Studi Mengenai Konflik Antara Masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru Dengan PT Agincourt Resources Martabe di Kecamatan Batang Toru

(1)

Studi Kecamat Mengenai K tan Muara D FAKU Konflik An Batang To Diajukan un Menda dal E DEPAR ULTAS ILM UNIVERS ntara Masy oru dengan Tor SKRI ntuk Memen apatkan Gela lam Bidang Ole Elisa Novar 090905 RTEMEN A MU SOSIA SITAS SUM MED 201 arakat Kec PT AR Ma ru

IPSI nuhi Salah S

ar Sarjana S Antropolog

eh

rita Kahar 5006

ANTROPO AL DAN IL MATERA U DAN

13

camatan Ba artabe di K

Satu Syarat Sosial gi LOGI LMU POLIT UTARA atang Toru Kecamatan B TIK u dan Batang


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Elisa Novarita Kahar

Nim : 090905006

Departemen : Antropologi Sosial

Judul : Studi Mengenai Konflik Antara Masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru Dengan PT

Agincourt Resources Martabe di Kecamatan Batang Toru

Pembimbing Skripsi, Ketua Departemen,

DR. R. Hamdani Hrp M.Si Dr. Fikarwin Zuska

NIP. 196402271989003 1 003 NIP.19621220198903 1 005

Dekan,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 19680525 199203 1 002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan oleh : Nama : Elisa Novarita Kahar NIM : 090905006

Departemen : Antropologi Sosial

Judul : Studi Mengenai Konflik Antara Masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Batang Toru Dengan PT Agincourt Resources Martabe di Kecamatan Batang Toru

Pada ujian komprehensif yang dilaksanakan :

Hari :

Tanggal : Pukul :

Tim Penguji

1. Ketua Penguji ( )

2. Anggota I ( )

3. Anggota II Drs. R.Hamdani Hrp,M.si ( ) NIP. 19640227 198903 1 003

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


(4)

PERNYATAAN ORIGINALITAS

Studi Mengenai Konflik Antara Masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru Dengan PT Agincourt Resources Martabe di

Kecamatan Batang Toru SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, November 2013


(5)

ABSTRAK

Elisa Novarita Kahar, 2013. Judul skripsi: Studi Mengenai Konflik Antara Masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamtan Muara Batang Toru dengan PT Agincourt Resources Martabe. Skripsi terdiri dari 5 Bab, 116 halaman, 4 tabel, dan 10 gambar.

Tulisan ini mengkaji mengenai konflik antara masyarakat dengan perusahaan pertambangan di Indonesia. Khususnya konflik yang terjadi karena ketakutan masyarakat akan tercemarnya lingkungan karena kegiatan perusahaan tambang. Pada sekarang ini sering terjadi konflik antara masyarakat di berbagai daerah di Indonesia dengan perusahaan tambang.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Batang Toru dan Kecamtan Muara Batang Toru, yang berada di Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Batang Toru merupakan satu-satunya daerah di Tapanuli Selatan yang berdiri perusahaan Tambang yaitu PT Agincourt Resources Martabe perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan emas.

Metode penulisan bersifat kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Penulisan dilakukan secara holistik, berdasarkan Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah melalui wawancara dan observasi kepada masyarakat yang memiliki pengetahuan terkait masalah penelitian konflik.

Permasalahan yang dibahas adalah apa yang menjadi penyebab konflik antara masyarakat dengan PT AR Martabe dan bagaimana penyelesaiana konflik antara masyarakat dengan PT AR Martabe. Hasil dari penelitian di lapangan menujukkan bahwa penyebab umum terjadinya konflik antara masyarakat dengan PT AR Martabe adalah pembuangan limbah PT AR Martabe ke Sungai Batangtoru, dan penyeleasaian konflik dengan memberikan bantuan kepada masyarakat dan masyarakat diberikan kesempatan bekerja di PT AR Martabe.

Kesimpulannya adalah konflik yang terjadi antara masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamtan Muara Batang Toru karena penolakan masyarakat dibuangnya limbah ke Sungai Batang Toru, penyebab lainnya adalah karena masyarat menilai PT AR Martabe banyak melakukan kebohongan kepada masyarakat. Berdasarkan pengalaman di lapangan, masyarakat yang melakukan penolakan terhadap pembuangan limbah PT AR ke Sungai Batang Toru karena PT AR Martabe kurang melakukan sosialisasi kepada masyarakat. sehingga masyarakat banyak yang tidak mengetahui mengenai pembuangan limbah ke Sungai Batangtoru.


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya sampaikan kepada Allah SWT, karena atas izin dan kasih sayangnya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul Studi Mengenai Konflik Antara Masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru Dengan PT. Agincourt Resources Martabe di Kecamatan Batang Toru. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai Sarjana S1 Antropologi Sosial di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada keluarga saya yang senantiasa mengasihi, mendidik, dan memotivasi saya. Terutama kepada ke dua orang tua saya, Kaharuddin S dan Salima Sihombing. Adik-adik Saya Elsa Sry Rahayu Kahar, Ferdy Wira Nanda Kahar dan Elda Friestalia Kahar.

Saya juga menyampaikan rasa terima kasih dengan tulus dan sebesar-besarnya kepada Bapak DR. R.Hamdani Harahap M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi saya yang telah banyak memberikan ilmu, waktu, dan perhatian serta bimbingannya kepada saya mulai dari awal penyusunan proposal sampai akhir penyelesaian skripsi ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si. Kepada Ketua Departemen Antropologi yang dengan bijaksana memberikan arahan bagi saya, Bapak Dr. Fikarwin Zuska dan Bapak Agustrisno, MSP selaku Sekretaris Departemen Antropologi yang selalu memberikan dukungan dan motivasi selama perkuliahan.


(7)

Saya juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dosen Penasehat Akademik yang sekaligus menjadi penguji bagi saya, Bapak Drs. Ermansyah M.Hum, yang selalu memberikan saran serta motivasi selama masa perkuliahan saya. Terima kasih kepada seluruh staf pengajar Departemen Antropologi FISIP USU yang telah memberikan begitu banyak ilmu, wawasan serta pengetahuan baru bagi saya selama masa perkuliahan. Demikian juga kepada staf administrasi Departemen Antropologi Kak Nurhayati yang dengan baik hati.

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abu Akhir Siregar, Kepala desa dan Bapak Lurah setiap desa yang saya wawancarai.Terima kasih yang sebesar-besarnya juga saya ucapkan kepada seluruh masyarakat Kecamatan Batangtoru dan Muara Batangtoru mereka adalah informan sekaligus keluarga baru bagi saya karena keramahan dan kebaikan mereka dalam membantu penyelesaian skripsi saya.

Pada kesempatan ini, saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa/i Antropologi FISIP USU angkatan 2009 atas pengalaman-pengalaman tak terlupakan selama masa perkuliahan, terutama kepada Nelpi Nst, Kiko Lubis, Yayuk Yusdiawati, anggun, Tina,Ayu Nurul, Rahma Ariasti.

Terima kasih kepada adikku Elsa yang selalu setia mengantar saya saat pergi ke lapangan, sahabat AHL yang senantiasa membantu saya selama penelitian lapangan di Kecamatan Batangtoru. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya tuliskan satu per satu, yang telah membantu saya dalam pembelajaran selama studi hingga penyelesaian skripsi, saya ucapkan terima kasih. Kiranya Allah SWT membalas seluruh kebaikan yang telah saya terima selama ini.


(8)

Saya yakin bahwa masih banyak hal-hal yang kurang dalam penulisan skripsi ini. Kiranya saya berharap akan adanya saran, masukan, kritik bagi skripsi ini, sehingga tercapainya suatu tulisan yang baik dan berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Medan, November2013 Penulis


(9)

M p s y 2 l A P

Man 2 Mod pendidikan spesifikasi yaitu menp 2010/2011 d lain : Men Antropologi Putih POLM del Padang ke jenjan ilmu Antro peroleh beas dan 2011/2 ngikuti Pel i Sosial US MED tahun

Riw

Sidimpuan ng Perguru pologi Sosi siswa PPA 012 .Berbag atihan “Tra SU pada tah

2011

wayat Hid

Elisa Oktob Kab. T 4 (emp S. dan Menye pada t MTSS pada t tahun 200 an Tinggi ial. Prestasi (Peningkat gai kegiatan aining of hun 2012. M

up

Novarita K er 1991 di Tap-Sel Sum pat) bersau

Salima Sih elesaikan pe tahun 2003, S Diniyyah P

tahun 2006 9. Kemudia

di Univer i yang dipe tan Prestasi n yang dilak

Facilitator” Mengikuti O

Kahar, lah Desa Silo matera Utar udara dari p hombing.

endidikan d , Sekolah M Puteri Padan dan Sekola an pada tahu

rsitas Sum eroleh selam

i Akademik kukan selam

angkatan Organisasi P

ir pada ta oung, Kec.B a. Anak per pasangan K

dasar di SDN Menengah P

ng Panjang ah Menenga un 2009 me matera Utar

ma masa pe k) pada tah ma masa stu

I oleh De Pencak Sila anggal 27 Batangtoru rtama dari Kaharuddin N Siloung Pertama di Sum-Bar, ah Atas di

elanjutkan a dengan rkuliahan, hun ajaran udi, antara epartemen at Merpati


(10)

KATA PENGANTAR

Judul skripsi ini adalah Studi Mengenai Konflik Antara Masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru dengan PT Agincourt Resources Martabe di Batang Toru. Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berisi kajian yang berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan masyarakat di Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru yang bertempat tinggal di Kel. Wek 1, Wek II, Wek III, Wek IV, Desa Telo, dan Hutaraja. Skripsi ini membahas mengenai penyebab terjadinya konflik antara masyarakat kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru dengan PT Agincourt Resources Martabe terkait dengan sifat anarkis yang dilakukan masyarakat karena pembangan limbah dari PT AR Martabe ke Sungai Batang Toru.

Konflik yang terjadi karena masyarakat menolak pembuangan limbah dari PT AR Martabe ke Sungai Batang Toru. Masyarakat menolak pembuangan limbah ke sungai Batang Toru karena masyarakat takut sungai Batang Toru akan tercemar disebabkan limbah dari PT AR Martabe. Penyebab terjadinya konflik bukan hanya terjadi karena pembuangan limbah tapi karena masyarakat merasa di bohongi oleh PT AR Martabe terkait penerimaan kerja di PT AR Martabe.

Konflik yang terjadi beberapa bulan tersebut berakhir ketika masyarakat membakar Kantor Camat Muara Batang Toru, sebagian Ruangan Kantor Camat Batang Toru, dan


(11)

merusak beberapa ruangan di Kantor Polisi yang ada di Wek 1 Batang Toru. setelah masyarakat melakukan aksi anarkis penyelesaian konflik dilakukan dengan membuat perjanjian dari PT AR Martabe kepada Masyarakat.

Pada tulisan ini, saya juga membuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran seperti pedoman wawancara, surat penelitian, serta gambar-gambar di lokasi penelitian.

Saya yakin akan adanya kekurangan dari skripsi ini, sehingga saya akan dengan senang hati menerima saran, masukan, dan kritikan agar terciptanya suatu skripsi yang baik dan berguna bagi masyarakat. Demikian pengantar dari saya, semoga skripsi ini bermanfaat memberikan kontribusi demi kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, 2013

Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman persetujuan ... i

Halaman pengesahan ... ii

Pernyataan originalitas ... iii

Abstrak ... iv

Ucapan terimakasih ... v

Riwayat hidup ... viii

Kata pengantar ... ix

Daftar isi ... xi

Daftar tabel ... xiv

Daftar gambar ... xv

Lampiran ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Tinjauan Pustaka... 6

1.3. Perumusan Masalah………... 16

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 17

1.5. Metode Penelitian………... 17

1.5.1. Teknik Wawancara ………... 19

1.5.2. Teknik Observasi………. 21

1.6. Lokasi Penelitian ……… 21

1.7. Analisis Data ……….. 21

1.8. Pengalaman Lapangan……… 22

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN BATANG TORU DAN KECAMATAN MUARA BATANG TORU 2.1. Gambaran Umum Kecamatan Batang Toru ... 28

2.1..1 Letak dan Keadaan Geografis ... 30

2.1.2. Keadaan Alam ... 31

2.1.3. Kependudukan ... 33

2.1.4. Sarana dan Prasarana Kecamatan Batang Toru ... 34

2.1.4.1Sarana Pendidikan ... 34

2.1.4.2 Sarana Kesehatan ... 36

2.1.4.3 Sarana Transportasi ... 37

2.1.4.4 Sarana Komunikasi ... 38

2.1.4.5 Sarana Pariwisata ... 38

2.2. Gambaran Umum Kecamatan Muara Batang Toru ... 38

2.2.1 Letak dan Keadaan Geografis ... 39


(13)

2.2.3 Kependudukan ... 40

2.2.4. Sarana dan Prasarana Kecamatan Muara Batang Toru ... 42

2.2.4.1 Sarana Pendidikan ... 42

2.2.4.2 Sarana Kesehatan ... 43

2.2.4.3 Sarana Transportasi ... 43

2.2.4.4 Sarana Komunikasi ... 44

2.2.4.5 Sarana Pariwisata ... 45

BAB III DAMPAK KEHADIRAN PT AR MARTABE DI BATANG TORU 3.1. Sikap dan Pandangan Masyarakat Hadirnya PT AR Martabe ... 46

3.2. Dampak Hadirnya PT AR Martabe... 49

3.2.1. Dampak Positif Hadirnya PT AR Martabe ... 50

3.2.1.1. Menciptakan Lapangan Pekerjaan ... 50

3.2.1.2. Meningkatnya pendapatan Masyarakat ... 52

3.2.1.3. Banyak Berdiri Toko Obat dan Bengkel ... 53

3.2.1.4. Banyak Tempat Makan dan Mini Market ... 54

3.2.2. Dampak Negatif Hadirnya PT AR Martabe ... 55

3.2.2.1.Timbulnya Konflik antara Masyarakat ... 55

3.2.2.2.Meningkatnya Harga dan Menimbulkan Kesenjangan . 56 3.2.2.3.Turunnya Moral Masyarakat ... 58

3.2.2.4.Hutan Gundul, Berkurangnya Air, Sering Gempa ... 59

3.3. Faktor Penyebab Terjadinya Konflik ... 61

3.3.1.Masyarakat Menuntut Agar di Terima Bekerja Di PT AR Martabe ... 61

3.3.2.Di Buangnya Limbah PT AR ke Sungai Batang Toru ... 64

3.3.3.Kurangnya Sosialisasi PT AR Martabe kepada Masyarakat ... 75

BAB IV BENTUK KONFLIK DAN PENYELESAIAN KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PT AR MARTABE 4.1. Bentuk Perlawanan Masyarakat terhadap PT AR Martabe ... 78

4.1.1 Pembakaran Pipa PT AR Martabe ... 81

4.1.2 Demonstrasi Tanggal 05 September 2012 ... 86

4.1.3 Demonstrasi Ke Kantor Bupati Tapanuli Selatan ... 91

4.1.4 Menghalangi Penanaman Pipa Tanggal 30 September 2012 ... 93

4.1.5 Merusak Kantor Polisi dan Kantor Camat ... 94

4.2. Keadaan Batang Toru Setelah Terjadi Pembakaran ... 100

4.3. Bentuk Penyelesaian Konflik Antara Masyarakat dengan PT AR Martabe... . 104

4.3.1 Pemberian Bantuan kepada Daerah Lingkar Tambang ... 105

4.3.1.1. Mengoptimalkan Pengelolaan Potensi Sumber Daya Alam dan Lingkungan ... 106


(14)

4.3.1.2. Pelatihan Intensifikasi Budidaya Kakao ... 106

4.3.1.3. Pelatihan Produksi Kompos ... 107

4.3.1.4. Usaha Meningkatkan Produksi Tani Warga ... 107

4.3.1.5. Pengembangan Perikanan Air Tawar ... 108

4.3.1.6. Menumbuhkan Wirausaha Lokal ... 108

4.3.2 Penawaran Lapangan Kerja di PT AR Martabe ... 109

4.4. Tanggapan Masyarakat Setelah Terjadinya Konflik dengan PT AR Martabe ... 110

BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 113

5.2. Saran ... 116 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

TABEL 1: Komposisi Penduduk Kecamatan Batangtoru Berdasarkan

Tingkatan Usia……… 33

TABEL 2: Jumlah Penduduk Kecamatan Batangtoru Berdasarkan TingkatanPendidikan……….. 35 TABEL 3: Komposisi Penduduk Kecamatan Muara

Batangtoru Berdasarkan Tingkatan Usia……… 41 TABEL 4: Jumlah Sekolah dan Jumlah Siswa Kecamatan Muara


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Aktifitas Masyarakat Mandi di Sungai Batangtoru

masyarakat Hutaraja….……… 66 Gambar 2 : Masyarakat Mencuci Piring di Sungai Batangtoru ……. 66 Gambar 3 : Mesin Sanyo untuk mengalirkan air ke rumah

masyarakat di Kelurahan Hutaraja ………. 70 Gambar 4 : Pipa PT AR yang berhenti penanaman di PTPN 3

Batangtoru ……… 72

Gambar 5 : Pipa PT AR yang berhenti penanaman di Desa Telo….. 72 Gambar 6 : Bekas Pembakaran Pipa PT AR di Pulo Godang………. 84 Gambar 7 : Polisi Berjaga-jaga di PTPN 3 ………. 87 Gambar 8 : Basecamp Polisi di Desa Telo ………. 87 Gambar 9 : masyarakat melakukan aksi Demo di depan PT AR

Martabe ……… 89

Gambar 10 : Masyarakat melakukan aksi Demo di depan PT AR


(17)

LAMPIRAN

Foto

Daftar interview guide Daftar Nama Informan Surat dari Kecamatan

                                 


(18)

ABSTRAK

Elisa Novarita Kahar, 2013. Judul skripsi: Studi Mengenai Konflik Antara Masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamtan Muara Batang Toru dengan PT Agincourt Resources Martabe. Skripsi terdiri dari 5 Bab, 116 halaman, 4 tabel, dan 10 gambar.

Tulisan ini mengkaji mengenai konflik antara masyarakat dengan perusahaan pertambangan di Indonesia. Khususnya konflik yang terjadi karena ketakutan masyarakat akan tercemarnya lingkungan karena kegiatan perusahaan tambang. Pada sekarang ini sering terjadi konflik antara masyarakat di berbagai daerah di Indonesia dengan perusahaan tambang.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Batang Toru dan Kecamtan Muara Batang Toru, yang berada di Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Batang Toru merupakan satu-satunya daerah di Tapanuli Selatan yang berdiri perusahaan Tambang yaitu PT Agincourt Resources Martabe perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan emas.

Metode penulisan bersifat kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Penulisan dilakukan secara holistik, berdasarkan Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah melalui wawancara dan observasi kepada masyarakat yang memiliki pengetahuan terkait masalah penelitian konflik.

Permasalahan yang dibahas adalah apa yang menjadi penyebab konflik antara masyarakat dengan PT AR Martabe dan bagaimana penyelesaiana konflik antara masyarakat dengan PT AR Martabe. Hasil dari penelitian di lapangan menujukkan bahwa penyebab umum terjadinya konflik antara masyarakat dengan PT AR Martabe adalah pembuangan limbah PT AR Martabe ke Sungai Batangtoru, dan penyeleasaian konflik dengan memberikan bantuan kepada masyarakat dan masyarakat diberikan kesempatan bekerja di PT AR Martabe.

Kesimpulannya adalah konflik yang terjadi antara masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamtan Muara Batang Toru karena penolakan masyarakat dibuangnya limbah ke Sungai Batang Toru, penyebab lainnya adalah karena masyarat menilai PT AR Martabe banyak melakukan kebohongan kepada masyarakat. Berdasarkan pengalaman di lapangan, masyarakat yang melakukan penolakan terhadap pembuangan limbah PT AR ke Sungai Batang Toru karena PT AR Martabe kurang melakukan sosialisasi kepada masyarakat. sehingga masyarakat banyak yang tidak mengetahui mengenai pembuangan limbah ke Sungai Batangtoru.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah khususnya sumber daya Mineral dan Batubara yang didapatkan melalui proses pertambangan. Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas). Sektor pertambangan diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan Masyarakat tapi tidak sedikit usaha Pertambangan menimbulkan konflik bagi masyarakat.

Penelitian ini akan mengkaji mengenai konflik antara Masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru dengan PT Agincourt Resources Martabe (PT AR Martabe) di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Konflik antara Masyarakat dengan PT AR Martabe terjadi karena rencana pembuangan limbah sisa hasil produksi PT AR Martabe ke Sungai Batang Toru. Sungai Batang Toru merupakan sungai yang terpanjang di Kabupaten Tapanuli Selatan . Masyarakat memanfaatkan Sungai Batang Toru untuk air minum, mandi dan mencuci, sumber mata pencaharian Masyarakat melalui hasil tangkap ikan, pengairan sawah, dan sebagai tempat wisata Arung Jeram.

Fokus tulisan ini akan menjelaskan terjadinya protes masyarakat terhadap PT AR Martabe agar tidak membuang limbah hasil produksi ke Sungai Batang Toru. Masyarakat


(20)

khawatir sungai Batang Toru akan tercemar oleh limbah PT AR Martabe. Bentuk dari protes masyarakat pertama kali adalah dengan melakukan aksi demo yang berujung pengrusakan sarana pemerintahan dan pembakaran peralatan – peralatan perusahaan tambang AR Martabe oleh masyarakat.

Konflik masyarakat dengan pertambangan bukan suatu hal baru terjadi di Indonesia. Kerusakan lingkungan oleh perusahaan tambang, dipakainya tanah adat masyarakat untuk pembangunan tambang, tidak adanya keberpihakan pemerintah terhadap tuntutan masyarakat, yang menjadi pemicu terjadinya konflik antara Masyarakat dengan perusahaan tambang. Kasus konflik terjadi yang ditulis Maimunah (2012,12-15) “Buruk Freeport, Papua Dikorbankan” mengenai ketidakpuasan rakyat Papua terhadap tambang emas dan tembaga Freeport-Rio. Pembuangan limbah Freeport telah merusak 36.000 hektar kawasan sungai Ajkwa, sepanjang 60 km kearah laut.

Selain itu pengambilan paksa dan pembongkaran tanah adat Suku Amungme1. Bagi Suku Amungme tanah adat digambarkan sebagai seorang ibu yang memberi makan, memelihara, mendidik dan membesarkan dari bayi hingga lanjut usia dan akhirnya mati. Tanah dengan lingkungan dipandang sebagai tempat tinggal, berkebun, berburu dan pemakaman juga tempat kediaman roh halus dan arwah para leluhur. Beberapa lokasi tanah seperti gua, gunung, air terjun dan kuburan dianggap sebagai tempat keramat. Perusahaan tambang Freeport-Rio bagai duri dalam daging. Freeport memberikan royalti

      

1 Suku Amungme adalah bagian dari suku bangsa di Papua yang mendiami beberapa lembah luas di

kabupaten Mimika dan Kabupaten Puncak Jaya (http://www.lpmak.org/about_us/amungme, diakses tanggal 04 april 2013, pukul 22.21 wib)


(21)

dan pajak kepada Negara tapi banyak kejahatan kemanusiaan dan lingkungan yang terjadi disekitar perusahaan Tambang Freeport.

Konflik masyarakat dengan perusahaan tambang terjadi juga di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, masyarakat menolak adanya tambang didaerah mereka yang sudah disahkan DPRD Donggala. Masyarakat khawatir wilayah mereka akan tercemar setelah hadirnya PT CMA. Penolakan masyarakat tidak dihiraukan oleh pemerintah sehingga masyarakat menyandera tetua adat yang menyetujui adanya tambang didaerah mereka dan membakar peralatan-peralatan tambang PT CMA.2

Provinsi Sumatera Utara selain di Kecamatan Batang Toru konflik pertambangan juga terjadi di Kabupaten Mandailing Natal. Konflik terjadi dipicu perebutan seluas 30 hektar lahan tambang emas yang menjadi lokasi tambang milik PT Sorik Mas Mining (PT SSM). Lokasi lahan itu sebetulnya lahan tanah ulayat milik warga Kecamatan Naga Juang, tapi kontrak kerja PT SSM dengan pemerintah pusat itu merenggut hak rakyat atas tanah ulayatnya.3

Kasus-kasus tersebut memperlihatkan banyaknya konflik yang terjadi antara masyarakat dengan perusahaan tambang di Indonesia. Kasus konflik masyarakat dengan PT AR Martabe di Kabupaten Tapanuli Selatan bermula dari penolakan masyarakat akan dibuangnya limbah sisa hasil produksi dari PT AR Martabe ke sungai Batang Toru. Masyarakat menolak pembuangan limbah ke Sungai Batang Toru karena takut Sungai Batang Toru akan tercemari dan tidak bisa dimanfaatan.

      

2 Sengketa Berdarah Lahan dan Tambang, http://www.portalkbr.com/berita/saga/2414043_4216.html,

(diakses tanggal 25 maret 2013, pukul 00.51 wib)

3 http://www.analisadaily.com/news/2013/6308/polri-di-tengah-konflik-warga-investor/ (diakses tanggal 4


(22)

Konflik terjadi karena aksi protes masyarakat kepada tambang AR Martabe yang tidak diacuhkan oleh pihak PT AR Martabe. Masyarakat juga melakukan protes kepada camat Batang Toru agar tuntutan masyarakat dipenuhi. Protes yang tidak dipedulikan membuat kemarahan masyarakat semakin bertambah. Masyarakat yang terlibat konflik tergabung dari beberapa desa di Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru. Desa-desa yang ikut terlibat dalam demo ini adalah Desa Telo, Desa Hutaraja, Wek 1, Wek 2, Wek 3, Wek 4. Desa-desa yang tergabung dalam aksi demo merupakan desa-desa yang sebagian besar masyarakatnya mempunyai kepentingan di Sungai Batang Toru.

Pembuangan limbah di Sungai Batang Toru sudah mendapatkan izin dari pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan sudah mendapatkan surat dari AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Isi dokumen AMDAL (analisis mengenai dampak lingkungan) yang menyebutkan pipa pembuangan air limbah milik PT. AR akan ditanam dan diarahkan ke sungai Batang Toru. Rencana pembuangan limbah tersebut disahkan melalui Keputusan Bupati Tapanuli Selatan No. 53/KPTS/2007 dan disetujui oleh Komisi Penilai Amdal Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan berdasarkan persetujuan Nomor: 53/KPTS/2008 tanggal 13 Maret 2008 tentang AMDAL PT. AR Martabe serta Surat Bupati Tapanuli Selatan Nomor: 540/4337/2010 tertanggal 29 Juni 2010 tentang revisi Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) PT. AR Martabe.4

      

4 

Masyarakat, Sungai Batang Toru dan Limbah Tambang Emas,

http://ina-has.blogspot.com/2013/01/tambang-emas-pt-agincourt-resources-dan.html (diakses tanggal 22 maret 2013, pukul 01.22 wib) 


(23)

Setelah mengetahui pembuangan limbah ke sungai Batang Toru, masyarakat melakukan aksi demo. Aksi demo damai yang dilakukan masyarakat tidak dihiraukan oleh PT AR Martabe. Permintan yang tidak diacuhkan oleh perusahaan AR Martabe masyarakat pergi ke kantor Polsek Batang toru untuk melakukan aksi demo agar pihak polisi mau membantu bicara kepada PT AR Martabe agar pembuangan limbah kesungai Batang Toru tidak dilanjutkan.

Aksi protes yang tidak dipedulikan oleh perusahaan tambang AR Martabe dan pemerintah membuat masyarakat semakin marah. Aksi protes damai yang dilakukan masyarakat berubah menjadi aksi anarkis. Masyarakat membakar pipa dari perusahaan tambang AR, membakar mobil keamanan Perusahaan AR Martabe, perusakan Kantor Mapolsek Batang Toru, pembakaran Kantor Camat Batang Toru dan Kantor Camat Muara Batang Toru. Aksi anarkis masyarakat membuat suasana di Batang Toru sangat mencekam. Banyak orang yang ditangkap dan dijadikan tersangka, banyak kepala keluarga yang melarikan diri dan menjadi buron.

Hal inilah yang mendasari peneliti untuk meneliti konflik antara masyarakat dari Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru dengan perusahaan Tambang Martabe dan pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan. Tambang Martabe yang sudah mendapatkan izin dan menjelaskan bahwa limbah yang dibuang ke sungai Batang Toru tidak akan merusak ekosistem sungai Batang Toru tapi masih mendapat penolakan dari masyarakat bahkan sampai menimbulkan kerusakan dan kekerasan. Peneliti juga ingin mengetahui apakah ada faktor-faktor lain yang menyebabkan masyarakat melakukan aksi protes terhadap PT AR Martabe. berdasarkan uraian tersebut diatas


(24)

peneliti member judul skripsi “Studi Mengenai Konflik Masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru dengan PT Agincourt Resources Martabe di Kecamatan Batang Toru.

1.2. Tinjauan Pustaka

Masyarakat adalah mahluk sosial yang selalu berinteraksi. Interaksi Masyarakat sering dihadapkan pada situasi konflik (sengketa). Konflik merupakan suatu proses sosial dimana orang-perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan disertai dengan ancaman dan kekerasan (Soekanto,1990). Hobbes 1962 (dalam Saifuddin 2005) ketika manusia terancam, mereka merasa khawatir dan takut, ketika mereka merasa bisa menghindarinya mereka melawan, mereka memiliki keberanian sehingga menimbulkan konflik.

Konflik merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan dari kehidupan masyarakat. Konflik sering juga disebut dengan pertentangan, sengketa antara orang – perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan konflik merupakan suatu proses sosial yang terjadi diantara masyarakat. Konflik yang terjadi antara masyarakat kecamatan Batang Toru dan kecamatan Muara Batang Toru dengan perusahaan tambang AR Martabe merupakan suatu konflik untuk memenuhi tujuan dan menentang pihak lawan serta menyebabkan terjadinya kekerasan.

Konflik yang terjadi ditandai oleh adanya berbagai motivasi yang saling bertabrakan satu dengan yang lainnya. Motivasi yang bertabrakan terjadi dalam individu


(25)

maka akan terjadi kebimbangan dalam individu tersebut, lain halnya dengan motivasi yang terjadi antara kelompok dengan kelompok lain akan saling bertengkar atau berkelahi. Motivasi adalah suatu dorongan dalam diri individu dalam melakukan sesuatu. Motivasi ditumbuhkan oleh adanya keinginan atau kebutuhan yang sebelumnya ditimbulkan oleh suatu situasi didalam maupun diluar individu (Sarwono,1987).

Konflik yang terjadi diantara masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru dengan PT Agincourt Resources Martabe merupakan konflik yang terjadi antara masyarakat dengan perusahaan pertambangan. Masyarakat yang terlibat dalam konflik terdiri dari banyak orang yang tergabung mempunyai tuntutan yang sama. Le bon (dalam Sarwono 1987:33) kelompok individu tergabung dalam massa kehilangan kepribadiannya sendiri dan jiwanya berada di bawah pengaruh satu jiwa bersama (collective mind). Jiwa bersama mengatur perilaku individu. Dalam kesamaan itu mereka cenderung bertindak irrasional, emosional, agresif. F.H.Allport melanjutkan (dalam Sarwono,1987) dalam kesamaan itu setiap orang memiliki motivasi sendiri-sendiri yang mempunyai tujuan tertentu misalnya, menggulingkan pemerintah, melampiaskan kejengkelan, mencari identitas diri atau hanya menonton dan bersenang-senang.

Secara teoritis konflik atau sengketa dapat menimbulakan dampak negatif (maridjo 1996:66). Dampak negatif adanya konflik atau sengketa antara lain terganggungya keserasian hubungan sosial, merusak tujuan bersama, menimbulkan kebencian dan kebingungan, dan mengurangi kepercayaan serta membangkitkan emosi. Tahap pra – konflik atau tahap keluhan, mengacu kepada keadaan atau kondisi yang oleh seseorang atau suatu kelompok dipersepsikan sebagai hal yang tidak adil dan


(26)

alasan-alasan atau dasar – dasar dari adanya perasaan itu. Pelanggaran terhadap rasa keadilannya itu dapat bersifat nyata atau imajinasi saja, tergantung pada persespsi dari pihak yang merasakan ketidakadilan bersangkutan. Dalam hal ini yang penting adalah itu merasakan bahwa haknya dilanggar atau mereka diperlakukan dengan salah.

Simon Fisher,dkk (dalam Salim, 2011) mengemukakan teori yang menyebabkan terjadinya konflik dalam masyarakat antara lain: Teori hubungan masyarakat menyebabkan adannya kelompok yang berlawanan sehingga muncul permusuhan, dan teori kebutuhan manusia menyebabkan terjadinya konflik karena tidak terpenuhi atau terhalanginya kebutuhan dasar manusia baik fisik maupun mental. Konflik masyarakat dengan pertambangan tidak hal yang baru di Indonesia.

Pertambangan merupakan kegiatan untuk melakukan eksplorasi, eksploitasi dan memilih mineral, menyuling, dan operasi lainnya dibawah tanah. Pengertian pertambangan di jumpai dalam Undang-Undang no 4 tahun 2009, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi , penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.5

Konflik (sengketa) pertambangan adalah konflik yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan pertambangan. Kegiatan pertambangan tidak selalu dapat dilaksanakan dengan baik oleh kontraktor yang ditunjuk atau pemegang izin pertambangan. Dalam melaksanakan kegiatan tambang, kontraktor yang ditunjuk selalu menimbulkan masalah. Masalah itu tidak hanya terjadi antara masyarakat dengan kontraktor atau pemegang izin       

5


(27)

pertambangan tapi juga antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah (Salim 2012). Kesenjangan penerimaan penghasilan juga diperoleh pada level pemerintah, antara pemerintah daerah penghasil tambang dengan penerimaan pemerintah pusat serta kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan pertambangan (Rosadi, 2012:29)

Kegiatan pertambangan banyak menimbulkan ketimpangan. Ketimpangan pendapatan (kemakmuran) antara pengusaha pertambangan dengan kesejahteraan masyarakat sekitar wilayah pertambangan. Ketimpangan-ketimpangan yang terjadi dalam setiap tahap kegiatan pertambangan:

1. Tahap Penyelidikan Umum

a. Lahirkan pro dan kontra yang memicu benih perpecahan antar masyarakat,

b. Beredar janji-jani ‘surga’ seperti masyarakat akan sejahtera, jalan di perbakiki, listrik terang benderang, menjadi kota ramai, sehingga gaya hidup masyarakat mulai berubah,

c. Beredar informasi yang simpang siur dan membingungkan 2. Tahap Eksplorasi

a. Konflik antar pemilik kepentingan mulai terbuka. Pada posisi ini biasanya Pemerintah mulai menujukan keberpihakan pada perusahaan, b. Bujuk rayu, intimidasi, hingga teror dan ancaman makin meningkat 3. Tahap Eksploitasi


(28)

b. Dimulainya proses pembuangan limbah Tailing yang akan meracuni sumber air dan pangan, Limbah Tailing dan batuan akan menjadi masalah dari hulu hingga hilir.

c. Dimulainya kerja-kerja akademisi dan konsultan bayaran untuk membuktikan bahwa tidak ada pencemaran

d. Meningkatnya konflik antar masyarakat dan masyarakat dengan pejabat Negara

e. Penguasaan sumberdaya alam, pencemaran lingkungan dan proses pemiskinan

f. Meningkatnya pelanggaran Hak Asasi Manusia, kasus korupsi dan suap

g. Meningkatnya kasus asusila karena akan terbukanya fasilitasi judi dan tempat prostitusi

4. Tahapan Tutup Tambang

a. Makin terpuruknya ekonomi lokal dan menigkatnya jumlah pengangguran

b. Terbentuknya danau-danau asam dan beracun yang akan terus ada dalam jangka waktu yang panjang, Tidak pulihnya ekosistem yang dirusak oleh perusahaan tambangan


(29)

c. APBD banyak terkuras untuk menutupi protes rakyat sementara perusahaan telah pergi meninggalkan berbagai masalah.6

Menurut Salim (2012:9) konflik atau sengketa yang sering terjadi dalam pertambangan antara lain :

1. Konflik antara (masyarakat adat) dengan perusahaan tambang

2. Konflik karena Pencemaran lingkungan disekitar wilayah pertambangan 3. Konflik antara pemilik tanah dengan perusahaan tambang (pertanahan) 4. Konflik antara pemerintah (Negara) dengan perusahaan tambang 5. Konflik perburuhan

6. Konflik pengembangan masyarakat

Konflik yang terjadi diantara masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru dengan PT AR Martabe merupakan konflik yang terjadi karena konflik Sumber Daya Alam (SDA). Engel dan Korf (2005) menyebutkan ada 4 penyebab konflik SDA yaitu: (1) persaingan yang ketat akan pemanfaatan SDA; (2) pertentangan antara hukum adat dan hukum positif; (3) perubahan terkait dengan perubahan kepentingan dan kebutuhan penggunaan SDA, (4) kebijakan, program, kegiatan pengelolaan SDA sering menjadi sumber konflik, karena kebijakan sering ditentukan tanpa partisipasi dari masyarakat.

      

6 

Pengertian pertambangan dan contoh masalah pertambangan.

http://pabrisianturi.blogspot.com/2012/11/pengertian-pertambangan-dan-contoh.html, (diakses 19032013, 21.56 wib) 


(30)

Konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pertambangan menurut Maimunah (2012:23-25) antara lain karena :

1. Salah urus terhadap pengelolaan bahan tambang yang hanya dipandang sebagai komoditas penghasil devisa dan PAD ( Pendapatan Asli Daerah). Sehingga seluruh upaya diserahkan mengeluarkan izin pertambangan sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan dampak yang terjadi akibat pemberian izin tersebut.

2. Pengingkaran hak rakyat atas penguasaan dan pengelolaan tanah. Tidak ada satupun Kontrak Karya Pertambangan yang mendaptkan izin persetujuan rakyat terlebih dahulu sebelum berdirinya perusahaan tambang.

3. Daya rusak sektor tambang tidak bisa dikelola dengan baik oleh perusahaan dan Negara

Ketakutan masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru terhadap dibuangnya limbah sisa hasil produksi PT AR Martabe akan menyebabkan pencemaran air. Abiodun Alao menjelaskan (dalam Sobirin 2010) air dan tanah dalam kategori sumber daya yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Sedangkan sumber daya alam yang lain seperti minyak bumi, batu bara dan gas bumi dikategorikan sebagai sumber daya yang digunakan untuk mendukung pencapaian kenyamanan hidup manusia. Maka tak urung air menempati posisi yang berbeda dibandingkan sumber daya alam yang lainnya karena air menjadi sumber daya yang esensial dalam kelangsungan hidup manusia sehingga cara apapun dilakukan untuk mengamankan pasokan air, baik dengan jalur diplomasi maupun konfrontasi.


(31)

Pada saat sekarang ini pencemaran air di Indonesia sudah sangat banyak, baik pencemaran melalui limbah rumah tangga maupun limbah industri. Sungai-sungai di Indonesia sebanyak kurang lebih dari 35 sungai mempunyai status mutu air yang sedang tercemar berat. Sungai yang tercemar akan mempunyai dampak bagi kesehatan dan kualitas hidup manusia yang sangat besar (Keraf, 2010: 42-44). Yurdi Yasmi dalam (Salim, 2010:222) menjelaskan pengaruh pencemaran air terhadap penduduk lokal, antara lain:

1. Dirty water for bath (Kotornya air yang digunakan untuk mandi); 2. Dirty water for washing (kotornya air untuk mencuci);

3. Dirty water for drinking (kotornya air untuk minum);

4. Kids can no longer swim on clean river (anak-anak tidak dapat berenang pada waktu lama disungai);

5. Many fish die (banyak ikan mati).

Sebagai contoh Sobirin (2010) menjelaskan mengenai penolakan warga di kabupaten Pati terhadap akan dibangunnya PT Semen Gresik Tbk. di empat kecamatan (Sukolilo, Kayen, Gabus dan Margorejo) dan 13 desa dengan luas 1.560 hektar. Bekerja sama dengan Pusat Penelitian dan Lingkungan Hidup Universitas Diponegoro (PPLH UNDIP), PT. Semen Gresik Tbk. melakukan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagai prasyarat pembangunan pabrik yang nantinya berkapasitas produksi 2,5 juta ton perhari. Hasil penelitian ini menyimpulkan rencana pembangunan PT. Semen Gresik Tbk. termasuk dalam kategori “layak dengan syarat”


(32)

Walaupun sudah mendapatkan surat AMDAL warga yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kandeng (JM-PPK) pada awal gerakannya pada tahun 2006 mengatakan bahwa pegunungan sangat berguna bagi mereka dan dikhawatirkan penambangan akan mengakibatkan mengurangi air yang ada di sumber-sumber air di Pegunungan Kandeng Utara. Selain mengurangi debit air pembangunan PT. Semen Gresik Tbk. dikhawatirkan menimbulkan bise menyebabkan bencana banjir. Sampai pada tahun 2010 warga masih gencar melakukan berbagai upaya untuk menolak rencana penambangan dan pembangunan PT Semen Gresik Tbk. persediaan air dan antisipasi bencana menjadi dua hal yang akan terus menjadi motivasi utama bagi gerakan ini.

Marzali (2012) dalam kasus-kasus konflik yang terjadi antara masyarakat dengan perusahaan tambang, pemerintah sebagai pihak yang mengeluarkan hak konsesi kepada perusahaan dengan imbalan rente tertentu, hanya berpangku tangan saja. Pemerintah membiarkan konflik itu diselesaikan oleh pihak yang berkonflik. Biasanya kalau konflik seperti ini terjadi, maka penyelesaian dilakukan melalui jalur berikut:

 Perusahaan membayar tuntutan penduduk desa setelah tawar menawar.  Konflik diteruskan ke pengadilan.

 Konflik berlanjut dengan serbuan penduduk desa ke base camp perusahaan.

Dari banyaknya konflik yang terjadi antara masyarakat dengan perusaan tambang pada umumnya cara yang dilakukan masyarakat untuk melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Negara atau perusahaan tambang adalah menggunakan cara demonstrasi dan


(33)

pembakaran. Demonstrasi ini dilakukan oleh masyarakat dengan maksud untuk menghalangi atau merintangi kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh perusahaan tambang. Cara ini dilakukan dengan mengumpulkan masyarakat sebanyak-banyaknya untuk menghalangi kegiatan eksplorasi perusahaan tambang. Sementara itu, cara lain yang dilakukan adalah membakar base camp yang telah dibangun oleh perusahaan tambang (Salim, 2012:47-48). Hal tersebut yang dilakukan masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru untuk melawan PT AR Martabe.

Nader dan todd (ihromi,1993:194-213) berdasarkan para ahli antropologi merumuskan perkembangan dalam kebudayaan-kebudayaan manusia untuk menampung dan mengatasi atau menyelesaikan sengketa antara lain:

1. Membiarkan saja (lumping it) atau menurut felstiner pihak yang merasakan perlakuan yang tidak adil, gagal dalam upaya menenkankan tuntutannya dan ia meneruskan hubungan-hubungannya dengan pihak yang dirasakannya merugikan. Ini dilakukan karena berbagai kemungkinan seperti kurangnya informasi mengenai bagaimana proses pengajuan keluhan itu kepengadilan, kurangnya akses ke lembaga peradilan atau sengaja tidak diproses ke peradilan karena perkiraan bahwa kerugiannya lebih besar darn keuntungannya.

2. Mengelak (avoidance). Pihak yang merasa dirugikan memilih untuk mengurangi hubungan-hubungan dengan pihak yang merugikan atau untuk sama kali menghentikan hubungan tersebut. Misalnya dalam hubungan bisnis hal ini sering terjadi


(34)

3. Paksaan (coercion) satu pihak yang memaksakan pemecahan kepada pihak lain, bersifat memaksakan atau ancaman untuk menggunakan kekerasan, pada umumnya mengurangi kemungkinan penyelesaian secara damai

4. Perundingan (negotiation) yaitu dua pihak berhadapan sepakat pemecahan masalah dilakukan tanpa adanya pihak ketiga yang mencampurinya

5. Mediasi (mediation) pihak ketiga membantu kedua belah pihak yang berselisih paham untuk menemukan kesepakatan. Pihak ketiga ini dapat ditentukan pihak yang bersengketa atau ditunjuk oleh pihak yang berwenang.

6. Arbitrase (arbitration) dua belah pihak yang bersengketa sepakat meminta pihak yang ketiga untuk member keputusan dan telah setuju menerima keputusan yang telah dibuat.

7. Peradilan (adjudication). Pihak ketiga mempunyai wewenang untuk mencampuri pemecahan masalah, lepas keinginan pihak yang bersengketa. Pihak ketiga itu juga berhak membuat keputusan dan menegakkan keputusan. Itu artinya upaya keputusan dilaksanakan.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah dalam penelitian ini adalah mengapa terjadi penolakan masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru terhadap pembuangan limbah PT AR Martabe ke Sungai Batang Batang Toru. Rumusan masalah tersebut diuraikan dalam pertanyaan penelitian berikut:


(35)

1. Faktor-faktor apa yang melatar belakangi terjadinya konflik antara Masyarakat dengan PT AR Martabe?

2. Tindakan apa yang dilakukan Masyarakat, PT AR Martabe dalam menyelesaikan konflik?

3. Bagaimana tanggapan Masyarakat mengenai konflik yang terjadi? 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana proses terjadinya konflik antara masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru dengan PT AR Martabe. Penelitian ini juga menitik beratkan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya konflik antara masyarakat Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru dengan PT AR Martabe.

Manfaat dari penelitian ini secara akademis diharapkan akan menambah wawasan keilmuan dalam bidang Antropologi. Khususnya untuk memperkaya literatur mengenai konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pihak tambang di Indonesia. Secara praktis penelitian ini akan memperoleh informasi mengenai konflik yang terjadi antara masyarakat dengan PT AR Martabe. Selain itu manfaat penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum tentang konflik yang terjadi antara perusahaan tambang dengan masyarakat.

1.5. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2006:6) Penelitian kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang terjadi dan dialami oleh subyek


(36)

penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode kualitatif yaitu berupa pengamatan, wawancara, dan studi kepustakaan. Penelitian ini akan menggunakan native’s point of view7 mengenai kejadian-kejadian yang berkaitan dengan konflik masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru deng PT AR Martabe di desa Batang Toru.

Peneliti melakukan penelitian mulai bulan juni hingga bulan agustus 2013. Sebelum melakukan penelitian ini peneliti sudah melakukan observasi pada aksi demo yang dilakukan oleh masyarakat yang menolak aksi pembuangan limbah oleh PT AR Martabe pada saat itu masyarakat masih belum melakukan aksi anarkis hanya melakukan aksi demo di halaman PT AR Martabe di Desa Aek Pining. Pada saat itu peneliti hanya melakukan wawancara sepintas lalu kepada bapak-bapak dan ibu-ibu yang melakukan aksi demo yang menolak pembuangan limbah ke Sungai Batang Toru.

Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara. Data sekunder digunakan untuk melengkapi data primer yang diperoleh dari berbai buku ilmiah, jurnal, media massa serta internet.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan data primer antara lain adalah:

      


(37)

1.5.1. Teknik Wawancara

Teknik wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pihak yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,1998:135). Dalam pengumpulan data dilapangan peneliti melakukan wawancara dengan cara berkomunikasi langsung dengan para informan. Wawancara dilakukan dengan masyarakat.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka dengan informan. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan pedoman wawancara (interview guide) yang berfungsi sebagai panduan bagi peneliti agar pertanyaan yang diajukan tidak lari dari pokok permasalahan.

Dalam melakukan wawancara peneliti menentukan beberapa informan sebagai sumber informasi yang terkait dengan topik penelitian yaitu: Kepala Desa yang memberikan izin masyarakatnya melakukan aksi demo, tokoh pemuda yang paling banyak melakukan aksi demo adalah tokoh pemuda dan setiap orang yang mengetahui konflik tersebut. Peneliti sebenarnya juga ingin mewawancari pihak PT AR Martabe perusahaan yang menyebabkan terjadinya konflik tapi setelah mengajukan surat izin penelitian pihak PT AR Martabe tidak bersedia memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan wawancara dengan pihak PT AR Martabe.


(38)

Pada saat melakukan wawancara peneliti mengatakan tujuan peneliti untuk mengetahui mengenai konflik yang terjadi diantara masyarakat, ada bebera informan yang peneliti tanyakan merasa takut apakah peneliti adalah salah satu “mata-mata” dari perusahaan AR Martabe karena mereka takut akan terjadi sesuatu apabila bercerita mengenai konflik yang terjadi, mereka takut ditangkap kembali. Peneliti tidak begitu sulit untuk melakukan kepada masyarakat dan meyakinkan bahwa peneliti bukanlah bagian dari “mata-mata” dari PT AR Martabe.

Setelah melakukan wawancara kepada beberapa informan bahwa sebenarnya Desa-desa yang terlibat konflik pada saat itu tidak sebanyak yang telah diberitakan, saat iru beberapa informan yang ada merasa media pemberitaan telah melebih-lebihkan. Desa yang terlibat pada saat itu adalah Desa Telo. Kelurahan Wek 1, Kelurahan Wek 2, Kelurahan Wek 3, Kelurahan Wek 4 dan Kelurahan Hutaraja. Wawancara peneliti lakukan lebih sering pada hari selasa dan hari jumat pada hari tersebut lah masyarakat berkumpul karena hari Selasa dan hari Jumat merupakan hari istirahat atau hari pekan di Batang Toru.

Wawancara yang paling menarik adalah saat peneliti melakukan wawancara di Kedai Kopi bersama beberapa informan karena Kedai Kopi adalah tempat berkumpulnya baik pemuda maupun orang tua. Saat melakukan Wawancara mereka menceritakan semua yang terjadi pada hari itu, dan menertawakan tindakan mereka yang hanya merugikan meraka. Ekspresi mereka saat mbercerita berubah-ubah terkadang mereka merasa lucu atas aksi yang mereka lakukan tak ada hasilnya, geram terhadap perusahaan AR Martabe, geram terhadap pemerintah, tapi tak bisa berbuat apa-apa.


(39)

1.5.2. Teknik Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada saat penelitian. Observasi dilakukan peneliti untuk melihat langsung, mendengarkan, dan mencatat kegiatan–kegiatan masyarakat di sungai Batang Toru dan juga mencatat kegiatan masyarakat yang berlangsung di sungai Batang Toru. Observasi berguna untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian dan sebagainya. Peneliti akan mengamati aliran pipa PT AR Martabe apakah mempunyai pengaruh terhadap kegiatan masyarakat, kegiatan masyarakat di aliran sungai Batang Toru, PT AR Martabe, aktifitas masyarakat disungai Batang Toru. Observasi ini berguna untuk mendapatkan data yang benar tanpa adanya rekayasa. Hasil observasi ini kemudian dituangkan dalam bentuk catatan lapangan. Teknik obervasi dilakukan untuk mendukung teknik wawancara karena konflik yang terjadi telah berlangsung.

1.6. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan berlokasi di Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru. Dua Kecamatan tersebut terdapat Desa yang akan menjadi lokasi penelitian. Desa-desa yang menjadi lokasi penelitian adalah Desa Telo, Kelurahan Hutaraja, Kelurahan Wek 1, Kelurahan Wek 2, Desa Wek 3, Desa Wek 4, Desa Napa Alasan pemilihan daerah ini karena Desa-desa tersebut adalah Desa-desa yang masyarakatnya lebih banyak terlibat konflik dengan PT AR Martabe.

1.7. Analisis data

Dalam penelitian ini teknik analisis data kualitatif, identifikasi kasus-kasus sengketa serta bagaimana cara masyarakat dan lembaga mengidentifikasi konflik yang


(40)

terjadi. Dengan alternatif apa untuk menyelesaikan kasus konflik yang terjadi antara masyarakat yang berkonflik dengan PT AT Martabe. Analisis data yang akan peneliti lakukan adalah memeriksa kembali data-data yang telah didapat pada saat dilapangan kemudian menganalisis data tersebut secara kualitatif dan disusun sesuai kategori-kategori tertentu berdasarkan apa yang dijelaskan oleh informan.

Sebagai tahap akhir adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan dasar sehingga dapat ditemukan tema. Dalam analisis data dilakukan pemeriksaan tentang keabsahan data yang diperoleh dilapangan. apakah ada data yang perlu diperbaiki, data yang tidak mendukung akan dibuang. Setelah dilakukan pemeriksaan maka selanjutnya akan dilakukan penafsiran data dan penulisan ditentukan sesuai dengan bagian-bagian yang sudah ditentukan dan yang sudah dikelompokkan sebelumnya, sehingga menghasilkan sebuah karya ilmiah. Dengan cara ini diharapkan akan ditemukan kesimpulan yang menjelaskan laporan atau hasil penelitian yang disusun secara sistematis.

1.8. Pengalaman Lapangan

Penelitian ini dilakukan peneliti pada bulan juni hingga agustus 2013. Saya melakukan penelitian sendiri, hal pertama yang saya lakukan adalah mengajukan surat izin penelitian kepada pihak PT AR Martabe, hal itu saya lakukan karena sebelum-sebelumnya saya sudah pernah berbicara dengan pihak PT AR Martabe kalau saya ingin melakukan penelitian di PT AR Martabe.

Pihak PT AR Martabe menuturkan kalau saya mempunyai surat izin dari Universitas saya bisa melakukan penelitian di PT AR Martabe. Setelah saya tiba di Desa


(41)

Aek Pining saya langsung menuju perusahaan besar itu. Tiba di pos satpam saya langsung menemui satpam dan menjelaskan maksud dan tujuan saya datang. Satpam mengangguk dan segera menghubungi orang yang akan menerima surat saya. Saya disuruh menunggu dan saya menunggu sampai dua jam dan tak ada satu orang pun yang datang menemui saya.

Setelah menunggu selama dua jam akhirnya satpam mengatakan kalau pihak yang bersangkutan saat ini tidak ada di kantor, mereka semua dilapangan karena mereka bekerja dilapangan dan sangat jarang ada dikantor. Saya disuruh untuk datang besok pagi pada jam 08.00, dan saya menyanggupinya. Keesokan harinya saya datang dan saya juga disuruh menuggu lama, satpam yang sebelumnya mengatakan kalau surat itu di titipkan saja dan akan mereka sampaikan dan menunggu balasan dari surat pengajuan penelitian saya.

Seteleh mendengar kabar mengecewakan saya pun kembali dan memutuskan untuk mengurus surat izin penelitian di Kantor Camat Batang Toru yang berada di Wek 1 Batang Toru. Saya tiba di Kantor Camat pada pukul 09.45 tapi saya hanya mendapati kalau kantor camat Batang Toru kosong tidak ada orang. Tidak ada orang yang bisa saya jumpai di kantor camat tersebut. Saya menunggu hingga pukul 12.35 seseorang datang dari arah belakang dan mengatakan apa maksud tujuan saya, dia mengatakan kalau saya harusnya berbicara dengan Sekcam (Sekretaris Camat) tapi Sekcam belum datang sehingga saya disuruh untuk pulang dan datang keesokan harinya karena hari sudah siang dan Sekcam tak akan datang karena hari sudah siang. Saya bertanya kepada bapak


(42)

Sihombing apakah Camat tidak datang juga dia mengatakan kalau bapak Camat sedang berada di Medan mengikuti pelatihan.

Keesokan harinya saya datang dan menjumpai bapak Sekcam dan memberikan surat izin penelitian saya kepada bapak Sekcam dan bapak Sekcam menyuruh saya datang dua hari lagi karena surat akan siap dua hari lagi. Akhirnya saya pergi dan memutuskan untuk memulai penelitian saya di Kecamatan Batang Toru tanpa surat izin dari Kecamatan. Saya memulai di Desa Wek 2 dan bertemu dengan teman saya yang ikut berpartisipasi juga dalam kericuhan yang terjadi pada hari Selasa 30 Oktober 2012 tersebut. Teman saya itu membawa saya ke Kedai Kopi dan banyak bercerita dengan orang-orang dari Desa Telo, Wek 3, Wek 4.

Orang- orang yang saya wawancarai berjumlah lima orang, topik pembicaraan terasa begitu hangat karena bapak-bapak dan pemuda-pemuda tersebut menerima saya dengan terbuka dengan senang hati bercerita, bahkan saya hanya bertanya bagaimana awal konflik terjadi dan mereka terus bercerita mengenai konflik tersebut dan faktor-faktor lain yang menyebabkan konflik tersebut terjadi. Abang UT (30) menceritakan bagaimana mereka memulai konflik dari Desa Telo. Hal ini sangat menarik buat saya karena saya menemukan salah satu pelaku utama yang ikut berkonflik tersebut.

Dia juga yang menceritakan kepada saya bahwa desa-desa yang sebenarnya ikut tidak semua desa tapi berhubung pada saat itu hari pekan di Batang Toru sehingga menjadi terkesan ramai dan orang-orang mulai panik. Saya mendatangi desa-desa yang disebutkan yang sebenarnya menjadi pelaku utama dalam konflik yang terjadi dan mewawancarai kepala desa tokoh adat dan tokoh pemuda saya menemukan informasi


(43)

yang sama. Tidak ada yang berbeda dari jawaban setiap informan yang saya temui. Akhirnya saya memutuskan untuk berhenti di Kecamatan Batang Toru dan melanjutkan ke Kecamatan Muara Batang Toru.

Pengalaman saya di Kecamatan Muara Batang Toru tidak jauh berbeda dengan Kecamatan Muara Batang Toru. setiba di Kantor Camat Muara Batang Toru saya berjumpa langsung dengan bapak Camat Muara Batang Toru dan mengatakan kalau hari ini bapak Camat sedang sibuk mengurus banyak hal terkait semua berkas-berkas dan peralatan dan perlengkapan yang ada dikantor camat semuanya tidak ada yang tersisa dan bangunan baru selesai dibangun. Bapak camat menyerahkan sayah kepada bapak Sekretaris camat. Bapak Sekcam melihat ketus kearah saya dan mengatakan kalau saya sudah bisa melakukan penelitian tanpa harus pakai surat-surat, saya sempat mersa jengkel dan saya ingin menanyakan mengenai konflik tersebut kepada bapak Sekcam langsung. Tapi bapak Sekcam bilang saya menemui bapak Lurah saja mengenai informasi tersebut karena bapak Lurah lebih tau mengenai konflik tersebut.

Pengalaman saya saat itu hampir membuat saya menangis saya jauh-jauh datang ke Kelurahan Huta Raja untuk mengajukan surat penelitian yang saya dapatkan adalah sifat ketus. Saya memutuskan untuk pulang dan akan melanjutkan penelitian tanpa menggunakan surat-surat izin. Seminggu kemudian saya datang ke Huta Raja kembali dengan mental yang lebih kuat dan persiapan yang lebih baik. Setelah melewati perjalanan dua jam akhirnya saya sampai di Hutaraja dan langsung bertemu dengan bapak Lurah Bapak (Abu Akhir, 53). Saya menceritakan dan melakukan wawancara untunglah bapak Lurah tidak Ketus seperti Bapak Sekcam. Saya melakukan wawancara


(44)

selama 2 jam dan melanjutkan ke tokoh adat dan tokoh pemuda. Saya tidak mengalami kesulitan dalam melakukan wawancara dan memutuskan melakukan penelitian tanpa surat izit dari kecamatan.

Beberapa minggu setelah menunggu surat yang saya kirimkan kepada PT AR Martabe saya mendapatkan balasan yang tidak mengenakkan. Surat yang saya kirimkan mendapat balasan yang ditujukan langsung kepada bapak Zakaria selaku pembantu dekan I. Saya dipanggil menghadap beliau saya langsung berangkat dari kampung saya menuju medan setelah mengetahui informasi tersebut. Saya kembali ke Medan dan menjumpai bapak Zakaria saya diberikan semangat dan lebih berhati-hati dalam melakukan penelitian, dan saya menghubungi dosen Pembimbing saya Bapak R. Hamdani Harahap apa yang harus saya lakukan bapak Hamdani mengatakan untuk mewawancarai karyawan PT AR Martabe saja. Saya merasa lega dan melanjutkan penelitian kembali ke kampung halaman saya. Di kecamatan Batang Toru saya pun memulai penelitian tidak menggunakan surat izin dari Kecamatan karena sangat berbelit-belit dan prosesnya sangat lama. Saya melakukan penelitian dibantu oleh kawan saya yang tinggal di Batang Toru sehingga lebih mudah untuk melakukan penelitian. Penelitian yang saya lakukan di Batang Toru masyarakat sudah tidak terlalu mengingatnya karena konflik sudah terjadi satu tahun yang berlalu, dan tidak ada perubahan yang dirasakan masyarakat mengenai pembuangan limbah PT AR Martabe. Menurut salah satu informan saya mungkin masyarakat akan melakukan aksi demo lagi karena pengakuan masyarakat yang menjala di sungai Batang Toru bahwa sebenarnya limbah yang dibuang ke sungai Batang Toru sangat bau, kotor, dan berwarna hitam.


(45)

Karena kejadian yang sudah terjadi beberapa bulan yang lalu dan sudah lama terjadi membuat susah mendapatkan informasi dari sebagian masyarakat. masyarakat menganggap kejadian itu sudah berlangsung lama, dan tidak ada gunanya dibahas lagi. Selain itu masyarakat banyak yang curiga kepada peneliti karena dianggap sebagai orang-orang nya PT AR Martabe yang akan memata-matai mereka. Mereka takut akan terjadi penangkapan lagi kepada mereka. Tapi karena peneliti meminta dan menjelaskan kembali bahwa tujuan peneliti untuk keperluan akademis mereka mulai terbuka. Ketika peneliti meminta foto mereka yang diwawancarai mereka tidak mau, dan mengatakan kalau sebaiknya nama mereka dicantumkan.


(46)

BAB II

GAMBARAN UMUM KECAMATAN BATANG TORU DAN KECAMATAN MUARA BATANG TORU

2.1.Gambaran Umum Kecamatan Batang Toru

Kecamatan Batang Toru merupakan salah satu kecamatan yang perkembangannya cepat di Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Ibukota Kecamatan Batang Toru adalah Kelurahan Wek 1. Untuk mencapai Kecamatan Batang Toru tidaklah sulit karena Kecamatan Batang Toru merupakan kecamatan yang berada dijalan lintas sumatera. Dari kota Medan dengan menggunakan kendaraan darat ada dua jalur yang bisa ditempuh menuju kecamatan batang toru, yaitu melalui Sipirok dan Sibolga. Untuk sampai di Kecamatan Batang Toru sudah banyak angkutan umum yang membuka trayek Medan Batang Toru yaitu dengan Bus ataupun dengan travel. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai di Kecamatan Batang Toru dari Kota Medan sekitar ± 12 jam perjalanan.

Kecamatan Batang Toru memiliki sumber daya alam yang cukup. Hutan yang luas dimanfaatkan masyarakat sebagai lahan perkebunan, kebun sawit, kebun karet, kebun salak. Kecamatan Batang Toru memiliki Sumber daya alam Sungai yaitu Sungai Batang Toru, Sungai Batang Toru banyak dimanfaatkan masysarakat untuk pengairan ke sawah, untuk mandi, air minum, menjala ikan, dan sebagai lokasi tempat rekreasi yaitu pemandian “Parsariran”.

Dengan adanya Sungai Batang Toru masyarakat tidak sulit untuk mendapatkan ikan sungai yang segar-segar karena banyak masyarakat yang memancing disungai


(47)

Batang Toru. Masyarakat memancing ikan selain untuk konsumsi sendiri juga untuk dijual. Ikan dijual pada hari pekan tapi tidak kemungkinan pada hari biasa mereka menjual ikan dipinggir jalan lintas sumatera. Ikan yang dijual bermacam-macam seperti Ikan Mera. Lelan, Sidung-dung, Baung. Biasanya masyarakat menjual hasil pancingannya kepada pengendara yang melewati jalan besar antara Padang Sidimpuan menuju Sibolga. Selain itu Kecamatan Batang Toru juga memiliki sumber daya alam emas yang sekarang di pegang oleh PT AR Martabe.

Kecamatan Batang Toru terdiri dari berbagai suku, diantaranya Batak Toba dan Batak Mandailing, Jawa, Minang, Nias. Masyarakat Kecamatan Batang Toru mayoritas menganut Islam, Kristen ada juga yang menganut agama Hindu dan Budha. Walaupun terdiri dari beberapa suku dan agama yang berbeda masyarakat hidup rukun dan damai saling menghormati. Kecamatan Batang Toru berpusat di Kelurahan Wek 1, Wek 2, Wek 3, Wek 4, yang lebih sering disebut masyarakat dengan Batang Toru. karena setiap hari Selasa dan Jumat ada pekan tempat warga Kecamatan Batang Toru berbelanja dan menjual hasil perkebunan dan hasil tangkapan dari sungai Batang Toru di Pasar Batang Toru.

Di Hari Pekan hari selasa Batang Toru akan ramai banyak orang yang datang dari banyak daerah bahkan dari luar Kecamatan Batang Toru. Hal yang paling menarik pada pekan di Batang Toru adalah akan banyak Suku “NN” yang turun dari gunung untuk membeli kebutuhan mereka, akan banyak terlihat perempuan-perempuan yang mengangkat beras dikepala mereka dan tangan mereka memegang plastik besar, dan laki-laki dari suku “NN” tersebut tidak membawa apa-apa berjalan didepan mereka.


(48)

Pada umumnya mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Batang Toru adalah petani berkebun, kebun sawit, karet, dan salak sebagai mayoritas perkebunan masyarakat. Sebagian masyarakat bekerja sebagai pedagang, PNS. Di Kecamatan Batang Toru juga memiliki perkebunan Karet yang besar yang dipegang oleh perusahaan terbatas (PTPN III), perusahaan besar yang ada dikecamatan Batang Toru adalah PT AR Martabe. PT AR Martabe salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang bergerak di pertambangan Emas.

2.1.1. Letak dan Keadaan Geografis

Secara geografis Kecamatan Batang Toru terletak di antara 0028’48’’ Lintang Utara dan 99004’00’’ Bujur Timur. Luas wilayahnya ± 281,77 km2 atau 7, 42 % dari total keseluruhan Kabupaten Tapanuli Selatan. Kecamatan Batang Toru terdiri dari 19 Desa dan 4 Kelurahan, 45 dusun dan 8 lingkungan. Keadaan kontur wilayah Kecamatan Batang Toru berbukit-bukit dan dataran. Kecamatan Batang Toru terdiri dari perkampungan, lahan pertanian, perikanan, perladangan, hutan dan sungai. Kecamatan Batang Toru dikelilingi gunung-gunung yang sudah banyak yang gundul.

Desa-desa yang ada di Kecamatan Batang Toru dan luas wilayahnya yang paling luas adalah Kelurahan Perkebunan Batang Toru dengan luas ± 44,51 km2 (15,79%), diikuti oleh Perkebunan Hapesong ± 40,00 km2 (14,20%), Desa Batu Horing ± 26,59 km2 (9,43%), Desa Padang Lancat ± 16,30km2 (5,78%), Desa Aek Ngadol Sitinjak ± 14,25 km2 (5,05%), Desa Sisipa ± 13,63 km2 (4,83%), Desa Hutabari ± 12,50 km2 (4,43%), Desa Sumuran ± 10,15 km2 (3,60%), Desa Hapesong Baru ± 10,15 km2


(49)

(3,60%), Desa Huta Godang ± 10,10 km2 (3,58%), Desa Garoga ± 9,95 km2 (3,53%), Desa Sipenggeng ± 9,15 km2 (3,24%), Kelurahan Aek Pining ± 9,10 km2 (3,22%), Desa napa ± 8,35 km2 (2,96%), Desa Batu Hula ± 7,35 km2 (2.60 %), hapesong lama ±7,15 km2 (2,53%), Desa Sianggunan ±6,10 km2 (2,16%), Desa Telo ± 5,35 km2 (1,89%), Perkebunan Sigala-gala ± 5,29 km2 (1,8%), Desa Wek III batang toru± 4,15 km2 (1,47%), Desa Wek IV Batang Toru ± 4,15 km2 (1,47%), KelurahanWek I ± 4,00 km2 (1,41%), Kelurahan Wek II ± 3,50 km2 (1,24%).

Batas – batas wilayah Kecamatan Batang Toru:

a) Utara : Kabupaten Tapanuli Utara b) Selatan : Kecamatan Angkola Barat

c) Barat : Kecamatan Muara Batang Toru dan Kecamatan Angkola Sangkunur d) Timur : Kecamatan Marancar dan Kecamatan Angkola Timur

2.1.2. Keadaan Alam

Keadaan alam Kecamatan Batang Toru terdiri dari dataran yang dikelilingi gunung-gunung. Setiap Desa atau Kelurahan berbeda-beda kontur wilayahnya. Desa Hapesong Lama berbukit, Perkebunan Hapesong datar, Desa Padang Lancat berbukit, Desa Sianggunan berbukit, Desa Hutabaru datar, Desa Sipenggeng berbukit, Desa Hapesong Baru datar, Desa Sigala-gala datar, Kelurahan Perkebunan Batang Toru datar, Desa Telo datar, Desa Wek III batang toru datar, Kelurahan Wek II datar, Desa Wek I datar, Desa Wek IV Batang Toru datar, Desa napa datar, Kelurahan Aek Pining datar,


(50)

Desa Sumuran berbukit, Desa Batu Hula datar, Desa Huta Godang datar, Desa Garoga datar, Desa Batu Horing berbukit, Desa Aek Ngadol Sitinjak datar, Desa Sisipa berbukit

Walaupun keadaan alam di Kecamatan Batang Toru Berbukit dan datar Kecamatan Batang Toru memiliki sektor yang paling dominan adalah pertanian. sektor pertanian terdiri dari sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Sub sektor tanaman bahan pangan mencakup tanaman padi, palawija dan hortikultura. untuk tanaman padi dan palawija di kecamatan batang toru tahun 2011, tanaman Padi memiliki luas panen 2.905 ha dengan produksi sebesar 14.276 ton, kemudian tanaman Jagung memiliki luas panen 205 ha dengan produksi sebesar 823 ton, diikuti tanaman Kacang Kedelai dengan luas panen 100 ha dengan produksi 130 ton, selanjutnya tanaman Ubi Kayu memiliki luas panen 60 ha dengan produksi 1.065 ton, selain itu komoditi tanaman pangan lainnya relatif kecil baik dari sisi luas panen maupun produksinya.

Sektor perikanan di Kecamatan Batang Toru didapatkan dari Sungai Batang Toru. Banyak Masyarakat Batang Toru yang menjala memancing untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya di Sungai Batang Toru. Jenis Ikan yang didapat bermacam-maca diantaranya Ikan Merah, Ikan Baung, Ikan Lelan dan banyak lagi, sektor perkebunan antara lain kebun sawit, Karet dan Salak, kebun karet akan banyak dijumpai karena di Kecamatan Batang Toru ada perusahaan PTPN III. Untuk sektor peternakan banyak masyarakat yang beternak Sapi dapat terlihat di jalan-jalan apabila melewati Desa Hapesong Baru.


(51)

2.1.3. Kependudukan

Berdasarkan data statistik Kecamatan Batang Toru tahun 2012, jumlah penduduk penduduk Kecamatan Batang Toru 35.168 yang terdiri dari laki-laki 17.996 orang dan perempuan 17.172 orang. secara umum penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan.

TABEL 1

Komposisi Penduduk Kecamatan Batang Toru Berdasarkan Tingkat Usia

Sumber: kecamatan Batang toru dalam angka 2012

Dilihat dari tabel diatas komposisi penduduk kecamatan batang toru di dominasi oleh penduduk muda. Hal ini dilihat dari table diatas penduduk usia 5-9 tahun yang

no  Tingkatan umur  jumlah 

1  0‐4   tahun  2747 

2  5‐9   tahun  4035 

3  10‐14 tahun  3700 

4  15‐19 tahun  3796 

5  20‐24 tahun  3865 

6  25‐29 tahun  3562 

7  30‐34 tahun  2908 

8  35‐39 tahun  2274 

9  40‐44 tahun  2036 

10  45‐49 tahun  1771 

11  50‐54 tahun  1666 

12  55‐59 tahun  1057 

13  60‐64 tahun  644 

14  65‐69 tahun  379 

15  70‐74 tahun  388 

16  >75 tahun  340 


(52)

paling banyak dan usia 0-4 tahun, hal ini membuktikan bahwa pertumbuhan penduduk Kecamatan Batang Toru tinggi. Penduduk tua sangat sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan penduduk muda. rata-rata penduduk per rumahtangga sebesar 4,38. dengan kepadatan penduduk sebanyak 102,86 orang tiap km 2 tahun 2011. Rata-rata art di kecamatan batang toru sekitar 3-4 jiwa per rumahtangga, kecuali desa batu horing sebesar 5 jiwa per rumahtangga.

Berdasarkan data statistik tahun 2012, masyarakat kecamatan Batang Toru memeluk agama Islam adalah 28.870 jiwa (82%), Kristen Katolik 6293 jiwa (17%), dan lainnya 5 jiwa (0,014%). Hampir disetiap Desa/Kelurahan memiliki mesjid sebagai sarana ibadah untuk umat muslim. Gereja sebagai sarana ibadah penduduk yang memeluk agama Kristen biasanya mereka pergi daerah-daerah yang ada gerejanya atau membuat rumah penduduk sebagai sarana ibadah.

Masyarakat kecamatan Batang Toru memiliki pekerjaan yang paling dominan adalah petani/pekebun. Menurut data tahun 2012 penduduk yang bekerja sebagi petani/pekebun 6.154 jiwa, wiraswasta 3.857 jiwa, ibu rumah tangga 3,636 jiwa, lainnya 2.459 jiwa, karyawan swasta 459 jiwa, perdagangan 235 jiwa, PNS 396 Jiwa, TNI dan Polri 67 jiwa, yang belum bekerja 17.905 jiwa.

2.1.4. Sarana dan Prasarana Kecamatan Batang Toru 2.1.4.1. Sarana Pendidikan

Berdasarkan hasil Statistik daerah Kecamatan Batang Toru tahun 2012, Masyarakat Kecamatan Batang Toru tingkat penduduk yang masih sekolah sekitar 25%


(53)

dari total jumlah penduduk yang ada. Tingkat pendidikan masyarakat Batang Toru masih lebih tinggi untuk Sekolah Dasar. Sekolah SD sederajat yang masih sekolah adalah 13,50%, SLTP/Sederajat 7,029%, SLTA/Sederajat 4,70%. Untuk sekolah Sd/Sederajat pada umumnya tingkatan penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Tapi untuk tingkatan SLTP dan SLTA penduduk Perempuan lebih banyak.

TABEL 2

Jumlah penduduk Kecamatan Batang Toru berdasarkan tingkat Pendidikan No Tingkat pendidikan Jumlah

1. Belum Sekolah 6.972 Jiwa 2. Tidak Tamat SD 5.781 Jiwa 3. Tamat SD/Sederajat 8.324 Jiwa 4. SLTP/Sederajat 5.811 Jiwa 5. SLTA/Sederajat 7.153 Jiwa

6. Diploma II 287 Jiwa

7. Diploma III 308 Jiwa

8. Strata I 507 Jiwa

9. Srata II 18 Jiwa

10. Strata III 7 Jiwa

Jumlah 35.168 Jiwa

Sumber: Kecamatan Batang Toru dalam angka juni 2012

Kecamatan Batang Toru tingkat pendidikan masyarakat masih rendah dilihat dari tabel diatas Masyarakat dengan tingkat pendidikan tamat SD/Sederajat lebih banyak. Banyaknya penduduk yang tingkat pendidikannya masih rendah dipengaruhi oleh budaya dan sosial ekonomi. Karena sarana pendidikan untuk Sekolah Dasar rata-rata hampir semua Desa dan Kelurahan mempunyai SD/Sederajat. Jumlah SD/Sederajat di Kecamatan Batang Toru sebanyak 25 Unit. SLTP/Sederajat sebanyak 7 unit , SLTA/Sederajat sebanyak 5 unit. Lokasi SLTP/Sederajat dan SLTA/Sederajat di


(54)

Kecematan Batang Toru berada dipusat Kecamatan Batang Toru yaitu Ibu Kota Kecamatan sehingga banyak masyarakat yang tingkat pendidikannya hanya sampai tingkat SD/Sederajat.

Sebagian Masyarakat di Kecamatan Batang Toru sudah menganggap bahwa pandidikan penting bagi anak-anak mereka. Hal ini trelihat dengan pemuda-pemudi yang merantau keluar dari Kecamatan BatangToru untuk melanjutkan pendidikan mereka ke tingkat universitas. Universitas yang menjadi tujuan mereka adalah universitas-universitas yang berada di Padang Sidimpuan, dan kota-kota besar Sumatera, misalnya: Universitas Sumatera Utara di Medan, Universitas Negeri Medan dan Universitas lainnya baik di Provinsi Sumatera Utara maupun diluar Provinsi.

2.1.4.2. Sarana Kesehatan

Tingkat Kesehatan masyarakat di Kecamatan Batang Toru dilihat pada statistik tahun 2010 dilihat dari jenis penyakit yang paling banyak diderita masyarakat adalah influenza (58,45 persen), kemudian diikuti dengan penyakit diare dan kolera (12,70 persen), berikutnya tbc dan bta klinis sebesar (9,49 persen),penyakit hypertensi (9,06 persen), malaria klinis (8,23 persen), tbc paru bta positif (0,85 persen), disentri (0,83 persen), campak (0,19 persen) serta penyakit tipoid (0,15 persen).

Sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Batang Toru, yaitu: Puskesmas 1 unit, Puskesmas pembantu 3 unit , Posyandu 50 unit, praktek dokter, balai pengobatan swasta, apotik, dan toko obat. Untuk jumlah tenaga kerja kesehatan terdiri dari Dokter Umum 1 orang, Bidan 43 orang dan perawat 10 orang. Berdasarkan statistik tahun 2011,


(55)

dari 28 ribu lebih penduduk di kecamatan batang toru hanya dilayani oleh 1 dokter dan 53 tenaga paramedis lainnya dan tidak ada peningkatan dari tahun sebelumnya.

2.1.4.3. Sarana Transportasi

Sarana transportasi yang ada di Kecamatan Batang Toru merupakan transportasi darat, yaitu terdiri atas, Angkutan Umun Antar Pedesaan dalam Kabupaten, dan becak bermotor. Masyarakat Batang juga menggunakan Sepeda Motor dan Mobil Pribadi sebagai sarana transportasi mereka. Untuk angkutan Umum antar pedesaan dengan tujuan Batang Toru – Sidimpuan dengan Lin 90. Becak Bermotor bisanya untuk wilayah-wilayah yang tidak dilalui angkutan umum antar pedesaan. Becak bermotor di Kecamatan Batang Toru sangat unik, karena becak bermotor tidak digunakan dengan cara sewa tapi apabila yang diangkut satu orang dan orang lainnya bisa naik ditengah jalan sama halnya seperti angkutan umum antar pedesaan.

Keadaan jalan di Kecamatan Batang Toru pada tahun 2011 kondisi fasilitas jalan sudah cukup membaik. dari panjang jalan kabupaten 78,20 km di kecamatan batang toru 41,41 persen kondisinya baik, kondisi sedang (18,01 persen), kondisi rusak (40,59 persen) dan hampir tidak ada jalan kabupaten di kecamatan batang toru dalam kondisi rusak berat. dari total panjang jalan yang ada, 34,73 persen sudah diaspal, 9 persen sudah di batu onderlag dan 56,27 persen permukaan jalan masih tanah.


(56)

Sarana Komunikasi di Kecamatan Batang Toru sudah sangat lancar. Berupa telepon selular (Handphone) yang lebih sering disebut dengan Hp. Rata-rata seluruh penduduk kecamatan Batang Toru sudah mempunyai telepon seluler. Jaringan selular di Kecamatan Batang Toru untuk pusat kecamatan provider yang tersedia seperti TELKOMSEL, INDOSAT, XL, THREE, tapi ada sebagian wilayah di Kecamatan Batang Toru jaringan provider yang tersedia hanya TELKOMSEL. Selain telepon selular di Kecamatan Batang Toru juga terdapat Kantor Pos yang melayani pengiriman barang atau paket dan uang masyarakat.

2.1.4.5. Sarana Pariwisata

Potensi pariwisata di Kecamatan Batang Toru yaitu adanya pemandian aliran Sungai Batang Toru yaitu Pemandian Parsariran. Pemandian Parsariran dimanfaatkan masyarakat untuk berekreasi pada akhir pekan, Batu Godang, Parulokan, Sarajevo, merupakan tempat-tempat yang banyak dikunjungi diparsariran. Biasanya pada akhir pekan ada acara keyboard yang menghibur pengunjung. Parsariran juga digunakan sebagai lokasi lomba motocross. Selain itu aliran sungai Batang Toru juga dimanfaatkan untuk lokasi arung jeram oleh masyarakat.

2.2. Gambaran Umum Kecamatan Muara Batang Toru

Kecamatan Muara Batang Toru merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tapanuli selatan, yang ibukota kecamatannya adalah Kelurahan Hutaraja, Untuk sampai di Kecamatan Batang Toru hanya bisa dilakukan dengan kendaraan pribadi karena


(57)

angkutan umum menuju Kecamatan Muara Batang Toru sangat sedikit. Angkutan umum menuju Kecamatan Muara Batang Toru hanya ada seminggu sekali yaitu hari senin. Karena pada hari senin merupakan hari pekan di Kelurahan Hutaraja. Kelurahan Hutaraja merupakan pusat dari Kecamatan Muara Batang Toru.

Untuk sampai di Kecamatan Batang Toru hanya bisa melalui simpang Perkebunan Batang Toru dan dari Desa Telo di Kecamatan Batang Toru. Kondisi jalan yang dilewati untuk sampai di Kecamatan Muara Batang Toru hanya beberapa meter saja kondisi jalan yang bagus jika lewat dari Perkebunan Batang Toru, tapi jika menuju Muara Batang Toru melalui Desa Telo tidak ada jalan yang bagus, jalan aspal yang berlubang, jalan yang masih tanah dengan batu-batu besar, jalan yang rusak parah dan belum diaspal. Dibutuhkan waktu sekitar 90 menit dari Kecamatan Batang Toru menuju Kecamatan Muara Batang Toru.

2.2.1. Letak dan Keadaan Geografis

Secara geografis Kecamatan Muara Batang Toru terletak di antara 01027’21’’ Lintang Utara dan 99059’24’’ Bujur Timur. Luas wilayahnya ± 96,90 km2 atau 2,55 % dari total keseluruhan Kabupaten Tapanuli Selatan. Kecamatan Muara Batang Toru merupakan Kecamatan paling kecil diantara Kecamatan yang ada di Tapanuli Selatan. Kecamatan Muara Batang Toru terdiri dari 6 Desa dan 3 Kelurahan, 14 dusun dan 6 lingkungan. Keadaan kontur wilayah Kecamatan Muara Batang Toru dataran.


(58)

Desa-desa yang ada di Kecamatan Batang Toru dan luas wilayahnya yang paling luas adalah Kelurahan Muara Opu dengan luas ± 23,00 km2 (23,73%), diikuti oleh Muara Ampolu ± 20,00 km2 (20,63%), Simarlelan ± 15,00 km2 (15,47%), Pardamean ± 9,91km2 (10,22%), Muara Hutaraja ± 6,60 km2 (6,81), Terapung Raya ± 6,50 km2 (6,70%), Bandar Hapinis ± 5,80 km2 (5,98%), Muara Manompas ± 5,59 km2 (5,76%), Kelurahan Hutaraja ± 5,10 km2 (5,25%).

Batas – batas wilayah Kecamatan Batang Toru:

a) Utara : Kabupaten Tapanuli Tengah b) Selatan : Kecamatan Mandailing Natal c) Barat : Samudra Hindia

d) Timur : Kecamatan Angkola Sangkunur dan Kecamatan Batang Toru 2.2.2. Keadaan Alam

Keadaan Alam Kecamatan Muara Batang Toru tidak jauh berbeda dengan Kecamatan Batang Toru. Kontur seluruh wilayah di Kecamatan Muara Batang Toru adalah datar. Pertanian menjadi sektor utama sumber penghasilan masyarakat Kecamatan Muara Batang Toru. Tanaman padi menjadi sektor utama penghasilan masyarakat. produksi tanaman padi dan palawija di kecamatan muara batang toru tahun 2011, tanaman Padi memiliki luas panen 769 ha dengan produksi sebesar 1.731,5 ton, kemudian tanaman Jagung memiliki luas panen 18 ha dengan produksi sebesar 56 ton, selain itu komoditi tanaman pangan lainnya relatif kecil baik dari sisi luas panen maupun produksinya.


(59)

2.2.3. Kependudukan

Berdasarkan data statistik Kecamatan Muara Batang Toru tahun 2012, jumlah penduduk Kecamatan Muara Batang Toru 11.571 yang terdiri dari laki-laki 5.966 orang dan perempuan 5605 orang. secara umum penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan.

TABEL 3

Komposisi Penduduk Kecamatan Muara Batang Toru Berdasarkan Tingkat Usia

Sumber: kecamatan Batang toru dalam angka 2012

Dilihat dari tabel diatas komposisi penduduk kecamatan batang toru di dominasi oleh penduduk muda. Hal ini dilihat dari table diatas penduduk usia 0-4 tahun yang paling banyak, hal ini membuktikan bahwa pertumbuhan penduduk Kecamatan Muara Batang Toru tinggi. Penduduk tua sangat sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan

no  Tingkatan umur  jumlah 

1  0‐4   tahun  1590 

2  5‐9   tahun  1431 

3  10‐14 tahun  1424 

4  15‐19 tahun  1173 

5  20‐24 tahun  1046 

6  25‐29 tahun  952 

7  30‐34 tahun 786

8  35‐39 tahun  707 

9  40‐44 tahun  546 

10  45‐49 tahun  517 

11  50‐54 tahun  499 

12  55‐59 tahun  363 

13  60‐64 tahun  228 

14  65‐69 tahun  130 

15  70‐74 tahun 103

16  >75 tahun  77 


(60)

penduduk muda. rata-rata penduduk per rumahtangga sebesar 4,49. dengan kepadatan penduduk sebanyak 118,60 orang tiap km2 tahun 2012. Rata-rata penduduk di kecamatan Muara Batang Toru sekitar 8 jiwa per km2. Masyarakat kecamatan Muara Batang Toru memeluk agama yang dominasi muslim dan Kristen. Di setiap Desa/Kelurahan memiliki mesjid dan gereja sebagai sarana ibadah masyarakat.

Masyarakat kecamatan Batang Toru memiliki pekerjaan yang paling dominan adalah petani/pekebun. Menurut data tahun 2012 jenis pertanian penduduk paling banyak adalah kebun sawit, karet dan kakao. Dan untuk peternakan masyarakat banyak yang memelihara kerbau dan ayam.

2.2.4. Sarana dan Prasarana Kecamatan Muara Batang Toru 2.2.4.1.Sarana Pendidikan

Berdasarkan hasil Statistik daerah Kecamatan Muara Batang Toru tahun 2012, Masyarakat Kecamatan Muara Batang Toru tingkat penduduk yang masih sekolah sekitar 24,20% dari total jumlah penduduk yang ada. Tingkat pendidikan masyarakat Batang Toru masih lebih tinggi untuk Sekolah Dasar. Sekolah SD sederajat yang masih sekolah adalah 17,07%, SLTP/Sederajat 5,82%, SLTA/Sederajat 1,31%. Pada umumnya tingkat pendidikan laki-laki yang sekolah lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.

TABEL 4

Jumlah Sekolah dan Jumlah Siswa Kecamatan Muara Batang Toru

NO TINGKAT

PENDIDIKAN JUMLAH

JUMLAH SISWA

LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 SD/Sederajat 9 unit 1011 951

2 SLTP/Sederajat 3 unit 338 331

3 SLTA/Sederajat 1 unit 82 69


(61)

Sumber : Kecamatan Muara Batang Toru 2012

Tingkat pendidikan di Kecamatan Muara Batang Toru masih rendah, jumlah laki-laki yang sekolah masih lebih tinggi di bandingkan jumlah perempuan yang sekolah, dapat di lihat dari table di atas. Jumlah sekolah di Kecamatan Muara Batang Toru juga sangat sedikit. Banyak dari pemuda-pemudi dari Kecamatan Muara Batang Toru yang sekolah siluar Kecamatan Batang Toru, Seperti Kecamatan Batang Toru, Kecamatan Angkola Barat dan Kota Padang Sidimpuan.

2.2.4.2. Sarana Kesehatan

Dari data Statistik Kecamatan Muara Batang Toru, Penyakit yang di derita penduduk Kecamatan Muara Batang Toru yaitu Malaria klinis (24,80%), kemudian diikuti dengan penyakit Hypertensi (23,43%), berikutnya penyakit Influenza (15,23%), Disentri (11,13%), Tbc dan Bta klinis (7,81%), Batuk Rejan (5,46%), Bronkitis (5,07%), Diare dan Kolera (4,88%), Campak (1,17%), Tbc Paru Bta Positif sebesar (0,78%) serta penyakit gigitan hewan tersangka Rabies (0,19%). Tingkat Kesehatan penduduk masih rendah jika dilihat dari jenis penyakit yang diderita penduduk.

Sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Muara Batang Toru, yaitu: Puskesmas 1 unit, Puskesmas pembantu 2 unit , Posyandu 18 unit. Untuk jumlah tenaga kerja kesehatan terdiri dari Dokter 3 orang, Bidan 25 orang dan perawat 3 orang. Berdasarkan statistik tahun 2011, dari 11 ribu lebih penduduk di Kecamatan Muara Batang Toru hanya dilayani oleh 2 dokter dan 29 tenaga paramedis lainnya dan tidak ada peningkatan dari tahun sebelumnya.


(1)

 

Foto Sum

Foto Sum

o :

mber :

o :

mber :

LAM

Keadaan S Dokument

masyaraka Dokument

MPIRAN F

Sungai Batan tasi pribadi

at yang mela tasi pribadi

FOTO

ngtoru


(2)

       

Foto Sum

o :

m mber :

Foto bekas masyarakat

Dokument

pembakaran tasi pribadi


(3)

LAMPIRAN Interview Guide

Data Daftar pertanyaan informan

1. Latar belakang terjadinya konflik

1. Aktifitas apa yang anda lakukan di sungai Batang Toru?

2. Sejak kapan anda mengetahui limbah akan dibuang ke Sungai Batang Toru?

3. Apakah ada pemberitahuan dari AR Martabe akan dibuangnya limbah ke Sungai Batang Toru? 4. Hal-hal apa saja yang

mendorong anda untuk melakukan aksi demo? 5. Bagaimana tanggapan anda

dibuangnya limbah ke sungai Batang Toru?

6. Apakah ada orang yang

menorganisir untuk melakukan aksi demo?

masyarakat

1. Mengapa limbah dibuang ke sungai Batang Toru?

2. Apakah ada pemberitahuan dari perusahaan kepada masyarakat mengenai pembuangan limbah diSungai Batang Toru?

3. Tindakan apa yang dilakukan perusahaan saat masyarakat melakukan aksi demo? 4. Apakah perusahaan meredam

konflik dengan masyarakat?

PT.AR.Martabe

2.

Respon terhadap konflik

1. Mengapa masih melakukan demo sedangkan PT AR

Martabe sudeh mempunyai surat izin dari Bupati?

2. apa-apa saja tuntutan saat melakukan aksi demo?


(4)

Respon terhadap konflik

3. Hal Apa yang menyebabkan masyarakat bisa menjadi sangat marah dan merusak fasilitas tambang dan pemerintahan? 4. Bagaimana respon dari PT AR

terhadap demo yang anda lakukan?

1. Apa tanggapan perusahaan saat masyarakat melakukan aksi demo?

2. Tindakan apa yang dilakukan saat masyarakat merusak peralatan-peralatan perusahaan? 3. Kenapa perusahaan tidak

memenuhi permintaan masyarakat agar limbah tidak dibuang ke sungai Batang Toru? 4. Apakah ada dampak dari demo

masyarakat terhadap kegiatan perusahaan?

PT AR Martabe

3. Penyelesaian

1. Tindakan apa yang dilakukan masyarakat setelah terjadinyan konflik?

2. Apakah dampak yang dirasakan masyarakat setelah terjadinya konflik?

3. Bagaimana proses penyelesaian konflik antara masyarakat dengan PT AR Martabe? 4. Apa tindakan PT AR Martabe

setelah terjadinya pengrusakan dari masyarakat?

5. Apakah ada perubahaan terhadap aktifitas masyarakat setelah dibuangnya limbah kesungai Batang Toru?

Masyarakat

1. Tindakan apa yang dilakuakan perusahaan mengenai terhadap pengrusakan yang dilakukan


(5)

oleh masyarakat?

2. Bagaimana proses penyelesaian konflik antara perusahaan dengan masyarakat? 3. Bagaimana dampak dari

terjadinya konflik terhadap kegiatan perusahaan?

 

Daftar Nama Informan 1. Nama : Abu Akhir Siregar

Umur : 53 Tahun Pekerjaan : PNS 2. Nama : Desy H.S

Umur : 21 Tahun Pekerjaan : Pedagang 3. Nama : Ronal Nst

Umur : 28 Tahun Pekerjaan : Pedagang 4. Nama : Wayan Hsb

Umur : 47 Tahun Pekerjaan : Ketua Bpd 5. Nama : Erwin Nst

Umur : 30 Tahun

Pekerjaan : Karyawan PT AR Martabe 6. Nama : Gadih S

Umur : 50 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 7. Nama : Putri Srg


(6)

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 8. Nama : Umak Mela

Umur : 45 Tahun Pekerjaan : Pedagang 9. Nama : HL

Umur : 28 Tahun Pekerjaan : Petani 10.Nama : Toyo H.

Umur : 40 Tahun Pekerjaan : Nelayan 11.Nama : DT

Umur : 30 Tahun Pekerjaan : Nelayan 12.Nama : Roni Shb

Umur : 35 Tahun Pekerjaan : Pedagang 13.Nama : Candra H.

Umur : 22 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta 14.Nama : Ahmad Basyir

Umur : 24 Tahun

Pekerjaan : Karyawan PT AR Martabe 15.Nama : A.S

Umur : 55Tahun Pekerjaan : Petani 16.Nama : Jhon E.

Umur : 29 Tahun Pekerjaan : PNS


Dokumen yang terkait

Studi Kantung Semar (Nepenthes Spp.) Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara

7 66 86

Studi Tumbuhan Anggrek Di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara

11 132 149

Determinan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan Di Puskesmas Batang Toru Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015

9 66 113

Keanekaragaman Plankton Sebagai Bioindikator Kualitas Air Sungai Batang Toru

4 65 86

Uji ransum berbasis pucuk batang tebu, pucuk batang jagung dan pucuk batang ubi kayu dengan penambahan starbio terhadap non karkas domba Sei Putih

1 32 59

Uji Ransum Berbasis Pucuk Batang Tebu, Pucuk Batang Jagung, Dan Pucuk Batang Ubi Kayu Dengan Penambahan “Starbio” Terhadap Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan Organik Domba Sei Putih

0 38 56

Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru (Studi Kasus Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan)

2 48 94

LEMBAR KUESIONER DETERMINAN PEMANFAATAN PELAYANAN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS BATANG TORU KECAMATAN BATANG TORU

0 0 24

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN BATANG TORU DAN KECAMATAN MUARA BATANG TORU 2.1.Gambaran Umum Kecamatan Batang Toru - Studi Mengenai Konflik Antara Masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru Dengan PT Agincourt Resources Martabe di Ke

0 0 18

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang - Studi Mengenai Konflik Antara Masyarakat Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Muara Batang Toru Dengan PT Agincourt Resources Martabe di Kecamatan Batang Toru

0 0 27