Mardi : Transposisi Nervus Alveolaris Inferior Sebagai Persiapan Implan Dental, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 2. Divisi mandibula dari nervus trigeminus. Coutsoukis P. The trigeminal nerve. 2007
2.1 Tipe-tipe Cedera Syaraf
http:www.theodora.comanatomythe trigeminal nerve.html
Sampai saat ini tidak ada sistem klasifikasi yang dapat menggambarkan variasi- variasi dari cedera syaraf. Kebanyakan sistem klasifikasi mengukur derajat cedera
syaraf berdasarkan gejala-gejala, patologi, dan prognosis. Di tahun 1943, Seddon memperkenalkan sistem klasifikasi cedera syaraf berdasarkan tiga tipe utama dan
menilai ada atau tidak kontinuitas dari syaraf tersebut. Tiga tipe tersebut adalah :
10,11
1. Neuropraxis
Neuropraxis terjadi bila ada gangguan konduksi impuls syaraf di serabut syaraf, dan penyembuhan terjadi tanpa degenerasi wallerian. Neuropraxis adalah tipe cedera
Mardi : Transposisi Nervus Alveolaris Inferior Sebagai Persiapan Implan Dental, 2009. USU Repository © 2009
syaraf yang paling ringan. Neuropraxis dapat disebabkan oleh lesi biokimia yang diakibatkan oleh kontusio atau cedera berupa getaran di serabut syaraf. Terjadi
kehilangan fungsi syaraf sementara yang reversibel terjadi dalam berjam-jam atau berbulan-bulan pada umumnya 6-8 minggu . Gangguan pada fungsi motorik biasanya
lebih banyak dibandingkan dengan fungsi sensorik. Regenerasi spontan terjadi dalam waktu 1 – 4 bulan.
2. Axonotmesis.
Axonotmesis melibatkan kehilangan kontinuitas dari akson dan pembungkus myelin, jaringan ikat syaraf tidak ikut terlibat jaringan encapsulating, epineurium dan
perineurium . Oleh karena kehilangan sambungan akson, degenerasi wallerian terjadi. Kehilangan kedua fungsi motorik dan sensorik lebih cenderung mengarah ke
axonotmesis daripada neuropraxia, dan penyembuhan terjadi hanya melalui regenerasi dari akson, yaitu proses yang memerlukan waktu. Axonotmesis merupakan kerusakan
yang lebih hebat daripada neuropraxia. Lesi proksimal dapat tumbuh ke arah distal secepat 2 sampai 3 mm sehari dan lesi distal selambat 1,5 mm sehari. Regenerasi
memerlukan waktu beberapa minggu. Penyembuhan terjadi dalam 4-9 bulan. 3.
Neurotmesis Neurotmesis adalah lesi yang lebih parah, tetapi masih dapat sembuh.
Neurotmesis terjadi pada kontusio yang parah, luka robek, dan laserasi. Tidak hanya axon, tetapi jaringan ikat encapsulating juga kehilangan kontinuitas. Saraf tepi
mengalami disorganisasi berat hingga regenerasi tak dapat terjadi. Ini bisa karena sajatan, tusukan, traksi ataupun penyuntikan saraf yang diikuti pembentukan skar.
Segmen yang terkena harus dieksisi sebagai bagian perbaikan secara bedah. Pada
Mardi : Transposisi Nervus Alveolaris Inferior Sebagai Persiapan Implan Dental, 2009. USU Repository © 2009
neurotmesis terdapat kehilangan seluruhnya fungsi motorik, sensorik, dan autonom. Untuk kasus neurotmesis lebih baik menggunakan klasifikasi yang baru, yang lebih
lengkap, disebut dengan sistem Sunderland.
Gambar 3. Struktur serabut syaraf. Jurewicz R. Nerve Injury Classification. 2007
http:nervestudy.comtopicsnerveinjuryclass.htm
Gambar 4. Klasifikasi cedera syaraf. Animous. Injury. 2009
http:comps.fotosearch.comcompLIFLIF118three-types-nerve_~SA702045.jpg
Mardi : Transposisi Nervus Alveolaris Inferior Sebagai Persiapan Implan Dental, 2009. USU Repository © 2009
Klasifikasi cedera syaraf menurut sistem Sunderland adalah :
10,11
1. First-degree
Disebut juga neuropraxia, berupa kerusakan pada serabut myelin, hanya terjadi gangguan konduksi syaraf tanpa terjadinya degenerasi Wallerian. Syaraf akan sembuh
dalam hitungan hari setelah cedera, atau sampai dengan empat bulan. Penyembuhan akan sempurna tanpa ada masalah motorik dan sensorik.
2. Second-degree
Disebut juga axonotmesis, terjadi diskontinuitas myelin dan aksonal, tidak melibatkan jaringan encapsulating, epineurium dan perineurium, juga akan sembuh
sempurna. Bagaimanapun, penyembuhan akan terjadi lebih lambat dari pada cedera first-degree.
3. Third-degree
Cedera ini melibatkan kerusakan myelin, akson, dan endoneurium. Cedera juga akan sembuh dengan lambat, tetapi penyembuhannya hanya sebagian. Penyembuhan
akan tergantung pada beberapa faktor, seperti semakin rusak syaraf, semakin lemah pula penyembuhan yang terjadi.
4. Fourth-degree
Cedera ini melibatkan kerusakan myelin, akson, endoneurium, dan perineurium. Cedera derajat ini terjadi bila terdapat skar pada jaringan syaraf, yang menghalangi
penyembuhan. 5.
Fifth-degree Cedera ini melibatkan pemisahan sempurna dari syaraf, seperti syaraf yang
terpotong. Fourth-degree dan Fifth-degree memerlukan tindakan operasi untuk sembuh.
Mardi : Transposisi Nervus Alveolaris Inferior Sebagai Persiapan Implan Dental, 2009. USU Repository © 2009
Tabel 1. Klasifikasi cedera syaraf
11
Derajat cedera syaraf
Myelin Akson
endoneurium perineurium epineurium
I; Neuropraksia +-
tidak tidak
tidak tidak
II; Axonotmesis ya
ya tidak
tidak tidak
III ya
ya ya
tidak tidak
IV ya
ya ya
ya tidak
V; Neurotmesis ya
ya ya
ya ya
Tabel 2. Cedera syaraf, penyembuhan, dan tindakan bedah
11
Derajat cedera syaraf
Penyembuhan spontan
Waktu penyembuhan Tindakan bedah
First neupraxia
penuh Berlangsung dalam hitungan
hari sampai 4 bulan setelah cedera
Tidak perlu
Second Axonotmesis
penuh Regenerasi terjadi kira – kira 1
inci per bulan Tidak perlu
Third parsial
Regenerasi terjadi kira – kira 1 inci per bulan
Tidak perlu atau neurolisis
Fourth Tidak ada
Setelah tindakan bedah, regenerasi terjadi kira – kira 1
inci per bulan Perbaikan syaraf,
cangkok, atau transfer
Fifth Neurotmesis
Tidak ada Setelah tindakan bedah,
regenerasi terjadi kira – kira 1 inci per bulan
Perbaikan syaraf, cangkok, atau
transfer
Mardi : Transposisi Nervus Alveolaris Inferior Sebagai Persiapan Implan Dental, 2009. USU Repository © 2009
BAB 3 TRANSPOSISI NERVUS ALVEOLARIS INFERIOR
Transposisi nervus alveolaris inferior adalah suatu prosedur untuk memindahkan nervus alveolaris inferior dari posisi semula ke posisi yang baru dengan tujuan
menyediakan tinggi tulang yang lebih adekuat untuk pemasangan implan dan mengurangi resiko cedera syaraf.
12
Transposisi nervus alveolaris ini sangat berguna ketika melakukan penanaman implan, sebuah upaya yang membuat setiap posisi di rahang bawah menjadi dapat
ditanamkan implan.
13
Resiko yang selalu mengikuti prosedur bedah ini adalah kerusakan nervus alveolaris inferior, yang mengakibatkan gangguan neurosensoris kepada nervus
mentalis. Oleh karena prosedur bedah tranpsosisi ini dapat dikatakan sedikit sulit, maka sebaiknya dilakukan kepada pasien dalam kondisi teranastesi umum untuk
mengeliminasi pergerakan pasien dan mendapatkan akses yang maksimal.
13
Transposisi nervus alveolaris inferior juga mengakibatkan kehilangan sensasi dari cabang insisivus. Ini tidak menjadi masalah pada pasien edentulous di regio
anterior mandibula, tetapi dapat mengakibatkan beberapa gangguan dan sensasibilitas periodontal gigi yang masih ada di regio anterior mandibula.
13
Jumlah tulang superior dari nervus alveolaris inferior sering inadekuat untuk diinseri implan dengan panjang yang memadai. Sebagai tambahan, tulang yang terdapat
di superior dari kanal mandibula sering mempunyai kualitas yang buruk daripada tulang kortikal di regio kanal. Faktor tersebut dan kenyataan bahwa implan yang pendek yang
Mardi : Transposisi Nervus Alveolaris Inferior Sebagai Persiapan Implan Dental, 2009. USU Repository © 2009
selalu terkait dengan tingginya angka kegagalan implan mengarahkan perkembangan teknik transposisi nervus alveolaris inferior yang memungkinkan dipakainya tulang
inferior dari kanal mandibula, sehingga didapatkan stabilitas yang lebih besar. Disamping untuk implan yang lebih panjang, transposisi nervus alveolaris inferior juga
menyediakan pemakaian implan yang lebih banyak, yang akan meningkatkan kekuatan dari protesa akhir.
13
Kesulitan utama di klinik yang berhubungan dengan transposisi nervus alveolaris inferior adalah disfungsi sementara maupun permanen yang biasanya
dikeluhkan pasien, yaitu di bibir bawah dan dagu.
13
3.1 Indikasi