Pakaian Adat pada Pesta Perkawinan Masyarakat Sumando Pesisir

MenurutPanggabean dalam Paggebean 1995, Sumando itu konotasi dari Suman + Do artinya serupa. Do artinya saja, Sumando berarti serupa saja. Maksudnya serupa saja Adat Batak dengan Melayu Minangkabau atau sebaliknya.

4.2. Pakaian Adat pada Pesta Perkawinan Masyarakat Sumando Pesisir

Potensi kebudayaan yang dimaksud disini ialah kebudayaan dalam arti luas tidak hanya meliputi “kebudayaan tinggi” seperti kesenian atau perikehidupan keraton dan sebagainya, akan tetapi meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah suatu masyarakat : pakaian, caranya berbicara, kegiatan di pasar dan sebagainya. Pokoknya act dan artifact tingkah laku dan hasil karya sesuatu masyarakat, dan tidak hanya kebudayaan yang masih hidup, akan tetapi juga kebudayaan yang berupa peninggalan-peninggalan atau tempat-tempat bersejarah. Soekadijo, 2002:54 Dalam perkawinan masyarakat Pesisir Sumando, pengantin akan memakai baju pakaian adat perkawinan masyarakat Pesisir Sumando, ada beberapa pernak- pernik hiasan busana pengantin perempuan dan laki-laki pada etnis Pesisir Anak Daro di antaranya sebagai berikut : Gambar 4.1 Pengantin Adat Sumando Pesisir Sumber : Nauli, 2006 Gambar 4.2 Pengantin Wanita Adat Sumando Pesisir Sumber : Nauli, 2006

B. Perlengakapan busana wanita

1. Alas Kaki 2. Kain 3. Baju 4. Selendang 5. KorsetLongtorso 6. Sanggu gadang

C. Perhiasan busana wanita

1. Kalung 2. Tali pinggang 3. Gelang siku 4. Gelang tangan 5. Gelang kaki 6. Anting-anting

D. Cara pemakaian busana wanita

1. Alas kaki Alas kaki pengantin perempuan model tertutup bagian depan, terbuka bagian belakang memakai tumit, warna warni sesuai busana, diberikan hiasan sulaman benang emas peyet-peyet terbuat dari bahan beludu. 2. Kain Kain pengantin perempuan disebut dengan kain anak daro terbuat dari bahan songket Batubara, warna : merah, biru, dan kuning disesuaikan dengan warna hijau. Pada zaman dahulu warna menentukan status kedudukan didalam masyarakat Etnis Pesisir. Warna merah, biru dipakai oleh masyarakat biasa, sedangkan warna kuning dipakai oleh raja maupun keturunan bangsawan. Arah belitan kain menghadap ke kanan, kepala kain berada pada bagian depan, tinggi kain tertutup mata kaki yang melambangkan kehormatan. Gambar 4.3 Kain Pengantin Perempuan Adat Sumando Sumber : Pasaribu, 2014 3. Baju Pengantin perempuan mengenakan busana kebaya pendek yang terbuat dari bahan renda, brohat dan songket warna baju merah, biru, dan kuning disesuaikan dengan warna kain. Model kebaya tidak memakai bef, memakai kerah selendang, tangan tidak terlalu longer dapat diberi hiasan dari benang emas, peyet-peyet untuk menambah keindahan busana, melambangkan kehormatan. Gambar 4.4 Baju Pengantin Adat Sumando Sumber : Pasaribu, 2014 4. Selendang Fungsi selendang sebagai penutup tubuh di bagian atas yang disebut dengan selendang manduaro kendang-kendang terbuat dari bahan tenun benang emas, warna disesuaikan dengan warna busana melambangkan kehormatan. Cara memakainya, selendang diletakkan di atas bahu kiri dan bahu kanan dengan ujung keduanya berada bagian depan, selendang bagian belakang ditekuk ke dalam hingga bentuk rapi dan terletak di atas bahu. Gambar 4.5 Selendang Pengantin Adat Sumando Sumber : Pasaribu, 2014 5. Kalung Kalung yang dipakai pengantin perempuan terdiri dari bertingkat-tingkat. Pada masa kerajaan zaman dahulu, kalung lima tingkat dipakai untuk masyarakat biasa. Kalung tujuh tingkat dipakai untuk kaum golongan bangsawan, sembilan tingkat untuk golongan keturunan raja-raja. Gambar 4.6 Kalung Pengantin Adat Sumando Sumber : Pasaribu, 2014 Motif pada mainan kalung melahirkan nama kalung tersebut yang terdiri dari beberapa nama sebagai berikut : • Kalung dari bintang mempunyai motif bintang-bintang • Kalung dari bungan mempunyai motif dari bunga-bunga • Kalung dari bulan mempunyai motif bulan-bulan • Kalung nago-nago mempunyai motif kepala naga • Kalung panjang terbuat dari bahan manik-manik Kalung terbuat dari bahan imitasi dan permata, melambangkan perdatuan dan status. 6. Tali pinggang Tali pinggang disebut kabek patah sambilan ponding. Hal ini melambangkan tali pengikat kebersatuan dan keutuhan khususnya kepada kedua pengantin, bentuknya patah-patah terdiri dari sembilan bagian, bahan terbuat dari perak dan imitasi, dipakaikan pada pinggang dengan posisi di atas selendang manduaro. Gambar 4.7 Tali Pinggang Perkawinan Adat Sumando Sumber : Pasaribu, 2014 7. Gelang di atas siku Gelang di atas siku disebut gelang nago-nago. Gelang ini berjumlah dua buah siku kanan dan siku kiri , terbuat dari bahan imitasi dan busana dengan motif ular yang melingkar, melambangkan kehormatan. Gambar 4.8 Gelang Perkawinan Adat Sumando Sumber : Pasaribu, 2014 8. Gelang pada pergelangan tangan Gelang yang di pakai pada pergelangan tangan terdiri atas : • Gelang keroncong terbuat dari bahan imitasi, berjumlah dua buah • Gelang piccak jumlahnya dua buah, menik-menik jumlahnya dua buah yang diletakkan pada sehelai kain. Semua gelang berada di atas ujung lengan di luar 9. Gelang kaki Gelang kaki dikenakan pada pergelangan kaki. Gelang mempunyai lambang kehormatan, gelang tidak berbunyi dipakai pada orang kebanyakan. Gelang yang berbunyi dipakai oleh keturunan bangsawan maupun keturunan raja-raja, sehingga ke mana pun puteri raja melangkah akan diketahui orang lain. 10. Anting-anting Anting-anting pengantin pada etnis Pesisir bentuknya menjurai yang terbuat dari bahan imitasi permata yang melambangkan kehormatan. 11. Sanggul Perhiasan • Rambut Seluruh rambut diisir ke arah Top Crown kemudian diikat lalu dijepit dengan jepitan lidi, dirapikan dengan memakai hair spray. • Sanggu Gadang Sanggu gadang merupakan penutup kepala pengantin perempuan dan dikenakan pada kepala pengantin perempuan yang dibuat dari lempengan – lempengan emas dilapisi kain terbuat dari bahan imitasi, perak dihiasi beberapa bentuk hiasan lainnya untuk memperindah. Sanggu Gadang melambangkan kebesaran dan kemuliaan. Gambar 4.9 Sanggu Gadang Sumber : Pasaribu, 2014 Hiasan-hiasan yang dipakai pada Sanggu Gadang sebagai berikut : - Piso-piso Bentuknya menyerupai pisau, jumlahnya sembilan buah, posisi berdiri tegak lurus, ujungnya agak melengkung sedikit, posisi diletakkan di sekeliling Sanggu Gadang. - Layang-layang Terdiri dari sepasang buah gombak yang bermotif buah gombak, terbuat dari bahan imitasi, dipakai pada sisi kanan dan sisi kiri. Sanggu Gadang melambangkan kehormatan. - Goyang-goyang Bentuk tusuk konde yang terjurai ke bawah dan mempunyai tingkat- tingkat, dipakai pada ujung piso-piso. Gambar 4.10 Goyang-goyang Sumber : Pasaribu, 2014 - Sunting Dikenakan di sebelah atas Sanggu Gadang dengan motif kembang, bintang, dan matahari. Gambar 4.11 Sunting Sumber : Pasaribu, 2014 - Garak Gampo Sabagai hiasan Sanggu Gadang bentuknya meyerupai sunting dan lebih besar. Jumlahnya satu buah, dikenakan di belakang Sanggu Gadang, fungsinya sebagai tusuk sanggul. Gamabar 4.12 Garak Gampo Sumber : Pasaribu, 2014 - Tatak Konde Bentuknya menyerupai Crown terbuat dari bahan imitasi dan dikenakan pada kening di atas alis dan mempunyai tali untuk mengikat ke belakang Sanggu Gadang. Posisi letak di luar dari tepi Sanggu Gadang. Zaman dahulu tatak konde ini terbuat dari kain bewarna merah sebagai alat Sanggu Gadang. Gambar 4.13 Tatak Konde Sumber : Pasaribu, 2014

E. Perlengkapan Busana Pria dan Cara Memakainya

1. Sepatu Sepatu terbuat dari bahan kulit, model pansus bewarna hitam dan memakai kaus kaki. 2. Celana Celana pengantin laki-laki disebut sarawa gunting Aceh model mengecil ke bawah gunting Portugis . Ujung celana diberi hiasan sulaman benang emas dan memakai hiasan tabur-tabur warna merah, biru, dan kuning. Warni ini melambangkan kebesaran dan kemuliaan. 3. Baju dalam Baju yang dipakai di dalam merupakan kemeja bewarna putih, posisinya di dalam celana. 4. Otto Otto berupa baju yang dipakai di atas dada sebagai penutup dada yang diberi hiasan sulaman benang emas pada bagian dada, memakai tali ke belakang dan tidak memakai tangan. Otto terbuat dari bahan beludu dan bewarna, dipakai di atas kemeja putih, mempunyai lambang memberi perlindungan kepada kedua pengantin agar terhindar dari gangguan-gangguan berupa guna-guna dan gaib. 5. Kain Nama kain yaitu samping Bugis anak daro manduaro , terbuat dari bahan tenunan Songket Batubara Songket Banang Ameh . Warna kain sesuai dengan warna kain pengantin perempuan yaitu merah, biru, dan kuning, dipakai sebatas ± 10 cm di bawah lutut, arah lipatan sisi kiri arah ke tengah dan sisi kanan ke arah ke tengah kedua sisi menghadap ke tengah lipatan berhadapan di tengah pusat, satu lipat dipakai oleh rakyat biasa, tiga lipat dipakai oleh keturunan bangsawan, dan lima lipat dipakai oleh keturunan raja-raja. Kain adalah melambangkan status kedudukan. 6. Jas luar Baju jas luar yaitu jas Turki, terbuat dari bahan beludu. Warna merah, biru, kuning, motip diberi hiasan tabur-tabur berbentuk koin-koin paun-paun yang terdiri dari bahan imitasi. Bentuknya model jas yang memakai krah yang diberi hiasan sulaman benang emas bentuk lengan agak longgar bagi pemakaiannya di luar pada otto. Melambangkan sosial dan kekayaan. Gambar 4.14 Baju dan Celana Pria Sumber : Pasaribu, 2014 Hiasan Ornamen Busana Pria diantaranya adalah 1. Kalung Nama kalung Bijo Batik. Terbuat dari bahan imitasi. Model bulat-bulat saling bertautan. Motif biji betik papaya dipakai di atas dari pada jas Turki, melambangkan persatuan dan kesatuan. 2. Ikat pinggang Tali pinggang pengantin pria di sebut kabek pinggang Patah Sembilan Ponding . Disebut patah sembilan bentuknya putus-putus berjumlah sembilan bagian yang ditautkan di antara satu dengan yang lain. Motif hiasannya motif bunga- bunga, melambangkan tali pengikat batin di antara kedua mempelai sebagai suami istri. 3. Keris Seo Keris diselipkan pada tali pinggang yang terbuat dari mahan imitasi dan punya gagang, jumlahnya satu buah. Posisi keris dipakai pada pinggang bagian depan, gagang keris ke kanan. Lambang kekuatan dan harga diri untuk mempertahankan martabat keluarga, khususnya istri. 4. Penutup kepala Penutup kepala dinamakan Ikkek. Terbuat dari bahan beludu. Bentuknya bulat melingkar pada kepala dan memakai simpul pada ujungnya dengan warna hitam. Ikkek diberi hiasan berupa satu buah gombak hiasan berjurai ke bawah dengan hiasan layang-layang motif layang-layang melambangkan persatuan dan kesatuan antara kedua pengantin di dalam mengarungi rumah tangga dan juga melambangkan keutuhan adat yang berlaku sesama manusia. Ikkek diberi hiasan tabur-tabur maupun sulaman benang emas. Sumber : Sjawal. 2014. Budaya dan Pariwisata Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga.

4.3. Pakaian Adat pada Pesta Perkawinan Masyarakat Sumando Pesisir sebagai Atraksi Wisata