Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBUKAAN
PERTAMBANGAN EMAS DI HUTAN BATANG TORU
(Studi Kasus Kecamatan Batang Toru,
Kabupaten Tapanuli Selatan)
SKRIPSI
Oleh :
FACHRUDDIN FAHMY SIREGAR 041201008/MANAJEMEN HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2009
(2)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skrips : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas di Hutan Batang Toru (Studi Kasus di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan)
Nama : Fachruddin Fahmy Siregar
NIM : 041201008
Jurusan : Kehutanan
Program Studi : Manajemen Hutan
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Oding Affandi,S.Hut,M.P Drs.Zulkifli Lubis,M.A
Ketua Anggota
Mengetahui
Dr.Ir. Edy Batara Mulya Siregar,MS Ketua Departemen Kehutanan
(3)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRACT
FACHRUDDIN FAHMY SIREGAR. Public Perception of Mining Gold on The
Batang Toru Forest (Case Studies in The District of Batang Toru, Tapanuli Selatan Regency). Under Guidance by ODING AFFANDI and ZULKIFLI
LUBIS.
Goal of this research is how to describe your perception of society towards the gold mining area in Batang Toru Forest and to describe your relationship to socio-economic factors (age, education, long living, and income) with the public perception towards the establishment of the gold mining area in Batang Toru Forest in Napa and Aek Pining Village, Batang Toru District, South Tapanuli Regency. This study was conducted in October and November 2008. This research is done with descriptive method, the level of perception using Likert Scale and the relationship to see socio-economic (age, education, long living, and income) to the perception of the local community about the establishment of the gold mining area in Batang Toru Forest using the Spearman Rank correlation. Number of samples taken 80 of the 55 families in Aek Pining and 25 families in the Village of Napa. Collecting data in the primary and secondary research was conducted using questionnaires, interviews, observation, and study literature. Results of research indicate that the people does not yet have sufficient knowledge about the forest. Society also looked at the positive existence of the mining area Batang Toru Forest, because the community is able to increase income, reduce unemployment, although this is felt by some new people. But the infrastructure, environment and culture has not changed significantly. There is a strong relationship between level of education with public perception. There is no strong relationship anatara age, duration of living and income level of public perception. Keywords: perception, community, mining, forestry, social and economic factors.
(4)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
FACHRUDDIN FAHMY SIREGAR. Persepsi Masyarakat Terhadap
Pembukaan Pertambangan Emas di Hutan Batang Toru (Studi Kasus di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan). Di bawah Bimbingan oleh
ODING AFFANDI dan ZULKIFLI LUBIS.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana persepsi masyarakat terhadap pembukaan pertambangan emas di kawasan Hutan Batang Toru dan untuk mendeskripsikan hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pendidikan, lama bermukim, dan pendapatan) dengan persepsi masyarakat terhadap pembukaan pertambangan emas di kawasan Hutan Batang Toru, di Desa Napa dan Desa Aek Pining, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober dan Nopember 2008. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif, pada tingkat persepsi menggunakan Skala Likert dan untuk melihat hubungan sosio-ekonomi (umur, pendidikan, lama bermukim, dan pendapatan) terhadap persepsi masyarakat setempat tentang pembukaan pertambangan emas di kawasan Hutan Batang Toru dengan menggunakan korelasi Spearman Rank. Jumlah sampel diambil sebanyak 80 KK yaitu 55 KK di Desa Aek Pining dan 25 KK di Desa Napa. Pengumpulan data primer dan sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner, wawancara, observasi, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa belum memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang hutan. Masyarakat juga memandang positif keberadaan pertambangan di kawasan Hutan Batang Toru, karena mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, mengurangi pengangguran meskipun hal ini baru dirasakan sebagian masyarakat. Tetapi menyangkut infrastruktur, kondisi lingkungan dan budaya belum mengalami perubahan yang signifikan. Ada hubungan yang kuat antara pendidikan dengan tingkat persepsi masyarakat. Tidak terdapat hubungan yang kuat anatara umur, lama bermukim dan pendapatan terhadap tingkat persepsi masyarakat.
Kata kunci : persepsi, masyarakat, pertambangan, hutan, faktor sosial dan
(5)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang Sidimpuan pada tanggal 22 September 1986, dari ayah Imran Siregar dan ibu Farida Hannum Harahap. Penulis merupakan anak pertama dari 2 (dua) bersaudara, yaitu Fachruddin Fahmy Siregar dan Zayanthy Fauzi Siregar.
Tahun 1998 penulis lulus dari SD Negeri 147534 Batang Toru, pada tahun 2001 lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri I Batang Toru. Tahun 2004 penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Padang Sidimpuan dan pada tahun 2004 lulus seleksi masuk USU melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU sebagai anggota dan menjadi asisten laboratorium di Departemen Kehutanan.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Perum Perhutani Jawa Barat Unit III.
(6)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas
di Hutan Batang Toru(Studi Kasus di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan) “ ini dapat selesai sebagaimana mestinya.
Terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Oding Affandi, S.Hut, M.P selaku Ketua Komisi Pembimbing (Dosen Pembimbing I).
2. Bapak Drs. Zulkifli Lubis,M.A selaku Anggota Komisi Pembimbing (Dosen Pembimbing II).
3. Kedua orang tua saya, Imran Siregar dan Hj. Farida Hannum Harahap yang telah memberikan dukungan secara materi dan moril kepada saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Dan kepada teman-teman yang telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas jasa-jasa yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Atas kritikan dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.
(7)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Hormat Saya
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 3
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis ... 3
Manfaat Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Hutan ... 5
Jasa Lingkungan (Hutan) ... 5
Fugsi Hutan ... 6
Manfaat Hutan ... 6
Pertambangan... 7
Peran Pertambangan ... 8
Persepsi dan Perilaku ... 9
Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat ... 11
Landasan Teori... 12
Pendidikan Masyarakat ... 12
Umur ... 12
Pendapatan ... 13
(8)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Desa Aek Pining ... 15
Keadaan Fisik Lingkungan ... 15
Kependudukan ... 16
Desa Napa ... 18
Keadaan Fisik Lingkungan ... 18
Kependudukan ... 19
Hutan Batang Toru ... 21
Perusahaan Pertambangan di Kecamatan Batang Toru... 22
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24
Alat dan Bahan ... 24
Populasi dan Sampel Penelitian ... 24
Jenis Data Penelitian ... 25
Data Primer ... 25
Data Sekunder ... 26
Teknik Pengumpulan Data ... 26
Kuesioner ... 26
Wawancara ... 26
Observasi... 26
Studi Literatur ... 27
Analisa Data ... 27
Defenisi dan Batasan Operasional ... 28
Defenisi ... 28
Batasan Penelitian ... 28
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Responden ... 30
Tingkat Persepsi Masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa ... 33
Persepsi Masyarakat Terhadap Pertambangan di Kawasan Hutan Batang Toru ... 38
Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat dengan Persepsi ... 48
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 52
Saran ... 53
(9)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Luas wilayah Desa Aek Pining menurut penggunaannya ... 15
2. Luas Desa Aek Pining berdasarkan bentang alam ... 16
3. Kondisi geografi Desa Aek Pining ... 16
4. Jumlah penduduk Desa Aek Pining berdasarkan jenis kelamin ... 16
5. Jumlah penduduk Desa Aek Pining berdasarkan umur ... 16
6. Jumlah penduduk Desa Aek Pining berdasarkan tingkat pendidikan ... 17
7. Komposisi masyarakat Desa Aek Pining berdasarkan mata pencaharian ... 18
8. Luas wilayah Desa Aek Pining menurut penggunaannya ... 18
9. Luas Desa Napa berdasarkan bentang alam ... 19
10. Kondisi geografi Desa Napa ... 19
11. Jumlah penduduk Desa Napa berdasarkan jenis kelamin ... 19
12. Jumlah penduduk Desa Napa berdasarkan umur ... 19
13. Jumlah penduduk Desa Napa berdasarkan tingkat pendidikan ... 20
14. Komposisi masyarakat Desa Napa berdasarkan mata pencaharian ... 21
15. Luas kawasan Hutan Batang Toru berdasarkan fungsinya ... 21
16. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Aek Pining ... 30
17. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Napa .... 30
18. Komposisi responden berdasarkan kelompok umur di Desa Aek Pining ... 31
(10)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
19. Komposisi responden berdasarkan kelompok umur di Desa Napa ... 31 20. Komposisi responden berdasarkan lama bermukim
di Desa Aek Pining ... 31 21. Komposisi responden berdasarkan lama bermukim di Desa Napa ... 32 22. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendapatan
di Desa Aek Pining ... 32 23. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendapatan di Desa Napa .... 32 24. Persepsi masyarakat tentang defenisi hutan merupakan daerah yang
didominasi pohon yang wajib dilindungi dan dilestarikan
oleh manusia ... 33 25. Persepsi masyarakat tentang manfaat hutan untuk mengatur tata air,
untuk mencegah banjir, tempat hewan liar dan sebagai tempat rekresi .. 35 26. Persepsi Masyarakat tentang dampak kerusakan hutan ... 36 27. Persepsi masyarakat tentang kawasan hutan harus dijaga
dan dilestarikan ... 37 28. Persepsi masyarakat tentang keberadaan pertambangan
di kawasan hutan ... 38 29. Persepsi masyarakat tentang pola pertambangan terbuka ... 39 30. Persepsi masyarakat tentang pola pertambangan tertutup ... 40 31. Persepsi masyarakat tentang pengembangan wilayah dengan adanya
perusahaan pertambangan ... 41 32. Persepsi masyarakat tentang kondisi jalan mengalami perubahan
setelah adanya perusahaan pertambangan ... 42 33. Persepsi masyarakat terhadap pertambangan dalam hubungannya
dengan pendapatan masyarakat ... 43 34. Persepsi masyarakat terhadap pertambagan dalam hubungannya
dengan pengangguran ... 44 35. Persepsi masyarakat tentang hubungan antara perusahaan
pertambangan dengan masyarakat ... 45 36. Persepsi masyarakat terhadap pertambangan dalam hubunganya
(11)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
37. Persepsi masyarakat tentang kondisi lingkungan dengan adanya
pertambangan ... 47
38. Analisa korelasi Rank Spearman dengan faktor sosial masyarakat ... 48
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Lembaran kuisioner... 56
2. Data penduduk Desa Aek Pining, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan ... 61
3. Data penduduk Desa Napa, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan ... 64
4. Korelasi Rank Spearman antara umur dengan persepsi ... 65
5. Korelasi Rank Spearman antara pendidikan dengan persepsi ... 68
6. Korelasi Rank Spearman antara lama bermukim dengan persepsi ... 71
7. Korelasi Rank Spearman antara pendapatan dengan persepsi... 74
8. Peta lokasi proyek di Kecamatan Batang Toru ... 77
9. Peta kondisi penutupan lahan di dalam dan sekitar areal proyek ... 80
10. Peta kondisi penutupan lahan di dalam dan sekitar areal proyek dengan citra satelit ... 78
11. Dokumentasi penelitian ... 79
12. Surat keterangan selesai penelitian dari Desa Aek Pining ... 81
(12)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia bisa jadi adalah nama lain dari surga dunia jika dilihat dari melimpahnya kekayaan alam dan kesuburan buminya. Negeri khatulistiwa ini tercatat sebagai pemilik hutan alam khas tropika terluas ketiga setelah Brazil dan Zaire. Sepuluh persen hutan tropika dunia berada di sepanjang khatulistiwa Indonesia. Hutan tipe ini sangat kaya sumber-sumber biologik (10% spesies tanaman berbunga, 12% spesies mamalia, 16% reptil, 17% spesies burung) dan beraneka ragam kebudayaan masyarakat lokal. Lebih kurang 250 bahasa lokal dan kelompok etnik yang menghuni kawasan yang penting bagi kesehatan dan kenyaman bumi (Simon, 2004).
Pembangunan adalah suatu rangkaian usaha terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat dan pemerintah untuk mengubah keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik. Pembangunan daerah dilaksanakan dalam rangka menunjang pembangunan nasional dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan penduduk. Untuk mencapai tujuan tersebut, daerah memerlukan dana dan sumber biaya yang tidak sepenuhnya dapat diperoleh dari pemerintah pusat. Setiap daerah memiliki sumber dana pembangunan sesuai dengan potensi daerah yang bersangkutan seperti pertambangan dan perkebunan (Simon, 2004)
Pembangunan hutan selalu ditujukan untuk memaksimumkan produktivitas dengan berlandaskan kelestarian ekosistem. Dalam strategi kehutanan sosial, produktivitas tidak hanya diukur dengan hasil hutan kayu, melainkan meliputi semua aspek fungsi hutan secara utuh dan kepentingan para pihak. Untuk itu perlu ditunjukkan nilai-nilai yang penting sebagai produk yang diinginkan (Simon, 2004).
Pemerintah kemudian memproduksi peraturan-peraturan yang memungkinkan para pemodal asing hadir dan diizinkan mengeksploitasi sumberdaya hutan sekalipun pada saat itu tanpa didukung oleh pengetahuan
(13)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
kehutanan yang memadai tentang hutan hujan tropika. Akumulasi eksploitasi yang ekonomisentrik tersebut menimbulkan masalah-masalah sosioekologis baru di negeri ini (Simon, 2004).
Banyak perusahaan tidak menyadari bahwa masyarakat lokal yang berada di sekitarnya merupakan bagian dari lingkungan yang sangat mempengaruhi kelangsungannya. Hubungan yang kurang baik antara perusahaan dan lingkungannya akan sangat berpotensi menimbulkan konflik. Keberadaan masyarakat lokal kini menjadi semakin kuat dan mereka cenderung lebih berani memperjuangkan hak-haknya bahkan terkadang mereka menuntut di luar kewajaran atau di luar kemampuan perusahaan sehingga banyak perusahaan saat ini yang terancam angkat kaki karena besarnya tekanan dari masyarakat lokal (Sitorus, 2001).
Sesungguhnya keberadaan perusahaan dapat memberikan dampak ekonomi dan sosial secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat lokal. Beberapa dampak langsung perusahaan adalah kesempatan kerja/lowongan pekerjaan bagi orang setempat, program bantuan, dan pembinaan. Dampak tidak langsung dari perusahaan adalah seperti pembukaan jalan dan transportasi perusahaan dapat sekaligus dimanfaatkan oleh masyarakat, kebutuhan para pekerja perusahaan seperti sayuran, buah-buahan, ikan, daging, dapat memajukan perekonomian masyarakat setempat. Besar kecilnya dampak tersebut sangat bergantung pada tingkat kepedulian perusahaan dan pekerjanya serta kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat lokal dalam memanfaatkan peluang yang ada. Selama ini rendahnya SDM masyarakat lokal selalu menjadi masalah utama sehingga selalu mereka tersingkir oleh pendatang dalam memanfaatkan peluang. Masalah tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan meningkatkan pendidikan dan memberikan pelatihan (Sitorus, 2001).
Saat ini, di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan telah dibuka sebuah perusahaan pertambangan emas di mana lokasi dari proyek pertambangannya terletak di hutan masyarakat maupun lahan agroforestri di mana kepemilikan lahannya dimiliki oleh masyarakat, adat maupun desa. Pada saat ini proyek pertambangan pada tahap prakonstruksi yaitu pada tahap pembebasan lahan dan awal konstruksi. Industri pengelolaan ini berpotensi menimbulkan
(14)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
dampak positif dan negatif terhadap sosial ekonomi masyarakat di sekitar perusahaan pertambangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan sebuah kajian mengenai persepsi masyarakat terhadap pembukaan pertambangan emas yang ada di Hutan Batang Toru, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Identifikasi Masalah
1. Bagaimana persepsi masyarakat di Kecamatan Batang Toru terhadap pembukaan pertambangan emas di kawasan Hutan Batang Toru.
2. Bagaimana hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pendidikan, pendapatan, dan lama bermukim) dengan persepsi masyarakat terhadap pembukaan pertambangan emas di Hutan Batang Toru.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana persepsi masyarakat tehadap pembukaan pertambangan emas di Hutan Batang Toru, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan.
2. Untuk mendeskripsikan hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pendidikan, pendapatan, dan lama bermukim) dengan persepsi masyarakat terhadap pembukaan pertambangan di Hutan Batang Toru, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan faktor sosial ekonomi (umur, pendidikan, pendapatan, dan lama bermukim) dengan persepsi masyarakat.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi penting bagi penentu kebijakan, khususnya Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan pihak-pihak terkait seperti dinas kehutanan untuk membuat kebijakan yang lebih baik terkait dengan pembukaan pertambangan pada kawasan hutan.
(15)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
TINJAUAN PUSTAKA
Hutan
Hutan memiliki definisi yang bervariasi, menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
Dalam perspektif ahli ekologi, hutan diartikan sebagai suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan berbeda dengan keadaan di luar hutan (Arief, 2001).
Menurut sudut pandang ahli silvika, hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon-pohon atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas. Sedangkan dari sudut pandang ahli ekonomi, hutan merupakan tempat untuk menanam modal jangka panjang yang sangat menguntungkan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH) (Arief, 2001).
Jasa Lingkungan (Hutan)
Jasa lingkungan (hutan) adalah produk sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa manfaat langsung (tangible) dan/atau manfaat tidak langsung (intangible), yang meliputi antara lain jasa wisata alam, rekreasi, jasa perlindungan tata air atau hidrologi, kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan, penyerapan dan penyimpanan karbon (carbon offset). Letak geografis, luas dan karakteristik bio-fisik hutan Indonesia yang sangat beragam merupakan keunggulan komparatif tersendiri dalam hal potensi jasa lingkungan, sehingga apabila jasa lingkungan ini dikelola secara baik akan memberikan nilai ekonomi kuantitatif maupun manfaat atau kepuasan kepada konsumen jasa lingkungan (Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2007).
(16)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Fungsi Hutan
Dalam pasal 6 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, hutan mempunyai tiga fungsi, yaitu fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi. Selanjutnya berdasarkan fungsi pokok tersebut pemerintah menetapkan hutan menjadi tiga yaitu, hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi.
Menurut Arief (2001) hutan berfungsi sebagai pelindung (hutan lindung) merupakan kawasan yang keadaan alamnya diperuntukkan sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir, pencegahan erosi dan pemeliharaan kesuburan tanah. Sedangkan hutan yang berfungsi konservasi (hutan konservasi) merupakan kawasan hutan dengan ciri khas tertentu mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
Hutan merupakan faktor penting yang ikut menentukan keadaan iklim serta lingkungan hidup global. Salah satu eksistensi dari hutan, memainkan peranan yang besar dalam proses pembersihan udara, serta mengurangi pemanasan bumi yang diakibatkan aneka polusi dan akibat kemajuan industri negara maju (Zain, 1998).
Manfaat Hutan
Indonesia memilki luas hutan 144 juta hektar atau 75 persen dari total luas daratan. Sekitar 49 juta hektar merupakan areal hutan lindung, sedangkan 64 juta hektar telah dirancang untuk hutan produksi, dan luas selebihnya sebesar 31 juta hektar disediakan untuk keperluan perluasan pertanian (Zain,1998).
Salim (1997) mengklasifikasikan manfaat hutan menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Yang dimaksud dengan manfaat langsung adalah manfaat yang dapat dirasakan/dinikmati secara langsung oleh masyarakat. Manfaat langsung berupa: kayu dan hutan ikutan, seperti rotan, getah, buah-buahan, madu, dan lain-lain. Manfaat tidak langsung hutan adalah manfaat
(17)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
yang tidak langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi yang dapat dirasakan adalah keberadaan hutan itu sendiri. Ada delapan manfaat hutan secara tidak langsung seperti yang dikemukakan Salim (1997), yaitu:
1. Mengatur tata air,
2. mencegah terjadinya erosi,
3. memberikan manfaat terhadap kesehatan, 4. memberikan rasa keindahan,
5. memberikan manfaat di sektor pariwisata,
6. memberikan manfaat dalam bidang pertahanan keamanan, 7. menampung tenaga kerja, dan
8. menambah devisa negara.
Pertambangan
Pengertian bahan galian menurut Manan dan Saleng (2004) ialah: unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan termasuk batu-batu mulia seperti emas yang merupakan endapan-endapan alam. Kemudian karakteristiknya berupa: benda padat, cair dan gas yang keadaannya masih dalam bentuk endapan alam atau letakan alam yang melekat pada batuan induknya dan belum terjamah oleh manusia.
Pengusahaan pertambangan pada umunya tidak saja potensial untuk merusak lingkungan fisik, tetapi juga potensial untuk menciptakan kesenjangan ekonomi dan sosial. Betapa tidak, karena dalam pengusahaannya diperlukan sumberdaya manusia dengan tingkat pendidikan tinggi dan pola hidup mewah, sementara kemampuan masyarakat di sekitar wilayah pertambangan masih berpendidikan rendah dan pola hidup sangat sederhana. Akibatnya masyarakat setempat tidak dapat berpartisipasi, sehingga lambat laun perbedaan ekonomi dan status sosial antara pendatang dengan masyarakat sekitar akan semakin tajam dan rawan. Bahkan kesenjangan yang mengarah kepada kecemburuan sosial sering menjadi pemicu kerusuhan dan tindak kriminal (Manan dan Saleng, 2004).
(18)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Penguasaan pertambangan memiliki peran yang strategis dan kontribusi yang besar terhadap pembangunan di daerah. Sebab dengan penguasaan pertambangan di daerah, otomatis akan terbentuk komunitas baru dan pengembangan wilayah sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru di wilayah kegiatan penguasaan pertambangan. Pengembangan wilayah yang demikian akan membawa pengaruh perekonomian daerah, sebab masyarakat pencari kerja dan pelaku ekonomi akan tertarik ke wilayah pertumbuhan yang baru. Dengan demikian lambat laut jasa-jasa lainnya akan tumbuh, baik jasa yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan penguasaan pertambangan (Manan dan Saleng, 2004).
Mengenai kontribusi penguasaan pertambangan terhadap kesejahteraan rakyat, secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu: kontribusi langsung dan kontribusi tidak langsung.
1. Kontribusi langsung sektor ini pada umumnya dirasakan atau dinikmati oleh masyarakat sekitar wilayah usaha pertambangan, tetapi juga dapat merasakan langsung dampak negatif yang akan timbul akibat pengusahaan pertambangan. Misalnya dari aspek hukum mereka yang memenuhi syarat dapat terlibat langsung dengan menjadi karyawan pada perusahaan pertambangan atau mendapatkan dana recognisi karena tanahnya dimanfaatkan oleh pengusaan pertambangan.
2. Kontribusi tidak langsung terhadap kesejahteraan rakyat adalah melalui penerimaan negara baik iuran pertambangan, pajak maupun non-pajak serta pungutan lain. Penerimaan negara tersebut digunakan oleh pemerintah untuk membiayai pelaksanaan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia.
(Manan dan Saleng, 2004).
Kehadiran suatu perusahaan pertambangan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat sekitarnya dan mereka bukan sebagai korban pasif dari pengusahaan pertambangan. Tapi masyarakat sekitar seharusnya dianggap sebagai suatu potensi yang dapat berperan aktif, sehingga membawa peningkatan kapasitasnya untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Faktor penghambat untuk dapat menjadikan masyarakat sekitar sebagai aktor atau pelaku adalah tingkat pendidikan rendah, kurang pengalaman dan tidak terlatih, sehingga masyarakat
(19)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
hanya dapat dipekerjakan sampai pada tahap konstruksi yang butuh tenaga kerja
semi skilled dan unskilled yang cukup banyak. Setelah itu tenaga kerja yang
dipakai adalah tenaga ahli (Manan dan Saleng, 2004).
Banyak perusahaan yang telah berusaha membina hubungan baik dengan masyarakat. Beberapa perusahaan telah memberikan bantuan kepada masyarakat lokal, seperti program bina desa hutan (PBDH), pembuatan jalan, beasiswa, bantuan bibit tanaman pertanian, dan lapangan kerja. Namun, dalam kenyataannya di lapangan, sebagian besar anggota masyarakat tidak puas akan bantuan-bantuan yang selama ini diberikan oleh perusahaan. Kurangnya kesadaran masyarakat lokal akan bantuan yang telah diterima dari perusahaan sering menimbulkan terjadinya ketidakpuasan di antara mereka sehingga dapat menjadi salah satu sumber terjadinya konflik. Konflik tersebut mendorong masyarakat untuk melakukan tindakan-tindakan yang cenderung merugikan perusahaan dan masyarakat itu sendiri. Bahkan, masyarakat saat ini lebih menerima perusahaan-perusahaan baru karena diiming-imingi dengan janji yang lebih menggiurkan terutama untuk jangka pendek (Sitorus, 2001).
Persepsi dan Perilaku
Persepsi dan perilaku merupakan dua aspek yang mempengaruhi gambaran diri seseorang. Persepsi merupakan pandangan atau konsep yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu hal sedangkan perilaku adalah tindakan/aspek dinamis yang muncul dari persepsi tersebut. Menurut Rahmat dalam Sandi (2006) persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan pada stimulasi indrawi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru.
Menurut Basyuni dalam Sandi (2006) menyatakan bahwa faktor-faktor dalam individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, emosi, minat, pendidikan, pandapatan dan kapasitas indera. Sedangkan faktor dari luar diri individu yang mempengaruhi persepsi adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu dan latar belakang sosial budaya.
Perilaku itu sendiri merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya memang terdapat
(20)
bentuk-Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
bentuk perilaku instinktif yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan kehidupan. Perilaku dapat juga dipengaruhi oleh informasi tak langsung, misalkan dengan melihat pengalaman teman atau orang lain yang pernah melakukannya, dan dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan dan lain-lain.
Komponen perilaku dalam suatu sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek yang dihadapinya. Kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku, maksudnya bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan dalam stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap situasi tersebut. Satu hal yang dapat disimpulkan, yaitu bahwa perilaku manusia tidaklah sederhana untuk dipahami dan diprediksikan. Begitu banyak faktor-faktor internal dan eksternal dari dimensi masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang ikut mempengaruhi perilaku manusia (Azwar, 2000).
Biasanya persepsi yang dimiliki seseorang akan sesuai dengan perilaku yang dimunculkannya. Artinya, apabila seseorang mempunyai persepsi tentang sesuatu yang dinyatakannya baik atau positif maka perilaku yang dimunculkannya juga perilaku positif terhadap sesuatu tersebut. Tetapi adakalanya muncul ketidaksesuaian antara persepsi dan perilaku. Seperti yang dikemukakan oleh Brehm dan Kassin tentang Teori Disonansi Kognitif Pandangan Baru yang menguraikan bahwa ketidaksesuaian sikap dan perilaku seseorang diakibatkan oleh kurangnya peran kesadaran dan rasa tanggung jawab personal dalam dirinya. Kebebasan memilih berkaitan dengan keterpaksaan melakukan suatu perilaku. Apabila seseorang dipaksa oleh situasi atau kondisi untuk melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan sikapnya maka ia tidak akan merasakan adanya tanggung jawab (Subagyo, 2005).
Menurut Subagyo (2005) berbicara masalah kesadaran masyarakat terhadap lingkungan harus diawali dari kesadaran keluarga, dalam hal ini adalah kesadaran menghadapi dan menciptakan lingkungannya. Apabila suasana dan tingkah laku demikian sudah membudaya maka tinggal meningkatkan bagaimana mengelola atau membudidayakan lingkungan dengan berwawasan lingkungan.
(21)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Sesuai dengan pendapat Wibowo (1988), banyak sekali faktor-faktor pada diri perseptor (individu yang memberikan persepsi) yang dapat mempengaruhi bagaimana persepsinya sendiri atau menimbulkan perbedaan-perbedaan antara persepsinya dan persepsi orang lain. Faktor-faktor tersebut adalah meliputi pengalaman, intelegensia, kemampuan menghayati stimuli, ingatan, disposisi kepribadian, sikap terhadap stimulus, kecemasan, penghargaan. Selanjutnya beliau mengungkapkan bahwa persepsi juga bergantung pada pendidikan seseorang, kedudukan dalam starata sosial, dan latar belakang sosial budaya.
Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat
Pada dasarnya lingkungan hidup bila dipandang sebagai suatu sistem dapat terdiri dari lingkungan alam (ekosistem), lingkungan hidup sosial ekonomi (sosio sistem), lingkungan hidup binaan/tekno sistem (Fandeli, 1992).
Ketiga sistem tersebut harus dipandang secara menyeluruh karena ketiga sistem tersebut saling bergantung satu dengan yang lainnya. Demikian halnya perubahan fungsi lahan juga akan membawa dampak terhadap lingkungan alam, lingkungan binaan dan lingkungan sosial ekonomi maka selayaknya setiap ada pembangunan hendaknya memperhitungkan ketiga aspek tersebut. Dampak sosial ekonomi adalah konsekuensi sosial ekonomi dari kegiatan perubahan yang direncanakan, baik perubahan biogenik, sosial ataupun ekonomi (Pelly, 1991).
(22)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Landasan Teori
Pendidikan Masyarakat
Sumberdaya manusia merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa. Modal fisik dan sumberdaya alam hanyalah faktor produksi yang pada dasarnya bersifat pasif, manusialah agen-agen aktif yang akan mengumpulkan modal, memproduksi sumber-sumber alam, membangun berbagi organisasi sosial, ekonomi dan politik, serta melaksanakan pembangunan nasional. Cara yang paling efektif dan efisien dalam mengembangkan sumberdaya manusia adalah melalui pengetahuan masyarakat dengan memberi pelayanan pendidikan dan kesehatan yang sebaik-baiknya. Pendidikan ini mencakup pendidikan formal (pendidikan dasar, pendidikan menengah dan perguruan tinggi) dan pendidikan non formal termasuk pelatihan dan penyuluhan (Yusnita dan Sudrajat, 2003).
Pendidikan pada prinsipnya memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya untuk menerima hal-hal yang masih baru sekaligus dapat berfikir secara alamiah. Pendidikan dapat juga mengakibatkan seseorang dalam masyarakat memilih fakta yang berkenaan dengannya, serta menjadi pendorong pelaksanaan perubahan terhadapnya. Secara teortis hal tersebut dapat mempengaruhi sikap dan pandangan manusia (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).
Umur
Untuk mengetahui tingkat umur masyarakat, Sinaga (2003) dalam penelitiannya pada masyarakat petani di kawasan hutan Kabupaten Karo membagi tingkat umur menjadi lima kategori, yaitu:
a. Golongan sangat muda berusia kurang dari 20 tahun b. Golongan muda berusia 21 tahun sampai dengan 30 tahun c. Golongan dewasa berusia 31 tahun sampai dengan 40 tahun d. Golongan tua berusia 41 tahun sampai dengan 50 tahun
(23)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
e. Golongan sangat tua lebih dari 50 tahun.
Seseorang dinyatakan matang atau dewasa untuk dapat melakukan suatu aktivitas atau kegiatan tidak diukur dari umur seseorang melainkan dilihat dari berpikirnya.
Pendapatan
Pendapatan rumah tangga adalah jumlah pendapatan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan dalam rumah tangga. Pendapatan formal ialah pendapatan yang diperoleh melalui pekerjaan pokok. Pendapatan informal adalah pendapatan yang diperoleh melalui pekerjaan tambahan di luar pekerjaan pokoknya. Sedangkan pendapatan subsisten ialah pendapatan yang diperoleh dari sektor produksi yang dinilai dengan uang. Dapat dikatakan juga bahwa pendapatan rumah tangga merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan formal, pendapatan informal dan pendapatan subsisten (Sumardi dan Evers, 1985).
Besar pendapatan berhubungan dengan kemampuan untuk membiayai kebutuhan hidup. Bagi masyarakat yang tidak mampu adakalanya kemampuan membiayai kebutuhan hidup tidak sebanding dengan keinginan untuk mempertahankan kehidupannya. Jika hal ini terjadi maka akan mengakibatkan terjadinya kemerosotan moral yang pada akhirnya akan bermuara pada terbentuknya perilaku menyimpang. Sulitnya untuk memenuhi kebutuhan hidup menyebabkan keinginan tidak sesuai dengan kemampuan. Hal ini yang menjadi titik awal terjadinya penyimpangan perilaku akibat dorongan pemenuhan kebutuhan ekonomi (Sukirno, 1985).
Lama Bermukim
Untuk melihat peningkatan kehidupan dapat dilihat pada tingkat harapan hidup rata-rata penduduk, sebab tidak ada ukuran yang lebih baik kecuali lamanya hidup seseorang dalam suatu wilayah. Di dalam menentukan lamanya masyarakat menempati suatu wilayah kerap kali dihadapkan pada berbagi dilema yang pelik, karena sering kali seseorang pindah melewati suatu daerah tertentu, dan di daerah tersebut disusun data statistika tetapi masyarakat yang telah didata hanya menetap dalam waktu relatif singkat, sehingga akibatnya validitas data yang dihimpun
(24)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
tidak jelas. Sebagai contoh pekerja tambang dan perkebunan seringkali pindah dan bertempat tinggal selama satu tahun dan kemudian pindah lagi untuk bekerja di bidang yang lain (Yassin, 2000).
Waktu yang dibutuhkan masyarakat dalam beradaptasi dengan lingkungannya tidak terlepas dari kondisi pemukiman masyarakat. Hal itu akan terkait dengan pengadaan lahan guna mendapatkan ruang untuk bertempat tinggal. Lingkungan pemukiman akan sangat mempengaruhi pembinaan dan watak manusia. Pemukiman sebagai suatu kesinambungan ruang kehidupan dari seluruh unsurnya, baik yang alami maupun non alami yang saling mendukung dan melindungi secara fisik, sosial dan budaya. Keanekaragaman kondisi sosio budaya, sosio ekonomi dan fisik serta dinamika perubahannya, dijadikan dasar pertimbangan utama pengelolaan dan pengembangan pemukiman yang terpadu secara sosial maupun fungsional. Artinya pengembangan pemukiman bertujuan untuk melakukan integral sosial, ekologis dan fungsional yang menjamin peningkatan kulaitas hidup secara berkelanjutan (Syahrin, 1999).
(25)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Kecamatan Batang Toru adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan. Di dalam Kecamatan Batang Toru terdapat 27 desa. Di antara 27 desa yang ada di Kecamatan Batang Toru tersebut dijadikan penulis menjadi desa sampel dalam penelitian ini, yaitu: Desa Aek Pining dan Desa Napa.
A. Desa Aek Pining
Keadaan Fisik Lingkungan
Desa Aek Pining adalah tempat penelitian penulis yang mempunyai batas wilayah yaitu:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Napa. b. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sumuran. c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Raya. d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Napa.
Luas wilayah Desa Aek Pining menurut penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Luas wilayah Desa Aek Pining menurut penggunaannya
No Penggunaan Luas (Ha)
1 2
3 4
Pemukiman
- Pemukiman Umum Untuk Bangunan - Perkantoran - Sekolah - Tempat Ibadah - Kuburan - Jalan
Pertanian Sawah - Sawah Tanah Hujan Perkebunan
- Perkebunan Rakyat
30,73 0,25 3,5 0,5 1,5 1,5 2,0 160,0
Total 199,98
(26)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Desa Aek Pining mempunyai kondisi topografi dan geografis sebagai berikut.
Tabel 2. Luas Desa Aek Pining berdasarkan bentang alam
No Bentang Alam Luas (Ha)
1 2 Dataran Perbukitan/Pegunungan 35 165
Total 200
Sumber data: Kantor Desa Aek Pining
Tabel 3. Kondisi geografi Desa Aek Pining
No Kondisi Geografi Keterangan
1 2 3
Tinggi tempat di atas permukaan laut Curah hujan rata-rata pertahun Suhu rata-rata
201 mdpl 2.000-3.000 mm/tahun
290 C Sumber data: Kantor Desa Aek Pining
Kependudukan
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Desa Aek Pining berkisar 2.299 jiwa yang terdiri dari laki-laki 1.157 orang dan perempuan 1.142 orang. Jumlah kepala keluarga sebanyak 550 KK. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Jumlah penduduk Desa Aek Pining berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1 2 Laki-laki Perempuan 1.157 1.142
Total 2.299
Sumber data: Kantor Desa Aek Pining
Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur
Jumlah penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Jumlah penduduk Desa Aek Pining berdasarkan umur
No Kelompok Umur Jumlah Persen
1 2 3 4 5 < 20 21 – 30 31 – 40 41 – 50 > 50 543 329 315 988 124 23.62 14.31 13.70 42.98 5.39
(27)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Total 2.299 100
Sumber data: Kantor Desa Aek Pining
Tingkat umur penduduk di Desa Aek Pining yang paling dominan adalah pada jenjang umur 41-50 tahun yaitu sebesar 988 orang, yang dapat dilihat pada tabel di atas.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.
Tabel 6. Jumlah penduduk Desa Aek Pining berdasarkan tingkat pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persen
1 2 3 4 5 Tidak sekolah SD SMP SMU PT 220 756 762 531 30 9.57 32.88 33.14 23.10 1.31
Total 2.299 100
Sumber data: Kantor Desa Aek Pining
Di Desa Aek Pining pendidikan yang paling dominan adalah SMP sebesar 762 orang (33.14%), SD sebanyak 756 orang (32.88%), SMU sebanyak 531 orang (23.10%), Tidak Sekolah sebanyak 220 orang (9.57%), dan yang paling rendah adalah yang memiliki pendidikan Perguruan Tinggi (PT) sebesar 30 orang (1.31%).
Penggolongan Masyarakat Berdasarkan Mata Pencaharian
Dengan jumlah penduduk 2.299 jiwa diketahui bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk di Desa Aek Pining adalah pedagang dan petani. Hal ini sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada di Desa Aek Pining yaitu sebagai salah satu daerah perkebunan dan pertanian di Kecamatan Batang Toru. Untuk lebih mengetahui mata pencaharian penduduk lebih lanjut, maka berikut ini penulis kemukakan dalam bentuk tabel yang tertera di bawah ini.
Tabel 7. Komposisi masyarakat Desa Aek Pining berdasarkan mata pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 Petani Peternak Buruh Industri PNS/ABRI Pegawai Swasta Pegawai BUMN/BUMD Perbankan 102 12 56 52 12 5 36
(28)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009 8 9 10 11 Pedagang Jasa Angkutan Perbengkelan Lain-lain 107 27 11 1.879
Total 2.299
Sumber data: Kantor Desa Aek Pining
B. Desa Napa
Keadaan Fisik Lingkungan
Desa Napa adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Batang Toru yang mempunyai batas wilayah yaitu:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Batuhoring.
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Aek Pahu dan Desa Napa. c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Telo.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Wek IV.
Luas wilayah Desa Napa menurut penggunaannya dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini.
Tabel 8. Luas wilayah Desa Aek Pining menurut penggunaannya
No Penggunaan Luas (Ha)
1 2
3 4
Pemukiman
- Pemukiman Umum Untuk Bangunan - Perkantoran - Sekolah - Tempat Ibadah - Kuburan - Jalan
Pertanian Sawah - Sawah Tanah Hujan Perkebunan
- Perkebunan Rakyat
21,02 2,5 6,5 1,0 3,0 3,5 20,0 48,51
Total 103,03
Sumber data: Kantor Desa Napa
Desa Napa mempunyai kondisi topografi dan geografis sebagai berikut. Tabel 9. Luas Desa Napa berdasarkan bentang alam
No Bentang Alam Luas (Ha)
1 2 Dataran Perbukitan/Pegunungan 200 1.600
Total 1.800
Sumber data: Kantor Desa Napa
Tabel 10. Kondisi geografi Desa Napa
No Kondisi Geografi Keterangan
1 2
Tinggi tempat di atas permukaan laut Curah hujan rata-rata pertahun
208 mdpl 2.000-3.000 mm/tahun
(29)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
3 Suhu rata-rata 290 C
Sumber data: Kantor Desa Napa
Kependudukan
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Desa Napa berkisar 1.025 jiwa yang terdiri dari laki-laki 522 orang dan perempuan 503 orang. Jumlah kepala keluarga sebanyak 250 KK. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Jumlah penduduk Desa Napa berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1 2 Laki-laki Perempuan 522 503
Total 1.025
Sumber: Kantor Desa Napa
Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur
Jumlah penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 12 berikut. Tabel 12. Jumlah penduduk Desa Napa berdasarkan umur
No Kelompok Umur Jumlah Persen
1 2 3 4 5 < 20 21 – 30 31 – 40 41 – 50 > 50 233 155 353 222 62 22.73 15.12 34.44 21.66 6.05
Total 1.025 100
Sumber data: Kantor Desa Napa
Tingkat umur penduduk di Desa Napa yang paling dominan adalah pada jenjang umur 31-40 tahun yaitu sebesar 353 orang yang dapat dilihat pada tabel di atas.
Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.
Tabel 13. Jumlah penduduk Desa Napa berdasarkan tingkat pendidikan
(30)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
1 2 3 4 5 Tidak sekolah SD SMP SMU PT 466 321 143 56 39 45.46 31.32 13.95 5.46 3.81
Total 1.025 100
Sumber data: Kantor Desa Napa
Di Desa Napa pendidikan yang paling dominan adalah Tidak Sekolah sebesar 466 orang (45.46%), dan yang paling rendah adalah yang memiliki pendidikan Perguruan Tinggi (PT) sebesar 39 orang (3.81%).
Penggolongan Masyarakat Berdasarkan Mata Pencaharian
Dengan jumlah penduduk 1.025 jiwa diketahui bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah petani dan pedagang. Hal ini sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada di Desa Napa yaitu sebagai salah satu daerah perkebunan dan pertanian di Kecamatan Batang Toru. Untuk lebih mengetahui mata pencaharian penduduk lebih lanjut, maka berikut ini penulis kemukakan dalam bentuk tabel yang tertera di bawah ini.
Tabel 14. Komposisi masyarakat Desa Napa berdasarkan mata pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Petani Peternak Buruh Industri PNS/ABRI Pegawai Swasta Pegawai BUMN/BUMD Perbankan Pedagang Jasa Angkutan Perbengkelan Lain-lain 543 5 58 21 10 1 2 155 33 30 167
Total 1.025
Sumber data: Kantor Desa Napa
Hutan Batang Toru
Kawasan Hutan Batang Toru yang dijadikan sebagai judul penelitian ini merupakan kawasan hutan yang berada di wilayah Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan yang meliputi: hutan produksi terbatas, hutan adat, hutan hak milik, hutan agroforestri dengan total wilayah mencapai 23.742 ha.
(31)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Sedangkan kawasan Hutan Batang Toru secara keseluruhan merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan total wilayah mencapai 234.399 ha dan mencakup tiga kabupaten, yaitu: Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan. Hasil survei keanekaragaman hayati menunjukan bahwa kawasan Hutan Batang Toru memiliki tingkat keunikan dan keanekaragaman hayati yang tinggi sehingga dapat dinyatakan sebagai kawasan penting bagi pelestarian keanekaragaman hayati (key biodiversity area) khususnya orangutan, spesies kebanggaan Provinsi Sumatera Utara. Adapun luas berdasarkan fungsi kawasan Hutan Batang Toru dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 15. Luas kawasan Hutan Batang Toru berdasarkan fungsinya
No Mata Pencaharian Luas (Ha)
1 2 3
Hutan lindung Hutan Produksi
Hutan Produksi Terbatas
25.315 93.628 17.341
Total 136.284
Sumber data: Kantor Dinas Kehutanan Tapanuli Selatan
Perusahaan Pertambangan Di Kecematan Batang Toru
Perusahaan pertambangan saat ini yang berada di Kecamatan Batang Toru adalah PT. Agincourt Resources (PT. AGC). Pada bulan April 1996, PT Austindo Mining Corporation (AMC), sebuah perusahaan Indonesia dan Normany Anglo American (NAA), sebuah perusahaan Singapura mengadakan perjanjian patungan untuk mendirikan PT Danau Toba Mining (PTDTM).
Pada bulan Juli 2004 AMC mengalihkan andilnya dalam PTDTM kepada PT Austindo Nusantara Jaya (ANJ), sebagai hasil merjer dan konsolidasi antara AMC dan ANJ. Bulan Maret 2004, ANJ menuntaskan pengalihan sebagian andilnya pada PTAR kepada South Seas Resources Pte Ltd, sebuah perusahaan Singapura. Bulan november 2004, ANJ menuntaskan pengalihan andilnya pada PTAR kepada PT Newton Pasific Nusantara (PTNPN).
Sejak terlibat dengan PTDTM, Newmont South East Asia Pte Ltd (NSEA) telah berganti nama beberapa kali dengan nama NAA Indonesia Pte Ltd, Normandy Anglo Pte Ltd dan Normany South East Asia Pte Ltd. Dengan penggabungan Newton dengan Normandy Mining tahun 2002, nama Normandy South Asia Pte Ltd diganti menjadi Newton South East Asia Pte Ltd.
(32)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Pada tahun 2006 Agincourt Resources (Singapura) Pte Ltd (ARS) di bawah kelola Agincourt Resorces Ltd. AGC membeli proyek Martabe dan mengendalikan berbagai entitas terkait dari Newmont. Dan perusahaan ini adalah milik Oxiana Ltd. (OXR). OXR mengakuisisi AGC dan hak-hak untuk menuruskan pengembangan proyek bulan April 2007 melalui pengambilalihan perusahaan. Perusahaan ini bertujuan untuk mengembangkan proyek pertambangan emas di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara (Laporan Utama ANDAL, 2008).
Proyek ini berada di bawah naungan Kontrak Karya (KK) berdasarkan Keputusan Presiden No. B-143/Pres/1997 tertanggal 17 Maret 1997, Kontrak Karya tersebut telah mengalami dua kali penciutan, saat ini mencakup areal 2.563 km2 . Luas wilayah kegiatan eksploitasi yang diusulkan oleh PT. AGC adalah 28,6 km2 atau 2.863 ha meliputi wilayah dalam satu kecamatan, yaitu Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara.
(33)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di 2 desa yang berada di sekitar pertambangan emas di Hutan Batang Toru, yaitu:
1. Desa Aek Pining. 2. Desa Napa.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan alasan bahwa daerah tersebut merupakan desa yang paling dekat dengan lokasi pertambangan dan desa yang berpotensi paling besar merima dampak dari pembukaan pertambangan tersebut (Laporan Utama ANDAl, 2008). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober dan Nopember 2008.
Alat dan Bahan
Alat-lat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
Kuesioner
Alat tulis
Kamera
Komputer
Bahan yang dipergunakan dalam peneltian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diperlukan meliputi data-data responden yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara langsung di lapangan. Adapun data sekunder yang dipergunakan meliputi luas hutan, kondisi hutan serta data kependudukan yang diperoleh dari instansi pemerintah (kantor desa, kantor kecamatan, dinas kehutanan) dan studi literatur (studi pustaka).
(34)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan pertambangan emas yaitu Desa Aek Pining dan Desa Napa. Dari data monografi desa tahun 2007, Desa Aek Pining memiliki populasi penduduk sebesar 2.299 jiwa atau 550 KK. Sedangkan Desa Napa sebesar 1.025 jiwa atau 250 KK. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan cara purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu responden dipilih pertama kali berdasarkan kriteria tingkat pendidikannya. Hal ini dilakukan agar diperoleh keseimbangan antara setiap kriteria, kemudian dilihat berapa jumlah responden berdasarkan kriteria lainnya seperti: umur, pendapatan dan lama bermukim. Sehingga didapatkan hasil yang seimbang antar kriteria.
Menurut Arikunto (2006), purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.
Berdasarkan data populasi yang ada maka untuk menghitung jumlah sampel, digunakan rumus Arikunto. Menurut Arikunto, apabila subjeknya kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15%, atau 20%-25%, atau lebih, tergantung setidaknya dari:
a. Kemampuan penelitian di lihat dari tenaga, dan dana (biaya).
b. Sempitnya atau luasnya wilayah penelitian dari subjek, karena hal ini menyangkut sedikit banyaknya data.
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampelnya besar, hasilnya akan lebih baik (Arikunto, 2006).
Sehingga dari rumus di atas didapat sampel sebesar: 10% x 800 KK = 80 KK.
Jenis Data Penelitian
(35)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
a. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung terhadap responden. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara untuk mendapatkan jawaban langsung berdasarkan pertanyaan yang terdapat pada kuesioner.
Data primer yang diperlukan adalah identitas responden, sosial ekonomi, persepsi, dan partisipasi masyarakat terhadap keberadaan perusahaan pertambangan emas.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang ada pada instansi pemerintah yang meliputi kondisi umum lokasi penelitian dan literatur-literatur yang mendukung.
Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang dibuat kepada responden, untuk mempermudah peneliti melakukan wawancara secara langsung sehingga tujuan peneltian dapat dijawab.
2. Wawancara
Wawancara ini dilakukan untuk menggali informasi dengan mangajukan pertanyaan sesuai dengan kuesioner dan melengkapi informasi lainnya sesuai dengan tujuan penelitian. Wawancara ini terstruktur menggunakan kuesioner yang ditanyakan kepada beberapa responden, tokoh yang ada pada desa tersebut dan aparat desa setempat. Selain itu, wawancara juga dilakukan pada dinas pemerintah daerah yang dianggap perlu untuk memperoleh informasi pendukung lainnya. 3. Observasi
Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data yang tidak bisa diperoleh dengan cara wawancara, karena terdapat hal-hal yang bersifat rahasia. Sehingga peneliti harus belajar mengamati secara cermat kondisi yang ada di wilayah penelitian, yang sangat mungkin itu merupakan jawaban yang diharapkan.
4. Studi literatur (pustaka)
Studi literatur (pustaka) ini dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder yang mendukung akurasi data yang diperlukan dalam penelitian.
(36)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Analisis Data
Penelitian ini merupakan suatu kajian deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu (Usman dan Akbar, 2001). Pada tingkat persepsi menggunakan skala Likert dan untuk melihat hubungan sosio-ekonomi (umur, pendidikan, lama bermukim dan pendapatan) terhadap persepsi mayarakat setempat tentang pembukaan pertambangan di kawasan Hutan Batang Toru dengan menggunakan korelasi Spearman Rank (Nazir, 2003).
Dengan rumus sebagai berikut :
( )
16
1 2
2 − ∑ − =
n n
di rs
Dimana : di = beda antar dua pengamatan berpasangan n = banyak pengamatan
Menurut Priyatno (2008) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut :
0,00 – 0,49 = hubungan rendah 0,50 – 1,00 = hubungan kuat
(37)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi
- Persepsi adalah pengalaman seseorang tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
- Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumberdaya hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. - Pertambangan di kawasan hutan adalah proses pengambilan atau
penggalian (ekstraksi) bahan-bahan mineral yang berada pada suatu kawasan hutan.
- Kondisi sosial ekonomi adalah keadaan yang berkenaan dengan
masyarakat baik dari segi sosial maupun ekonomi.
- Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang dijalani masyarakat. - Umur adalah jumlah tahun hidup responden mulai lahir sampai saat
sekarang.
- Lama bermukim adalah jumlah tahun menjadi pemukim di lokasi
penelitian.
- Pendapatan adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota keluarga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan dalam rumah tangga.
Batasan Penelitian
1. Persepsi masyarakat terhadap :
(38)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
b. Manfaat hutan dan pertambangan emas di kawasan Hutan Batang Toru, c. Dampak yang ditimbulkan yaitu dampak:
• Sosial
• Ekonomi
• Lingkungan.
2. Faktor sosial meliputi umur, pendidikan dan lama bermukim.
3. Faktor ekonomi meliputi tingkat pendapatan rata-rata masyarakat setiap bulan. 4. Sampel penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) yang di Desa Aek Pining
dan Desa Napa, Kecamatan Batang Toru yang merupakan desa yang paling dekat dengan lokasi pertambangan.
5. Sampel diambil secara purposive sampling.
6. Dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan perusahaan pada saat tahap eksplorasi perusahaan di kawasan Hutan Batang Toru.
(39)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Responden
Keseluruhan masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sejumlah 80 warga dan seluruhnya tinggal di Desa Aek Pining dan Desa Napa, Kecamatan Batang Toru. Keberadaan dan aktivitas dari seluruh masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat dilihat dari berbagai aspek seperti berikut.
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Keadaan penduduk yang menjadi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Aek Pining dan Desa Napa yang dapat dilihat pada Tabel 16 dan 17 berikut.
Tabel 16. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Aek Pining
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persen
1 2 3 4 5 Tidak sekolah SD SMP SMU PT 11 11 11 11 11 20 20 20 20 20
Total 55 100
Tabel 17. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Napa
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persen
1 2 3 4 5 Tidak sekolah SD SMP SMU PT 5 5 5 5 5 20 20 20 20 20
(40)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Pada umumnya responden di daerah penelitian hanya sampai pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu dapat dilihat pada data kependudukan menurut tingkat pendidikan di Desa Aek Pining. Di Desa Napa diketahui bahwa tingkat pendidikan paling dominan adalah Tidak Sekolah. Hal ini disebabkan karena responden sebagian besar tidak mempunyai dana untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti SMU dan PT. Dari 80 responden, penulis mengambil responden berdasarkan kriteria pendidikan secara seimbang yaitu 20 persen tiap tingkat pendidikan. Dimaksudkan untuk mengetahui tingkat persepsi masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan secara seimbang.
Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner secara keseluruhan di Desa Aek Pining dan Desa Napa diketahui bahwa kelompok umur yang dominan adalah > 51 sebanyak 21 orang (26%). Selanjutnya kelompok yang rentang umurnya 31 – 40 sebanyak 21 orang (26%) dan yang paling sedikit adalah rentang umur < 20 yaitu sebanyak 0 orang (0%), karena tidak dijumpai kepala keluarga di bawah umur lebih kecil dari 20 tahun. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 18 dan 19 sebagai berikut.
Tabel 18. Komposisi responden berdasarkan kelompok umur di Desa Aek Pining
No Kelompok Umur Jumlah Persen
1 2 3 4 5 < 20 21 – 30 31 – 40 41 – 50 > 51 0 13 14 13 15 0 23,64 25,45 23,64 27,27
Total 55 100
Tabel 19. Komposisi responden berdasarkan kelompok umur di Desa Napa
No Kelompok Umur Jumlah Persen
1 2 3 4 5 < 20 21 – 30 31 – 40 41 – 50 > 51 0 6 7 6 6 0 24 28 24 24
Total 25 100
(41)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Keadaan penduduk yang menjadi responden berdasarkan lama bermukim di Desa Aek Pining dan Desa Napa seperti terlihat pada tabel 20 dan 21 di bawah ini:
Tabel 20. Komposisi responden berdasarkan lama bermukim di Desa Aek Pining
No Lama Bermukim (Tahun) Jumlah Persen
1 2 3 4 5 ≤ 5
6 - 10 11 - 15 16 – 20 > 20 7 5 12 1 30 12,73 9,09 21,81 1,82 54,55
Total 55 100
Tabel 21. Komposisi responden berdasarkan lama bermukim di Desa Napa
No Lama Bermukim (Tahun) Jumlah Persen
1 2 3 4 5 ≤ 5
6 - 10 11 - 15 16 – 20 > 20 9 4 1 2 9 36 16 4 8 36
Total 25 100
Komposisi responden berdasarkan lama bermukim lebih banyak pada rentang > 21 tahun sebanyak 39 orang (49%). Responden yang telah bermukim di daerah penelitian selama >21 tahun sebagian besar mengatakan bahwa mereka sejak kecil telah bermukim di daerah tersebut dan tidak pernah pindah.
Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Komposisi penduduk yang menjadi responden berdasarkan tingkat pendapatan dapat dilihat pada Tabel 22 dan 23 berikut.
Tabel 22. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendapatan di Desa Aek Pining
No Tingkat Pendapatan (Rp) Jumlah Persen
1 2 3 4 5 ≤ 500.000
501.000 – 1.000.000 1.001.000 – 1.500.000 1.501.000 – 2.000.000 > 2.001.000 11 30 6 5 3 20,00 54,55 10,91 9,09 5,45
Total 55 100
Tabel 23. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendapatan di Desa Napa
No Tingkat Pendapatan (Rp) Jumlah Persen
1 2 3 4
≤ 500.000
501.000 – 1.000.000 1.001.000 – 1.500.000 1.501.000 – 2.000.000
0 16 4 5 0 64 16 20
(42)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
5 > 2.001.000 0 0
Total 25 100
Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat di Desa Aek Pining dan Desa Napa masih tergolong rendah, karena masyarakat hanya menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian yaitu padi sawah dan karet. Sistem yang diterapkan oleh masyarakat juga masih bersifat tradisional, sehingga cenderung produktivitas tidak meningkat. Jumlah responden yang memiliki penghasilan agak tinggi memiliki persentase yang kecil yaitu sebesar 4%. Responden tersebut pada umumnya memiliki usaha sampingan di luar sektor pertanian.
Tingkat Persepsi Masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa
Persepsi masyarakat di Desa Aek Pining dan Desa Napa dibagi menjadi dua bagian, yaitu persepsi masyarakat terhadap keberadaan Hutan Batang Toru dan persepsi masyarakat terhadap pertambangan emas pada kawasan Hutan Batang Toru.
Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Hutan Batang Toru
Persepsi masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa terhadap keberadaan Hutan Batang Toru menyangkut tentang pengertian, manfaat, dampak kerusakan, dan kelestarian hutan. Secara lebih rinci akan dipaparkan di bawah ini.
Persepsi Masyarakat Tentang Defenisi Hutan
Dari responden yang ditanyakan bagaimana pendapat mereka tentang apakah lokasi pertambangan emas sekarang adalah termasuk kawasan hutan sesuai dengan defenisi hutan, bahwasanya mereka memiliki persepsi yang beragam, hal ini dapat dilihat Tabel 24 sebagai berikut:
Tabel 24. Persepsi masyarakat tentang apakah lokasi pertambangan emas sekarang adalah termasuk kawasan hutan sesuai dengan defenisi hutan yaitu merupakan daerah yang didominasi pohon yang wajib dilindungi dan dilestarikan oleh manusia
No Persepsi Responden
(43)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009 1
2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0 48
0 32
0
0 60,00
0 40,00
0
Total 80 100
Dari tabel 24 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 40% responden setuju terhadap peryataan bahwa lokasi pertambangan di daerah mereka adalah kawasan hutan yaitu sesuai dengan defenisi hutan yang merupakan daerah yang didominasi pohon yang wajib dilindungi dan dilestariakan oleh manusia. Angka tersebut di atas membuktikan bahwa sebagian masyarakat sudah mengetahui tentang defenisi hutan.
Sebagian besar responden mengatakan bahwa informasi tentang hutan mereka ketahui dari dinas kehutanan yang datang melakukan sosialisasi menyangkut hutan yang difasilitasi oleh pemerintah setempat. Namun sebelum adanya pertambangan di daerah mereka, dinas kehutanan tidak pernah melakukan sosialisasi secara khusus. Jadi dapat dikemukakan bahwa mayoritas masyarakat baru mengetahui apa itu hutan, dimana sebelumnya kebanyakan di antara mereka sama sekali tidak tahu apa itu hutan.
Menurut penuturan masyarakat bahwa informasi tentang hutan mereka ketahui secara jelas baru tiga tahun terakhir ini, sebelumnya sebagian besar dari masyarakat tidak mengetahuinya secara jelas. Tetapi setelah adanya pertambangan tersebut, dinas kehutanan juga gencar melakukan sosialisasi, sehingga frekuensi mendengar pengertian hutan semakin sering. Dalam penyuluhan terhadap masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa disampaikan bahwa sebagian besar lahan masyarakat masuk dalam kawasan hutan. Kondisi tersebut mempengaruhi persepsi dan pemahaman masyarakat tentang hutan sehingga ada sebagian masyarakat yang mengangap bahwa lahan milik pribadi adalah bukan termasuk areal hutan melainkan areal perkebunan milik masyarakat. Mereka juga mengatakan bahwa areal pertambangan adalah bukan areal hutan melainkan adalah areal perkebunan yang berhak untuk dijual. Fenomena ini juga dapat memicu konflik horizontal antara masyarakat dengan pemerintah, kalau tidak diatasi secara cermat oleh pihak-pihak terkait.
(44)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Manfaat Hutan
Atas pernyataan apakah hutan yang dijadikan sekarang areal pertambangan mempunyai manfaat untuk mengatur tata air, untuk mencegah banjir, tempat hewan liar, dan sebagai tempat rekreasi dapat dilihat pada tabel 25 sebagai berikut.
Tabel 25. Persepsi masyarakat tentang manfaat hutan untuk mengatur tata air, untuk mencegah banjir, tempat hewan liar, dan sebagai tempat rekresi
No Persepsi Responden
Jumlah Persen
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju
0 48
0 32
0
0 60,00
0 40,00
0
Total 80 100
Dari tabel di atas terlihat bahwa sebagian kecil masyarakat setuju bahwa areal pertambangan sekarang ini bermafaat bagi kehidupan masyarakat Batang Toru khususnya masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa, yaitu untuk mengatur tata air, mencegah bajir, tempat hewan liar, dan sebagai tempat rekreasi. Responden yang menjawab setuju adalah responden yang memilki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan tidak memiliki lahan hak milik di lokasi pertambangan tersebut dan yang menjawab tidak setuju adalah responden yang tingkat pendidikannya rendah dan merupakan responden yang memilki lahan di lokasi pertambangan dan yang bekerja di perusahaan pertambangan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang fungsi hutan itu sendiri dan pengaruh ekonomi masyarakat yang rendah sehingga tidak menyadari bahwa kawasan dari areal proyek pertambangan tersebut pada masa yang akan datang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan di daerah Batang Toru sendiri..
Pada dasarnya persepsi masyarakat tentang manfaat hutan (seperti pada tabel 25) adalah sama dan bersifat positif. Ada yang lebih mementingkan nilai ekologi daripada ekonomi dan sebaliknya. Persepsi masyarakat dan persepsi yang
(45)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
positif terhadap hutan lebih dipengaruhi oleh faktor sumber informasi tentang pengertian dan manfaat hutan. Pengetahuan masyarakat tentang hutan diperoleh dari sosialisasi dan penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Tapanuli Selatan. Faktor lainnya yang mempengaruhi kesamaan persepsi tentang manfaat hutan sebahagian masyarakat adalah penyampaian informasi dari masyarakat yang mendengar dan mengikuti secara langsung kegiatan penyuluhan kepada anggota masyarakat yang tidak mengikutinya. Hasil aktivanya masyarakat rata-rata memiliki konsep yang sama tentang manfaat hutan. Selain itu, pengalaman responden yang sudah lama berinteraksi dengan hutan dan sudah sering melihat fonomena alam seperti longsor, juga mempengaruhi persepsi masyarakat tentang manfaat hutan. Hal ini sesuai dengan peryataan Van Den Ban dan Hawkins (1999) bahwa secara teortis pendidikan dapat mempengaruhi sikap dan pandangan manusia.
Dampak Kerusakan Kawasan Hutan
Atas pertanyaan apabila Hutan Batang Toru rusak akibat pertambangan akan menyebabkan hutan banjir, longsor, binatang buas masuk ke kampung dan lingkungan akan rusak bahkan menyebabkan hilangnya nyawa manusia pada Tabel 26 berikut.
Tabel 26. Persepsi Masyarakat tentang dampak kerusakan hutan
No Persepsi Responden
Jumlah Persen
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju 0 48 0 32 0 0 60,00 0 40,00 0
Total 80 100
Persepsi masyarakat terhadap dampak kerusakan Hutan Batang Toru (seperti pada tabel 26) diketahui bahwa sebagian kecil masyarakat memiliki pandangan yang positif terhadap hutan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab setuju 32 orang (40%). Hal ini juga tidak terlepas dari pengetahuan dan pamahaman masyarakat akan arti pentingya hutan, dan juga informasi yang mereka terima dari luar mengenai banyaknya bencana alam yang terjadi di daerah lain akibat pertambangan. Rata-rata responden yang menjawab
(46)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
setuju adalah mereka yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Basyuni dalam Sandi (2006) menyatakan bahwa faktor-faktor dalam individu yang menentukan persepsi adalah kecerdasan, emosi, minat, pendidikan, pandapatan dan kapasitas indera. Sedangkan faktor dari luar diri individu yang mempengaruhi persepsi adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu dan latar belakang sosial budaya.
Responden yang menjawab yang tidak setuju adalah 48 orang (60%). Keadaan ini dipengaruhi kurangnya informasi yang diperoleh responden dan juga mereka tidak sepenuhnya yakin bahwa areal pertambangan adalah termasuk sebuah kawasan hutan karena mereka menganggap kawasan hutan adalah kawasan yang memang hutan murni dan milik pemerintah dan mereka juga tidak yakin ketika lokasi pertambangan rusak dapat menyebabkan masuknya binatang buas ke perkampungan mereka. Responden yang menjawab tidak setuju adalah dari responden yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yang mempunyai lahan milik di areal pertambangan dan yang bekerja di perusahaan tersebut.
Hutan Batang Toru Harus Dijaga dan Dilestarikan
Dari pernyataan tentang Batang Toru harus dijaga dan dilestarikan responden menanggapinya secara berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 27 di bawah ini.
Tabel 27. Persepsi masyarakat tentang kawasan hutan harus dijaga dan dilestarikan
No Persepsi Responden
Jumlah Persen
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Ragu-Ragu Setuju Sangat Setuju 0 48 0 32 0 0 60,00 0 40,00
Total 80 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden memiliki persepsi yang bervariasi. Dari jumlah responden yang ditanya diketahui bahwa yang manyatakan setuju mempunyai persentase yang paling kecil. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan masyarakat yang sudah tinggi dan memiliki hubungan yang erat dengan hutan, seperti pekerjaannya yang langsung berhubungan dengan
(47)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
hutan yaitu bertani dan berkebun dan yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini membukt ikan bahwa masyarakat memiliki pengharapan yang tinggi terhadap hutan dan mereka menyadari arti pentingnya hutan demi kelestarian yang berkelanjutan. Dan responden yang menjawab tidak setuju akan pelestarian hutan adalah terkecil, hal ini disebabkan kekurangan pengetahuan masyarakat tentang pengertian, fungsi dan manfaat hutan itu sendiri sehingga mereka tidak mengetahui bahwa Hutan Batang Toru yang menjadi areal pertambangan saat ini harus dijaga dan dilestarikan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Wibowo (1998) bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan pendidikannya.
Persepsi Masyarakat Terhadap Pertambangan Di Kawasan Hutan Batang Toru
Keberadaan Pertambangan Di Kawasan Hutan Batang Toru
Dari responden yang ditanya tentang tanggapan mereka terhadap keberadaan pertambangan di Hutan Batang Toru bahwasanya masyarakat memiliki persepsi yang bervariasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 28 di bawah ini.
Tabel 28. Persepsi masyarakat tentang keberadaan pertambangan di kawasan Hutan Batang Toru
No Persepsi Responden
Jumlah Persen
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Bermanfaat Tidak Bermanfaat Biasa Saja Bermanfaat Sangat Bermanfaat 0 32 0 48 0 0 52,50 0 47,50 0
Total 80 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat memandang postif keberadaan pertambangan yang ada di daerah mereka. Sesuai dengan penuturan sebagian besar masyarakat bahwa informasi tentang pertambangan di kawasan Hutan Batang Toru sudah diketahui mereka sejak tahun 2001, kebanyakan masyarakat mengungkapkan bahwa informasi tersebut banyak mereka peroleh dari pemerintah setempat (camat, kepala desa), tokoh adat dan tokoh agama.
(48)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Kejelasan informasi tentang pertambangan tersebut semakin diketahui masyarakat setelah adanya sosialisasi secara khusus tahun 2008 dari pihak pertambangan dan pihak-pihak terkait lainya termasuk dinas kehutanan. Masyarakat mengetahui bahwa pertambangan tersebut berada pada kawasan Hutan Batang Toru, di mana kawasan hutan itu terdiri dari hutan adat, hutan rakyat dan hutan produksi. Implikasi dari informasi tersebut membuat kondisi psikologis masyarakat di daerah penelitian mulai memanas, karena mereka takut lahan mereka diklaim sebagai hutan negara yang nota bene sudah memiliki sertifikat dan mereka juga takut dampak yang akan ditimbulkan oleh pertambangan dikemudian hari seperti pada areal pertambangan lain yang ada di Indonesia yang lebih banyak menimbulkan dampak negatif terhadap ekologi.
Persepsi masyarakat terhadap keberadaan pertambangan di kawasan hutan (seperti pada Tabel 28) dapat dilihat bahwa mayoritas masyarakat memandang positif keberadaan pertambangan yang ada di daerah mereka. Jumlah responden yang mengatakan bermanfaat 42 orang (60%) dan mengatakan tidak bermanfaat adalah 38 orang (40%). Masyarakat yang menjawab bermanfaat berharap dengan hadirnya pertambangan di kawasan Hutan Batang Toru, akan mampu mendorong peningkatan kesejahteraan mereka. Seperti pada pembebasan lahan, dan perekrutan tenaga kerja sebesar 1500 karyawan pada tahap konstruksi (Laporan Andal Perusahaan, 2008).
Jumlah responden yang mengatakan tidak bermafaat adalah yang paling kecil, mereka adalah responden yang sudah mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi yaitu perguruan tinggi. Mereka menganggap terlalu dini mengatakan bahwa pertambangan ini bermanfaat bagi daerah mereka, karena masih pada tahap konstruksi dan menilai dampak yang ditimbulkan kelak mungkin lebih kearah yang negatif yaitu kerusakan lingkungan. Hal ini sesuai dengan peryataan Manan dan Saleng (2004) yang menyatakan pengusahaan pertambangan pada umunya tidak saja potensial untuk merusak lingkungan fisik, tetapi juga potensial untuk menciptakan kesenjangan ekonomi dan sosial.
(49)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Atas pertanyaan bagaimana tanggapan masyarakat terhadap pertambangan terbuka apabila dilakukan oleh perusahaan pertambangan di areal Hutan Batang Toru nantinya, dapat dilihat pada Tabel 29 sebagai berikut.
Tabel 29. Persepsi masyarakat tentang pola pertambangan terbuka
No Persepsi Responden
Jumlah Persen
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Baik Tidak Baik Ragu-Ragu Baik Sangat Baik 0 80 0 0 0 0 100 0 0 0
Total 80 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tanggapan masyarakat terhadap pola pertambangan terbuka menunjukkan bahwa responden pada umumnya sudah mengetahui apa itu pola pertambangan terbuka yaitu dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawa tidak baik.
Responden yang menjawab pola pertambangan terbuka itu menjawab tidak baik yaitu mutlak sebesar 100 %. Mereka mengangap pola pertambangan terbuka itu sangat merugikan secara ekologi. Responden banyak mengetahui informasi tentang pola pertambangan terbuka melalui penyuluhan oleh dinas kehutan, surat kabar maupun berita dari media lainnya. Seperti yang dikutip dari jawaban mereka.
Pola Pertambangan Tertutup
Atas pertanyaan bagaimana tanggapan masyarakat terhadap pola pertambangan tertutup dapat dilihat pada Tabel 30 sebagai berikut.
Tabel 30. Persepsi masyarakat tentang pola pertambagan tertutup
No Persepsi Responden
Jumlah Persen
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Baik Tidak Baik Ragu-Ragu Baik Sangat Baik 0 0 0 100 0 0 0 0 100 0
Total 80 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden pada umunya mengatakan bahwa pola pertambangan tertutup itu lebih baik dari pola pertambangan terbuka.
(1)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
(2)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Lampiran 9. Peta Kondisi Penutupan Lahan di Dalam dan Sekitar Areal
Proyek
(3)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Lampiran 10. Peta Kondisi Penutupan Lahan di Dalam dan Sekitar Areal
Proyek dengan Citra
(4)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Wawancara dengan Kepala Desa Aek Pining
(5)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009
Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian
(6)
Fachruddin Fahmy Siregar : Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan), 2009.
USU Repository © 2009