Transaksi Elektronik Menurut Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang

xxix

BAB II TRANSAKSI ELEKTRONIK DAN PENYELENGGARAAN SISTEM

ELEKTRONIK

A. Transaksi Elektronik Menurut Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik Berbicara mengenai “transaksi”, umumnya orang akan mengatakan bahwa n hal tersebut adalah perjanjian ataupun kontrak jual beli antara para pihak yang bersepakat untuk itu. Dalam lingkup hukum, sebenarnya istilah transaksi adalah keberadaan suatu perikatan atau hubungan hukum yang terjadi antara para pihak. Jika kita berbicara mengenai aspek materiil dari hubungan hukum yang disetujui para pihak Lihat Pasal 1338 21 joPasal 1320 22 21 Pasal 1338 KUHPerdata berbunyi “Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang- undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang.Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik” 22 Syarat sahnya suatu perjanjian yakni mereka sepakat untuk mengikatkan diri;Cakap untuk membuat suatu perikatan;Suatu hal tertentu;Suatu sebab yang halal. KUHPerdt sehingga sepatutnya bukan berbicara mengenai perbuatan hukum secara formil, kecuali untuk melakukan hubungan hukum yang menyangkut benda tidak bergerak. Sepanjang mengenai benda xxx tidak bergerak, hukum akan mengatur perbuatan hukumnya itu sendiri, yakni harus dilakukan secara “tunai” dan “terang”. Oleh karena itu, keberadaan mengenai ketentuan hukum mengenai perikatan sebenarnya tetap valid karena ia akan mencakup semua media yang digunakan untuk melakukan transaksi itu sendiri, baik itu melalui media kertas ataupun media sistem elektronik. 23 Undang-Undang ITE dijelaskan bahwa transaksi elektronik itu sendiri adalah perbuatan hukum 24 yang dilakukan dengan menggunakan komputer 25 , jaringan komputer, danatau media elektronik lainnya. 26 Lingkup keperdataan khususnya aspek perikatan akan merujuk pada semua jenis dan mekanisme dalam melakukan hubungan hukum secara elektronik itu sendiri, yang mencakup jual beli, lisensi, asuransi, lelang dan perikatan – perikatan lainnya yang berkembang sesuai dengan perkembangan mekanisme perdagangan di masyarakat. Dengan kata lain tranksaksi elektronik ini tidak hanya mencakup sebatas pada transaksi jual beli saja tetapi pengertian ini lebih luas daripada sekedar jual beli yakni sebuah perbuatan yang melibatkan kedua belah pihak atau lebih yang mengikat satu sama lain untuk melakukan hubungan perikatan melalui suatu media yakni media elektronik. 27 23 Edmon Makarim, PengantarHukum Telematika, Suatu Kompilasi Kajian Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005 selanjutnya disebut Edmon Makarim I, hlm.254. 24 Perbuatan hukum adalah segala perbuatan manusia yang secara sengaja dilakukan oleh seseorang untuk menimbulkan hak-hak dan kewajiban. 25 Komputer adalah alat untuk memproses data elektronik, magnetik, optic atau sistem yang melaksanakan fungsi logika, aritmatika dan pemograman. 26 Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 27 Edmon Makarim I, Op.Cit., hlm. 256. Dalam Pasal 17 ayat 1 UU ITE juga dijelaskan bahwa xxxi penyelenggaraan transaksi elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik maupun privat.Lebih lanjut di dalam Pasal 17 ayat 2 UU ITE, para pihak yang melakukan transaksi elektronik wajib beriktikad baik dalam melakukan interaksi danatau pertukaran informasi elektronik danatau dokumen elektronik selama transaksi berlangsung. Penyelenggaraan transaksi elektronik di wilayah Negara Republik Indonesia harus memperhatikan aspek keamanan, keandalan, dan efisiensi; melakukan penyimpanan data transaksi di dalam negeri; memanfaatkan gerbang nasional, jika dalam penyelenggaraannya melibatkan lebih dari satu penyelenggara sistem elektronik; dan memanfaatkan jaringan sistem elektronik dalam negeri. Dalam hal gerbang nasional dan jaringan sistem elektronik apabila belum dapat dilaksanakan, penyelenggaraan transaksi elektronik dapat menggunakan sarana lain atau fasilitas dari luar negeri setelah memperoleh persetujuan dari instansi pengawas dan pengatur sektor terkait. Penyelenggaraan transaksi elektronik ada dua yaitu dalam ruang lungkup publik dan privat.Penyelenggaraan transaksi elektronik dalam lingkup publik meliputi: 28 1. Penyelenggaraan transaksi elektronik oleh instansi atau oleh pihak lain yang menyelenggarakan layanan publik sepanjang tidak dikecualikan oleh UU ITE. 28 Pasal 40 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. xxxii 2. Penyelenggaraan transaksi elektronik dalam lingkup publik lainnya sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyelenggaraan transaksi elektronik dalam lingkup privat meliputi: 29 1. antar pelaku usaha; 2. antar pelaku usaha dengan konsumen; 3. antar pribadi; 4. antar instansi; 5. antara instansi dengan pelaku usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Jenis-jenis hubungan hukum dalam transaksi elektronik dalam dunia e- commerce secara umum dan yang paling banyak dikenal adalah jenis Businessto Business B2B dan Business to Consumer B2C.Kedua jenis E-Commerce ini memiliki karakteristik yang berbeda.Business to Business B2B memiliki karakteristik: 30 1. Trading partners yang sudah diketahui dan umumnya memiliki hubungan relationship yang cukup lama. Informasi hanya dipertukarkan dengan partner tersebut. Dikarenakan sudah mengenal lawan komunikasi, maka jenis informasi yang dikirimkan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan dan kepercayaan trust. 2. Pertukaran data data exchange berlangsung berulang-ulang dan secara berkala, misalnya setiap hari, dengan format data yang sudah disepakati bersama. Dengan 29 Pasal 40 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. 30 Abdul Halim dan Teguh Prasetyo, Op. Cit., hlm. 19. xxxiii kata lain, servis yang digunakan sudah tertentu. Hal ini memudahkan pertukaran data untuk dua entiti yang menggunakan standar yang sama. 3. Salah satu pelaku dapat melakukan inisiatif untuk mengirimkan data, tidak harus menunggu parternya. 4. Model yang umum digunakan adalah peer-to peer, dimana processing intelligence dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis. Business to Consumer B2C dalam e-commerce merupakan suatu transaksi bisnis secara elektronik yang dilakukan pelaku usaha dan pihak konsumen untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu dan pada saat tertentu.Sebagai contoh Internet Mall. 31 Perkembangan dari segmentasi ini sanagat besar dimana keuntungan bukan saja hanya pada pihak pelaku usaha tetapi juga dari pihak konsumen walaupun penyimpangan penyimpangan tetap saja masih terjadi.B2C memiliki karakteristik sebagai berikut : 32 1. Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan ke umum. 2. Servis yang diberikan bersifat umum generic dengan mekanisme yang dapat digunakan oleh khalayak ramai. Sebagai contoh, karena sistem web sudah umum digunakan maka servis diberikan dengan menggunakan basis web. 3. Servis diberikan berdasarkan permohonan on demand. Konsumer melakuka inisiatif dan produser harus siap memberikan respon sesuai dengan permohonan. 31 Jay MS, “Peranan E-Commerce Dalam Sektor Ekonomi Industri,” Makalah seminar hari Aplikasi Internet di Era Milenium Ketiga, hlm. 7. 32 Abdul Halim, Teguh Prasetyo, Op. Cit., hlm. 22. xxxiv 4. Pendekatan clientserver sering digunakan dimana diambil asumsi client consumer menggunakan sistem yang minimal berbasis web dan processing business procedure diletakkan di sisi server. Adapun perbandingan diantara B2C dan B2B dalam berbagai segi dimana penjualan B2B biasanya lebih besar dan lebih banyak mendapatkan profit daripada penjualan individual dari B2C. Seperti perusahaan telepon dan maskapai penerbangan mendapatkan lebih banyak untung dari konsumen bisnis daripada konsumen individu, jadi hubungan B2B juga lebih menguntungkan daripada oportunitas B2C. 33 Akan tetapi selain dari kedua jenis tersebut, juga terdapat beberapa jenis lainnya, yaitu : 34 1. Customer to Customer C2C Customer to Customer C2C ini adalah transaksi dimana individu saling menjual barang pada satu sama lain. Contohnya adalah e-Bay. Consumer to Consumer C2Cmerupakan transaksi bisnis secara elektronik antar konsumen untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu dan pada saat tertemtu pula, segmentasi konsumen ke konsumen ini lebih khusus karena transaksi dilakukan oleh konsumen dan konsumen yang memerlukan transaksi. Internet dijadikan tempat bagi mereka untuk melakukan pertukaran informasi mengenai produk, selain itu antar konsumen juga bisa membuat suatu komunitas penggunapenggemar produk tersebut.Ketidakpuasan konsumen dalam mengonsumsi suatu produk dapat segera 33 Terjemahan dari Glover, Liddle, Prawitt, E-business, principles strategies for accountants New Jersey: Prentice-Hall Inc, 2001, hlm. 42. 34 Edmon Makarim, Op.Cit., hlm.260. xxxv tersebar luas melalui komunitas tersebut Internet menjadikan konsumen memiliki posisi tawar yang lebih tinggi terhadap perusahaan dengan demikian menuntut pelayanan perusahaan menjadi lebih baik. 35 2. Customer to Government C2G C2G ini adalah transaksi dimana individu dapat melakukan transaksi dengan pihak pemerintah, seperti membayar pajak. 3. Customer to Business C2B C2B ini adalah transaksi yang memungkinkan individu menjual barang pada perusahaan, contohnya adalah priceline.com. Penyelenggaraan Transaksi Elektronik itu sendiri harus beritikad baik dalam melakukan interaksi danatau pertukaran Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik selama transaksi berlangsung.Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan sistem elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU ITE Nomor 11 Tahun 2008. Informasi Elektronik juga merupakan alat bukti hukum yang sah jika sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan serta hasil cetak tersebut merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia. 36 35 Glover, Liddle, and Prawitt, E-business, Principles and Strategies for accountants New Jersey: Prentice-Hall,Inc., 2001,hlm. 23. 36 Dirangkum dari UU ITE Nomor 11 Tahun 2008. xxxvi Pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, itikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi. 37 Transaksi elektronik yang dilakukan para pihak memberikan akibat hukum kepada para pihak.Dalam penyelenggaraan transaksi elektronik para pihak wajib menjamin pemberian data dan informasi yang benar; dan ketersediaan sarana dan Asas manfaat menurut UU ITE adalah asas bagi pemanfaatan tekhnologi informasi dan transaksi elektronik diupayakan untuk mendukung proses berinformasi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adapun asas kehati-hatian mengandung maksud memberikan landasan bagi pihak yang bersangkutan harus memperhatikan segenap aspek yang berpotensi mendatangkan kerugian, baik bagi dirinya maupun bagi pihak lain, dalam pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik.Asas itikad baik menurut UU ITE, berarti asas yang digunakan para pihak dalam melakukan transkasi elektronik, tidak bertujuan untuk secara sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakibatkan kerugian bagi pihak lain, tanpa sepengetahuan bagi pihak lain tersebut. Adapun asas kebebasan memilih tekhnologi atau netral teknologi adalah asas pemanfaatan tekhnologi informasi dan transaksi elektronik tidak terfokus pada penggunaan tekhnologi tertentu, sehingga dapat mengikuti perkembangan pada masa yang akan datang. 37 Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. xxxvii layanan serta penyelesaian pengaduan. 38 Transaksi elektronik wajib untuk memperhatikan itikad baik; prinsip kehati-hatian; transparansi; akuntabilitas; dan kewajaran. 39 Pasal 18 UU ITE mengatakan bahwa transaksi elektronik dituangkan ke dalam bentuk kontrak elektronik atau bentuk kontraktual lainnya sebagai bentuk kesepakatan yang dilakukan oleh para pihak.Maksud dari kontrak elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat melalui sistem elektronik. 40 1. kesepakatan tidak dilakukan secara elektronik namun pelaksanaan hubungan kontraktual diselesaikan secara elektronik; Maksud dari bentuk kontraktual lainnya adalah: 2. kesepakatan dilakukan secara elektronik dan pelaksanaan hubungan kontraktual diselesaikan secara elektronik; dan 3. kesepakatan dilakukan secara elektronik dan pelaksanaan hubungan kontraktual diselesaikan tidak secara elektronik. Kontrak elektronik dianggap sah apabila : 41 1. terdapat kesepakatan para pihak; 2. dilakukan oleh subjek hukum yang cakap atau yang berwenang mewakili sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 38 Pasal 51 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. 39 Pasal 46 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. 40 Pasal 1 butir 17 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 41 Pasal 47 angka 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. xxxviii 3. terdapat hal tertentu; dan 4. objek transaksi tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum. Kontrak elektronik jika dibuat tertuju kepada orang Indonesia maka kontrak tersebut isinya haruslah berbahasa Indonesia dan harus dibuat dengan klausula baku yang sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam perundang-undangan .Kontrak elektronik paling sedikit memuat data identitas para pihak; objek dan spesifikasi; persyaratan transaksi elektronik; harga dan biaya; prosedur dalam hal terdapat pembatalan oleh para pihak; ketentuan yang memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk dapat mengembalikan barang danatau meminta penggantian produk jika terdapat cacat tersembunyi; dan pilihan hukum penyelesaian transaksi elektronik. Para pihak dalam melakukan suatu transaksi antar pihak diberi suatu kewenangan untuk memilih dan menentukan pilihan hukum yang berlaku bagi transaksi elektronik internasional yang dibuatnya. Adapun pilihan hukum tersebut adalah : 42 1. Pilihan hukum choice of law, dalam hal ini para pihak menentukan sendiri dalam kontrak tentang hukum mana yang berlaku terhadap interpretasi kontrak tersebut. 42 Syafran Sofyan, “Pihan Hukum, Forum, Domisili suatu Kontrak dalam Transaksi Bsinis”http:www.lemhannas.go.idportaldaftar-artikel2006-pilihan-hukum-forum-dan-domisili- suatu-kontrak-dalam-transaksi-bisnis.html diakses pada tanggal 29 Juli 2015. xxxix 2. Pilihan forum choice of jurisdiction, yakni para pihak menentukan sendiri dalam kontrak tentang pengadilan atau forum mana yang berlaku jika terjadi sengketa di antara para pihak dalam kontrak tersebut. 3. Pilihan domisili choice of domicile, dalam hal ini masing-masing pihak melakukan penunjukkan di manakah domisili hukum dari para pihak tersebut. Jika para pihak tidak menentukan pilihan hukumnya dalam transaksi elektronik internasional maka hukum yang berlaku adalah berdasarkan pada asas Hukum Perdata Internasional. 43 Adapun asas Hukum Perdata Internasional yang mengatur mengenai pilihan hukum tersebut yakni : 44 1. Lex Loci Contractus DoktrinLex Loci Contractus mengajarkan bahwa jika para pihak tidak menentukan sendiri hukum mana yang berlaku dalam kontrak, maka hukum yang berlaku adalah hukum di mana kontrak tersebut ditanda-tangani. Doktrin lex loci contractus merupakan cara yang paling tua pendekatan tradisional untuk menentukan hukum yang berlaku. Kelebihan dari Lex Loci Contractusadalah : a. Penerapannya mudah dan sederhana simplicity. b. Dapat diprediksi predictibility. c. Cara terbaik untuk menentukan hukum yang berlaku terhadap masalah keabsahan kontrak atau keabsahan formalitas kontrak. 43 Pasal 18 angka 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 44 SudargoGautama, Kontrak Dagang Internasional. Himpunan Ceramah dan Prasarana Bandung: Alumni, 1976, hlm. 24. xl Jika ternyata tidak ada pilihan hukum dalam kontrak, sementara tempat penandatanganan kontrak ada di beberapa tempat, atau tempat tersebut tidak dapat dipastikan, maka penerapan lex loci contractus dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Berlaku hukum di mana penawaran kontrak dibuat atau dikirim. b. Jika tidak diketahui di mana dibuatnya penawaran, berlaku hukum dari tempat domisili pihak yang melakukan penawaran. 2. Lex Fori Doktrin Lex fori mengajarkan bahwa manakala para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam kontrak yang dibuatnya, maka hukum yang berlaku adalah hukum di mana hakim memutuskan perkara.:Lex fori ini juga merupakan pendekatan tradisional untuk menentukan hukum mana yang berlaku tersebut. Penerapan Doktrin Lex Fori ini memberikan beberapa keuntungan yaitu : a. Penerapannya mudah dan sederhana simplicity.. b. Dapat diprediksi predictability. c. Lebih efisien. d. Lebih akurat penerapannya, karena hakim lebih mengenal hukum yang akan diterapkan itu. 3. Lex Rae Sitae Lex rae sitae atau disebut juga dengan lex situs mengajarkan bahwa hukum yang berlaku atas suatu kontrak adalah hukum di mana benda objek kontrak tersebut xli berada. Adalah sudah menjadi hukum yang universal bahwa jika kontrak berobjekan benda tidak bergerak tanah, maka hukum yang berlaku adalah hukum di mana tanah tersebut terletak. Penerapan doktrin lex rae sitae ini memberikan beberapa keuntungan sebagai berikut: a. Penerapannya mudah dan sederhana simplicity. Dapat diprediksi predictibility. b. Kesulitan bagi hakim untuk menerapkan hukum dari daerahnegara lain, tetapi hukum tersebut lebih memuaskan terhadap kasus yang bersangkutan. 4. The Most Characteristic Connection Doktrin themost characteristic connection mengajarkan bahwa manakala para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam kontrak yang dibuatnya, maka hukum yang berlaku adalah hukum yang paling mempunyai karakteristik dalam hubungan kontrak tersebut.Doktrin ini sering juga disebut dengan istilah the most significant relationship, atau the most closely cennected.Doktrin the most characteristic connection ini sudah diterima dengan sangat meluas dewasa ini, dan dianggap paling memuaskan untuk kebanyakan kasus. Berikut ini diberikan beberapa contoh dari the most characteristic connection untuk menentukan hukum mana yang berlaku terhadap suatu kontrak. Contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut: xlii a. Dalam kontrak jual beli, pihak penjualah yang melakukan prestasi paling karakteristik. b. Dalam kontrak pemborongan adalah pihak pemborong. Dalam kontrak antara advokat dengan klien adalah pihak advokat. c. Dalam loan agreement adalah pihak bankpemberi pinjaman. 5. The Proper Law Doktrin the proper law mengajarkan bahwa manakala para pihak tidak melakukan pilihan hukum dalam kontrak yang dibuatnya, maka hukum yang berlaku adalah hukum yang paling pantas dengan pertimbangan yang objektif dan logis dengan mengasumsikan bahwa kontrak telah dibuat dengan sah. Namun demikian, doktrin the proper law ini sangat membingungkan dan tidak prediktif. Para pihak memiliki kewenangan untuk menetapkan forum pengadilan, arbitrase, atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif lainnya yang berwenang menangani sengketa yang mungkin timbul dari Transaksi Elektronik internasional yang dibuatnya. Jika para pihak tidak menetepkan pilihan forum mana yang akan digunakan maka penetapan kewenangan pengadilan, arbitrase atau penyelesaian senketa lainnya yang mungkin timbul dari transaksi tersebut, didasarkan pada asas hukum perdata internasional. 45 Berdasarkan asas kebebasan berkontrak, maka para pihak dalam suatu kontrak dapat juga memilih pengadilan mana yang akan mengadili seandainya timbul 45 Pasal 18 angka 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaski Elektronik. xliii sengketa terhadap kontrak yang bersangkutan. Kebebasan memilih pengadilan ini disebut dengan choice of forum atau choice of jurisdiction. Di antara keuntungan dari pemilihan pengadilan ini adalah: 46 1. Bahwa pengadilan tersebut lebih mengetahui hukum yang berlaku jika dipilih pengadilan yang terletak di tempatdi negara yang juga dipilih hukumnya. 2. Bahwa pengadilan tersebut lebih mengetahui kasus yang bersangkutan jika yang dipilih adalah pengadilan tempat terjadinya kasus atau tempat dilaksanakannya kontrak tersebut. 3. Bahwa pengadilan tersebut dan para pihak lebih banyak akses ke alat bukti, termasuk alat bukti saksi jika yang dipilih adalah peng¬adilan tempat terjadinya kasus atau tempat dilaksanakannya kontrak tersebut. Pilihan forum ini menyimpan masalah yang serius jika pengadilan yang dipilih bukan pengadilan di negara tempat dieksekusinya putusan pengadilan, misalnya jika yang dipilih bukan pengadilan di negara tempat di mana aset tergugat terletak. Sebab, banyak negara termasuk Indonesia tidak mempunyai kewajiban untuk mengeksekusi putusan pengadilan asing, sehingga putusan yang sudah dimenangkan oleh salah satu pihak tidak akan dapat dieksekusi. Kecuali jika yang dipilih adalah badan arbitrase, di mana dengan beberapa batasan yang tidak terlalu ketat, umumnya negara-negara dapat mengeksekusi putusan arbitrase asing. 47 46 Syafran Sofyan, Loc.cit. 47 Ibid. xliv Hampir sama dengan perjanjian pada umumnya, perjanjian transaksi elektronik juga terdiri dari penawaran dan penerimaan sebab suatu kesepakatan selalu diawali dengan adanya penawaran oleh salah satu pihak dan penerimaan oleh pihak lain. 48 Transaksi elektronik terjadi pada saat penawaran transaksi yang dikirim pengirim telah diterima dan disetujui oleh penerima. 49 Penawaran merupakan suatu “invitation to enter into a binding agreement”. 50 Tawaran merupakan tawaran jika pihak lain memandang sebagai tawaran. Suatu perbuatan itu sendiri sebagai ajakan untuk masuk ke dalam suatu perikatan itu dapat dianggap juga sebagai tawaran.Dalam transaksi e-commerce, khususnya B2C yang melakukan penawaran adalah merchant atau penjual.Para merchant memanfaatkan website untuk menjajakan produk dan layanan mereka dengan menyediakan semacam storefront yang berisikatalogproduk dan pelayanan yang diberikan.Para pembeli seperti berjalan di toko-toko dan melihat barang dalam etalase. 51 Dalam website juga biasanya ditampilkan barang-barang yang ditawarkan, harganya, nilai rating atau poll otomatis tentang barang itu yang diisi oleh pembeli sebelumnya, spesifikasi barang, dan menu produk lain yang berhubungan. Penawaran ini terbuka bagi semua orang dan jika ada yang tertarik maka dapat dilakukan transaksi online antar pembeli dan merchant. 52 48 Edmon Makarim I, Op.Cit.,hlm. 260. 49 Pasal 20 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 50 Mariam Darus Badrulzaman,“E-commerce: Tinjauan dari Hukum Kontrak Indonesia,” Makalah Hukum Bisnis XII, 2003, hlm. 33. 51 Edmon Makarim I, Op.Cit.,hlm. 261. 52 Loc.cit. xlv Penerimaan dan penawaran saling terkait untuk menghasilkan kesepakatan deal.Dalam penentuan menentukan penawaran dan penerimaan dalam cybersystem ini tergantung pada keadaan dari cybersystem tersebut.Penerimaan dapat dinyatakan melalui website, e-mail, atau melalui Electronic Data Interchange EDI. 53 Penjual biasanya bebas menentukan suatu cara penerimaan. Contohnya penawaran melalui website yang dianggap untuk khalayak ramai.Jika pembeli tertarik maka dapatt melakukan kesepakatan dengan penjual yang menawarkan. Jika tertarik akan barang tersebut, pembeli dapat melakukan pembayaran kepada penjual. Dengan menyelesaikan tahapan ini, pembeli telah melakukan penerimaan acceptance sehingga terciptalah kontrak online online contract.. 54 1. tindakan penerimaan yang menyatakan persetujuan; atau Kesepakatan kontrak online dapat dilakukan dengan cara: 2. tindakan penerimaan danatau pemakaian objek oleh Pengguna Sistem Elektronik. Pengirim atau penerima dapat melakukan transaksi elektronik sendiri, melalui pihak yang dikuasakan olehnya, atau melalui agen elektronik. 55 53 Loc.cit. 54 Ibid.,hlm.262. 55 Pasal 21 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Agen elektronik adalah perangkat dari suatu sistem elektronik yang dibuat untuk melakukan suatu tindakan terhadap suatu informasi elektronik tertentu secara otomatis yang xlvi diselenggarakan oleh orang. 56 Agen elektronik dapat berbentuk visual; audio; data elektronik; dan bentuk lainnya. 57 Pihak yang bertanggung jawab atas segala akibat hukum dalam pelaksanaan transaksi elektronik diatur sebagai berikut : 58 1. jika dilakukan sendiri, segala akibat hukum dalam pelaksanaan transaksi elektronik menjadi tanggung jawab para pihak yang bertransaksi; 2. jika dilakukan melalui pemberian kuasa, segala akibat hukum dalam pelaksanaan transaksi elektronik menjadi tanggung jawab pemberi kuasa; atau 3. jika dilakukan melalui agen elektronik, segala akibat hukum dalam pelaksanaan transaksi elektronik menjadi tanggung jawab penyelenggara agen elektronik. Ketentuan diatas tidak berlaku jika hal tersebut dapat terbukti karena terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, danatau kelalaian pihak pengguna sistem elektronik.Jika kerugian transaksi elektronik disebabkan gagal beroperasinya agen elektronik akibat tindakan pihak ketiga secara langsung terhadap sistem elektronik, segala akibat hukum menjadi tanggung jawab penyelenggara agen elektronik. Jika kerugian transaksi elektronik disebabkan gagal beroperasinya agen elektronik akibat kelalaian pihak pengguna jasa layanan, segala akibat hukum menjadi tanggung jawab pengguna jasa layanan. 56 Pasal 1 butir 8 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 57 Pasal 34 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. 58 Pasal 21angka 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. xlvii Agen elektronik wajib memuat atau menyampaikan informasi untuk melindungi hak pengguna yang paling sedikit meliputi informasi mengenai: 1. identitas penyelenggara agen elektronik; 2. objek yang ditransaksikan; 3. kelayakan atau keamanan agen elektronik; 4. tata cara penggunaan perangkat; dan 5. nomor telepon pusat pengaduan. Agen elektronik wajib memuat atau menyediakan fitur dalam rangka melindungi hak pengguna sesuai dengan karakteristik agen elektronik yang digunakannya. Fitur sebagaimana dimaksud dapat berupa fasilitas untuk: 1. melakukan koreksi; 2. membatalkan perintah; 3. memberikan konfirmasi atau rekonfirmasi; 4. memilih meneruskan atau berhenti melaksanakan aktivitas berikutnya; 5. melihat informasi yang disampaikan berupa tawaran kontrak atau iklan; danatau 6. mengecek status berhasil atau gagalnya transaksi. Agen elektronik dapat diselenggarakan untuk lebih dari satu kepentingan penyelenggara sistem elektronik yang didasarkan pada perjanjian antara para pihak. Perjanjian sebagaimana dimaksud harus memuat paling sedikit mengenai hak dan kewajiban; tanggung jawab; mekanisme pengaduan dan penyelesaian sengketa; jangka waktu; biaya; cakupan layanan; dan pilihan hukum. xlviii Agen elektronik yang diselenggarakan untuk lebih dari satu kepentingan penyelenggara sistem elektronik, maka penyelenggara agen elektronik wajib memberikan perlakuan yang sama terhadap penyelenggara sistem elektronik yang menggunakan agen elektronik tersebut. Dalam hal agen elektronik diselenggarakan untuk kepentingan lebih dari 1 satu penyelenggara sistem elektronik, penyelenggara agen elektronik tersebut dianggap sebagai penyelenggara sistem elektronik tersendiri. Banyak kemungkinan permasalahan hukum dalam transaksi elektronik yang dapat terjadi. Adapun beberapa kemungkinan tersebut yakni: 59 1. Penggunaan nama domain a. Prinsip firstcome first serve ketika kita mendaftarkan nama domain misalnya nama domain yang terkenal, maka nama domain tersebut tidak bisa dibatalkan. b. Itikad baik, persaingan usaha yang sehat, tidak melanggar hak orang lain. c. Pengelola pemerintahmasyarakat. d. Pengambilalihan sementara. e. Pengakuan nama domain dari pengelola asing. f. Peraturan Pelaksana yaitu Peraturan Pemerintah mengenai UU No 11 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik ini belum ada. 2. Alat bukti a. Informasi elektronik danatau dokumen elektronik danatau hasil cetakannya merupakan alat bukti hukum yang sah. b. Pengecualian untuk surat-surat yang menurut undang-undang harus tertulis. c. Dokumen elektronik sah sepanjang informasinya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dapat dipertanggungjawabkan. d. PP, pengawasan, sertifikasi belum ada pengakuan “Pemberitahuan E-mail sebagai “Pemberitahuan tertulis”written notice. 3. Pembajakan internet berkaitan dengan HAKI pembajakan lewat internet sangat sulit untuk di deteksi karena pada dasarnya pemerintah belum menyediakan fasilitas atau suatu lembaga yang khusus menangani masalah atau pendeteksian pelanggaran internet, seperti dalam kejahatan money laundring ada suatu lembaga yang mengawasi yaitu PPATK. 4. Perlindungan bagi konsumen dalam transaksi elektronik perlindungan bagi konsumen itu pengaturannya diatur dalam UU No 8 Tahun 1999 tentang 59 http:rizkichuk.blogspot.com2012_12_01_archive.html diakses tanggal 27 Juni 2015. xlix perlindungan konsumen sehingga kurang efektif dalam penerapannya. Dalam hal penyelesaian sengketa konsumen tahap-tahap nya sama dengan UU No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen, untuk itu terdapat kelemahan-kelemahan seperti : ketidakjelasan kompetensi mengadili dan lembaga yang berwenang menyelesaiankan sengketa. 5. Pilihan hukum dalam hal transaksi elektronik merupakan transaksi antar negara dalam UU ITE ini pilihan hukum itu berdasarkan asas-asas hukum perdata Internasional. Transaksi jual beli secara elektronik merupakan suatu perjanjian jual beli yang sama dengan jual beli secara konvensional yang biasa dilakukan oleh masyarakat. Perbedaannya hanya pada media yang digunakan.Pada transaksi elektronik yang dipergunakan adalah media elektronik yaitu internet sehingga kesepakatan tersebut adalah melalui online 60 . Oleh karena itu syarat sahnya perjanjian juga akan tergantung kepada esensi dari sistem elektronik itu sendiri sehingga ia hanya dapat dikatakan sah bila dapat dijamin bahwa semua komponen dalam sistem elektronik itu dapat dipercaya danatau berjalan sebagaimana mestinya. 61

B. Pengaturan Penyelenggaraan Sistem Elektronik menurut UU Nomor 11