BAB IV HASIL PENELITIAN
IV.1 Karakteristik Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular RS. H. Adam Malik dengan menggunakan data sekunder berupa rekam
medis pasien yang dirawat di CVCU RS. H. Adam Malik dengan diagnosis Sindroma Koroner Akut mulai periode Oktober 2012 sampai dengan Februari
2013 dan telah terkumpul sampel sejumlah 75 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga dapat diikutkan dalam penelitian.
Dari keseluruhan jumlah sampel yang dilibatkan dalam penelitian, dilakukan pengumpulan data hasil angiografi koroner untuk kemudian
dikelompokkan menjadi one vessel disease bila dijumpai stenosis 70 pada satu arteri koroner epikardial dan multivessel disease jika dijumpai stenosis 70
pada lebih dari satu arteri koroner epikardial atau pembuluh darah left main. Setelah itu dilakukan follow-up setelah 6 bulan rawatan dengan menggunakan
telepon untuk mengetahui ada atau tidaknya kejadian kardiovaskular yang mungkin timbul.
IV.2 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Hasil Angiografi Koroner
Penelitian ini melibatkan 75 orang pasien dengan diagnosis Sindroma Koroner Akut yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimana 56 orang
diantaranya 74,67 dengan diagnosis IMA-STE, 10 orang pasien 13,33 dengan diagnosis IMA-NSTE dan 9 orang pasien 12 dengan diagnosis APTS.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Diagram pie diagnosis pasien sampel penelitian
59 orang pasien 78,67 yang menjadi sampel penelitian berjenis kelamin laki-laki. 41 orang 54,67 memiliki riwayat hipertensi, 21 orang 28
dengan faktor resiko DM, 7 orang 9,3 dengan faktor resiko hiperkolesterolemia dan 44 orang 58,67 merokok. 4 orang pasien 5,3
memiliki riwayat serangan jantung sebelumnya dan riwayat stroke sementara 5 orang 6,67 dengan riwayat revaskularisasi intervensi koroner perkutan IKP.
Dari hasil pengukuran ABI, didapati 40 orang 53,33 memiliki nilai ABI yang abnormal dengan 46 orang 61,33 ternyata memiliki fungsi sistolik
ventrikel kiri di bawah 50. Dari hasil angiografi koroner diketahui bahwa 13 orang 17,33
termasuk dalam kelompok one vessel disease 1 VD dan 62 orang 82,67 termasuk dalam kelompok multivessel disease MVD. Pasien dengan jenis
kelamin laki-laki mendominasi pada kedua kelompok responden dimana kelompok dengan hasil angiografi koroner menunjukkan 1 VD terdapat sebanyak
12 orang 92,3 dan 47 orang 75,8 pada kelompok MVD. Berdasarkan rerata umur, pada pasien dengan 1 VD memiliki rerata umur
53,38 tahun dan rerata umur 55,63 tahun dari kelompok MVD. Pada kelompok pasien dengan 1 VD hanya 5 orang 38,5 yang memiliki riwayat hipertensi
sedangkan pada kelompok dengan MVD terdapat 36 orang 58,1 yang memiliki hipertensi. Responden dengan riwayat DM tidak mencapai 50 di kedua
75 13
12 STEMI
NSTEMI UAP
Universitas Sumatera Utara
kelompok yaitu 4 orang 30,8 pada kelompok 1 VD dan 17 orang 27,4 pada kelompok MVD. Responden yang memeliki kebiasaan merokok terbanyak pada
kelompok responden dengan 1 VD yaitu sebanyak 9 orang 69,2 sementara sebanyak 35 orang 56,5 termasuk dalam kelompok MVD. Tidak seorangpun
responden pada kelompok dengan 1 VD yang mempunyai riwayat penyakit AMI, stroke dan revaskularisasi, dan tak sampai 10 pada kelompok responden dengan
MVD yaitu masing-masing 4 orang 6,5 untuk riwayat AMI, 4 orang 6,5 untuk riwayat stroke dan 5 orang 8,1 untuk riwayat revaskularisasi PCI.
Sebanyak 7 orang 11.3 responden pada kelompok MVD memiliki faktor resiko hiperkolesterolemia yang tidak dijumpai pada responden di
kelompok 1 VD. 5 orang 38,5 responden dari kelompok 1 VD memilki LVEF 50 sedangkan 41 orang 66,1 dari kelompok MVD dijumpai memiliki LVEF
yang rendah. Sebanyak 11 orang 84,6 pasien pada kelompok 1 VD dengan gambaran EKG saat masuk menunjukkan elevasi segmen ST, sedangkan pada
kelompok MVD dijumpai sebanyak 46 orang 74,2. Dari hasil pemeriksaan ABI yang telah dilakukan saat pasien dirawat di
CVCU didapati rata-rata ABI pada kelompok 1 VD yaitu 1,04 lebih tinggi dari pada rata-rata ABI pasien pada kelompok MVD yaitu 0,92. Setelah
diklasifikasikan menjadi normal atau abnormal, didapati sebanyak 3 orang 23,1 pasien dari kelompok 1 VD memiliki nilai ABI abnormal, sementara dari
kelompok MVD dijumpai sebanyak 37 orang 59,7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Jumlah Arteri Koroner Yang Mengalami Stenosis
Karakteristik Pasien
denga n 1 VD
n=13 Pasien
denga n
MVD n =62
p
Jenis Kelamin laki-laki
12 92,3
47 75,8
0,276
a
Umur, rerata SB, tahun
53,38 8,11
55,63 7,78
0,351 Hipertensi
b
5 38,5
36 58,1
0,197 Diabetes
mellitus
c
4 30,8
17 27,4
1,000 Hiperkolesterolemia
,
a
7 11,3
0,343 Merokok
a
9 69,2
35 56,5
0,395 Riwayat
Penyakit AMI, n
c
4 6,5 1,000
Riwayat Penyakit Stroke, n
a
4 6,5 1,000
Riwayat Revaskularisasi PCI
a
5 8,1 0,580
ABI, rerata SB,
a
1,04 0,14
0,92 0,19
0,087 ABI tidak normal
d
3 23,1
37 59,7
0,016
ST elevasi
c
11 84,6
46 74,2
1,000 LVEF 50
d
5 38,5
41 66,1
0,063
c
a
Exact Fisher ,
b
T independent,
c
Chi Square,
d
Kolmogorov Smirnov,
d
Mann Whitney
Tabel di atas memperlihatkan bahwa hanya variabel nilai ABI yang tidak normal yang bermakna secara statistik pada kedua kelompok dengan nilai p 0,016
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara nilai ABI yang abnormal dengan jumlah arteri koroner yang mengalami stenosis
sementara variabel-variabel yang lain tampak tidak berbeda secara bermakna.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Hubungan ABI dan Jumlah Arteri Koroner Yang Mengalami Stenosis
ABI Jumlah Stenosis
p 1 VD
Multi VD
Normal 10 orang
25 orang
0,016
Tidak normal
3 orang 37 orang
Dari tabel di atas didapati 3 orang 7,5 pasien memiliki nilai ABI abnormal dengan gambaran angiografi koroner 1 VD, sedangkan 37 orang 92,5 memiliki
hasil angiografi koroner MVD dan bermakna secara statistik nilai p 0,016. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara nilai
ABI yang abnormal dengan jumlah stenosis arteri koroner.
Gambar 4.2 Diagram Batang Hubungan Nilai ABI Abnormal dengan Jumlah Stenosis Arteri Koroner
10 20
30 40
50 60
70 80
Pasien dengan 1 VD n=13
Pasien dengan MVD n = 62
23.1 59.7
76.9
40.3 ABI tidak normal
ABI normal
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Analisis Multivariat Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Hasil Angiografi Koroner Berupa Multivessel Disease
Variabel OR 95
CI p
ABI tidak normal 4,63 1,007-
21,292 0,049
EF 50 2,988
0,699- 12,774
0,281
Jenis Kelamin 0,258
0,022- 3,039
0,518
Umur 1,033
0,936-1,14 0,957
Hipertensi 0,958
0,203- 4,514
0,476
Diabetes Mellitus 0,527
0,091-3,06 0,999
Hiperkolesterolemia 4,885x10
8
0,775 0,000-.
Merokok 0,768
0,127- 4,664
0,999
Riwayat AMI 3,862x10
8
0,999 0,000-.
Riwayat Stroke 3,526x10
8
0,999 0,000-.
Riwayat Revaskulasrisasi
PCI 8,878x10
7
0,140 0,000-.
Dari hasil analisis menggunakan uji regresi logistik berganda dengan metode enter diperoleh hanya variabel nilai ABI yang tidak normal yang
berhubungan secara signifikan dengan hasil Multivessel Disease dari gambaran angiografi koroner dengan nilai p=0,049. Nilai OR variable ABI yang tidak
normal adalah 4,630 95 CI = 1,007 – 21,292 menunjukkan bahwa nilai ABI yang tidak normal akan meningkatkan peluang terjadinya multivessel disease pada
pasien-pasien dengan ABI yang tidak normal sebesar 4,630 kali dibandingkan pasien dengan ABI yang normal.
Universitas Sumatera Utara
IV.3 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kejadian Kardiovaskular Yang Timbul Setelah 6 Bulan.
75 pasien yang menjadi sampel dalam penelitian ini kemudian dilakukan follow-up setelah 6 bulan rawatan di CVCU RS. H. Adam Malik untuk
mengetahui kejadian MACE Major Adverse Cardiovascular Event yang mungkin terjadi yaitu kematian karena penyebab kardiovaskular, rawatan ulang di
RS akibat gagal jantung dan infark berulang. Didapati 39 orang 52 sampel mengalami MACE dan 29 orang 74,53 diantaranya berjenis kelamin laki-laki.
Rerata usia pasien yang mengalami MACE adalah 57,13 tahun, lebih tua jika dibandingkan dengan rerata usia pasien yang tidak mengalami MACE yaitu 53,19
tahun. 18 orang pasien 46,15 yang mengalami MACE memiliki riwayat
hipertensi, sementara dijumpai 23 orang 63,89 dengan riwayat hipertensi tidak mengalami MACE. 15 orang pasien 38,46 yang mengalami MACE
mempunyai riwayat DM, sedangkan 6 orang pasien 16,67 DM, tidak mengalami MACE. Sebanyak 3 orang pasien 7,7 yang mengalami MACE
memiliki faktor resiko hiperkolesterolemia, sedangkan 4 orang pasien 11,11 dengan hiperkolesterolemia tidak mengalami MACE. 26 orang pasien 66,67
yang mengalami MACE merupakan seorang perokok, sedangkan 18 orang pasien 50 yang merokok tidak mengalami MACE. Rerata nilai ABI pasien yang
mengalami MACE adalah 0,85 ± 0,15 dan nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan rerata nilai ABI pasien yang tidak mengalami MACE yaitu
1,03±0,16. Dan jika hasil pengukuran ABI ini dikelompokkan menjadi normal dan abnormal, maka terlihat 30 orang pasien 76,92 pasien dengan ABI abnormal
ternyata mengalami MACE, sedangkan 10 orang pasien 27,78 dengan ABI abnormal tidak mengalami MACE. Dari kelompok pasien yang mengalami
MACE, 29 orang diantaranya 74,36 memiliki fungsi sistolik ventrikel kiri 50 sementara 17 orang 47,22 dengan gangguan sistolik ventrikel kiri tidak
mengalami MACE.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan MACE
Karakteristik MACE +
n = 39 MACE -
n = 36 p
Jenis Kelamin laki-laki, 29 74,36
30 83,3 0.343
a
Umur, rerata SB, tahun 57,13 7,06
53,19 8,20 0,029
Hipertensi
b
18 46,1 23 63,89
0,123 Diabetes Mellitus
c
15 38,46 6 16,67
0,036
Hiperkolesterolemia
a
3 7,69 4 11,11
0,704 Merokok
a
26 66,67 18 50
0,143 Riwayat Penyakit AMI, n
c
2 5,13 2 5,55
1,000 Riwayat Penyakit Stroke, n
a
1 2,56 3 8,33
0,345 Riwayat Revaskularisasi PCI, n
a
2 5,13 3 8,33
0,666 ABI, rerata SB
a
0,85 0,15 1,03 0,16
0,0001
ABI tidak normal
d
30 76,9 10 27,78
0,0001 LVEF 50
d
29 74,36 17 47,22
0,016
c
a
Exact Fisher ,
b
T independent,
c
Chi Square,
d
Kolmogorov Smirnov,
d
Mann Whitney
Dari tabel di atas, didapati beberapa variabel yang bermakna terhadap kejadian MACE yang dapat terjadi. Varibel-variabel tersebut meliputi umur,
adanya faktor resiko DM, rerata ABI, abnormalitas nilai ABI dan fungsi sistolik ventrikel kiri. Dengan menggunakan analisis uji T-independent terlihat hubungan
yang signifikan antara rerata umur dengan kejadian MACE dengan nilai p 0,029. Dengan menggunakan uji exact-Fisher, tampak hubungan signifikan antara faktor
resiko DM dengan terjadinya MACE nilai p 0,036. Dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnof, terlihat nilai ABI yang abnormal berhubungan secara
bermakna dengan timbulnya MACE nilai p 0,0001. Uji Chi-square memperlihatkan hubungan signifikan antara LVEF 50 dengan kejadian
MACE setelah 6 bulan nilai p 0,016.
Variabel-variabel tersebut di atas yang memiliki nilai p 0,25 dari hasil analisis bivariat yaitu variabel umur, adanya faktor resiko hipertensi, DM, nilai
ABI dan fungsi sistolik ventrikel kiri kemudian akan dilakukan analisis multivariat menggunakan regresi logistik untuk mengetahui variabel mana yang
paling mempengaruhi timbulnya MACE setelah 6 bulan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Analisis Multivariat Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan kejadian MACE setelah 6 bulan
Variabel OR CI95
p Umur
DM
ABI abnormal
EF 50 Hipertensi
Konstanta 1,12 1,023-1,225
2,04 0,540-7,703 16,74 3,769-74,33
1,797 0,496-6,503 0,175 0,044-0,698
0,001 0,015
0,293 0,0001
0,372 0,014
0,006
Dari hasi analisis menggunakan uji regresi logistik berganda dengan metode backward LR terlihat variabel ABI abnormal memiliki hubungan yang
paling signifikan dengan kejadian MACE setelah 6 bulan p=0,0001. Nilai OR ABI abnormal adalah 16,74 95 CI = 3,769 – 74,33 yang menunjukkan bahwa
ABI yang tidak normal akan meningkatkan risiko timbulnya MACE setelah 6 bulan sebesar 16 kali lipat dibandingkan pasien SKA dengan ABI yang normal.
IV. 4 Hubungan antara nilai ABI yang abnormal pada penderita SKA dengan kemungkinan timbulnya MACE setelah 6 bulan
Dari 40 orang penderita SKA dengan nilai ABI yang tidak normal, 15 orang 37,5 mengalami kematian akibat kejadian kardiovaskular, 13 orang
32,5 mengalami perawatan ulang di Rumah Sakit akibat gagal jantung, 2 orang 5 mengalami infark berulang sedangkan 10 orang 25 berada dalam
kondisi yang baik.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Hubungan Antara Nilai ABI dengan Kejadian MACE
ABI End Point MACE
p Reinfark
Rawatan ulang RS karena gagal
jantung Cardiac death
Good condition
Normal 1 2,9
3 8,6 5 14,3
26 74,3 0,0001
Tidak normal 2 5
13 32,5 15 37,5
10 25 Dari hasil analisis menggunakan uji chi square ditemukan hubungan yang
signifikan antara ABI dan kejadian MACE setelah 6 bulan p=0,0001
Gambar 4.3 Diagram Batang Hubungan antara nilai ABI dan MACE
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa dari total 75 sampel penelitian,
diketahui 39 orang diantaranya mengalami MACE setelah 6 bulan sampel didiagnosis SKA. Dari 3 orang yang mengalami reinfark, 2 orang diantaranya
memiliki nilai ABI abnormal. Dari 16 orang sampel yang mengalami rawatan ulang di RS akibat gagal jantung, 13 orang diantaranya memiliki nilai ABI
abnormal. Sedangkan dari total 20 sampel yang mengalami cardiac death, 15
orang diantaranya memiliki nilai ABI abnormal.
10 20
30 40
50 60
70 80
2.9 8.6
14.3 74.3
5 32.5
37.5 25
ABI Normal ABI Tidak normal
Universitas Sumatera Utara
IV. 5 Hubungan Antara Nilai ABI dengan Cardiac Death, Rehospitalisasi Akibat Gagal Jantung dan Re-infark
Dari 40 orang pasien yang memiliki nilai ABI abnormal, 15 orang diantaranya 37,5 mengalami cardiac death, sedangkan 5 orang pasien 14,3
dari 35 orang pasien SKA dengan nilai ABI normal mengalami cardiac death.
Tabel 4.7 Hubungan Antara Nilai ABI dan Kematian Cardiac Death Setelah 6 Bulan
ABI Cardiac Death
p Ya
Tidak
Normal 5 14,3
30 85,7 0,023
Tidak normal 15 37,5
25 62,5 Dari hasil analisis menggunakan uji chi square ditemukan hubungan yang
signifikan antara nilai ABI abnormal dan kematian setelah 6 bulan dengan nilai p=0,023.
Tabel 4.8 Hubungan antara Nilai ABI dan Kejadian Reinfark Setelah 6 Bulan
ABI Reinfark
p Ya
Tidak
Normal 1 2,9
34 97,1 1,000
Tidak normal 2 5
38 95 Dari hasil analisis menggunakan uji fisher exact tidak ditemukan
hubungan yang signifikan antara nilai ABI dengan kejadian reinfark p=1,000. Pada kelompok pasien dengan nilai ABI normal terdapat 1 pasien dengan reinfark
2,9 sedangkan pada pasien dengan ABI yang tidak normal dijumpai 2 pasien 5 yang mengalami reinfark.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Hubungan Antara Nilai ABI dengan Kejadian Rawatan Ulang di RS Akibat Gagal Jantung Setelah 6 Bulan
ABI Rawatan Ulang di RS Akibat Gagal
Jantung p
Ya Tidak
Normal 3 8,6
32 91,4 0,012
Tidak normal 13 32,5
27 67,5 Dari hasil analisis menggunakan uji chi square ditemukan hubungan yang
signifikan antara ABI dan kejadian rawatan ulang di RS akibat gagal jantung p=0,012. Pada kelompok pasien dengan nilai ABI normal, hanya 3 pasien yang
mengalami rawatan ulang akibat gagal jantung 8,6 sedangkan pada pasien dengan nilai ABI yang tidak normal terdapat 13 pasien 32,5 yang dirawat
ulang.
IV.6 Hubungan Antara Diagnosis Awal Pasien dengan Jumlah Arteri Koroner Yang Mengalami Stenosis Berdasarkan Nilai ABI
Dari total 56 orang pasien dengan diagnosis IMA-STE, 45 orang 80,36 dengan hasil angiografi koroner multivessel disease dimana 29 orang 64,4
ternyata memiliki nilai ABI yang tidak normal. Dari 10 orang pasien dengan diagnosis awal IMA-NSTE, 9 orang 90 dengan gambaran angiografi koroner
berupa multivessel disease dengan 3 orang diantaranya 33,3 yang memiliki nilai ABI abnormal. Sementara pada kelompok pasien dengan diagnosis awal
APTS yang berjumlah 9 orang, 5 orang 55,56 diantaranya dengan nilai ABI abnormal dan seluruh hasil angiografi koroner berupa multivessel disease.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Hubungan Diagnosis Saat Masuk berdasarkan Jumlah Stenosis Arteri Koroner dengan ABI
Karakteristik ABI Normal n=35
ABI Tidak Normal n=40 p
IMA-STE 1 VD
8 33,3 3 9,4
0,041 MVD
16 66,7 29 64,4
IMA-NSTE 1 VD
1 14,3 1,000
MVD 6 85,7
3 100 APTS
1 VD 1 25
0,444 MVD
3 75 5 100
Dari hasil analisis menggunakan uji Fisher Exact ditemukan hubungan yang signifikan antara jumlah arteri koroner yang mengalami stenosis pada
kelompok pasien yang didiagnosis awal saat masuk IMA-STE dengan nilai ABI abnormal p=0,041, sedangkan untuk kelompok pasien dengan IMA-NSTE dan
APTS tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara jumlah stenosis dengan ABI p0,05.
IV. 7 Hubungan Antara Diagnosis Awal Pasien dengan MACE setelah 6 bulan Berdasarkan Nilai ABI
Dari 56 orang pasien dengan diagnosis IMA-STE, 32 orang 57,14 diantaranya memiliki nilai ABI abnormal dimana 8 orang 25 mengalami
cardiac death, 13 orang 40,6 mengalami rawatan ulang di RS akibat gagal jantung dan 2 orang 6,3 mengalami reinfark. Sementara dari 10 orang pasien
IMA-NSTE, 3 orang 30 memiliki nilai ABI abnormal dimana seluruhnya mengalami cardiac death 100. Sedangkan pasien dengan diagnosis APTS
yang berjumlah 9 orang, 5 orang 50 dengan nilai ABI abnormal dan 4 orang 80 diantaranya mengalami cardiac death.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.11 Hubungan Diagnosis Saat Masuk berdasarkan Kejadian MACE Setelah 6 Bulan dengan Nilai ABI
Karakteristik ABI Normal n=35
ABI Tidak Normal n=40 p
IMA-STE
Reinfark 1 4,2
2 6,3 0,005
Rawatan ulang di RS akibat gagal
jantung
a
2 8,3 13 40,6
Cardiac death 3 12,5
8 25 Sehat
18 75 9 28,1
IMA-NSTE
Cardiac death 2 28,6
3 100 0,083
Sehat
b
5 71,4 APTS
Rawatan ulang di RS akibat gagal
jantung 1 25
0,512
Cardiac death
a
4 80 Sehat
3 75 1 20
a
Kolmogrof Smirnof,
b
Fisher Exact
Ditemukan hubungan yang signifikan antara kejadian MACE pada kelompok pasien yang didiagnosis dengan IMA-STE waktu masuk dengan nilai
ABI yang abnormal p=0,005, sedangkan untuk kelompok pasien dengan IMA- NSTE dan APTS tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara MACE
dengan ABI yang abnormal p0,05.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4
Skema Perbandingan Hasil Angiografi Koroner MACE setelah 6 bulan berdasarkan nilai ABI
ABI normal n=35 ABI abnormal n=40
Hasil Angiografi Koroner
• 1VD
: 10 •
MVD : 25
Cardiac Death
• Ya
: 5 •
Tidak : 30
Rawatan Ulang RS Akibat Gagal Jantung
• Ya
: 3 •
Tidak : 32
Reinfark
• Ya
: 1 •
Tidak : 34
Hasil Angiografi Koroner
• 1VD
: 3 •
MVD : 37
Cardiac Death
• Ya
: 15 •
Tidak : 25
Rawatan Ulang RS Akibat Gagal Jantung
• Ya
: 13 •
Tidak : 27
Reinfark
• Ya
: 2 •
Tidak : 38
75 SAMPEL
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN