Latar Belakang Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan)

Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009. USU Repository © 2009 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia bisa jadi adalah nama lain dari surga dunia jika dilihat dari melimpahnya kekayaan alam dan kesuburan buminya. Negeri khatulistiwa ini tercatat sebagai pemilik hutan alam khas tropika terluas ketiga setelah Brazil dan Zaire. Sepuluh persen hutan tropika dunia berada di sepanjang khatulistiwa Indonesia. Hutan tipe ini sangat kaya sumber-sumber biologik 10 spesies tanaman berbunga, 12 spesies mamalia, 16 reptil, 17 spesies burung dan beraneka ragam kebudayaan masyarakat lokal. Lebih kurang 250 bahasa lokal dan kelompok etnik yang menghuni kawasan yang penting bagi kesehatan dan kenyaman bumi Simon, 2004. Pembangunan adalah suatu rangkaian usaha terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat dan pemerintah untuk mengubah keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik. Pembangunan daerah dilaksanakan dalam rangka menunjang pembangunan nasional dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan penduduk. Untuk mencapai tujuan tersebut, daerah memerlukan dana dan sumber biaya yang tidak sepenuhnya dapat diperoleh dari pemerintah pusat. Setiap daerah memiliki sumber dana pembangunan sesuai dengan potensi daerah yang bersangkutan seperti pertambangan dan perkebunan Simon, 2004 Pembangunan hutan selalu ditujukan untuk memaksimumkan produktivitas dengan berlandaskan kelestarian ekosistem. Dalam strategi kehutanan sosial, produktivitas tidak hanya diukur dengan hasil hutan kayu, melainkan meliputi semua aspek fungsi hutan secara utuh dan kepentingan para pihak. Untuk itu perlu ditunjukkan nilai-nilai yang penting sebagai produk yang diinginkan Simon, 2004. Pemerintah kemudian memproduksi peraturan-peraturan yang memungkinkan para pemodal asing hadir dan diizinkan mengeksploitasi sumberdaya hutan sekalipun pada saat itu tanpa didukung oleh pengetahuan Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009. USU Repository © 2009 kehutanan yang memadai tentang hutan hujan tropika. Akumulasi eksploitasi yang ekonomisentrik tersebut menimbulkan masalah-masalah sosioekologis baru di negeri ini Simon, 2004. Banyak perusahaan tidak menyadari bahwa masyarakat lokal yang berada di sekitarnya merupakan bagian dari lingkungan yang sangat mempengaruhi kelangsungannya. Hubungan yang kurang baik antara perusahaan dan lingkungannya akan sangat berpotensi menimbulkan konflik. Keberadaan masyarakat lokal kini menjadi semakin kuat dan mereka cenderung lebih berani memperjuangkan hak-haknya bahkan terkadang mereka menuntut di luar kewajaran atau di luar kemampuan perusahaan sehingga banyak perusahaan saat ini yang terancam angkat kaki karena besarnya tekanan dari masyarakat lokal Sitorus, 2001. Sesungguhnya keberadaan perusahaan dapat memberikan dampak ekonomi dan sosial secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat lokal. Beberapa dampak langsung perusahaan adalah kesempatan kerjalowongan pekerjaan bagi orang setempat, program bantuan, dan pembinaan. Dampak tidak langsung dari perusahaan adalah seperti pembukaan jalan dan transportasi perusahaan dapat sekaligus dimanfaatkan oleh masyarakat, kebutuhan para pekerja perusahaan seperti sayuran, buah-buahan, ikan, daging, dapat memajukan perekonomian masyarakat setempat. Besar kecilnya dampak tersebut sangat bergantung pada tingkat kepedulian perusahaan dan pekerjanya serta kesiapan Sumber Daya Manusia SDM masyarakat lokal dalam memanfaatkan peluang yang ada. Selama ini rendahnya SDM masyarakat lokal selalu menjadi masalah utama sehingga selalu mereka tersingkir oleh pendatang dalam memanfaatkan peluang. Masalah tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan meningkatkan pendidikan dan memberikan pelatihan Sitorus, 2001. Saat ini, di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan telah dibuka sebuah perusahaan pertambangan emas di mana lokasi dari proyek pertambangannya terletak di hutan masyarakat maupun lahan agroforestri di mana kepemilikan lahannya dimiliki oleh masyarakat, adat maupun desa. Pada saat ini proyek pertambangan pada tahap prakonstruksi yaitu pada tahap pembebasan lahan dan awal konstruksi. Industri pengelolaan ini berpotensi menimbulkan Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009. USU Repository © 2009 dampak positif dan negatif terhadap sosial ekonomi masyarakat di sekitar perusahaan pertambangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah kajian mengenai persepsi masyarakat terhadap pembukaan pertambangan emas yang ada di Hutan Batang Toru, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Identifikasi Masalah 1. Bagaimana persepsi masyarakat di Kecamatan Batang Toru terhadap pembukaan pertambangan emas di kawasan Hutan Batang Toru. 2. Bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi umur, pendidikan, pendapatan, dan lama bermukim dengan persepsi masyarakat terhadap pembukaan pertambangan emas di Hutan Batang Toru. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan bagaimana persepsi masyarakat tehadap pembukaan pertambangan emas di Hutan Batang Toru, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. 2. Untuk mendeskripsikan hubungan faktor sosial ekonomi umur, pendidikan, pendapatan, dan lama bermukim dengan persepsi masyarakat terhadap pembukaan pertambangan di Hutan Batang Toru, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan faktor sosial ekonomi umur, pendidikan, pendapatan, dan lama bermukim dengan persepsi masyarakat. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi penting bagi penentu kebijakan, khususnya Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan pihak- pihak terkait seperti dinas kehutanan untuk membuat kebijakan yang lebih baik terkait dengan pembukaan pertambangan pada kawasan hutan. Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009. USU Repository © 2009 TINJAUAN PUSTAKA Hutan Hutan memiliki definisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Dalam perspektif ahli ekologi, hutan diartikan sebagai suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan berbeda dengan keadaan di luar hutan Arief, 2001. Menurut sudut pandang ahli silvika, hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon-pohon atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas. Sedangkan dari sudut pandang ahli ekonomi, hutan merupakan tempat untuk menanam modal jangka panjang yang sangat menguntungkan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan HPH Arief, 2001. Jasa Lingkungan Hutan Jasa lingkungan hutan adalah produk sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa manfaat langsung tangible danatau manfaat tidak langsung intangible, yang meliputi antara lain jasa wisata alam, rekreasi, jasa perlindungan tata air atau hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan, penyerapan dan penyimpanan karbon carbon offset. Letak geografis, luas dan karakteristik bio-fisik hutan Indonesia yang sangat beragam merupakan keunggulan komparatif tersendiri dalam hal potensi jasa lingkungan, sehingga apabila jasa lingkungan ini dikelola secara baik akan memberikan nilai ekonomi kuantitatif maupun manfaat atau kepuasan kepada konsumen jasa lingkungan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2007. Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009. USU Repository © 2009 Fungsi Hutan Dalam pasal 6 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, hutan mempunyai tiga fungsi, yaitu fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi. Selanjutnya berdasarkan fungsi pokok tersebut pemerintah menetapkan hutan menjadi tiga yaitu, hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi. Menurut Arief 2001 hutan berfungsi sebagai pelindung hutan lindung merupakan kawasan yang keadaan alamnya diperuntukkan sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir, pencegahan erosi dan pemeliharaan kesuburan tanah. Sedangkan hutan yang berfungsi konservasi hutan konservasi merupakan kawasan hutan dengan ciri khas tertentu mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Hutan merupakan faktor penting yang ikut menentukan keadaan iklim serta lingkungan hidup global. Salah satu eksistensi dari hutan, memainkan peranan yang besar dalam proses pembersihan udara, serta mengurangi pemanasan bumi yang diakibatkan aneka polusi dan akibat kemajuan industri negara maju Zain, 1998. Manfaat Hutan Indonesia memilki luas hutan 144 juta hektar atau 75 persen dari total luas daratan. Sekitar 49 juta hektar merupakan areal hutan lindung, sedangkan 64 juta hektar telah dirancang untuk hutan produksi, dan luas selebihnya sebesar 31 juta hektar disediakan untuk keperluan perluasan pertanian Zain,1998. Salim 1997 mengklasifikasikan manfaat hutan menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Yang dimaksud dengan manfaat langsung adalah manfaat yang dapat dirasakandinikmati secara langsung oleh masyarakat. Manfaat langsung berupa: kayu dan hutan ikutan, seperti rotan, getah, buah-buahan, madu, dan lain-lain. Manfaat tidak langsung hutan adalah manfaat Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009. USU Repository © 2009 yang tidak langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi yang dapat dirasakan adalah keberadaan hutan itu sendiri. Ada delapan manfaat hutan secara tidak langsung seperti yang dikemukakan Salim 1997, yaitu: 1. Mengatur tata air, 2. mencegah terjadinya erosi, 3. memberikan manfaat terhadap kesehatan, 4. memberikan rasa keindahan, 5. memberikan manfaat di sektor pariwisata, 6. memberikan manfaat dalam bidang pertahanan keamanan, 7. menampung tenaga kerja, dan 8. menambah devisa negara. Pertambangan Pengertian bahan galian menurut Manan dan Saleng 2004 ialah: unsur- unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan termasuk batu- batu mulia seperti emas yang merupakan endapan-endapan alam. Kemudian karakteristiknya berupa: benda padat, cair dan gas yang keadaannya masih dalam bentuk endapan alam atau letakan alam yang melekat pada batuan induknya dan belum terjamah oleh manusia. Pengusahaan pertambangan pada umunya tidak saja potensial untuk merusak lingkungan fisik, tetapi juga potensial untuk menciptakan kesenjangan ekonomi dan sosial. Betapa tidak, karena dalam pengusahaannya diperlukan sumberdaya manusia dengan tingkat pendidikan tinggi dan pola hidup mewah, sementara kemampuan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan masih berpendidikan rendah dan pola hidup sangat sederhana. Akibatnya masyarakat setempat tidak dapat berpartisipasi, sehingga lambat laun perbedaan ekonomi dan status sosial antara pendatang dengan masyarakat sekitar akan semakin tajam dan rawan. Bahkan kesenjangan yang mengarah kepada kecemburuan sosial sering menjadi pemicu kerusuhan dan tindak kriminal Manan dan Saleng, 2004. Peran Pertambangan Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009. USU Repository © 2009 Penguasaan pertambangan memiliki peran yang strategis dan kontribusi yang besar terhadap pembangunan di daerah. Sebab dengan penguasaan pertambangan di daerah, otomatis akan terbentuk komunitas baru dan pengembangan wilayah sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah kegiatan penguasaan pertambangan. Pengembangan wilayah yang demikian akan membawa pengaruh perekonomian daerah, sebab masyarakat pencari kerja dan pelaku ekonomi akan tertarik ke wilayah pertumbuhan yang baru. Dengan demikian lambat laut jasa-jasa lainnya akan tumbuh, baik jasa yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan penguasaan pertambangan Manan dan Saleng, 2004. Mengenai kontribusi penguasaan pertambangan terhadap kesejahteraan rakyat, secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu: kontribusi langsung dan kontribusi tidak langsung. 1. Kontribusi langsung sektor ini pada umumnya dirasakan atau dinikmati oleh masyarakat sekitar wilayah usaha pertambangan, tetapi juga dapat merasakan langsung dampak negatif yang akan timbul akibat pengusahaan pertambangan. Misalnya dari aspek hukum mereka yang memenuhi syarat dapat terlibat langsung dengan menjadi karyawan pada perusahaan pertambangan atau mendapatkan dana recognisi karena tanahnya dimanfaatkan oleh pengusaan pertambangan. 2. Kontribusi tidak langsung terhadap kesejahteraan rakyat adalah melalui penerimaan negara baik iuran pertambangan, pajak maupun non-pajak serta pungutan lain. Penerimaan negara tersebut digunakan oleh pemerintah untuk membiayai pelaksanaan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Manan dan Saleng, 2004. Kehadiran suatu perusahaan pertambangan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sekitarnya dan mereka bukan sebagai korban pasif dari pengusahaan pertambangan. Tapi masyarakat sekitar seharusnya dianggap sebagai suatu potensi yang dapat berperan aktif, sehingga membawa peningkatan kapasitasnya untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Faktor penghambat untuk dapat menjadikan masyarakat sekitar sebagai aktor atau pelaku adalah tingkat pendidikan rendah, kurang pengalaman dan tidak terlatih, sehingga masyarakat Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009. USU Repository © 2009 hanya dapat dipekerjakan sampai pada tahap konstruksi yang butuh tenaga kerja semi skilled dan unskilled yang cukup banyak. Setelah itu tenaga kerja yang dipakai adalah tenaga ahli Manan dan Saleng, 2004. Banyak perusahaan yang telah berusaha membina hubungan baik dengan masyarakat. Beberapa perusahaan telah memberikan bantuan kepada masyarakat lokal, seperti program bina desa hutan PBDH, pembuatan jalan, beasiswa, bantuan bibit tanaman pertanian, dan lapangan kerja. Namun, dalam kenyataannya di lapangan, sebagian besar anggota masyarakat tidak puas akan bantuan-bantuan yang selama ini diberikan oleh perusahaan. Kurangnya kesadaran masyarakat lokal akan bantuan yang telah diterima dari perusahaan sering menimbulkan terjadinya ketidakpuasan di antara mereka sehingga dapat menjadi salah satu sumber terjadinya konflik. Konflik tersebut mendorong masyarakat untuk melakukan tindakan-tindakan yang cenderung merugikan perusahaan dan masyarakat itu sendiri. Bahkan, masyarakat saat ini lebih menerima perusahaan- perusahaan baru karena diiming-imingi dengan janji yang lebih menggiurkan terutama untuk jangka pendek Sitorus, 2001. Persepsi dan Perilaku Persepsi dan perilaku merupakan dua aspek yang mempengaruhi gambaran diri seseorang. Persepsi merupakan pandangan atau konsep yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu hal sedangkan perilaku adalah tindakanaspek dinamis yang muncul dari persepsi tersebut. Menurut Rahmat dalam Sandi 2006 persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan pada stimulasi indrawi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Menurut Basyuni dalam Sandi 2006 menyatakan bahwa faktor-faktor dalam individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, emosi, minat, pendidikan, pandapatan dan kapasitas indera. Sedangkan faktor dari luar diri individu yang mempengaruhi persepsi adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu dan latar belakang sosial budaya. Perilaku itu sendiri merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya memang terdapat bentuk- Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009. USU Repository © 2009 bentuk perilaku instinktif yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan kehidupan. Perilaku dapat juga dipengaruhi oleh informasi tak langsung, misalkan dengan melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah melakukannya, dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan lain-lain. Komponen perilaku dalam suatu sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek yang dihadapinya. Kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku, maksudnya bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan dalam stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap situasi tersebut. Satu hal yang dapat disimpulkan, yaitu bahwa perilaku manusia tidaklah sederhana untuk dipahami dan diprediksikan. Begitu banyak faktor-faktor internal dan eksternal dari dimensi masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang ikut mempengaruhi perilaku manusia Azwar, 2000. Biasanya persepsi yang dimiliki seseorang akan sesuai dengan perilaku yang dimunculkannya. Artinya, apabila seseorang mempunyai persepsi tentang sesuatu yang dinyatakannya baik atau positif maka perilaku yang dimunculkannya juga perilaku positif terhadap sesuatu tersebut. Tetapi adakalanya muncul ketidaksesuaian antara persepsi dan perilaku. Seperti yang dikemukakan oleh Brehm dan Kassin tentang Teori Disonansi Kognitif Pandangan Baru yang menguraikan bahwa ketidaksesuaian sikap dan perilaku seseorang diakibatkan oleh kurangnya peran kesadaran dan rasa tanggung jawab personal dalam dirinya. Kebebasan memilih berkaitan dengan keterpaksaan melakukan suatu perilaku. Apabila seseorang dipaksa oleh situasi atau kondisi untuk melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan sikapnya maka ia tidak akan merasakan adanya tanggung jawab Subagyo, 2005. Menurut Subagyo 2005 berbicara masalah kesadaran masyarakat terhadap lingkungan harus diawali dari kesadaran keluarga, dalam hal ini adalah kesadaran menghadapi dan menciptakan lingkungannya. Apabila suasana dan tingkah laku demikian sudah membudaya maka tinggal meningkatkan bagaimana mengelola atau membudidayakan lingkungan dengan berwawasan lingkungan. Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009. USU Repository © 2009 Sesuai dengan pendapat Wibowo 1988, banyak sekali faktor-faktor pada diri perseptor individu yang memberikan persepsi yang dapat mempengaruhi bagaimana persepsinya sendiri atau menimbulkan perbedaan-perbedaan antara persepsinya dan persepsi orang lain. Faktor-faktor tersebut adalah meliputi pengalaman, intelegensia, kemampuan menghayati stimuli, ingatan, disposisi kepribadian, sikap terhadap stimulus, kecemasan, penghargaan. Selanjutnya beliau mengungkapkan bahwa persepsi juga bergantung pada pendidikan seseorang, kedudukan dalam starata sosial, dan latar belakang sosial budaya. Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat Pada dasarnya lingkungan hidup bila dipandang sebagai suatu sistem dapat terdiri dari lingkungan alam ekosistem, lingkungan hidup sosial ekonomi sosio sistem, lingkungan hidup binaantekno sistem Fandeli, 1992. Ketiga sistem tersebut harus dipandang secara menyeluruh karena ketiga sistem tersebut saling bergantung satu dengan yang lainnya. Demikian halnya perubahan fungsi lahan juga akan membawa dampak terhadap lingkungan alam, lingkungan binaan dan lingkungan sosial ekonomi maka selayaknya setiap ada pembangunan hendaknya memperhitungkan ketiga aspek tersebut. Dampak sosial ekonomi adalah konsekuensi sosial ekonomi dari kegiatan perubahan yang direncanakan, baik perubahan biogenik, sosial ataupun ekonomi Pelly, 1991. Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009. USU Repository © 2009 Landasan Teori Pendidikan Masyarakat Sumberdaya manusia merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa. Modal fisik dan sumberdaya alam hanyalah faktor produksi yang pada dasarnya bersifat pasif, manusialah agen-agen aktif yang akan mengumpulkan modal, memproduksi sumber-sumber alam, membangun berbagi organisasi sosial, ekonomi dan politik, serta melaksanakan pembangunan nasional. Cara yang paling efektif dan efisien dalam mengembangkan sumberdaya manusia adalah melalui pengetahuan masyarakat dengan memberi pelayanan pendidikan dan kesehatan yang sebaik-baiknya. Pendidikan ini mencakup pendidikan formal pendidikan dasar, pendidikan menengah dan perguruan tinggi dan pendidikan non formal termasuk pelatihan dan penyuluhan Yusnita dan Sudrajat, 2003. Pendidikan pada prinsipnya memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya untuk menerima hal-hal yang masih baru sekaligus dapat berfikir secara alamiah. Pendidikan dapat juga mengakibatkan seseorang dalam masyarakat memilih fakta yang berkenaan dengannya, serta menjadi pendorong pelaksanaan perubahan terhadapnya. Secara teortis hal tersebut dapat mempengaruhi sikap dan pandangan manusia Van Den Ban dan Hawkins, 1999. Umur Untuk mengetahui tingkat umur masyarakat, Sinaga 2003 dalam penelitiannya pada masyarakat petani di kawasan hutan Kabupaten Karo membagi tingkat umur menjadi lima kategori, yaitu: a. Golongan sangat muda berusia kurang dari 20 tahun b. Golongan muda berusia 21 tahun sampai dengan 30 tahun c. Golongan dewasa berusia 31 tahun sampai dengan 40 tahun d. Golongan tua berusia 41 tahun sampai dengan 50 tahun Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009. USU Repository © 2009 e. Golongan sangat tua lebih dari 50 tahun. Seseorang dinyatakan matang atau dewasa untuk dapat melakukan suatu aktivitas atau kegiatan tidak diukur dari umur seseorang melainkan dilihat dari berpikirnya. Pendapatan Pendapatan rumah tangga adalah jumlah pendapatan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan dalam rumah tangga. Pendapatan formal ialah pendapatan yang diperoleh melalui pekerjaan pokok. Pendapatan informal adalah pendapatan yang diperoleh melalui pekerjaan tambahan di luar pekerjaan pokoknya. Sedangkan pendapatan subsisten ialah pendapatan yang diperoleh dari sektor produksi yang dinilai dengan uang. Dapat dikatakan juga bahwa pendapatan rumah tangga merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan formal, pendapatan informal dan pendapatan subsisten Sumardi dan Evers, 1985. Besar pendapatan berhubungan dengan kemampuan untuk membiayai kebutuhan hidup. Bagi masyarakat yang tidak mampu adakalanya kemampuan membiayai kebutuhan hidup tidak sebanding dengan keinginan untuk mempertahankan kehidupannya. Jika hal ini terjadi maka akan mengakibatkan terjadinya kemerosotan moral yang pada akhirnya akan bermuara pada terbentuknya perilaku menyimpang. Sulitnya untuk memenuhi kebutuhan hidup menyebabkan keinginan tidak sesuai dengan kemampuan. Hal ini yang menjadi titik awal terjadinya penyimpangan perilaku akibat dorongan pemenuhan kebutuhan ekonomi Sukirno, 1985. Lama Bermukim Untuk melihat peningkatan kehidupan dapat dilihat pada tingkat harapan hidup rata-rata penduduk, sebab tidak ada ukuran yang lebih baik kecuali lamanya hidup seseorang dalam suatu wilayah. Di dalam menentukan lamanya masyarakat menempati suatu wilayah kerap kali dihadapkan pada berbagi dilema yang pelik, karena sering kali seseorang pindah melewati suatu daerah tertentu, dan di daerah tersebut disusun data statistika tetapi masyarakat yang telah didata hanya menetap dalam waktu relatif singkat, sehingga akibatnya validitas data yang dihimpun Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009. USU Repository © 2009 tidak jelas. Sebagai contoh pekerja tambang dan perkebunan seringkali pindah dan bertempat tinggal selama satu tahun dan kemudian pindah lagi untuk bekerja di bidang yang lain Yassin, 2000. Waktu yang dibutuhkan masyarakat dalam beradaptasi dengan lingkungannya tidak terlepas dari kondisi pemukiman masyarakat. Hal itu akan terkait dengan pengadaan lahan guna mendapatkan ruang untuk bertempat tinggal. Lingkungan pemukiman akan sangat mempengaruhi pembinaan dan watak manusia. Pemukiman sebagai suatu kesinambungan ruang kehidupan dari seluruh unsurnya, baik yang alami maupun non alami yang saling mendukung dan melindungi secara fisik, sosial dan budaya. Keanekaragaman kondisi sosio budaya, sosio ekonomi dan fisik serta dinamika perubahannya, dijadikan dasar pertimbangan utama pengelolaan dan pengembangan pemukiman yang terpadu secara sosial maupun fungsional. Artinya pengembangan pemukiman bertujuan untuk melakukan integral sosial, ekologis dan fungsional yang menjamin peningkatan kulaitas hidup secara berkelanjutan Syahrin, 1999. Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, 2009. USU Repository © 2009 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Batang Toru adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan. Di dalam Kecamatan Batang Toru terdapat 27 desa. Di antara 27 desa yang ada di Kecamatan Batang Toru tersebut dijadikan penulis menjadi desa sampel dalam penelitian ini, yaitu: Desa Aek Pining dan Desa Napa.

A. Desa Aek Pining Keadaan Fisik Lingkungan

Dokumen yang terkait

Studi Kantung Semar (Nepenthes Spp.) Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara

7 66 86

Studi Tumbuhan Anggrek Di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara

11 132 149

Determinan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan Di Puskesmas Batang Toru Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015

9 66 113

Studi Mengenai Konflik Antara Masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru Dengan PT Agincourt Resources Martabe di Kecamatan Batang Toru

1 80 144

Analisis Dampak Pertambangan Emas Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

40 204 117

Uji ransum berbasis pucuk batang tebu, pucuk batang jagung dan pucuk batang ubi kayu dengan penambahan starbio terhadap non karkas domba Sei Putih

1 32 59

Uji Ransum Berbasis Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung, Dan Pucuk Batang Ubi Kayu Dengan Penambahan “Starbio” Terhadap Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan Organik Domba Sei Putih

0 38 56

BAB I PENDAHULUAN - Determinan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan Di Puskesmas Batang Toru Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015

0 0 10

DETERMINAN PEMANFAATAN PELAYANAN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS BATANG TORU KECAMATAN BATANG TORU KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2015 SKRIPSI

0 0 15

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN BATANG TORU DAN KECAMATAN MUARA BATANG TORU 2.1.Gambaran Umum Kecamatan Batang Toru - Studi Mengenai Konflik Antara Masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru Dengan PT Agincourt Resources Martabe di Ke

0 0 18