalam praktik ada empat, yaitu Persepsi (Perception), Respon Terpimpin (Guided Respons), Mekanisme (Mecanism), dan Adaptasi (Adaptation). Pada tingkat Persepsi (Perception), merupakan mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang dokter muda dapat memilih peralatan-peralatan infus yang akan digunakan. Respon Terpimpin (Guided Respons),merupakan melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indicator praktik tingkat dua. Misalnya, seorang dokter muda dapat memasang infus dengan benar, mulai dari mempersiapkan peralatan, memilih ukuran jarum, memasukkan intravena kateter, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).


(20)

Selanjutnya Mekanisme (Mecanism), apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya, seorang dokter muda sudah terbiasa melaksanakan pemasangan infus pada keadaan tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajak orang lain. Terakhir Adaptasi (Adaptation), adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. Misalnya, dokter muda dapat memilih peralatan pemasangan infus berdasarkan usia pasien (Notoatmodjo, 2007).

2.3. Pemasangan Infus

Melakukaan kanulasi vena perifer (pemasangan infus), merupakan kemampuan dasar untuk semua dokter meskipun ini merupakan prosedur operasi yang invasive yang paling sederhana untuk mengusainya diperlukan kemampuan dan pengalaman (Scales,2005).

Kanulasi vena perifer (pemasangan infus) adalah memasukkan sebuah tabung ke dalam saluran tubuh atau rongga, dilakukan untuk memberikan akses ke sirkulasi untuk pemberian terapi jangka pendek (Scales, 2005). Pemasangan infus digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolism, atau untuk memberikaan medikasi.

Obat yang diberikan secara intravena memasuki aliran darah secara langsung dan diabsorbsi lebih cepat daripada pemberian obat lain. Karenanya obat diberikan secara intravena bila diperlukan efek cepat, atau bila obat terlalu mengiritasi jaringan tubuh bila diberikan dengan cara lain. Obat yang diberikan dengan cara ini biasanya diberikan (diinfuskan) dengan perlahan untuk mencegah reaksi (Rahayu,2005).


(21)

2.3.1.Indikasi Pemasangan Infus

Menurut Aryani (2009), keadaan – keadaan yang umumnya memerlukan pemasangan infus adalah :

1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

2. Trauma abdomen berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah).

3. Fraktur khusus di pelvis dan femur (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

4. Heat stroke (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi). 5. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi).

6. Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)

7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)

8. Dehidrasi.

2.3.2.Perlengkapan dan Peralatan

Perlengkapan dan peralatan yang umum diperlukan untuk terapi intravena meliputi :

• Sarung tangan non steril • Spuit 2ml

• Jarum 25g

• Lidocain 1% 5ml 1 ampul • Kapas alcohol

Tourniquet • Kassa steril • Plester • Abocath • Infuse set • Betadin • Botol infuse


(22)

• Bak spuit.

Setiap campuran intravena memerlukan label yang memuat informasi berikut :

1. Nama pasien dan nomor identifikasi 2. Bahan tambahan, kekuatan dan jumlah 3. Larutan utama dan jumlah total

4. Kecepatan aliran, tanggal persiapan dan kadaluwarsa 5. Nama orang yang menyiapkan dan menggantung infuse

Setiap selang juga harus diberi label dengan informasi mengenai tanggal dan waktu penggantungan dan nama inisial orang yang menggantung selang (LaRocca, 1998).

2.3.3.Pemilihan Alat Pungsi Vena

Memilih kateter yang benar adalah penting untuk keberhasilan terapi. Jarum kupu – kupu digunakan pada situasi terbatas dan bersifat jangka pendek. Jarum ini mudah dimasukkan tetapi mudah menyebabkan infiltrasi. Desain produk yang lebih maju telah menghasilkan banyak pilihan pada kateter perifer yang pendek dengan jarum di dalamnya. Perbedaan di antara bermacam – macam kateter meliputi sebagai berikut :

1. Ketebalan dinding kateter Efek : kecepatan aliran 2. Ketajaman jarum

Efek : sedikit gangguan pada tehnik penusukan 3. Sifat kelunakan kateter

Efek : masa pemakaian kateter

4. Desain yang aman untuk mencegah cedera tertusuk jarum dan kontak dengan darah

Efek : keamanan dalam pekerjaan


(23)

Efek : kemungkinan cairan yang tidak kompatibel dapat diberikan pada waktu yang sama melalui jalur perifer yang sama bila kateter lumen ganda dipilih.

Pertimbangan – pertimbangan ketika memilih kateter adalah ukuran dan kondisi vena yang dipilih, viskositas cairan yang akan diinfuskan, usia pasien, dan lamanya terapi yang diperkirakan (LaRocca,1998).

Tabel 2.1 Ukuran Jarum Kateter dan Jumlah Alirannya.

Ukuran jarum Panjang kateter (mm) Warna kateter Laju aliran ml/mnt (H2O) Laju aliran L/jam (H2O) Laju aliran ml/mnt (darah)

22 25 Biru 42 2.5 24

20 32 Merah muda 67 4.0 41

18 32 Hijau 103 6.2 75

18 45 Hijau 103 6.2 63

16 45 Abu-abu 236 14.2 167

14 45 Jingga 270 16.2 215

Source: Scales K (2005) vascular acces : a guide to peripheral venous cannulation. Nursing Standard. 19, 49, 48-52. Date of acceptance : June 13 2005.

2.3.4.Tempat Akses Kanulasi Vena Perifer

Banyak faktor untuk memilih tempat kanulasi vena perifer. Tempat insersi pada ekstremitas menjadi kontraindikasi tempat kanulasi. Jika vena kelihatan secara superficial maka akan mudah untuk melakukan kanulasi. Vena pada ekstremitas atas termasuk dorsal dari tangan, lateral lengan dan daerah antecubital, menjadi tempat yang paling sering untuk kanulasi. Biasanya, vena daerah dorsal kaki dan vena saphena dapat digunakan ketika daerah ekstremitas atas tidak bisa digunakan (Ortega,2009).


(24)

Kebanyakan tenaga medis berusaha memasang kanulasi pada daerah yang lebih distal kemudian jika tidak bisa dicoba daerah yang lebih proksimal. Vena antecubital dan vena lengan atas dipilih untuk kateter caliber besar, khususnya selama gawat darurat dan tindakan resusitasi cepat. Kanulasi vena perifer juga bisa dilakukan pada vena jugularis eksterna, vena dinding dada bagian atas dan vena pada kulit kepala jika tidak ada tempat lain untuk diakses (Ortega, 2009)..

2.3.5.Prosedur Pemasangan Infus.

Menurut Scales (2005), tahap-tahap pelaksanaan pemasangan infuse adalah sebagai berikut :

1. Letakkan pasien pada posisi yang nyaman, sebaiknya lengan pasien disangga dengan bantal kecil.

2. Identifikasi vena yang akan dikanulasi, vena daerah ante-cubital (punggung tangan) kiri ( vena basilica atau vena cephalica).

3. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan non-steril (non-sterile gloves, CDC 2002)

4. Pasang torniket pada lengan bagian proximal dari daerah vena yang akan dikanulasi, nadi arteri radialis harus tetap teraba.

5. Minta pasien untuk buka tutup genggaman tangan ( memperbesar pengisian vena).

6. Bersihkan bagian kulit dengan larutan chlorhexidine atau alcohol 70%, biarkan sampai kering dan jangan raba atau sentuh lagi bagian tersebut.

7. Buka iv-catheter yang sudah dipilih ukurannya, pegang dengan posisi bevel stylet menghadap keatas.

8. Pegang tangan pasien dengan tangan kiri, gunakan ibu jari menekan dan fiksasi (untuk stabilisasi) distal vena yang akan dikanulasi

9. Pegang iv-catheter sejajar vena, dan membentuk sudut 100-300 dengan permukaan kulit, lakukan insersi (tusukan). Bila iv-catheter sudah masuk yang ditandai dengan adanya darah yang masuk kedalam chamber (flash


(25)

back), kemudian datarkan iv-catheter untuk mencegah tertusuknya dinding posterior dari vena, sorong masuk ± 1 mm.

10. Tarik stylet perlahan dan darah harus terlihat masuk kedalam iv-catheter, hal ini memberi konfirmasi bahwa kanula berada dalam vena.

11. Sorong masuk iv-catheter kedalam vena dengan perlahan, bebaskan torniket, masukkan stylet kedalam kantong sampah benda tajam.

12. Flush iv-catheter untuk memastikan patensi dan mudahnya penyuntikan tanpa adanya rasa sakit, resistensi, dan timbulnya pembengkakan.

13. Fixasi iv-catheter dengan moisture-permeable transparent dressing ( supaya bila ada phlebitis atau dislodge dapat terlihat)

14. Catat seluruh prosedur ini, termasuk alat-alat, tempat atau lokasi kanulasi, operator, dan jumlah tusukan yang dilakukan.

2.3.6.Jenis Cairan Infus.

Jenis cairan infus dapat dibagi berdasarkan kelompoknya. Yaitu, jenis kristaloid dan jenis koloid. Jenis kristaloid bersifat isotonic, maka efektif dalam mengisi sejumlh volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-laktat dan garam fisiologis. Sedangkan koloid, ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membrane kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid (Aryani, 2009).

2.3.7.Komplikasi Pemasangan Infus.

Komplikasi yang paling umum yang timbul dari kanulasi intravena adalah nyeri, memar, infeksi bakteri, ekstravasasi, flebitis, trombosis, emboli, dan kerusakan saraf. Tehnik steril yang tepat dan seleksi dari ukuran kateter yang tepat dapat mencegah komplikasi ini. Memastikan pemberian cairan yang tepat dan memadai dapat mencegah komplikasi yang lebih serius dari trombosis dan emboli (Ortega,2009).


(26)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL

7.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

7.2. Defenisi Operasionil 7.2.1. Defenisi Operasionil

Defenisi operasionil dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan persepsi dalam menginterpretasi masing-masing variabel penelitian. Adapun defenisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Dokter Muda

Dokter muda adalah seorang mahasiswa fakultas kedokteran yang sudah mendapat gelar sarjana kedokteran dan menjalani program pengembangan profesi dokter.

b. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki dokter muda, yang dibedakan atas :

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Lama menjalani program pengembangan profesi dokter di bagian Departemen Anastesi dan Terapi Intensif adalah jangka waktu seorang Dokter Muda menjalani program pengembangan profesi dokter di bagian Departemen Anastesi dan Terapi Intensif. Hal ini dikelompokkan dalam beberapa bagian antara lain :

1. 1 minggu

KETERAMPILAN

PEMASANGAN INFUS

Dokter muda • Jenis Kelamin

Lama menjalani P3D Di Departemen Anestesi & Terapi Intensif


(27)

3. 3 minggu 4. 4 minggu d. Pemasangan Infus

Pemasangan infus adalah suatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang dilakukan responden (dokter muda) pada pasien yang menjalani pembedahan elektif.

• Cara ukur : observasi

• Alat ukur : lembar observasi, dengan tahap prosedur pemasangan infuse sebagai berikut :

1. Menyapa dan memperkenalkan diri. 2. Menyiapkan peralatan dan bahan.

3. Menginformasikan dan meminta izin kesediaan pasien.

4. Menyambungkan cairan infus dengan infus set (periksa jangan ada udara pada infus set).

5. Melakukan torniket (pembebatan) pada daerah proksimal dari vena perifer sampai tekanan 60-80 mmHg

6. Mencuci tangan dan kemudian memakai sarung tangan 7. Melakukan identifikasi vena perifer.

8. Melakukan desinfeksi dengan alkohol 70%

9. Melakukan insersi iv cath pada vena perifer dengan sudut 30-45o, setelah keluar darah pada ujung iv cath, tarik sedikit jarum(mandrain) pada iv cath, dorong iv catheter sampai ujung iv cath, dan ditekan ujung iv catheter dengan 1 jari.

10. Lepaskan torniket dan test kelancaran infus.. 11. Melakukan penyambungan dengan cairan infus.

12. Melakukan pembalutan dengan kasa povidone iodine 10%. 13. Melakukan fiksasi dengan cara ikat pita.

14. Monitoring kelancaran infus (tetesan, bengkak atau tidaknya tempat insersi).

15. Mencatat waktu, tanggal pemasangan dan ukuran IV kateter. 16. Mencatat nama dan tanda tangan pemasang.


(28)

• Hasil ukur : berdasarkan total nilai dari 16 langkah diatas maka jumlah total nilai adalah 32. Nilai responden dikategorikan menurut Pratomo (1986) menjadi tiga kategori yaitu buruk, cukup baik dan baik dengan perincian sebagai berikut :

1. Kategori baik : apabila langkah yang dilaksanakan responden benar >75% dari jumlah keseluruhan langkah yang dilakukan atau nilai total 25-32.

2. Kategori cukup baik : apabila langkah yang dilaksanakan responden benar antara 40%-75% dari jumlah keseluruhan langkah yang dilakukan atau 13-24.

3. Kategori kurang : apabila responden dapat melaksanakan langkah prosedur dengan benar ≤ 40 % dari jumlah keseluruhan langkah yang dilakukan atau nilai total ≤ 12.


(29)

Table 3.1 Skor Observasi

NO

SKOR

Melakukan Dengan Sempurna

Melakukan Tapi Salah

Tidak Melakukan

1. 2 1 0

2. 2 1 0

3. 2 1 0

4. 2 1 0

5. 2 1 0

6. 2 1 0

7. 2 1 0

8. 2 1 0

9. 2 1 0

10. 2 1 0

11. 2 1 0

12. 2 1 0

13. 2 1 0

14. 2 1 0

15. 2 1 0


(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif observasional untuk mengetahui keterampilan dokter muda terhadap pemasangan infus. Dengan menggunakan desain sekat silang (Cross Sectional Study), yaitu penelurusuran sesaat, artinya subjek diamati hanya sesaat atau satu kali. Penelitian ini dilakukan untuk menilai gambaran perilaku dokter muda terhadap pemasangan infus di RSUP Haji Adam Malik.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi

Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Kamar Bedah Pusat, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan selama empat bulan yaitu mulai dari bulan juni sampai bulan September 2011.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Dokter Muda Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang menjalani Program Pengembangan Profesi Dokter di Departemen Anestesi dan Terapi Intensive RSUP Haji Adam Malik Medan mulai dari bulan Juni 2011 sampai September 2011. Jumlah dokter muda sebanyak 256 orang. Dengan rincian 16 orang per minggu selama 4 bulan penelitian.


(31)

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian diambil dengan metode Consecutive sampling. Metode Consecutive sampling berarti semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro, 2008).

Adapun kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah seluruh dokter muda yang sedang menjalani program pengembangan profesi dokter di Departemen Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Haji Adam Malik.

Adapun kriteria eksklusi sampel penelitian ini adalah dokter muda yang belum dan sudah menjalani program pengembangan profesi dokter di Departemen Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Haji Adam Malik.

4.3.3. Besar Sampel

Besarnya sampel penelitian ini dihitung dengan menggunakan perhitungan dengan rumus berdasarkan Wahyuni (2007):

N . Z2 1-α/2 . P . (1-P)

n =

(N-1)d2 + Z2 1-α/2 . P . (1-P)

Keterangan :

n : besar sampel minimal N : jumlah populasi

Z1-α/2 : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu P : proporsi dipopulasi


(32)

Berdasarkan rumus tersebut maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut :

n : besar sampel minimal

N : 256

Z1-α/2 : 1,96 (95%)

P : 0,5

d : 0.1

256 . (1,96)2 . 0,5 . (1-0,5) n =

(256-1)(0,1)2 + (1,96)2 . 0,5 . (1-0,5) n = 256 . 3,8416. 0,25

255. 0,01 + 3,8416. 0,25 n = 245,8624

2,55 + 0,9604 n= 245,8624 3,5104 n= 70, 03

Dengan besar sampel minimal tersebut, maka sampel penelitian saya bulatkan menjadi 70 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan data primer yang didapat langsung dari responden. Responden dalam hal ini adalah dokter muda yang menjalani program pengembangan profesi dokter di Departemen Anastesi dan Terapi Intensif RSUP Haji Adam Malik. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi. Lembar observasi merupakan prosedur dalam melakukan tindakan kanulasi vena perifer (pemasangan infus) untuk mengetahui keterampilan


(33)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan data

Menurut wahyuni (2007), pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu.

a. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. b. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan computer.

c. Entry

Memasukkan data dari lembar observasi ke dalam program computer dengan menggunakan program SPSS versi 17.0

d. Cleaning

Pemeriksaan kembali semua data yang telah dimasukkan ke dalam koputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

e. Saving

Penyimpanan data untuk siap dianalisi.

4.5.2. Analisis data

Data akan disusun dan ditampilkan dengan menggunakan program SPSS, serta data tersebut akan dibahas dengan mengkomparasikannya dengan studi kepustakaan dan ditarik kesimpulan dari hal tersebut.


(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik yang berlokasi di jalan Bunga Lau no. 17 kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum daerah untuk wilayah Sumatera Utara dan merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang bervariasi. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan pada 70 responden yang merupakan Dokter Muda Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang menjalani Program Pengembangan Profesi Dokter di Departemen Anestesi dan Terapi Intensive RSUP Haji Adam Malik Medan mulai dari bulan Juni 2011 sampai September 2011. Karakteristik yang diamati pada responden adalah jenis kelamin dan lama menjalani P3D.

5.1.2.1. Jenis Kelamin

Karateristik jenis kelamin responden dibagi atas dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Berdasarkan kelompok jenis kelamin, hasil penelitian mendapatkan kelompok responden yang paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 36 (51,4%) orang. Sedangkan kelompok yang paling sedikit adalah laki-laki yaitu 34 (48,6%) orang. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1.


(35)

Table 5.1. Distribusi Frekuensi Jenis kelamin responden Jenis kelamin Frekuensi Persentase

laki-laki 34 48.6%

perempuan 36 51.4%

Total 70 100%

5.1.2.2. Lama Menjalani P3D

Kelompok lama menjalani P3D dibagi atas 4, yaitu minggu 1, minggu 2, minggu 3 dan minggu 4. Berdasarkan kelompok lama menjalani P3D, hasil penelitian mendapatkan kelompok responden yang banyak adalah minggu 2 yaitu sebanyak 38 (54,3%) orang. Sedangkan kelompok yang paling sedikit adalah minggu l yaitu 32 (45,7%) orang. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Lama Menjalani P3D

Lama P3D Frekuensi Persentase

Minggu 1 32 45.7

Minggu 2 38 54.3

Total 70 100.0

5.1.3. Hasil Analisis Data

5.1.3.1. Gambaran perilaku dokter muda terhadap pemasangan infus Tabel. 5.3. Distribusi Frekuensi Gambaran Perilaku

Gambaran

perilaku Frekuensi Persentase

Baik 38 54.3

Cukup 32 45.7

Kurang 0 0


(36)

Gambaran perilaku dokter muda terhadap pemasangan infus diukur dengan menggunakan lembar observasi yang berisi 16 tahap prosedur pemasangan infus. Selanjutnya, gambaran perilaku dikategorikan menjadi tiga kategori berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh, yaitu buruk, cukup baik dan baik.

Dari hasil penelitian ini diperoleh kelompok responden tertinggi memiliki gambarn perilaku dengan gambaran perilaku baik yaitu sebanyak 38 orang (54,3%) dan kelompok responden terendah memiliki gambaran perilaku dengan kategori buruk yaitu 0 orang (0%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3.

Distribusi frekuensi skor observasi responden untuk setiap tahap pemasangan infus dapat dilihat di tabel 5.4. Sebagian besar responden dapat melakukan tahapan dengan sempurna yaitu tahapan ke-empat dan ke-sebelas. Tahapan ke-empat yang melakukan menyambungkan cairan infus dengan infus set dilakukan dengan sempurna oleh sebagian besar responden yaitu sebanyak 100% (70 orang). Begitu juga tahapan ke-sebelas yang melakukan penyambungan dengan cairan infus, sebagian besar responden melakukan dengan sempurna yaitu sebanyak 100% (70 orang).

Ada beberapa responden yang melakukan tahapan dengan salah yaitu pada tahapan ke-sembilan yang melakukan insersi iv cath pada vena perifer sebanyak 42,9% (30 orang). Selain itu terdapat juga sebagian besar responden yang tidak melakukan di beberapa tahapan yaitu sebanyak 100% ( 70 orang) dan 97,1% (68 orang) untuk tahapan pertama dan ke-enam belas yang melakukan tahapan menyapa dan memperkenalkan diri dan mencatat nama dan tanda tangan pemasang.


(37)

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Skor Observasi atas Tahap Pemasangan infus.

Tahap

Skor observasi

2 1 0

n % n % n %

1. Menyapa dan memperkenalkan diri 0 0 0 0 70 100 2. Menyiapkan peralatan dan bahan 69 98,6 1 1,4 0 0 3. Menginformasikan dan meminta izin

kesediaan pasien 5 7,1 1 1,4 64 91,4

4. Menyambungkan cairan infus dengan infus set (periksa jangan ada udara pada infus set).

70 100 0 0 0 0

5. Melakukan torniket (pembebatan) pada daerah proksimal dari vena perifer sampai tekanan 60-80 mmHg

42 60 28 40 0 0

6. Mencuci tangan dan kemudian memakai

sarung tangan 68 97,1 2 2,9 0 0

7. Melakukan identifikasi vena perifer 63 90 7 10 0 0 8. Melakukan desinfeksi dengan alkohol

70% 65 92,9 5 7,1 0 0

9. Melakukan insersi iv cath pada vena perifer dengan sudut 30-45o, setelah keluar darah pada ujung iv cath, tarik sedikit jarum(mandrain) pada iv cath, dorong iv catheter sampai ujung iv cath, dan ditekan ujung iv catheter dengan 1 jari.

40 57,1 30 42,9 0 0

10. Lepaskan torniket dan test kelancaran

infus. 64 91,4 6 8,6 0 0

11. Melakukan penyambungan dengan

cairan infus. 70 100 0 0 0 0


(38)

povidone iodine 10%

13. Melakukan fiksasi dengan ikat pita 67 95,7 3 4,3 0 0 14. Monitoring kelancaran infus (tetesan,

bengkak atau tidaknya tempat insersi)./ 68 97,1 1 1,4 1 1,4 15. Mencatat waktu, tanggal pemasangan

dan ukuran IV kateter. 57 81,4 2 2,9 11 15,7 16. Mencatat nama dan tanda tangan

pemasang. 0 0 2 2,9 68 97,1

5.2.Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan variasi pada karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan lama menjalani P3D.

Berdasarkan tabel 5.1. kelompok jenis kelamin yang paling banyak dalam hasil penelitian ini adalah perempuan sebanyak 36 (51,4%) orang dan paling sedikit adalah laki-laki yaitu 34 (48,6%) orang.

Lama menjalani P3D yang paling banyak adalah minggu 2 yaitu sebanyak 38 (54,3%) orang dan yang paling sedikit adalah minggu l yaitu 32 (45,7%) orang. Berdasarkan Notoatmodjo (2007), peneliti berasumsi bahwa dokter muda yang menjalani P3D pada minggu 2 sudah terbiasa melaksanakan pemasangan infus pada keadaan tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajak orang lain. Dan juga sudah mempunyai pengalaman lebih banyak daripada minggu 1 dalam pemasangan infus.

5.2.2. Gambaran Perilaku Dokter Muda terhadap Pemasangan Infus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa paling banyak responden memiliki gambaran perilaku dengan gambaran perilaku baik yaitu sebanyak 38 orang (54,3%), dengan gambaran perilaku cukup sebanyak 32 orang (45,7%) dan kelompok responden terendah memiliki gambaran perilaku dengan kategori buruk yaitu 0 orang (0%).


(39)

Pada tabel 5.4. point 1 yaitu tahapan menyapa dan memperkenalkan diri, bisa dikatakan bahwa semua sampel atau dokter muda 100% tidak melakukan tahapan tersebut. Hal ini bisa dimengerti karena dianggap bahwa pemasangan infus dilakukan dalam keadaaan darurat sehingga timbul asumsi bahwa penanganan pasien terlebih dahulu diprioritaskan, baru dilakukan tahapan tanya jawab. Sebagai seorang dokter yang akan menusukan jarum infus ke dalam tubuh pasien, sebaiknya menyapa dan memperkenalkan diri kepada pasien. Karena terkait dengan etika dan izin tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.

Informasi yang diterima sangat berpengaruh terhadap tindakan atau praktik seorang dokter muda. Menurut Notoadmodjo (2007), Tingkatan dalam praktik ada empat, yaitu Persepsi (Perception), Respon Terpimpin (Guided Respons), Mekanisme (Mechanism), dan Adaptasi (Adaptation). Jadi, untuk menghasilkan gambaran perilaku yang baik, harus mencakup empat tingkatan tersebut.

Apabila responden hanya sampai memahami tingaktan persepsi tanpa melewati tingkatan respon terpimpin, mekanisme dan adaptasi yang baik, maka pasti akan menghasilkan gambaran perilaku yang cukup, sehingga dari faktor ini lah yang menyebabkan hasil penelitian menunjukkan gambaran perilaku cukup. Maka tidak heran banyak responden dengan kategori lama P3D yang paling lama yang paling banyak. Berdasarkan tabel 5.2 lama P3D yang paling banyak yaitu minggu 2 sebanyak 38 (54,3%).


(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari analisa data deksriptif frekuensi dengan mengolah 70 sampel dalam SPSS, diperoleh bahwa gambaran perilaku dokter muda terhadap pemasangan infus di rumah sakit umum pusat haji adam malik sebagai berikut, yaitu :

a. Baik : 54,3%

b. Cukup Baik : 45,7%

c. Kurang : 0%

Selain itu, dari penelitian ini juga dapat digambarkan karakteristik dokter muda yaitu :

1. Jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan

2. Lama menjalani program pendidikan profesi dokter yang terbanyak adalah minggu kedua.

3. Jangka waktu P3D selama 4 minggu oleh dokter muda sudah dapat dinilai cukup untuk belajar dalam hal pemasangan infus.

6.2. Saran

1. Diharapkan kepada dokter muda agar bisa memanfaatkan hasil penelitian ini dan menjadi bahan evaluasi kedepannya tentang cara pelaksanaan pemasangan infus.

2. Dan juga perlu ditekankan dalam hal menyapa dan memperkenalkan diri kepada pasien, agar dapat memperbaiki hal tersebut. Karena hal ini berupa tindakan medis invasive.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar lebih baik dalam menyusun parameter penilaian terhadapan pemasangan infus. Selain itu, diharapkan agar penelitian ini bisa dilanjutkan dengan penelitian analitik sehingga dapat memberikan hasil yang lebih bermakna untuk dijadikan acuan dalam pemasangan infus.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Aryani, R. dkk., 2009. Prosedur Kebutuhan Cairan dan Elektrolit. Dalam : Aryani, R. dkk. ed. Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : C.V. Trans Info Media, 111-138.

Brouwer, D.J.,1995. Cannulation Camp: Basic Needle Cannulation Training for Dialysis Staff. Dialysis Clinic. Inc. Avvailable from

City University, 2008. Cannulation and Venepuncture, City University. Available from :

College of Respiratory Therapists of Ontario, 2008. Peripheral and Femoral Vein Cannulation, College of Respiratory Therapists of Ontario. Available from : May 2011].

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2009. Perhubungan Darat Dalam Rangka 2009. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Available from:

[Accessed 04 February

2011].

Dougherty, L., 2008. Kateter Sentral Insersi Perifer. Dalam : Dougherty, L. ed : Akses Vena Sentral. Penerbit Erlangga, 49-70.

Komisi Trauma “IKABI” (Ikatan Ahli Bedah Indonesia), 2004. Advanced Trauma Life Support untuk Dokter. Komisi Trauma “IKABI” (Ikatan Ahli Bedah Indonesia).


(42)

Konsil Kedokteran Indonesia, 2006. Standar Kompetensi Dokter. Konsil

Kedokteran Indonesia. Available from: http://inamc.or.id/download/Standar%20Kompetensi%20Dokter.pdf

[Accessed 19 February 2011]

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., Grebb, J.A., 2010. Sumbangan Ilmu Pengetahuan Psikososial terhadap Perilaku Manusia. Dalam : Kaplan, H.I., Sadock, B.J., Grebb, J.A. ed. Sinopsis Psikiatri. Jakarta : Bina Aksara Publisher, 246-347.

Larocca, C.J., Otto, S.E.,1998. Pedoman Infus. Dalam : Larocca, C.J., Otto, S.E. ed. Terapi Intravena. Jakarta : EGC, 1-18.

Larocca, C.J., Otto, S.E.,1998. Pungsi Vena. Dalam : Larocca, C.J., Otto, S.E. ed. Terapi Intravena. Jakarta : EGC, 20-41.

Larocca, C.J., Otto, S.E.,1998. Cairan IV. Dalam : Larocca, C.J., Otto, S.E. ed. Terapi Intravena. Jakarta : EGC, 92-108.

Latief, S.A., Suryadi, K,A. Dachlan, M,R. 2009. Terapi Cairan pada Pembedahan. Dalam : Latief, S.A., Suryadi, K,A. Dachlan, M,R. ed. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi 2. Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UI, 133-139.

Notoatmodjo, S., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Ortega, R. 2008, Peripheral Intravenous Cannulation, The New England Journal

of Medicine. Avvailable from


(43)

Pratomo, H., 1986. Defenisi Operasional dari Variabel. Dalam : Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana / Kependudukan. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI PMU pengembangan FKM di Indonesia: 24-26.

Saputra, L., 2011. Panduan Praktek Dokter di Rumah Sakit. Jakarta. BINARUPA AKSARA Publisher.

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Scales, K. 2005, Vascular access:a guide to peripheral venous cannulation,

Scales, K. Avvailable From

[Accessed 4 February 2011].

Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Communication.

Wahyuningsih, E. and Subekti, N.B., 2005. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.


(44)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dashari Ermandi Harahap

Tempat/tanggal lahir : Medan, 17 September 1990

Agama : Islam

Alamat : Jalan. Pertiwi Baru No.1A Medan Nomor telpon/HP : 081362019249

Orang Tua : dr. Dahlian Harahap, M.Kes

: Erna Melwani Harahap

Riwayat Pendidikan : 1. TK Sari Putra, Padang Sidempuan 1995-1996 2. SD Negeri 142442, Padang Sidempuan 1996-2002 3. SMP Negeri 1 Barumun, Sibuhuan 2002-2005

4. SMA Negeri 11 Medan 2005-2008

Riwayat Organisasi : 1. Sekretaris Umum HMI Komisariat FK 2010-2011

2. P.O Eksplorasi Divisi SCORE Pema FK USU 2009-2010 3. Anggota Divisi Eksternal Pema FK USU Tahun 2009-2010

4. Wakil Ketua SCOME Pema FK USU Tahun 2009-2010 5. Direktur P2K2 LKMI HMI Cabang Medan 2011-Sekarang 6. Wakil Sekretaris Jendral PEMA USU 2011-Sekarang Riwayat pelatihan : 1. MOP HMI Cabang Medan Pelaksana FK USU, 2008

2. LK 1 HMI Cabang Medan 2009.

3. Pelatihan Hewan Coba SCORE Pema FK USU, 2009

4. LKMM Lokal BEM Pema FK USU, 2010


(45)

Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

Gambaran Perilaku Dokter Muda Terhadap Pemasangan Infus Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

A. Karateristik Responden

1. Nomor responden :

2. Nama :

3. Jenis Kelamin : (laki-laki / perempuan)*

4. Lama P3D di Departemen

Anestesi Dan Terapi Intensif :

5. Nama Pasien :

6. Jenis Kelamin :

7. Umur Pasien :


(46)

B. Prosedur Pemasangan Infus.

Berilah tanda Ceklist (√) pada langkah yang akan dilaksanakan / dilakukan

NO LANGKAH/TUGAS

PENGAMATAN Dilakukan Dengan Sempurna Dilakukan Tapi Salah Tidak Dilakukan 1.

Menyapa dan memperkenalkan diri

2. Menyiapkan peralatan dan bahan

3.

Menginformasikan dan meminta izin kesediaan pasien.

4.

Menyambungkan cairan infus dengan infus set (periksa jangan ada udara pada infus set).

5.

Melakukan torniket (pembebatan) pada daerah proksimal dari vena perifer sampai tekanan 60-80 mmHg

6. Mencuci tangan dan kemudian

memakai sarung tangan

7. Melakukan identifikasi vena perifer.

8. Melakukan desinfeksi dengan

alkohol 70%

9.

Melakukan insersi iv cath pada vena perifer dengan sudut 30-45o, setelah keluar darah pada ujung iv cath, tarik sedikit jarum(mandrain) pada iv cath, dorong iv catheter sampai ujung iv cath, dan ditekan ujung iv catheter dengan 1 jari.


(47)

10. Lepaskan torniket dan test

kelancaran infus.

11. Melakukan penyambungan dengan

cairan infus.

12. Melakukan pembalutan dengan kasa

povidone iodine 10%.

13. Melakukan fiksasi dengan ikat pita.

14.

Monitoring kelancaran infus (tetesan, bengkak atau tidaknya tempat

insersi).

15. Mencatat waktu, tanggal

pemasangan dan ukuran IV kateter.

16.

Mencatat nama dan tanda tangan pemasang.


(48)

Lampiran 3

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta saya memahami sepenuhnya tentang penelitian,

Judul Penelitian : Gambaran Perilaku Dokter Muda Terhadap Pemasangan Infus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Nama Peneliti Utama : DASHARI ERMANDI HARAHAP

Jenis Penelitian : Deskriptif dengan desain Cross Sectional Jangka Waktu Penelitian : Juni - September 2011

Instansi Penelitian : Fakultas Kedokteran USU

Dengan ini saya menyatakan bersedia mengikuti penelitian tersebut secara sukarela sebagai subjek penelitian.

Medan, ………..2011

( _____________________ ) Nama dan Tanda Tangan


(49)

Lampiran 6 Tahapan Pemasangan Infus

Frequency Table

langkah ke1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 70 100.0 100.0 100.0

langkah ke2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 1 1.4 1.4 1.4

2 69 98.6 98.6 100.0

Total 70 100.0 100.0

langkah ke3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 64 91.4 91.4 91.4

1 1 1.4 1.4 92.9

2 5 7.1 7.1 100.0


(50)

langkah ke4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 70 100.0 100.0 100.0

langkah ke5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 28 40.0 40.0 40.0

2 42 60.0 60.0 100.0

Total 70 100.0 100.0

langkah ke6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 2 2.9 2.9 2.9

2 68 97.1 97.1 100.0

Total 70 100.0 100.0

langkah ke7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 7 10.0 10.0 10.0


(51)

langkah ke7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 7 10.0 10.0 10.0

2 63 90.0 90.0 100.0

Total 70 100.0 100.0

langkah ke8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 5 7.1 7.1 7.1

2 65 92.9 92.9 100.0

Total 70 100.0 100.0

langkah ke9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 30 42.9 42.9 42.9

2 40 57.1 57.1 100.0

Total 70 100.0 100.0

langkah ke10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(52)

Valid 1 6 8.6 8.6 8.6

2 64 91.4 91.4 100.0

Total 70 100.0 100.0

langkah ke11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 70 100.0 100.0 100.0

langkah ke12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 6 8.6 8.6 8.6

2 64 91.4 91.4 100.0

Total 70 100.0 100.0

langkah ke13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 3 4.3 4.3 4.3

2 67 95.7 95.7 100.0


(53)

langkah ke14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 1 1.4 1.4 1.4

1 1 1.4 1.4 2.9

2 68 97.1 97.1 100.0

Total 70 100.0 100.0

langkah ke15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 11 15.7 15.7 15.7

1 2 2.9 2.9 18.6

2 57 81.4 81.4 100.0

Total 70 100.0 100.0

langkah ke 16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 68 97.1 97.1 97.1

1 2 2.9 2.9 100.0


(54)

Lampiran 6 Data Induk (Master Data)

NO Nama responden Jenis kelamin

responden P3D L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 Total

1. dora sianturi 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 26

2. d. yosua Simarmata 1 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 28

3 hajrin pajri 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

4 hasbiyas siddik 1 2 0 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 0 24

5 r. ismail A 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

6 rahmad gunawan 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

7 muhammad mirwan 1 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 28

8 iqbal H hidayat 1 2 0 2 0 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 25

9 ade wilia sari 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

10 nanda bagus 1 1 0 2 0 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 25

11 cut azni zahara 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

12 tri sn sinulingga 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 27


(55)

14 candora A.T 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

15 rumiris siagian 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

16 ika mariana gultom 2 1 0 2 0 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 24

17 daniel ginting 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

18 rajalakshmi 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 25

19 florensius ginting 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

20 fitri armanti 2 2 0 2 0 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 24

21 ivan murrel c 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

22 petty atmadja 2 1 0 2 0 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 0 23

23 yohanes susanto 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 0 24

24 fitry hardiana g 2 1 0 2 0 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 24

25 rahayu S 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 0 24

26 andhika hermawan 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

27 alia N ketaren 2 2 0 2 0 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 0 24

28 yenny chandra 2 1 0 2 0 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 0 23


(56)

30 sumita muniandy 2 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

31 wirta hernika 2 2 0 2 0 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 0 23

32 thaneswaran 1 1 0 2 0 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 25

33 ferlianisa maharani 2 1 0 1 0 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 0 21

34 herman wiliam 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 0 25

35 edi charles 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

36 ranap hadiyanto 1 1 0 2 0 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 0 22

37 ika t.s 2 2 0 2 0 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 25

38 sri kumala sari 2 1 0 2 0 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 25

39 lim see theng 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 25

40 lim ra xian 1 2 0 2 0 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 0 22

41 nurul ahya 2 1 0 2 0 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 0 23

42 zul fadli 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

42 abdul rahim 1 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 28

44 naomi saida sir 2 1 0 2 0 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 0 23


(57)

46 tm reza 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 24

47 vivi yovita 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

48 nurul dalila 2 1 0 2 0 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 0 0 21

49 nadia affida 2 1 0 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 26

50 ahma izzer 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 24

51 mohammad hamqi 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 25

52 M suhaini 1 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 26

53 siti hajar 2 2 0 2 0 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 0 22

54 M afid 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 24

55 shazenani 2 2 0 2 0 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 0 23

56 izzadi 2 1 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 0 0 23

57 nusyaza hazinal 2 1 0 2 0 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 24

58 ummi azmim 2 2 0 2 0 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 0 0 21

59 mahalida 2 1 0 2 0 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 0 23

60 M zainus 1 2 0 2 0 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 0 23


(58)

62 cindy wijaya 2 2 0 2 0 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 0 0 21

63 harisan efrada 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 25

64 nurzafiral 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 22

65 diezen 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 25

66 debby lidyamika 2 1 0 2 0 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 25

67 agus salim 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

68 azwa evira 2 1 0 2 0 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 24

69 poppy dewita 2 2 0 2 0 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 0 0 21


(59)

Lampiran 6

Hasil Analisa Data SPSS (output SPSS) Frequency Table

Karakteristik jenis kelamin Karakteristik lama menjalani P3D

Jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid laki-laki 34 48.6 48.6 48.6

perempuan 36 51.4 51.4 100.0

Total 70 100.0 100.0

Gambaran Perilaku Dokter Muda terhadap pemasangan Infus

Gambaran perilaku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid cukup 32 45.7 45.7 45.7

baik 38 54.3 54.3 100.0

Total 70 100.0 100.0

Lama Koas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 32 45.7 45.7 45.7

2 38 54.3 54.3 100.0


(1)

Lampiran 6

Data Induk (Master Data)

NO Nama responden Jenis kelamin

responden P3D L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 Total

1. dora sianturi 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 26

2. d. yosua Simarmata 1 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 28

3 hajrin pajri 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

4 hasbiyas siddik 1 2 0 2 0 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 0 24

5 r. ismail A 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

6 rahmad gunawan 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

7 muhammad mirwan 1 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 28

8 iqbal H hidayat 1 2 0 2 0 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 25

9 ade wilia sari 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

10 nanda bagus 1 1 0 2 0 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 25

11 cut azni zahara 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

12 tri sn sinulingga 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 27


(2)

14 candora A.T 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

15 rumiris siagian 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

16 ika mariana gultom 2 1 0 2 0 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 24

17 daniel ginting 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

18 rajalakshmi 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 25

19 florensius ginting 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

20 fitri armanti 2 2 0 2 0 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 24

21 ivan murrel c 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

22 petty atmadja 2 1 0 2 0 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 0 23

23 yohanes susanto 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 0 24

24 fitry hardiana g 2 1 0 2 0 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 24

25 rahayu S 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 0 24

26 andhika hermawan 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

27 alia N ketaren 2 2 0 2 0 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 0 24

28 yenny chandra 2 1 0 2 0 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 0 23


(3)

30 sumita muniandy 2 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

31 wirta hernika 2 2 0 2 0 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 0 23

32 thaneswaran 1 1 0 2 0 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 25

33 ferlianisa maharani 2 1 0 1 0 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 0 21

34 herman wiliam 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 0 25

35 edi charles 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

36 ranap hadiyanto 1 1 0 2 0 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 0 22

37 ika t.s 2 2 0 2 0 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 25

38 sri kumala sari 2 1 0 2 0 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 25

39 lim see theng 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 25

40 lim ra xian 1 2 0 2 0 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 0 22

41 nurul ahya 2 1 0 2 0 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 0 23

42 zul fadli 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

42 abdul rahim 1 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 28

44 naomi saida sir 2 1 0 2 0 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 0 23


(4)

46 tm reza 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 24

47 vivi yovita 2 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

48 nurul dalila 2 1 0 2 0 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 0 0 21

49 nadia affida 2 1 0 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 26

50 ahma izzer 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 24

51 mohammad hamqi 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 25

52 M suhaini 1 1 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 26

53 siti hajar 2 2 0 2 0 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 0 22

54 M afid 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 24

55 shazenani 2 2 0 2 0 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 0 23

56 izzadi 2 1 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 0 0 23

57 nusyaza hazinal 2 1 0 2 0 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 24

58 ummi azmim 2 2 0 2 0 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 0 0 21

59 mahalida 2 1 0 2 0 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 0 23

60 M zainus 1 2 0 2 0 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 0 23


(5)

62 cindy wijaya 2 2 0 2 0 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 0 0 21

63 harisan efrada 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 25

64 nurzafiral 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 22

65 diezen 1 2 0 2 0 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 25

66 debby lidyamika 2 1 0 2 0 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 25

67 agus salim 1 1 0 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 26

68 azwa evira 2 1 0 2 0 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 24

69 poppy dewita 2 2 0 2 0 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 0 0 21


(6)

Lampiran 6

Hasil Analisa Data SPSS (output SPSS)

Frequency Table

Karakteristik jenis kelamin

Karakteristik lama menjalani P3D

Jenis kelamin responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid laki-laki 34 48.6 48.6 48.6

perempuan 36 51.4 51.4 100.0

Total 70 100.0 100.0

Gambaran Perilaku Dokter Muda terhadap pemasangan Infus

Gambaran perilaku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid cukup 32 45.7 45.7 45.7

baik 38 54.3 54.3 100.0

Total 70 100.0 100.0

Lama Koas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 32 45.7 45.7 45.7

2 38 54.3 54.3 100.0