BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2 .1 Definisi dan Klasifikasi Sindroma Koroner Akut
Sindroma koroner akut adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan simptom yang disebabkan oleh iskemik miokard akut. Sindroma
koroner akut SKA yang menyebabkan nekrosis miokardium disebut dengan infark miokard Thygensen dkk, 2007; Bender dkk, 2011; Antmann dkk, 2008.
SKA secara klinis dapat bermanifestasi sebagai angina pektoris tak stabil, IMA NSTE maupun IMA STE Bender dkk, 2011.
Diagnosis IMA STE ditegakkan apabila dijumpai kriteria berikut, yaitu ; adanya nyeri dada khas infark, dijumpai elevasi segmen ST yang persisten atau
adanya left bundle branch block LBBB yang dianggap baru, peningkatan marker enzim jantung serial akibat nekrosis miokard CKMB dan troponin,
serta dijumpainya abnormalitas wall motion regional yang baru pada pemeriksaan ekokardiografi Van de Werf dkk, 2008
SKA yang tidak disertai dengan elevasi segmen ST digolongkan ke dalam angina pektoris tak stabil dan IMA NSTE. Apabila dijumpai peningkatan enzim
jantung, maka penderita digolongkan ke dalam IMA NSTE, sedangkan jika enzim jantung normal maka kondisi ini disebut angina pektoris tak stabil Van de
Werf dkk, 2008; Bender dkk, 2011; Antmann dkk, 2008.
2.2 Definisi dan epidemiologi Peripheral Arterial Disease PAD
Terminologi peripheral arterial disease PAD secara umum merujuk kepada gangguan yang merusak atau menghambat aliran darah ke ekstremitas atas
maupun bawah yang biasanya disebabkan oleh proses aterosklerosis namun dapat juga akibat proses trombosis, emboli, vaskulitis dan displasia fibromuskular
Greager dkk, 2009 Prevalensi PAD cukup bervariasi tergantung kepada populasi penelitian,
metode diagnostik yang digunakan serta keluhan dan gejala yang muncul. Diagnosis PAD dijumpai sekitar 4 pada populasi usia sama atau lebih dari 40
Universitas Sumatera Utara
tahun dan meningkat menjadi 15 sampai 20 pada kelompok usia di atas 65 tahun dan lebih sering diderita laki-laki dibandingkan perempuan.
Sebuah metaanalis sistematik yang mencakup berbagai studi baik yang bersifat cross sectional, retrospektif dan prospektif cohort melaporkan bahwa
62-90 pasien dengan PAD ternyata juga memiliki keterlibatan koroner Golomb dkk, 2006. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa 50 dari pasien PAD
memiliki gejala yang mengarah pada PJK dan 90 diantaranya memiliki kelainan pada rekaman EKG Tierney, 2000.
Kondisi yang serupa juga ditemukan pada populasi penderita PJK, dimana ternyata 40 diketahui memiliki bukti gejala PAD yang signifikan Dieter dkk,
2003. Penelitian lain memperlihatkan bahwa 42 pasien PJK diketahui memiliki keterlibatan PAD walaupun separuh diantaranya ternyata tidak bergejala Poredos
dkk, 2007.
Tabel 1. Ko-prevalensi antara kejadian CAD, PAD dan CVD
2.3 Faktor resiko PAD
Faktor-faktor resiko kardiovaskular yang dapat dimodifikasi yang telah lama dihubungkan dengan proses aterosklerosis pada koroner ternyata juga
memberikan kontribusi terhadap kejadian aterosklerosis pada sirkulasi perifer. Merokok, DM, hipertensi, dan dislipidemia meningkatkan resiko kejadian PAD.
Data yang diambil dari studi-studi observasional mencakup the Edinburg Artery
Universitas Sumatera Utara
Study, the Framingham Heart Study, dan the Cardiovascular Heart Study membuktikan peningkatan resiko PAD sebesar dua hingga tiga kali lipat pada
kelompok perokok. Merokok bahkan terbukti meningkatkan resiko terkena PAD lebih besar dari pada PJK.
Pasien dengan DM sering memiliki obstruksi PAD yang luas dan berat serta kecenderungan yang tinggi untuk mengalami kalsifikasi arteri terutama di
area distal seperti arteri peroneal dan tibialis. Resiko terkena PAD meningkat dua sampai empat kali lipat pada penderita DM dengan kecenderungan amputasi yang
lebih tinggi. Kelainan metabolisme lipid juga dikaitkan dengan prevalensi PAD dimana
peningkatan kolesterol total dan LDL menimbulkan keluhan klaudikasio intermitten dan gejala PAD. Analisa dari Framingham Heart Study
menyimpulkan bahwa rasio timbulnya gejala klaudikasio meningkat seiring dengan kenaikan 40 mgdl total kolesterol.
PAD memiliki korelasi yang kuat terhadap resiko kejadian kardiovaskular mayor karena sering dikaitkan dengan proses aterosklerosis baik di serebral
maupun koroner.
2.4 Patogenesis disfungsi endotel sebagai penanda resiko aterosklerosis