Upaya hukum Pemegang Sertifikat Elektronik dalam Hal Upaya

cxxiv elektronik.Jaminan akan kerahasiaan data pribadi sangat penting untuk dijaga oleh pelaku usaha demi keamanan dan kenyamanan konsumen dalam bertransaksi.Macam-macam data danatau informasi pribadi di internet yaitu : 190 1. informasi pribadi dalam basis data online 2. informasi pribadi dalam transaksi online a. cookies; b. pendaftaran online online registration; c. perdagangan online online commerce. 3. catatan yang dimiliki pemerintah 4. tujuan pengumpulan data di internet Jika pelaku usaha tersebut bertindak curang dengan memperjualbelikan data pribadi konsumen kepada pihak lain untuk kepentingan promosi. Ini sangat merugikan bagi pihak konsumen karena data pribadinya disalahgunakan oleh pelaku usaha untuk kepentingan pelaku usaha itu sendiri tanpa melihat dampak kerugian yang diakibatkan terhadap konsumen.

C. Upaya hukum Pemegang Sertifikat Elektronik dalam Hal Upaya

Penjaminan Keamanan Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 18 ayat 1 UUITE bahwa “Transaksi Elektronik yang dituangkan ke dalam kontrak elektronik mengikat para pihak,” yang berarti bahwa apabila salah satu pihak tidak memenuhi kesepakatan 190 Ibid., hlm. 181. cxxv yang terjadi dalam perjanjian tersebut yang berakibat timbulnya kerugian, maka pihak yang dirugikan akibat transaksi elektronik berhak untuk mengajukan gugatan ganti kerugian. Perihal gugatan ganti kerugian pada umumnya terjadi karena adanya ingkar janji atau wanprestasi dan karena adanya perbuatan melanggar hukum. Gugatan ganti rugi atas dasar “wanprestasi artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan” 191 Pelaksanaan perjanjian, timbul sejak saat tercapainya kata sepakat mengenai pokok-pokok antar kedua belah pihak yang disebut dengan konsensus. Setelah tercapai kata sepakat maka timbul kewajiban secara timbal balik yang disebut juga dengan prestasi. Prestasi diartikan oleh Abdulkadir Muhammad sebagai “kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitur dalam setiap perikatan”. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa perjanjian yang dibuat oleh pihak- pihak mengikat pada saat kedua belah pihak mencapai kata sepakat mengenai hal-hal pokok yang dijanjikan.Dengan adanya kesepakatan, maka sekarang adalah pelaksanaan perjanjian.Mengenai pelaksanaan perjanjian ini, Riduan Syahrani mengemukakan: “Melaksanakan perjanjian berarti melaksanakan sebagaimana mestinya apa yang merupakan kewajiban terhadap siapa perjanjian itu dibuat. Oleh karena itu melaksanakan perjanjian pada hakikatnya adalah berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu untuk kepentingan orang lain”. 192 191 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, hlm. 20. 192 Abdulkadir Muhammad, Ibid.,hlm. 17. cxxvi Jika sistem penyelenggaraan sertifikasi elektronik memiliki kendala dalam berbagai hal baik dari resiko keamanan dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan gangguan sistem yang disebabkan oleh pihak luar dan kelalaian karena manusia, dllharus berupaya secara maksimal untuk melindungi konsumen karena berdasarkan UU ITE dan UUPK, PSE sebagai pelaku usaha wajib untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan peraturan. Jika ada kelalaian terjadi, maka PSE harus bertanggungjawab pada pemegang sertifikat elektronik terhadap kelalaian tersebut kecuali karena sebab force majeur.Jika PSE tidak melaksanakan prestasinya sesuai dengan ketentuan kesepakatan dan peraturan maka konsumen bisa melakukan berbagai upaya hukum untuk menuntut PSE tersebut. Adapun beberapa upaya hukum yang dapat dilakukan oleh konsumen yang telah dirugikan adalah dengan : 1. Penyelesaian melalui pengadilan Undang-undang peradilan umum, menentukan ada 3 tiga jenis pengadilan umum yaitu: 193 a. Pengadilan Negeri, untuk memeriksa dan memutus perkara perdata dan pidana pada tingkat pertama. b. Pengadilan Tinggi, untuk memeriksa dan memuts perkara perdata dan pidana pada tingkat kedua dan tertinggi. c. Mahkamah Agung, untuk pemeriksaan tingkat kasasi. 193 Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000 selanjutnya disebut Abdul kadir Muhammad I, hlm. 26. cxxvii Pengajuan penyelesaian sengketa konsumen secara gugatan perdata melalui peradilan umum oleh konsumen yang dirugikan adalah tetap memperhatikan hukum acara yang umum berlaku selama ini danatau ketentuan-ketentuan pengajuan gugatan secara class action serta secara legal standing.Terhadap penyelesaian sengketa antara konsumen dan produsen melalui pengadilan negeri hanya dimungkinkan apabila para pihak belum memilih upaya penyelesaian sengketa diluar pengadilan, danatau upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa. 194 2. Penyelesaian diluar pengadilan Penyelesaian diluar pengadilan dilakukan secara sukarela dari pihak yang berperkara guna untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi atau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak terulangnya kerugian yang diderita konsumen.Lembaga yang berwenang untuk menyelesaikan sengketa konsumen diluar pengadilan adalah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. Penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadilan atau yang lebih dikenal dengan Alternative Dispute Reolution ADR 195 194 Azwir Agus, Op.Cit.,hlm. 36. 195 Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase Alternatif Penyelesaian Sengketa Suatu Pengantar Jakarta: PT. Fikahati Aneska, 2000, hlm. 11 menyebutkan, “Alternative Dispute Resolution ADR, atau Mekanisme Penyelesaian Sengketa Kooperatif MPSSK atau Alternatif Penyelesaian Sengketa APS”. dapat ditempuh dengan berbagai cxxviii cara. ADR tersebut dapat berupa arbitrase, mediasi, konsiliasi, minitrial, summary jury trial, settlement conference serta bentuk lain, 196 1. Arbitrase Undang-Undang Nomor 30 Tahun 199 tentang arbitrase dan APS yang lahir setelah adanya UUPK yang ternyata hanya memperkenalkan tiga macam cara penyelesaian sengketa yaitu: Undang-Undang Perlindungan Konsumen tidak memberikan pengertian kata konsiliasi, Pengertian kata arbitrase dalam penyelesaian sengketa konsumen ditemukan pada ketentuan umum Keputusan Memperindag Nomor 350MPPKep2001, yaitu Pasal 1 angka 11 yang menyatakan bahwa arbitrase adalah proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan yang dalam hal ini para pihak yang bersengketa menyerahkan sepenuhnya penyelesaian sengketa kepada BPSK. 2. Konsiliasi Undang-Undang Perlindungan Konsumen tidak memberikan pengertian kata konsiliasi, Pengertian kata konsiliasi dalam penyelesaian sengketa konsumen ditemukan pada ketentuan umum Keputusan Memperindag Nomor 350MPPKep2001, yaitu Pasal 1 angka 9 yang menyatakan bahwa konsiliasi adalah proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan dengan perantara BPSK 196 Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997, hlm. 186. cxxix untuk mempertemukan para pihak yang bersengketa, dan penyelesaiannya diserahkan para pihak. 197 3. Mediasi melalui BPSK UUPK tidak memberikan pengertian kata mediasi, Pengertian kata mediasi dalam penyelesaian sengketa konsumen ditemukan pada ketentuan umum Keputusan Memperindag Nomor 350MPPKep2001, yaitu Pasal 1 angka 10 yang menyatakan bahwa mediasi adalah proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan dengan perantara BPSK sebagai penasehat dan penyelesaiannya diserahkan para pihak. 198 Upaya-upaya diatas yang dapat dilakukan Pemegang Sertifikat Elektronik sebagai konsumen apabila ada masalah muncul yang disebabkan oleh dikemudian hari yang menyebabkan kerugian. 197 Gunawan Widjaja Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis: Hukum Arbitrase Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001, hlm. 5. 198 Ibid.,hlm. 35. cxxx

BAB V KESIMPULAN