Penggunaan Bone Graft Pada Implan Dental

(1)

PENGGUNAAN BONE GRAFT PADA IMPLAN DENTAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

RIONA ULFAH NIM : 070600047

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2010

Riona Ulfah

Penggunaan Bone Graft Pada Implan Dental

vii + 35 halaman

Implan dental merupakan alternatif pilihan perawatan pada pasien dengan kehilangan gigi sebagian atau keseluruhan dari berbagai jenis implan dental yang ada pada saat ini. Namun harus diperhatikan bahwa tidak semua jenis implan dental dapat memberikan hasil yang baik terutama pada hubungan kontak tulang dengan implan. Implan endosseous telah berkembang menjadi pilihan utama para klinisi dalam perawatan pasien implan. Berkembangnya sistem osseointegrasi telah memberikan nilai tambah pada implan jenis ini. Walaupun dengan adanya sistem osseointegrasi, pembuatan implan dental harus mempertimbangkan keadaan jaringan lunak dan jaringan keras sehingga hasil yang didapat akan memuaskan.

Untuk mencapai pemakaian implan dental yang nyaman dan berfungsi dengan baik serta bertahan lama dibutuhkan dukungan tulang alveolar yang baik terhadap implan dental sebagai penyangga, baik secara kualitas maupun kuantitas. Kurangnya dukungan tulang terhadap implan dental akan mengakibatkan kestabilan implan dental menjadi terganggu.

Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan tulang alveolar pada penempatan implan adalah melalui prosedur bone grafting (cangkok tulang). Penelitian mengenai


(3)

bahan bone graft yang digunakan untuk penempatan implan telah menunjukkan hasil yang bermanfaat terhadap perbaikan tulang alveolar yaitu terjadinya peningkatan kualitas dan kuantitas tulang alveolar.


(4)

PENGGUNAAN BONE GRAFT PADA IMPLAN DENTAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

RIONA ULFAH NIM : 070600047

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 27 Desember 2010

Pembimbing : Tanda tangan

Saidina Hamzah Daliemunthe, drg., Sp. Perio (K) ………. NIP : 19450905 197201 1 001


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 27 Desember 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Saidina Hamzah Daliemunthe, drg., Sp. Perio (K) ………….………

ANGGOTA : 1. Irma Ervina, drg., Sp. Perio (K) ……….

2. Pitu Wulandari, drg., S.Psi., Sp. Perio ……….

Disetujui Ketua Departemen

Zulkarnain, drg., M.Kes__ NIP: 19551020 198503 1 001


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C. Ort., Ph.D., Sp. Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi USU

2. Saidina Hamzah Daliemunthe, drg., Sp. Perio (K) selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan masukan, bimbingan, motivasi dan perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Syafrinani, drg., Sp. Pros (K) selaku pembimbing akademik yang telah memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan di FKG-USU.

4. Irma Ervina, drg., Sp. Perio (K) dan Pitu Wulandari, drg., S.Psi., Sp. Perio selaku dosen penguji skripsi atas saran dan masukannya sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.


(8)

5. Seluruh staf pengajar Departemen Periodonsia yang telah memberi petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

6. Seluruh staf pengajar FKG-USU atas bimbingan dan bantuan selama penulis melakukan perkuliahan dan penyusunan skripsi di Fakultas Kedokteran Gigi.

7. Sembah sujud dan ucapan terima kasih yang teristimewa untuk keluarga penulis tercinta, ayahanda H. Jamiul Barry dan ibunda Hj. Nurjehan Amd, Keb, dan juga kepada abang-abang dan kakak-kakak penulis (Rinov Eka Mondrie S.Stp, M.Si ; Mayenru Dwindra, dr ; Dewi Shandi Laila, dr ; Indrie Kartika Dewi, S.IP, M.Si) atas segala perhatian, nasehat, dukungan, kasih sayang dan doa yang tak pernah putus untuk penulis.

8. Aulia Yudha Prawira Lubis, drg atas sumbangan ide dan pikirannya serta semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman terdekat penulis (In-in, Yuli, Siti, Egi, Fina, Bunga, Lia, Mitha, Muchlis, Ika A.), teman seperjuangan skripsi di Departemen Periodonsia (Nuria, Ulfah, Ade, Iwa, Ulipe, Ayu), teman-teman angkatan 2007, dan kakak- kakak penulis k’ Nuni dan k’ Ririn yang telah memberikan bantuan, dukungan dan doanya.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 27 Desember 2010 Penulis,

(Riona Ulfah) NIM : 070600047


(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL……… ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB 1 PENDAHULAN ... 1

BAB 2 IMPLAN DENTAL DAN OSSEOINTEGRASI……….. 3

2.1 Pengertian dan Jenis-Jenis Implan Dental ... 3

2.2 Osseointegrasi ... 8

BAB 3 BONE GRAFT DAN PROSEDUR BONE GRAFTING DALAM RANGKA PEMBUATAN IMPLAN DENTAL …………..……... 11

3.1 Kasus-Kasus yang Membutuhkan Bone Grafting Sebelum Pembuatan Implan Dental ... 12

3.2 Jenis Bone Grafting yang Dipakai pada Pembuatan Implan Dental... 14

3.3 Prosedur Bone Grafting pada Pembuatan Implan Dental ... 18

BAB 4 EVALUASI KEBERHASILAN BONE GRAFTING PADA IMPLAN DENTAL ... 21

BAB 5 DISKUSI DAN KESIMPULAN ………... 28

5.1 Diskusi……….. 28

5.2 Kesimpulan………... 30


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Implan subperiosteal……… 4

Gambar 2 Implan transosseous………. 4

Gambar 3 Implan endosseous……….. 5

Gambar 4 Implan penyangga jembatan………... 6

Gambar 5 Implan penyangga overdenture……….. 7

Gambar 6 Implan penyangga mahkota………... 8

Gambar 7 Tipe tulang wajah………... 10

Gambar 8 Soket dengan dinding tulang yang lengkap……… 13

Gambar 9 Soket dengan kehilangan tulang pada sebelah labial………….. 14

Gambar 10 Cacat tulang alveolar seperti mata pisau………... 14

Gambar 11 Pengambilan bahan bone graft dari tulang pinggul………. 17

Gambar 12 Bentuk serat kortikal allograft………. 17

Gambar 13 Prosedur bone grafting………. 20

Gambar 14 Perkembangan tulang yang sudah diaugmentasi dengan meng- gunakan autogenous block onlay ………. 24

Gambar 15 A) penempatan implant pada tulang alveolar yang di graft sete- lah 3 bulan pencabutan gigi.B) implan siap dipasangkan restorasi 26 Gambar 16 Gambaran radiografi. A) 3 bulan setelah penempatan implan. B) 24 bulan setelah penempatan implan ……….... 26


(11)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2010

Riona Ulfah

Penggunaan Bone Graft Pada Implan Dental

vii + 35 halaman

Implan dental merupakan alternatif pilihan perawatan pada pasien dengan kehilangan gigi sebagian atau keseluruhan dari berbagai jenis implan dental yang ada pada saat ini. Namun harus diperhatikan bahwa tidak semua jenis implan dental dapat memberikan hasil yang baik terutama pada hubungan kontak tulang dengan implan. Implan endosseous telah berkembang menjadi pilihan utama para klinisi dalam perawatan pasien implan. Berkembangnya sistem osseointegrasi telah memberikan nilai tambah pada implan jenis ini. Walaupun dengan adanya sistem osseointegrasi, pembuatan implan dental harus mempertimbangkan keadaan jaringan lunak dan jaringan keras sehingga hasil yang didapat akan memuaskan.

Untuk mencapai pemakaian implan dental yang nyaman dan berfungsi dengan baik serta bertahan lama dibutuhkan dukungan tulang alveolar yang baik terhadap implan dental sebagai penyangga, baik secara kualitas maupun kuantitas. Kurangnya dukungan tulang terhadap implan dental akan mengakibatkan kestabilan implan dental menjadi terganggu.

Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan tulang alveolar pada penempatan implan adalah melalui prosedur bone grafting (cangkok tulang). Penelitian mengenai


(12)

bahan bone graft yang digunakan untuk penempatan implan telah menunjukkan hasil yang bermanfaat terhadap perbaikan tulang alveolar yaitu terjadinya peningkatan kualitas dan kuantitas tulang alveolar.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

Implan dental merupakan perawatan alternatif yang dapat diperkirakan keberhasilannya untuk mengganti gigi yang hilang, baik pada kehilangan gigi sebagian atau seluruhnya.1 Implan dental adalah sebuah alat dengan material biokompatibel yang diletakkan di dalam tulang mandibula atau maksila, yang fungsinya untuk menyediakan dukungan tambahan pada sebuah protesa atau gigi.2

Pasien yang dianggap tepat menerima implan harus ditentukan berdasarkan evaluasi berbagai faktor, yaitu faktor keadaan mulut, sistemik dan tingkat sosial-ekonomi. Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan seleksi pasien salah satunya adalah kondisi tulang alveolar yang tersedia. Pengalaman klinis rutin menunjukkan bahwa implan yang didesain dengan sangat baik dan dipasang dengan teknik bedah yang cermat sekalipun, tetap beresiko mengalami kegagalan apabila tidak didukung oleh tulang yang baik atau lebar gingiva cekat yang memadai. Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan volume tulang alveolar ini adalah dengan menggunakan bahan-bahan graft pengganti tulang.1

Pengertian implan dental, jenis-jenis implan dental yang digunakan akan dibahas pada bab 2. Pengertian osseointegrasi dan jenis-jenis tulang wajah juga akan dibahas pada bab ini.

Pada bab 3 akan dibahas mengenai kasus-kasus yang membutuhkan bone

grafting sebelum pembuatan implan dental, jenis-jenis bahan bone graft yang


(14)

Selanjutnya pada bab 4 akan dibahas mengenai evaluasi keberhasilan implan dental yang menggunakan prosedur bone grafting yang dilakukan oleh para peneliti. Bab 5 sebagai akhir dari skripsi ini akan memuat diskusi dan kesimpulan sebagai penutup.

Dengan adanya pembahasan pada keseluruhan bab diharapkan skripsi ini akan memberikan pemahaman yang mendalam mengenai implan dental serta cara untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tulang alveolar di sekitar implan dengan menggunakan prosedur bone grafting.


(15)

BAB 2

IMPLAN DENTAL DAN OSSEOINTEGRASI

Selama 30 tahun terakhir berbagai penelitian telah menunjukkan keberhasilan implan sebagai alternatif untuk restorasi prostetik tetap atau lepasan.3 Banyak implan dental yang digunakan sekarang untuk mengatasi kehilangan gigi sebagian maupun seluruh gigi. Implan dental yang paling sering digunakan adalah implan dengan tipe endosseous implan yang menggunakan prinsip dasar osseointegrasi.4

2.1 Pengertian dan jenis-jenis implan dental

Implan dental adalah sebuah alat dengan material biokompatibel yang diletakkan di dalam tulang mandibula atau maksila, yang fungsinya untuk menyediakan dukungan tambahan pada sebuah protesa atau gigi.2 Berdasarkan bentuk dan lokasi tempat implan dental ditanam, maka implan dental dapat dibagi menjadi:

1. Implan subperiosteal

Implan tipe ini berupa kerangka logam yang diletakkan di bawah periosteum tetapi di atas permukaan tulang alveolar. Implan ini dapat digunakan pada maksila maupun mandibula.3 Implan subperiosteal mempunyai riwayat percobaan klinis yang paling panjang, tetapi tingkat keberhasilan jangka panjangnya diragukan, tingkat kesuksesannya 54% dalam 15 tahun. Implan subperiosteal jarang diindikasikan kecuali untuk area resorpsi edentulous yang parah. Implan ini juga tidak dianjurkan untuk ditempatkan pada tempat yang antagonisnya merupakan gigi asli.5-7


(16)

Gambar 1. Implan subperiosteal. Laney WR and Taylor TD. Dental Implant: Are they for me?. (http://dentalimplants. uchc.edu) (17 Oktober 2010)

2. Implan transosseous

Implan ini menembus seluruhnya pada mandibula. Implan transmandibular ini diindikasikan hanya untuk mandibula dengan resorpsi tulang yang parah.5

Gambar 2. Implan transosseous Laney WR and Taylor TD. Dental Implant: Are they for me?. (http://dentalimplants. uchc.edu) (17 Oktober 2010)

IMPLAN SUBPERIOSTEAL

mandibula

Kerangka metal terletak di atas tulang rahang Implan terletak di atas gingiva untuk tempat protesa Gingiva menutupi kerangka implan IMPLAN TRANSOSSEOUS Implan dipasang menembus tulang mandibula Gingiva menutupi implan mandibula


(17)

3. Implan endosseous

Implan endosseous ini diletakkan langsung pada tulang seperti akar gigi asli dan dapat digunakan untuk berbagai tujuan.9 Laporan-laporan menyebutkan bahwa tingkat keberhasilannya dapat melebihi 15 tahun apabila teknik bedah dan perawatan pasca bedahnya dilakukan dengan baik.5 Ada tiga desain dasar dari endosseous implan yaitu bilah, silindris, sekrup dan kombinasi dari tiga desain dasar implan tersebut. Implan endosseous secara umum terbuat dari titanium/ alloy titanium, diberi lubang-lubang atau jendela, dan seringkali dilapisi (semprotan plasma titanium,

pyrolitik karbon, aluminium oksida dan hidroksi apatit) untuk membantu integrasi

tulang yaitu penggabungan tulang dengan implan atau penyatuan tanpa diperantai jaringan lunak. Keberhasilan implan endosseous dilaporkan 85% pada rahang atas dan 91% pada rahang bawah pada tahun pertama. Keberhasilan pada 5 tahun pertama 91% pada rahang atas dan 96% pada rahang bawah.7

Gambar 3. Implan endosseous Laney WR and Taylor TD. Dental Implant: Are they for me?. (http://dentalimplants. uchc.edu) (17 Oktober 2010)

IMPLAN ENDOSSEOUS

bilah silindris sekrup

mandibula

Implan ditanam pada tulang mandibula


(18)

Pada dasarnya rencana perawatan untuk pemasangan implan sebagai penyangga gigi tiruan cekat hampir sama dengan rencana perawatan pada pemasangan gigi tiruan cekat secara konvensional. Namun pada pemasangan gigi tiruan dukungan implan harus dipertimbangkan mengenai tipe, dan posisi implan yang akan ditempatkan. Selain itu, pemilihan jenis restorasi yang akan mendukung implan juga harus dipertimbangkan. Jenis gigi tiruan yang dapat didukung implan antara lain:10

1. Implan penyangga jembatan

Fungsi implan penyangga jembatan hampir sama dengan gigi asli sebagai penyangga jembatan konvensional, tetapi gigi tiruan ini didukung oleh implan bukan didukung oleh gigi asli. Implan penyangga jembatan ini digunakan pada kasus kehilangan lebih dari satu gigi. Implan ini juga digunakan apabila penggunaan dengan implan tunggal dapat menimbulkan tekanan yang berlebihan, contohnya pada kasus clenching dimana dapat menimbulkan tekanan yang berlebihan pada implan tunggal dan nantinya akan menyebabkan kegoyahan pada implan.10

A B

Gambar 4. Implan penyangga jembatan. A. Implan penyangga jembatan yang ditanam. B. Implan yang

telah dipasangkan restorasi


(19)

2. Implan penyangga overdenture

Implan penyangga overdenture adalah implan yang mendukung overdenture yang dilekatkan di atasnya. Implan penyangga overdenture digunakan ketika seseorang kehilangan banyak gigi, tetapi masih memiliki tulang yang adekuat untuk mendukung implan. Implan penyangga overdenture biasanya dibuat untuk kehilangan gigi di rahang bawah karena gigi tiruan penuh konvensional cenderung kurang baik adaptasinya apabila digunakan di rahang bawah.12

Gambar 5. Implan penyangga overdenture. implantsupporteddenture.cusp) (17 Oktober 2010)

3. Implan penyangga mahkota

Implan penyangga mahkota merupakan implan yang mendukung gigi tiruan yang terdiri dari unit yang berdiri sendiri tanpa harus dihubungkan dengan gigi atau implan lainnya. Implan penyangga mahkota ini biasa digunakan untuk menggantikan kehilangan salah satu elemen gigi pada regio anterior.10


(20)

A B

Gambar 6. Implan penyangga mahkota. A. Implan penyangga mahkota yang ditanam. B. Implan yang telah dipasangkan mahkota.

2.2 Osseointegrasi

Konsep osseointegrasi pertama kali diperkenalkan oleh Branemark pada tahun 1952.14 Osseointegrasi adalah adanya hubungan struktural langsung antara tulang dan permukaan implan yang menerima beban yang terlihat pada pemeriksaan mikroskop cahaya. Tidak ada jaringan ikat lunak dan ligamen periodontal yang ditemui antara tulang dan implan, implan yang terosseointegrasi dengan baik dapat berfungsi tanpa adanya mobiliti.3

Kriteria sukses implan sangat berhubungan dengan perlekatan maksimum sejumlah tulang yang berkontak dengan implan tersebut. Keberhasilan pemakaian implan tergantung pada osseointegrasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor penting antara lain material implan yang biokompatibel dan pemilihan tipe implan yang sesuai, kualitas dan kuantitas tulang yang tersedia, dan beban pengunyahan yang


(21)

dapat menyebabkan implan goyang atau terganggu pada waktu proses penyembuhan tulang. Implan yang terbuat dari bahan titanium murni dapat meningkatkan terjadinya osseointegrasi dibandingkan dengan jenis bahan implan lainnya. Keberhasilan pemakaian implan dengan bahan titanium telah banyak dilaporkan.10

Kualitas, kuantitas dan kontur dari tulang akan menentukan ukuran dan posisi gigi tiruan. Hal ini akan berpengaruh pada desain dan keberhasilan implan dental.14 Lama perawatan untuk peletakan implan dan pemasangan protesa tergantung pada tipe tulang dimana implan tersebut dipasang. Protesa harus dipasangkan setelah implan memiliki osseointegrasi dengan tulang disekitarnya. Ada empat tipe tulang pada wajah manusia yaitu:15

1. Tipe I

Tulang ini dianalogikan seperti kayu oak, keras dan padat. Tipe tulang ini memiliki suplai darah yang kurang dibandingkan dengan tipe tulang lainnya. Suplai darah ini penting dalam kalsifikasi tulang di sekitar implan. Tipe tulang ini membutuhkan waktu sekitar 5 bulan untuk berintegrasi dengan implan.

2. Tipe II

Tulang ini dianalogikan seperti kayu pinus, tidak sekeras tipe I. Tulang ini membutuhkan waktu 4 bulan untuk berintegrasi dengan implan.

3. Tipe III

Tipe tulang ini seperti kayu balsa, tidak sepadat tipe II. Karena kepadatannya kurang dari tipe II, maka dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk berintegrasi dengan implan, yaitu 6 bulan.


(22)

4. Tipe IV

Tipe tulang ini kepadatannya paling rendah. Tulang ini memerlukan waktu yang paling lama untuk berintegrasi dengan implan yaitu 8 bulan. Bone grafting atau

bone augmentasi tulang sering dibutuhkan.

Gambar 7. Tipe tulang wajah

Tulang tipe I, II dan III memiliki kekuatan yang ideal untuk kesuksesan implan. Tulang tipe IV sering di jumpai pada bagian posterior dari maksila. Tulang tipe IV ini memiliki tingkat keberhasilan implan paling rendah. Dari hasil penelitiannya Jaffin dan Berman menyatakan penempatan implan pada tulang tipe IV ini memiliki kegagalan sebesar 35%. Ini menunjukkan bahwa kualitas tulang bisa menjadi penentu yang baik untuk prognosis implan.14


(23)

BAB 3

BONE GRAFT DAN PROSEDUR BONE GRAFTING DALAM RANGKA

PEMBUATAN IMPLAN DENTAL

Perencanaan dan prosedur pembedahan implan dental sekarang ini telah begitu majunya sehingga jarang terjadi kegagalan perawatan implan dental akibat kesalahan bedah atau implan. Kesalahan yang sering ditemukan pada kegagalan implan adalah jaringan keras atau jaringan lunak yang tersedia tidak memadai, oral

hygiene yang buruk, prosedur restorative dibawah standar, desain leher implan yang

tidak baik, atau kesalahan dalam menjalankan prosedur pembedahan yang telah ditetapkan. Pengalaman klinis rutin menunjukkan bahwa implan yang didesain dengan sangat baik dan dipasang dengan teknik bedah yang cermat sekalipun, tetap beresiko mengalami kegagalan apabila tidak didukung oleh tulang yang baik atau lebar gingiva cekat yang memadai. Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan volume tulang alveolar ini adalah dengan menggunakan bahan-bahan graft pengganti tulang.1

Pada bab ini akan dibahas mengenai kasus-kasus implan dental yang membutuhkan bone grafting, jenis-jenis bone graft yang digunakan pada pembuatan implan dental serta prosedur bone grafting pada pembuatan implan dental.


(24)

3.1 Kasus-kasus yang membutuhkan bone grafting sebelum pembuatan implan dental

Penyakit periodontal, kehilangan gigi, trauma, dan penggunaan pesawat lepasan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan hilangnya tulang alveolar yang dapat menghambat penempatan implan pada posisi yang optimal.14 Tulang alveolar yang terlalu rendah, terlalu sempit atau keduanya akan memerlukan prosedur penambahan tulang sebelum implan dipasang.

Augmentasi tulang adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan berbagai prosedur yang akan digunakan untuk “membangun” tulang sehingga implan dapat dipasang.16 Secara konvensional tujuan penambahan tulang ini adalah untuk mendapatkan batas tulang yang mengelilingi implan sebesar 1 mm, hal ini menunjukkan diperlukannya ruangan sebesar 6 mm pada arah mesio-distal dan bukal-palatal untuk menempatkan implan dengan diameter 4 mm.10,17 Pada kasus kehilangan beberapa gigi jarak antar implan juga harus diperhatikan. Tarnow dan kawan-kawan (2000) mengatakan bahwa harus tersedia ruang sebesar 3 mm diantara implan yang berdekatan untuk mencegah terjadinya resorpsi puncak tulang alveolar.17

Sebuah langkah penting untuk menjaga volume tulang alveolar adalah menghindari hilangnya jaringan pada saat pencabutan gigi, bekas pencabutan diharapkan dapat merekonstruksi tulang tanpa prosedur augmentasi. Namun jika diperlukan dukungan tulang dapat diperoleh dengan penambahan bahan grafting. Untuk merekonstruksi tulang alveolar, penting halnya untuk mengetahui jenis cacat tulang yang terjadi setelah pencabutan. Jenis cacat tulang berdasarkan jumlah dinding tulang yang masih tersisa pada soket gigi setelah pencabutan adalah:


(25)

1. Lima dinding soket

Bekas pencabutan yang memiliki lima dinding yaitu apikal, bukal, lingual, mesial, dan distal dengan ketebalan yang cukup untuk mengakomodasi penempatan implan tidak memerlukan prosedur augmentasi. Namun, prosedur bone grafting tetap diperlukan untuk kondisi tulang yang tipis. Setalah prosedur bone grafting dilakukan, pasien harus menunggu 3 sampai 6 bulan sebelum penempatan implan. Tergantung pada bahan bone graft yang digunakan.

Gambar 8. Soket dengan dinding tulang yang lengkap Oktober 2010)

2. Empat atau tiga dinding soket

Untuk gigi dengan kehilangan satu atau dua dinding tulang, prosedur bone

grafting diperlukan sebelum penempatan implan dilakukan. Tulang alveolar biasanya


(26)

Gambar 9. Soket dengan kehilangan tulang pada sebelah labial (http://www.fwperio. com/patienteducation.asp) (30 Oktober 2010)

3. Dua atau satu dinding soket

Beberapa pasien menunjukkan cacat tulang ditandai dengan alveolar ridge seperti mata pisau. Penanganan cacat kronis ini memerlukan dua tahap, yaitu bone

grafting dan penempatan implan. Tergantung pada beratnya kerusakan tulang.14

Gambar 10. Cacat tulang alveolar seperti mata pisau (http://www.young ntuc.com.sg/youngntuc/viewtopic.) (1 November 210)


(27)

Kekurangan tulang yang sedikit, baik yang melibatkan satu atau beberapa tempat, atau yang lebih luas dapat mempengaruhi kondisi rahang secara keseluruhan. Untuk mengatasai kehilangan tulang yang sedikit dapat dilakukan dengan teknik-teknik sederhana. Penanganannya dapat dilakukan sebelum pemasangan implan, pada saat pemasangan implan, atau setelah pencabutan. Sedangkan pada kasus kehilangan tulang yang luas, grafting diperlukan untuk memberikan tulang yang adekuat dalam mendukung implan dan juga untuk mengoreksi hubungan rahang.10

3.2 Jenis-jenis bone graft yang dipakai pada pembuatan implan dental

Tidak seperti jaringan yang lain, tulang memiliki kemampuan untuk memperbaiki diri sendiri.18 Namun kadang tulang juga gagal dalam melakukan penyembuhan cacat tulang. Untuk memfasilitasi penyembuhannya, bone graft ditempatkan ke dalam daerah cacat tulang. Mekanisme biologis yang mendukung penggunaan bahan bone graft ada tiga, yaitu:19

1. Osteoconduction

Osteoconduction adalah pembentukan tulang oleh osteoblast dari cacat

margin tulang pada bahan bone graft. Dimana bahan bone graft bertindak sebagai perancah untuk pertumbuhan tulang.

2. Osteoinduction

Osteoinduction melibatkan pembentukan tulang baru melalui stimulasi

osteoprogenitor yang cacat untuk berdiferensiasi menjadi osteoblast dan membentuk tulang yang baru.18


(28)

3. Osteogenesis

Osteogenesis terjadi ketika osteoblast yang aktif dan precursor osteoblast

ditransplantasikan dengan bahan grafting ke tempat cacat tulang, dimana bahan tersebut akan membentuk tulang. Autogenous tulang iliaca dan transplantasi sumsum merupakan contoh dari transplantasi dengan sifat osteogenesis.19

Sejumlah bahan cangkok tulang telah digunakan untuk membantu dalam rekonstruksi cacat tulang. Setidaknya, bahan cangkok tulang harus osteoconductive. Namun bahan cangkok tulang yang osteoinductive dipercaya lebih menguntungkan daripada yang hanya osteoconductive.18 Secara umum ada empat bahan cangkok tulang yang digunakan, yaitu:20

1. Autograft

Autograft dibuat dari tulang yang berasal dari tubuh pasien sendiri. Tulang ini

dapat diambil dari intraoral seperti tori, ramus mandibula, dan tuberositas maksila.

4,20-21

Tulang bisa juga berasal dari extraoral, seperti dari krista iliaca tulang pinggul.4,20 Keuntungan dari bahan autograft ini adalah menjadi satu-satunya bahan yang bersifat

osteogenic, sebagai sumber protein tulang, tidak ada biaya untuk bahan cangkok, dan

merupakan bahan tulang yang induktif. Sedangkan kekurangannya yaitu adanya kebutuhan untuk dua tempat pembedahan, adanya kemungkinan komplikasi, dan jumlah bahan bone graft yang diambil terbatas.21


(29)

Gambar 11. Pengambilan bahan bone graft (autograft) dari tulang pinggul. A) insisi pada daerah pinggul. B) pengambilan bahan bone graft. C) bekas pengambilan tulang diisi dengan bahan bone graft yang lain. D) penutupan bekas insisi

2. Allograft

Allograft adalah tulang yang diambil dari spesies yang sama tetapi genotipe

yang berbeda. Allograft telah digunakan secara luas dalam kedokteran gigi selama lebih dari 2 dekade. Ada dua jenis bahan allograft, yang mineralisasi dan demineralisasi.21 Tulang yang didonorkan ini harus disterilisasi dan diseleksi secara ketat.20

Gambar 12. Bentuk serat kortikal allograft

Pengambilan bahan Bone Graft dari tulang pinggul A

B

c


(30)

3. Xenograft

Xenograft adalah bahan cangkok tulang yang diperoleh dari spesies yang

berbeda. Ini berasal dari hewan seperti sapi atau babi, yang diolah secara khusus untuk membuatnya biokompatibel dan steril.20-22 Bahan bone graft ini tersedia dalam berbagai ukuran partikulat.21-22

4. Alloplast

Alloplast terbuat dari bahan sintetis.4,20-22 Biasa terbuat dari hidroksiapatit atau keramik, plaster of paris, dan trikalsium fosfat. Hidroksiapatit adalah bahan yang paling sukses.4 Bahan alloplast ini ada yang resorbable dan non-resorbable. Bahan

non-resorbable hanya digunakan ketika implan tidak akan ditempatkan di lokasi

bahan graft.22

Dari semua jenis bahan bone graft di atas, Autograft merupakan bahan bone

graft yang memberikan hasil terbesar terhadap perbaikan kehilangan tulang.20

Dibandingkan dengan bahan bone graft yang lain, autograft adalah bahan yang terbaik karena memiliki sifat osteoinductive dan osteogenic juga osteoconductive.18

3.3Prosedur bone grafting pada pembuatan implan dental

Sebelum bone graft dilakukan, pasien harus memiliki apresiasi terhadap pelaksanaannya. Computer Tomography Scan (CT-Scan) 3-D preoperative sering dilakukan dan sudah dianggap sebagai standard perawatan. Hal ini memungkinkan ahli bedah menilai seberapa banyak augmentasi tulang yang diperlukan sehingga protesa akhir dapat ditempatkan dengan tepat. Sejarah medis pasien juga harus diperoleh. Pasien juga harus memiliki oral hygiene yang baik. Sangat penting bagi


(31)

dokter gigi untuk mengetahui semua resiko dan komplikasi-komplikasi prosedur bone

grafting dan menjelaskannya secara menyeluruh kepada pasien.23

Secara garis besar tahapan prosedur bone grafting pada implan dental adalah anestesi pada daerah dimana tulang dibutuhkan dan juga daerah dimana tulang donor di ambil. Dokter gigi pertama kali akan membuat insisi pada gingiva dimana implan akan dipasang untuk menentukan ukuran graft dan tipe tulang apa yang diperlukan.

Kemudian insisi akan dibuat pada gingiva di bawah gigi depan anterior untuk mengekspos tulang dagu. Blok tulang akan dikeluarkan dari dagu bersama sumsum tulang. Banyak dokter gigi akan mengisi tempat dimana tulang dikeluarkan dengan tipe bahan bone graft lainnya, dan akan menutupinya dengan membran untuk menghidari jaringan lunak yang akan mengisi ruangan selama masa penyembuhan. Insisi kemudian akan dijahit.

Untuk meletakkan bone graft yang dikeluarkan ke tempat penerima, dokter gigi terlebih dahulu akan membuat lubang-lubang kecil pada tulang yang sudah ada untuk membuat pendarahan. Ini dilakukan karena darah akan memberikan sel yang membantu penyembuhan tulang. Blok tulang yang dikeluarkan dari dagu akan diikatkan pada tempatnya dengan sekrup titanium. Campuran sumsum tulang pasien dan beberapa bahan bone graft kemudian akan ditempatkan disekitar sisi-sisi balok tulang. Akhirnya, dokter gigi akan memasang sebuah membran pada daerah tersebut dan akan menjahit insisi tersebut.


(32)

Gambar 13. Prosedur bone grafting. A) cacat tulang vertikal dan horizontal akibat trauma setelah 3 bulan. B) adaptasi blok tulang. C) penempatan kombinasi bahan xenograft dan autograft. D) penutupan dengan membran. E) kondisi setelah 6 bulan pasca-operasi. F) penempatan implan. (Hamghighat K, Bradley SM. Bone Augmentation Techniques. J Periodontal 2007; 78: 386)

Setelah prosedur bone grafting, pasien akan diberikan antibiotik, analgesik dan obat kumur. Pasien akan diminta menghindari jenis makanan tertentu, dan diberitahu cara menghindari pemberian tekanan pada daerah tersebut selama proses penyembuhan.

Bone graft akan memerlukan waktu 6 sampai 12 bulan untuk sembuh sebelum

implan ditempatkan. Pada waktu tersebut, sekrup titanium yang digunakan untuk memperkuat blok tulang pada tempatnya akan dibuka sebelum implan dipasang.16


(33)

BAB 4

EVALUASI KEBERHASILAN BONE GRAFTING PADA IMPLAN DENTAL

Penggunaan implan dental pada kehilangan gigi menyeluruh ataupun sebagian telah menjadi perawatan umum pada bidang kedokteran gigi.28 Buser dkk mengatakan kebutuhan akan perencanaan pemasangan implan secara tepat pada model tiga dimensi dan bagaimana pemasangan implan berhubungan secara langsung dengan hasil restorasi. Jika tulang alveolar dan gingiva yang utuh tersedia, maka hasil estetis yang memuaskan dapat diperoleh pada pemasangan implan immediate atau implan delayed (implan tertunda).29

Pemasangan implan endosseous adalah perawatan pilihan untuk memulihkan fungsi dan merekonstruksi daerah-daerah edentulous pada maksila dan mandibula. Kehilangan tulang alveolar dapat direkonstruksi melalui banyak teknik termasuk osteogenesis distraksi atau autogenous bone grafting. Setelah rekonstruksi alveolar, implan endosseous digunakan untuk mendukung dan mempertahankan restorasi prostetik.30

Jeffrey AE, Alan SH, dan Philip JB30 secara retrospektif menganalisis tingkat keberhasilan pemasangan implan endosseous pada tempat-tempat dengan perbaikan tulang yang didistraksi dan dengan autogenous bone grafting pada sejumlah pasiennya di Universitas Loma Linda. Delapan puluh dua pasien yang memerlukan augmentasi alveolar sebelum pemasangan implan dievaluasi. Semua pasien diberikan pilihan-pilihan perawatan untuk memperbaiki kekurangan tulang alveolar mereka, yaitu dengan menggunakan autogenous bone grafting atau


(34)

osteogenesis distraksi. Enam puluh lima pasien menerima graft autogenous (anterior

iliac crest: 44; retromolar: 17; tibia: 2; dagu: 2), dan 17 pasien menjalani osteogenesis

distraksi sebelum pemasangan implan. Tipe bone graft yang digunakan tergantung pada karakteristik kehilangan tulang dan ukuran graft yang dibutuhkan. Total 184 implan dipasang dengan autogenous bone grafted, dan 56 implan ditempatkan pada tulang yang didistraksikan.

Semua pasien dievaluasi dan dianalisa setelah minimal 36 bulan follow-up (36-61 bulan), dari 184 implan yang dipasang pada tempat-tempat yang diperbaiki dengan autogenous bone grafting, 3 implan gagal pada posterior mandibula, 1 pada anterior maksila, 1 pada anterior mandibula, dan 1 posterior maksila, tingkat keberhasilannya 97% (178/184), sedangkan 56 implan yang dipasang pada tempat tulang yang didistraksikan 1 implan gagal pada posterior mandibula, tingkat keberhasilannya 98% (55/56).

Autogenous bone grafting memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan

teknik yang lain, tetapi teknik ini juga memiliki resiko seperti dehisensi luka, infeksi, dan kehilangan sebagian atau semua bone graft. Kesulitan yang dapat ditemui dengan menggunakan teknik ini sering berkaitan dengan toleransi dari jaringan lunak dan resorpsi graft tulang. Dehisensi luka merupakan sebuah komplikasi serius yang menyebabkan paparan dari bone graft terhadap mikroflora mulut dan infeksi potensial. Ketika infeksi terjadi, maka kehilangan sebagian atau seluruh bone graft-pun dapat terjadi, yang akhirnya akan membutuhkan perawatan ulang. Teknik osteogenesis distraksi juga memiliki kelemahan. Alat-alat yang ditempatkan pada


(35)

permukaan luar tulang kortikal dapat menyebabkan resorpsi bagian bukal cortex, yang akan memerlukan bone graft pada waktu pengeluaran alat.30

Autologous bone grafting yang digunakan dengan implan gigi dijelaskan

pada awalnya oleh Branemark dkk. pada tahun 1975, dan kini merupakan sebuah prosedur yang diterima dengan baik dalam rehabilitasi oral dan maxillofacial. Pemasangan implan endosseous memerlukan volume tulang yang cukup untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Selanjutnya, pola resorpsi puncak alveolar berpengaruh terhadap hubungan maksila-mandibula yang tidak baik, memerlukan angulasi dari implan dan/ atau sudut abutment, dan mempengaruhi struktur penting yang berdekatan (sinus maksila, kavitas nasal) dan juga struktur vital (saraf mandibula).31

Pengamatan oleh Devorah SA dan Liran L31 dari 10 pasien sehat (1 pria, 9 wanita, usia berkisar dari 45 sampai 61 tahun, rata-rata 53 tahun) yang melaporkan rekonstruksi tulang alveolar pada maksila dengan menggunakan operasi intraoral

block bone graft selama tahun 1999 sampai 2003 dikaji. Beberapa tempat penerima

yang berbeda digunakan untuk intraoral block bone graft : simfisis mandibula (enam

graft), ramus mandibula (lima graft), daerah retromolar (satu graft), dan tuberositas

maksila (satu graft). Onlay Bone Grafting (OBG) dan prosedur sinus lifting dilaksanakan dalam delapan operasi (enam bilateral dan dua unilateral), dan dua dikombinasikan dengan prosedur sinus lifting.

Dari 10 rekonstruksi tulang alveolar pada maksila, empat berlangsung dengan baik, dua memerlukan augmentasi tulang tambahan pada waktu pemasangan implan dental, dua mengalami paparan graft minimal, satu mengalami efek samping yang


(36)

kecil (paresthesia temporer), dan satu operasi gagal sebagian sehingga memerlukan pengeluaran sebagian graft. Tidak ada komplikasi yang ditemukan pada tempat donor kecuali untuk pembengkakan minor atau hematoma.

Gambar 14. A) foto panoramic pre-operatif pada maksila dengan tulang alveolar yang atrofi. B) gambaran labial maksila. C) penempatan blok untuk merekonstruksi kehilangan tulang rahang. Blok tulang dilekatkan dengan skrup titanium. D) 5 bulan setelah OBG ditempatkan. E) 6 bulan setelah penempatan implan, menunjukkan tinggi tulang meningkat dibandingkan dengan situasi pra-operasi. F) foto panorama delapan implan dental pasca operasi yang akan mendukung protesa cekat. (Devorah SA, Liran L. intraoral Autogenous Block Onlay Bone Grafting for Extensive Reconstruction of Atrophic Maxillary Alveolar Ridges. J Periodontol 2005; 76:640)


(37)

Resorpsi tulang setelah kehilangan gigi bersifat irreversible dan lebih mencolok pada tahun pertama. Resoprsi yang terjadi dapat vertikal ataupun horizontal, yang menyisakan daerah tanpa tulang dan mempersulit pemasangan implan.32

Ketika fresh socket pasca ekstraksi terlalu lebar atau sisa dinding alveolar rusak, maka beberapa masalah pemasangan implan dapat terjadi, khususnya pada anterior maksila dimana volume tulang penting karena alasan biologi dan estetis. Biasanya pada daerah anterior, resorpsi dan remodeling tulang pasca ekstraksi dapat menimbulkan keadaan estetis yang tidak diinginkan, terutama ketika plat bukal telah rusak selama ekstraksi gigi. Sehingga, prosedur bedah seperti regenerasi jaringan terarah, allograft tulang, autograft tulang, dan xenograft direkomendasikan untuk mempertahankan volume tulang dari fresh socket.33

Pengamatan oleh Roberto C, Paolo C, dan Enrico G33 pada Oktober 2006 sampai Januari 2007, 15 pasien (tujuh wanita dan delapan pria; usia rata-rata 54.6 tahun; tingkatan usia 34 sampai 68 tahun) dimasukkan dalam studi prospektif. Setiap pasien memerlukan ekstraksi dari tiga gigi. Kriteria inklusi untuk soket adalah keberadaan tiga dinding tulang dan kehilangan plat bukal; semua pasien berada dalam kondisi yang baik, tidak perokok, dan tidak mengalami penyakit sistemik kronis. Kriteria eksklusi adalah gangguan-gangguan koagulasi, keberadaan tanda-tanda infeksi akut sekitar tulang alveolar pada tempat bedah, dan penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan.

Pada 15 pasien, 45 fresh socket pasca ekstraksi dengan tiga dinding tulang dipilih. Lima belas soket menerima MHA (hydroxyapatite magnesium), 15 soket


(38)

menerima CS (kalsium sulfat), dan 15 soket menerima Corticocancellous PB (heterologous porcine bone) sebagai bahan graft. Tiga bulan setelah pengisian bone

graft, implan gigi titanium dipasang di tempat-tempat yang diaugmentasi. Tiga bulan

setelah pemasangan implan, restorasi sementara ditempatkan. Pemeriksaan dilaksanakan, dan radiograf digital intraoral diambil pada awal, 12 dan 24 bulan setelah pemasangan implan untuk mengevaluasi level tulang marginal pada setiap pasien.

A B

Gambar 15. A) penempatan implan pada tulang alveolar yg di graft setelah 3 bulan pencabutan gigi. B) implan siap dipasangkan restorasi (Roberto C, Paolo C, Enrico G. Dental Implants Placed in Extraction Site Grafted With Different Bone Substitutes: Radiographic Evaluation at 24 Months. J Periodontol 2009; 80: 1619-1620)

Gambar 16. Gambaran radiografi. A) 3 bulan setelah penempatan B) 24 bulan setelah penempatan implan (Roberto C, Paolo C, Enrico G. Dental Implants Placed in Extraction Site Grafted With Different Bone Substitutes: Radiographic Evaluation at 24 Months. J Periodontol 2009; 80: 1619)


(39)

Pemeriksaan pada bulan ke-24, tingkat keberhasilan sebesar 100% dilaporkan untuk semua implan. Tidak ada rasa nyeri atau mobilitas protesa akhir yang direkam. Ada penyembuhan luka yang sesuai sekitar abutment dengan adaptasi yang baik terhadap crown sementara. Pembengkakan minor dari mukosa gingiva terlihat pada hari-hari pertama setelah prosedur bedah; tidak ditemukan mukositis dengan supurasi.33


(40)

BAB 5

DISKUSI DAN KESIMPULAN

5.1Diskusi

Implan dental merupakan salah satu cara untuk mengganti gigi yang hilang, yang ditanam kedalam tulang atau jaringan periodonsium lainnya dan berfungsi sebagai penyangga mahkota gigi tiruan pada pasien edentulous sebagian atau edentulous penuh. Implan dental terbagi atas beberapa jenis berdasarkan tempat penanamannya antara lain implan subperiosteal, implan transosseous, dan implan endosseous. Implan endosseous merupakan jenis implan yang lebih baik digunakan karena tersedia dalam berbagai bentuk seperti bilah, silindris, sekrup atau kombinasi dari tiga desain dasar implan tersebut. Selain itu implan jenis ini terbuat dari bahan yang lebih biokompatibel, dalam arti mampu bertahan terhadap korosi, terhadap efek toksik korosi dan mampu bertahan terhadap perubahan lingkungan oral serta tidak ditolak oleh jaringan tubuh. Jenis gigi tiruan yang dapat didukung implan antara lain implan penyangga jembatan, implan penyangga overdenture, dan implan penyangga mahkota.

Konsep osseointegrasi masih menjadi konsep dasar bagi semua sistem implan saat ini. Dalam perawatan restorasi implan faktor kestabilan dan kesehatan tulang dan gingiva merupakan faktor yang penting dari perawatan, oleh karena itu desain estetik tidak boleh mengurangi kestabilan dan kesehatan tulang dan gingiva.

Kekurangan volume tulang alveolar disekitar implan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemakaian implan. Implan yang tidak stabil akan


(41)

menyebabkan restorasi prostetik diatasnya tidak berfungsi dengan baik. Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan volume tulang alveolar ini adalah dengan menggunakan bahan-bahan graft pengganti tulang.

Secara umum ada empat jenis bahan bone graft yang digunakan untuk mengatasi kekurangan tulang alveolar, yaitu autograft, allograft, xenograft, dan

alloplast. Sampai saat ini autograft masih merupakan bahan bone graft terbaik,

meskipun bahan bone graft lainnya telah menunjukan keberhasilan yang sama selama bertahun-tahun. Hal ini disebabkan karena bahan autograft ini merupakan satu-satunya bahan yang bersifat osteoinductive dan osteogenic juga osteoconductive.

Dari hasil penelitian Jeffrey AE, Alan SH, dan Philip JB menunjukkan tingkat keberhasilan pemasangan implan endosseous pada tempat-tempat dengan perbaikan tulang yang menggunakan autogenous bone grafting sebesar 97% (178/184), sedangkan implan yang dipasang pada tempat tulang yang didistraksikan memiliki tingkat keberhasilan 98% (55/56).

Pengamatan oleh Devorah SA dan Liran L pada 10 pasiennya (1 pria, 9 wanita, usia berkisar dari 45 sampai 61 tahun, rata-rata 53 tahun) dari 10 rekonstruksi tulang maksila, empat berlangsung dengan baik, dua memerlukan augmentasi tulang tambahan pada waktu pemasangan implan dental, dua mengalami paparan graft minimal, satu mengalami efek samping yang kecil (paresthesia

temporer), dan satu operasi gagal sebagian sehingga memerlukan pengeluaran

sebagian graft. Tidak ada komplikasi yang ditemukan pada tempat donor kecuali untuk pembengkakan minor atau hematoma.


(42)

Sedangkan Roberto C, Paolo C, dan Enrico G melakukan pengamatan terhadap penggunaan bahan MHA (hydroxyapatite magnesium), CS (kalsium sulfat), dan Corticocancellous PB (heterologous porcine bone) sebagai bahan bone graft pada Oktober 2006 sampai Januari 2007 terhadap 15 pasiennya (tujuh wanita dan delapan pria; usia rata-rata 54.6 tahun; tingkatan usia 34 sampai 68 tahun). Dari 15 pasien tersebut pemeriksaan pada bulan ke-24, menunjukkan tidak ada rasa nyeri atau mobilitas protesa akhir yang direkam. Terjadinya penyembuhan luka yang sesuai disekitar abutment dengan adaptasi yang baik terhadap crown sementara. Pembengkakan minor dari mukosa gingiva terdapat pada hari-hari pertama setelah prosedur bedah dan tidak ditemukan mukositis dengan supurasi. Dari hasil penelitian-penelitian tersebut membuktikan bahwa teknik bone grafting ternyata dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan volume tulang alveolar pada penempatan implan dental.

5.2 Kesimpulan

Dari hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa penggunaan implan dental pada pasien edentulous penuh atau sebagian merupakan salah satu metode untuk memperoleh dukungan yang lebih baik terhadap pemakaian gigi tiruan. Berbagai jenis implan dental yang tersedia dapat digunakan oleh dokter gigi sesuai dengan indikasi klinis pasien terutama kondisi jaringan periodonsiumnya.

Dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh para peneliti menunjukkan adanya perubahan kearah yang lebih baik pada tulang alveolar disekitar daerah penempatan implan setelah dilakukannya bone grafting. Kualitas dan kuantitas tulang mengalami


(43)

peningkatan. Sehingga pemasangan implan dental di daerah-daerah yang diaugmentasikan tetap dapat memberikan tingkat keberhasilan yang tinggi.


(44)

DAFTAR RUJUKAN

1. Donald C. Implan Gigi. In: Fedi PF, Vernino AR, Gray JL, eds. Silabus

Periodonti. Alih bahasa drg. Amaliya. Ed ke-4. Jakarta: EGC, 2005: 184-99.

2. American Dental Association. Endosseous implants. J Am Dent Assoc 2001;

132: 1452-53

3. American Academy of Periodontology. Dental Implants in Periodontal

Therapy. J Periodontol 2000; 71: 1934-42

4. Kamran H. dental Implants. In: Perry DA, Beemsterboer PL, eds.

Periodontology for the Dental Hygienist. 3rd ed. St Louis: Missouri, 2007:320-49

5. Anusavice KJ. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Alih Bahasa

Budiman JA, Purwoko S. Ed ke-10. Jakarta: EGC, 2004:556-62

6. Sheri GS. Implant Maintenance and the Dental Hygienist

7. Pedersen GW. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih Bahasa. Purwanto,

Basoesono. Jakarta: EGC, 1996: 141-42

8. Laney WR and Taylor TD. Dental Implant: Are They for Me?. < http://

dentalimplants. uchc.edu> (17 Oktober 2010)

9. Anonymous. Types of Dental Implants. <http://www.qualitydentistry.


(45)

10.Palmer RM. A clinical Guide to Implants in Dentistry. London: British dental

Association, 2000: 1-65

11.Anonymous. Implant- supported bridge.

12.Anonymous. Implant- supported denture

13.Anonymous. Dental Implant : substitute tooth roots.<

14.Minsk L and Rose LF. Dental Implants in the Periodontaly Compromised

Dentition. In: Rose LF, Mealey BL, Genco RJ, Cohen DW, eds. Periodontics

Medicine, Surgery, and Implants. St Louis: Missouri, 2004: 611-17

15.Anonymous. Bone Types

2010)

16.Anonymous. Bone Augmentasi and Nerve Repositioning. <http://colgate.com

/app/colgate/us/oc/boneaugmentasiandnerverepositioning.cusp> (1 Oktober 2010)

17.Drago C. Implant Restorations a Step-by-Step Guide. 2nd ed. Blackwell

Munksgaard, 2007: 64-66.

18.Perry RK, Sascha AJ. Advanced Implant Surgery and Bone Grafting. In:

Newman MG, Takei HH, Carranza FA, eds. Carranza’s Clinical

Periodontology. 9th ed. Philadelphia, London, New York, St.Louis, Sydney, Toronto: WB Saunders Company, 2002: 905-11.


(46)

19.Niklaus PL, Mauricio A, Karring T. Alveolar Bone Formation. In: Lindhe J,

Karring T, Lang NP, eds. Clinical Periodontology and Implant Dentistry. 4th ed. Blackwell, Munksgaard. 2003: 877-78.

20.Anonymous. Bone Graft. <http://www.enexus.com/dental-implant/

bone_graft.htm> (1 Oktober 2010)

21.Tischler M, Misch CE. Extraction Site Bone Graft in General Dentistry

Review of Applications and Principles. <http://www.dentistrytoday.net> (1

Oktober 2010)

22.Dietrich T, Dibart S. Practical Periodontal Diagnosis and Treatment

Planning. Wiley Blackwell: 100.

23.Taylor G. Intra Oral Autogenous Bone Grafting for Dental Implant Site

Preparation. Dental Bulletin; 15:12-14.

24.Hamghighat K, Bradley SM. Bone Augmentation Techniques. J Periodontol

2007; 78: 377-96.

25.Sebastian MJ. Bone Grafting for Implants

26.Anonymous. Harvesting Bone Graft From Hip. <http://www.

amicusvisualsolutions.com> (30 Oktober 2010)

27.Anonymous. Socket Preservation. <

youngntuc/viewtopic. > (1 November 2010)

28.Raymond AY, Paulino C, Ana MSN, Kris O, Jason M, Kavas HT, Elizabeth


(47)

Ridge Preservation/ Augmentation Material in Conjunction with Immediate Hydroxiapatite-Coated Dental Implants. J Periodontol 2003;74:679-686

29.Mark CF, Heather O, John S, Richard TK. Simultaneous Hard and Soft Tissue

Augmentation for Implants in the Esthetic Zone:Report of 37 Consecutive Cases. J Periodontol 2008;79:1782-88

30.Jeffrey AE, Alan SH, Philip JB. Implant Success in Distracted Bone Versus

Autogenous Bone-Grafted Sites. The Journal of Oral Implantology 2009; 35:

182-184

31.Devorah SA, Liran L. Intraoral Autogenous Block Onlay Bone Grafting for

Extensive Reconstruction of Atrophic Maxillary Alveolar Ridges. J

Periodontol 2005;76:636-41

32.Liran L, Daniel N, Devorah SA. Success of Dental Implants Placed in

Intraoral Block Bone Grafts. J Periodontol 2007;78:18-21

33.Roberto C, Paolo C, Enrico G. Dental Implants Placed in Extraction Sites

Grafted With Different Bone Substitutes: Radiographic Evaluation at 24 Months. J Periodontol 2009;80:1616-1621


(1)

Sedangkan Roberto C, Paolo C, dan Enrico G melakukan pengamatan terhadap penggunaan bahan MHA (hydroxyapatite magnesium), CS (kalsium sulfat), dan Corticocancellous PB (heterologous porcine bone) sebagai bahan bone graft pada Oktober 2006 sampai Januari 2007 terhadap 15 pasiennya (tujuh wanita dan delapan pria; usia rata-rata 54.6 tahun; tingkatan usia 34 sampai 68 tahun). Dari 15 pasien tersebut pemeriksaan pada bulan ke-24, menunjukkan tidak ada rasa nyeri atau mobilitas protesa akhir yang direkam. Terjadinya penyembuhan luka yang sesuai disekitar abutment dengan adaptasi yang baik terhadap crown sementara. Pembengkakan minor dari mukosa gingiva terdapat pada hari-hari pertama setelah prosedur bedah dan tidak ditemukan mukositis dengan supurasi. Dari hasil penelitian-penelitian tersebut membuktikan bahwa teknik bone grafting ternyata dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan volume tulang alveolar pada penempatan implan dental.

5.2 Kesimpulan

Dari hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa penggunaan implan dental pada pasien edentulous penuh atau sebagian merupakan salah satu metode untuk memperoleh dukungan yang lebih baik terhadap pemakaian gigi tiruan. Berbagai jenis implan dental yang tersedia dapat digunakan oleh dokter gigi sesuai dengan indikasi klinis pasien terutama kondisi jaringan periodonsiumnya.

Dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh para peneliti menunjukkan adanya perubahan kearah yang lebih baik pada tulang alveolar disekitar daerah penempatan


(2)

peningkatan. Sehingga pemasangan implan dental di daerah-daerah yang diaugmentasikan tetap dapat memberikan tingkat keberhasilan yang tinggi.


(3)

DAFTAR RUJUKAN

1. Donald C. Implan Gigi. In: Fedi PF, Vernino AR, Gray JL, eds. Silabus Periodonti. Alih bahasa drg. Amaliya. Ed ke-4. Jakarta: EGC, 2005: 184-99. 2. American Dental Association. Endosseous implants. J Am Dent Assoc 2001;

132: 1452-53

3. American Academy of Periodontology. Dental Implants in Periodontal Therapy. J Periodontol 2000; 71: 1934-42

4. Kamran H. dental Implants. In: Perry DA, Beemsterboer PL, eds. Periodontology for the Dental Hygienist. 3rd ed. St Louis: Missouri, 2007:320-49

5. Anusavice KJ. Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Alih Bahasa Budiman JA, Purwoko S. Ed ke-10. Jakarta: EGC, 2004:556-62

6. Sheri GS. Implant Maintenance and the Dental Hygienist

7. Pedersen GW. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih Bahasa. Purwanto, Basoesono. Jakarta: EGC, 1996: 141-42

8. Laney WR and Taylor TD. Dental Implant: Are They for Me?. < http:// dentalimplants. uchc.edu> (17 Oktober 2010)

9. Anonymous. Types of Dental Implants. <http://www.qualitydentistry. com/dental/ implants/implant.html> (14 Oktober 2010)


(4)

10. Palmer RM. A clinical Guide to Implants in Dentistry. London: British dental Association, 2000: 1-65

11. Anonymous. Implant- supported bridge.

12. Anonymous. Implant- supported denture

13. Anonymous. Dental Implant : substitute tooth roots.<

14. Minsk L and Rose LF. Dental Implants in the Periodontaly Compromised Dentition. In: Rose LF, Mealey BL, Genco RJ, Cohen DW, eds. Periodontics Medicine, Surgery, and Implants. St Louis: Missouri, 2004: 611-17

15. Anonymous. Bone Types

2010)

16. Anonymous. Bone Augmentasi and Nerve Repositioning. <http://colgate.com /app/colgate/us/oc/boneaugmentasiandnerverepositioning.cusp> (1 Oktober 2010)

17. Drago C. Implant Restorations a Step-by-Step Guide. 2nd ed. Blackwell Munksgaard, 2007: 64-66.

18. Perry RK, Sascha AJ. Advanced Implant Surgery and Bone Grafting. In: Newman MG, Takei HH, Carranza FA, eds. Carranza’s Clinical Periodontology. 9th ed. Philadelphia, London, New York, St.Louis, Sydney, Toronto: WB Saunders Company, 2002: 905-11.


(5)

19. Niklaus PL, Mauricio A, Karring T. Alveolar Bone Formation. In: Lindhe J, Karring T, Lang NP, eds. Clinical Periodontology and Implant Dentistry. 4th ed. Blackwell, Munksgaard. 2003: 877-78.

20. Anonymous. Bone Graft. <http://www.enexus.com/dental-implant/ bone_graft.htm> (1 Oktober 2010)

21. Tischler M, Misch CE. Extraction Site Bone Graft in General Dentistry Review of Applications and Principles. <http://www.dentistrytoday.net> (1 Oktober 2010)

22. Dietrich T, Dibart S. Practical Periodontal Diagnosis and Treatment Planning. Wiley Blackwell: 100.

23. Taylor G. Intra Oral Autogenous Bone Grafting for Dental Implant Site Preparation. Dental Bulletin; 15:12-14.

24. Hamghighat K, Bradley SM. Bone Augmentation Techniques. J Periodontol 2007; 78: 377-96.

25. Sebastian MJ. Bone Grafting for Implants

26. Anonymous. Harvesting Bone Graft From Hip. <http://www. amicusvisualsolutions.com> (30 Oktober 2010)

27. Anonymous. Socket Preservation. < youngntuc/viewtopic. > (1 November 2010)

28. Raymond AY, Paulino C, Ana MSN, Kris O, Jason M, Kavas HT, Elizabeth TM. Evaluation of Hard Tissue Replacement Composite Graft Material as a


(6)

Ridge Preservation/ Augmentation Material in Conjunction with Immediate Hydroxiapatite-Coated Dental Implants. J Periodontol 2003;74:679-686 29. Mark CF, Heather O, John S, Richard TK. Simultaneous Hard and Soft Tissue

Augmentation for Implants in the Esthetic Zone:Report of 37 Consecutive Cases. J Periodontol 2008;79:1782-88

30. Jeffrey AE, Alan SH, Philip JB. Implant Success in Distracted Bone Versus Autogenous Bone-Grafted Sites. The Journal of Oral Implantology 2009; 35: 182-184

31. Devorah SA, Liran L. Intraoral Autogenous Block Onlay Bone Grafting for Extensive Reconstruction of Atrophic Maxillary Alveolar Ridges. J Periodontol 2005;76:636-41

32. Liran L, Daniel N, Devorah SA. Success of Dental Implants Placed in Intraoral Block Bone Grafts. J Periodontol 2007;78:18-21

33. Roberto C, Paolo C, Enrico G. Dental Implants Placed in Extraction Sites Grafted With Different Bone Substitutes: Radiographic Evaluation at 24 Months. J Periodontol 2009;80:1616-1621