Analisis Hubungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Padi Sawah Dalam Menggunakan Benih Menurut Sumber Benih” (Studi Kasus : Desa Sei Beras Sekata, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

(1)

ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI PADI SAWAH

DALAM MENGGUNAKAN BENIH MENURUT SUMBER BENIH

(Studi Kasus : Desa Sei Beras Sekata Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH :

MIKA JAYANTI BR. MUNTHE

060309003

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Mika Jayanti Br. Munthe No Induk Mahasiswa 06309003 “Analisis Hubungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Padi Sawah Dalam Menggunakan Benih Menurut Sumber Benih” (Studi Kasus : Desa Sei Beras Sekata, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang). Dengan ketua pembimbing Ir. H. Hasman Hasyim, MSi dan anggota pembimbing Ir. AT. Hutajulu, MS.

Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih menurut sumber benih. Penelitian dilakukan di Desa Sei Beras Sekata Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang yang ditentukan secara purposive dengan sengaja dengan pertimbangan memiliki produktivitas tertinggi di Kecamatan Sunggal. Sampel dipilih secara Cluster Random Sampling ditentukan secara proporsional berdasarkan jumlah sampel di tiap dusun.

Hasil penelitian diperoleh bahwa sumber benih yang digunakan petani bersumber dari pemerintah yaitu sebanyak 16 petani (53,33%), benih yang bersumber dari kios-kios saprodi yaitusebanyak 4 petani (13,33%) dan bersumber dari petani yaitu benih sendiri atau hasil panen sebelumnya yang disisihkan untuk dijadikan benih musim tanam berikutnya sebanyak 10 petani (33,33%). Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih dalam usahataninya adalah faktor produksi benih yang tinggi, faktor kualitas benih yang baik, faktor daya tahan benih terhadap hama dan penyakit, faktor daya tumbuh benih, faktor harga benih yang terjangkau, faktor kemudahan untuk memperoleh benih, faktor kesesuaian dengan kondisi sosial/budaya, jenis keputusan sendiri, dan faktor pengalaman berusahatani sebelumnya.

Melalui perhitungan korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi mengikuti penyuluhan dengan tingkat keputusan petani dalam menggunakan benih, terdapat hubungan antara produksi petani dengan tingkat keputusan petani dalam menggunakan benih dan terdapat hubungan antara produktivitas dengan tingkat keputusan petani dalam menggunakan benih untuk usahataninya. sementara tidak terdapat hubugan antara umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan dan luas lahan dengan tingkat keputusan petani padi sawah dalam menggunakan benih untuk usahataninya.

Kata kunci : Sumber benih, umur petani, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, jumlah tanggungan, luas lahan, produktivitas, tingkat keputusan


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan Di Desa Munte, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo pada tanggal 9 November 1987 dari Ayahanda B. Munthe dan Ibunda M. Br. Depari, anak ke 4 dari 4 bersaudara. Adapun Riwayat Pendidikan yang pernah ditempuh penulis yaitu:

1. Tamat dari SDN 104181 di Desa Sunggal Kanan, Kecamatan Sunggal, Kabupten Deli Serdang pada tahun 2000.

2. Tamat dari SLTP Negeri 30 Medan pada tahun 2003. 3. Tamat dari SMA Brigjen Katamso Medan pada tahun 2006.

4. Tahun 2006 diterima di Departemen Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.

5. Bulan Juni 2010 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lae Hole II, Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi.

6. Bulan Januari 2011 melaksanakan penelitian Skripsi di Desa Sei Beras Sekata, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.


(4)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena dengan berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian USU. Dalam rangka memenuhi persyaratan tersebut, penulis mengangkat sebuah permasalahan penelitian dengan Judul “Analisis Hubungan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Padi Sawah Dalam

Menggunakan Benih Menurut Sumber Benih”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, dorongan dan kerjasama dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Atas bantuan, dorongan dan kerjasama tersebut pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, MSi selaku ketua pembimbing yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan, arahan dan saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 2. Ibu Ir. AT. Hutajulu, MS selaku anggota pembimbing yang dengan penuh

perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan, arahan dan saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku ketua Departemen Agribisnis, Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Bapak dan Ibu Dosen Departeman Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendidik penulis melalui kegiatan perkuliahan dan kegiatan lainnya. 6. Seluruh staf administrasi dan pegawai Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis.

7. Bapak Bebas Pandia selaku Kepala Desa Sei Beras Sekata, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Penyuluh Pertanian Desa Sei Beras Sekata, Ibu Siti Sarah, SP yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Kapada Bapak/Ibu petani di desa Sei Beras Sekata yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang yang sangat penulis kasihi yaitu kepada:

1. Ayahanda B. Munthe dan Ibunda tercinta M. Br. Depari yang selalu memberikan perhatian, bantuan dan motivasi kepada penulis.

2. Kakak dan Abang penulis, Nilawati, SE. Heli Metti, SE dan Peri Sastrawan, S.sos yang selalu memberikan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Teman-teman mahasiswa yang telah memberikan bantuan, dukungan dan semangat : Agustina, Desi, Ira, Marta, Nora, William, David, Melva, Fredywan, Rudi, Agus, Nelky dan semua teman-teman PKP dan Agribisnis angkatan 2006.


(6)

4. Permata Sei Beras Sekata yang telah memberikan dukungan dan telah banyak membantu penulis

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, Tuhan Yang Maha Esa memberkati anda semua.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikyang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini..

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi orang-orang yang membacanya.

Medan, April 2011


(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI .... .... ... .vi

DAFTAR TABEL . ... ..ix

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN Latar Belakang . ... 1

Identifikasi Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Padi Sebagai Bahan Makanan Pokok... 6

Padi Sebagai Sumber Makanan ... 6

Penggunaan Benih ... 7

Landasan Teori ... 10

Kerangka Pemikiran ... 20

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

Metode Pengambilan Sampel ... 24

Metode Pengumpulan Data ... 25

Metode Analisis Data ... 25


(8)

Defenisi ... 30

Batasan Operasional ... 31

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Deskripsi Daerah Penelitian ... 32

Luas Daerah dan Topografi Desa ... 32

Tata Guna Lahan Pertanian... 32

Keadaan Penduduk ... 33

Sarana dan Prasarana ... 37

Karakteristik Petani Sampel ... 38

HASIL DAN PEMBAHASAN Sumber Benih yang Digunakan Petani ... 40

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Menggunakan Benih ... 42

Tingkat Keputusan Petani Dalam Menggunakan Benih ... 51

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dalam Menggunakan Benih ... 53

Hubungan Umur Dengan Tingkat Hubungan Umur Dengan Tingkat Keputusan Petani Dalam Menggunakan Benih ... 53

Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Keputusan Petani Dalam Menggunakan Benih ... 54

Hubungan Lamanya Berusahatani Dengan Tingkat Keputusan Petani Dalam Menggunakan Benih ... 56

Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Dengan Tingkat Keputusan Petani Dalam Menggunakan Benih ... 57

Hubungan Jumlah Tanggungan Dengan Tingkat Keputusan Petani Dalam Menggunakan Benih ... 59

Hubungan Luas Lahan Dengan Tingkat Keputusan Petani Dalam Menggunakan Benih ... 60

Hubungan Produksi Dengan Tingkat Keputusan Petani Dalam Menggunakan Benih ... 61


(9)

Hubungan Produktivitas Dengan Tingkat Keputusan Petani

Dalam Menggunakan Benih ... 63

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 65 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Judul Hal Tabel 1. Desa, Luas Lahan, serta Produktivitas Padi Sawah di Kec.

Sunggal Tahun 2010 ... 23

Tabel 2 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Di Desa Sei Beras

Sekata... 25

Tabel 3 Parameter Tingkat Keputusan Petani ... 26

Tabel 4 Tata Guna Lahan Pertanian Desa Sei Beras Sekata dirinci

Menurut Pemanfaatannya Tahun 2010 ... 33

Tabel 5 Jumlah Penduduk Desa Sei Beras Sekata Dirinci Menurut

Jenis Kelamin Tahun 2010 ... 33

Tabel 6 Jumlah Penduduk Desa Sei Beras Sekata Menurut Agama

Tahun 2010 ... 34

Tabel 7 Jumlah Penduduk Desa Sei Beras Sekata Menurut Kelompok

Umur Tahun 2010 ... 35

Tabel 8 Jumlah Penduduk Desa Sei Beras Sekata Menurut Tingkat

Pendidikan tahun 2010 ... 36

Tabel 9 Sarana dan Prasarana Desa Sei Beras Sekata tahun 2010 ... 37

Tabel 10 Karakteristik Petani Sampel Desa Sei Beras Sekata Kec.Sunggal Tahun 2010 ... 38


(11)

Tabel 11 Frekuensi Petani Berdasarkan Sumber Benih Yang

Digunakan. ... 41

Tabel 12 Frekuensi Petani Menurut Pertimbangan Produksi Benih ... 42

Tabel 13 Frekuensi Petani Menurut Pertimbangan Kualitas Benih... 43

Tabel 14 Frekuensi Petani Menurut Pertimbangan Daya Tahan Benih

terhadap Hama dan Penyakit………. 44

Tabel 15 Frekuensi Petani Menurut Pertimbangan Daya Tumbuh Benih ... 45

Tabel 16 Frekuensi Petani Menurut Pertimbangan Harga Benih ... 46

Tabel 17 Frekuensi Petani Menurut Pertimbangan

Akses Memperoleh/Mendapatkan Benih ... 46

Tabel 18 Frekuensi Petani Menurut Pertimbangan Kondisi

Soial/Budaya Masyarakat ... 47

Tabel 19 Frekuensi Petani Menurut Pertimbangan Faktor Keputusan ... 48

Tabel 20 Frekuensi Petani Menurut Pertimbangan Faktor Informasi

dan Pengaruh Penyuluh Pertanian ... 49

Tabel 21 Frekuensi Petani Menurut Pertimbangan Informasi

dan Promosi Media Massa ... 50

Tabel 22 Frekuensi Petani Menurut Pertimbangan Pengalaman


(12)

Tabel 23 Frekuensi Petani Menurut Pertimbangan Pengalaman

Berusahatani ... 51

Tabel 24 Tingkat Keputusan Petani Dalam Menggunakan Benih ... 52

Tabel 25 Hubungan Umur Dengan Tingkat Keputusan Petani Dalam

Menggunakan Benih. ... 53

Tabel 26 Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Keputusan Petani Dalam Menggunakan Benih ... 55

Tabel 27 Hubungan Lamanya Berusahatani Dengan Tingkat Keputusan Petani Dalam Menggunakan Benih ... 56

Tabel 28 Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Dengan Tingkat Keputusan Petani Dalam Menggunakan Benih ... 58

Tabel 29 Hubungan Jumlah Tanggungan Dengan Tingkat Keputusan

Petani Dalam Menggunakan Benih ... 59

Tabel 30 Hubungan Luas Lahan Dengan Tingkat Keputusan Petani

Dalam Menggunakan Benih ... 60

Tabel 31 Hubungan Produksi Dengan Tingkat Keputusan Petani

Dalam Menggunakan Benih ... 62

Tabel 32 Hubungan Produktivitas Dengan Tingkat Keputusan Petani


(13)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Hubungan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Padi Sawah


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel Desa Sei Beras Sekata Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

Lampiran 2 : Tingkat Keputusan Petani Dalam Menggunakan Benih.

Lampiran 3 : Jumlah Petani Menurut Parameter Tingkat Keputusan Dalam Menggunakan Benih.

Lampiran 4 : Benih dan Sumber Benih yang Digunakan Petani.

Lampiran 5 : Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani (Umur, Pendidikan, Lamanya Berusahatani, Frekuensi Mengikuti Penyuluhan, Jumlah Tanggungan, Luas Lahan, Produktivitas) Dengan Tingkat Keputusan Petani Dalam Menggunakan Benih.


(15)

ABSTRAK

Mika Jayanti Br. Munthe No Induk Mahasiswa 06309003 “Analisis Hubungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Padi Sawah Dalam Menggunakan Benih Menurut Sumber Benih” (Studi Kasus : Desa Sei Beras Sekata, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang). Dengan ketua pembimbing Ir. H. Hasman Hasyim, MSi dan anggota pembimbing Ir. AT. Hutajulu, MS.

Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih menurut sumber benih. Penelitian dilakukan di Desa Sei Beras Sekata Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang yang ditentukan secara purposive dengan sengaja dengan pertimbangan memiliki produktivitas tertinggi di Kecamatan Sunggal. Sampel dipilih secara Cluster Random Sampling ditentukan secara proporsional berdasarkan jumlah sampel di tiap dusun.

Hasil penelitian diperoleh bahwa sumber benih yang digunakan petani bersumber dari pemerintah yaitu sebanyak 16 petani (53,33%), benih yang bersumber dari kios-kios saprodi yaitusebanyak 4 petani (13,33%) dan bersumber dari petani yaitu benih sendiri atau hasil panen sebelumnya yang disisihkan untuk dijadikan benih musim tanam berikutnya sebanyak 10 petani (33,33%). Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih dalam usahataninya adalah faktor produksi benih yang tinggi, faktor kualitas benih yang baik, faktor daya tahan benih terhadap hama dan penyakit, faktor daya tumbuh benih, faktor harga benih yang terjangkau, faktor kemudahan untuk memperoleh benih, faktor kesesuaian dengan kondisi sosial/budaya, jenis keputusan sendiri, dan faktor pengalaman berusahatani sebelumnya.

Melalui perhitungan korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi mengikuti penyuluhan dengan tingkat keputusan petani dalam menggunakan benih, terdapat hubungan antara produksi petani dengan tingkat keputusan petani dalam menggunakan benih dan terdapat hubungan antara produktivitas dengan tingkat keputusan petani dalam menggunakan benih untuk usahataninya. sementara tidak terdapat hubugan antara umur, pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan dan luas lahan dengan tingkat keputusan petani padi sawah dalam menggunakan benih untuk usahataninya.

Kata kunci : Sumber benih, umur petani, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, jumlah tanggungan, luas lahan, produktivitas, tingkat keputusan


(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju swasembada pangan. Tetapi tantangan untuk menuju cita-cita tersebut sangat besar terutama karena faktor luas tanah pertanian yang makin sempit. Usaha meningkatkan produksi dengan menerapkan berbagai teknologi telah dilakukan, semua ini bermaksud meningkatkan produksi guna mengimbangi laju permintaan pangan (Aak, 1990).

Untuk menunjang pembangunan pertanian tidak terlepas dari kemampuan petani dalam menerapkan teknologi pertanian secara efektif dan penyuluh pertanian bertindak sebagai jembatan dan sekaligus penghantar teknologi. Teknologi disini maksudnya adalah teknologi pertanian yang berarti cara-cara bertani, yang didalamnya termasuk bagaimana cara-cara penyebaran benih, pemeliharaan tanaman, memungut hasil serta termasuk pula didalamnya benih, pupuk, obat-obatan pemberantas hama penyakit, alat-alat, sumber tenaga dan berbagai kombinasi jenis-jenis usaha oleh para petani sebagai fungsinya selaku pengelola untuk mengambil keputusan (Negara, 2000).

Di Indonesia suatu teknologi produksi hasil-hasil pertanian yang disebut teknologi panca usaha sudah dikenal oleh masyarakat petani. Teknologi ini merupakan paket yang terdiri dari 5 jenis kegiatan dengan keterkaitan dan ketergantungan yang sangat erat satu antara lainnya, yaitu penggunaan bibit/benih


(17)

unggul, pengolahan tanah yang baik, pengaturan air irigasi yang baik, pemakaian pupuk dan proteksi tanaman (Litbang dan BPS, 1983).

Mengenai pendekatan intensifikasi berkaitan erat dengan penerapan teknologi diantaranya menggunakan benih bersertifikat. Yang dimaksud dengan benih bersertifikat adalah benih unggul berlebel yang dikeluarkan oleh lembaga

perbenihan baik pemerintah, BUMN maupun penangkar benih (Santoso, dkk. 2005).

Adanya perkembangan terus-menerus dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi pangan yang begitu pesat, memungkinkan meningkatnya produksi baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Walaupun demikian, peningkatan produksi ini masih terus diimbangi oleh laju pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup tinggi. Inilah yang menjadi permasalahan khususnya bagi para petani yang mengusahakan tanaman padi (Aak, 1990).

Penanaman padi di Indonesia sudah merupakan kegiatan petani sejak dulu kala. Pembuatan sawah dan budidaya padi sawah merupakan warisan yang sudah tua sekali umurnya dan tersebar dihampir semua daerah di Indonesia. Perbedaan lingkungan di berbagai daerah menyebabkan adanya perbedaan-perbedaan kecil dalam budidaya itu sebagai hasil penyesuaian diri. Salah satu aspek dari penyesuaian diri terhadap keadaan lingkungan itu ialah adanya macam-macam varietas padi sawah yang ditanam di berbagai daerah (Litbang dan BPS,1983).

Padi merupakan salah satu bahan pangan nasional yang telah menjadi makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Usahatani padi sampai saat ini masih menjadi tulang punggung perekonomian pedesaan (Budianto, 2002).


(18)

Pemanfaatan lahan sawah irigasi secara optimal merupakan tuntutan dan kebutuhan yang sangat penting untuk memacu peningkatan dan produktivitas secara nasional. Upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas usahatani padi terus dilakukan agar keamanan pangan, pendapatan dan kesejahteraan petani meningkat. Menurut Irawan (2004) bahwa peningkatan produktivitas padi yang dicapai selama ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu penggunaan varietas unggul yang berpotensi hasil tinggi dan semakin membaiknya mutu usahatani seperti pengolahan tanah, cara tanam dan pemupukan.

Dalam kegiatan budidaya tanaman, benih menjadi salah satu faktor utama yang menjadi penentu keberhasilan. Peningkatan produksi pun banyak ditunjang oleh peran benih bermutu. Menurut FAO bahwa peningkatan campuran varietas lain dan kemerosotan produksi pertanian sekitar 2,6 % tiap generasi pertanaman adalah akibat dari penggunaan benih yang kurang terkontrol mutunya. Salah satu faktor rendahnya tingkat ketersedian benih bermutu (bersertifikat) adalah tingkat kesadaran masyarakat dalam hal ini petani untuk menggunakan benih yang berkualitas tinggi masih sangat kurang. Pada umumnya petani menyisihkan sebagian hasil panennya untuk dijadikan benih pada musim tanam berikutnya. Benih ini tentu saja tidak terjamin mutunya (Wirawan dan Wahyuni, 2002).

Dari uraian diatas maka penting sekali mengetahui mengenai benih karena benih merupakan salah satu faktor penting pada usahatani padi sawah serta pentingnya pengaruh keputusan petani dalam menggunakan benih menurut sumber benih dalam usahataninya.


(19)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa permasalahan yaitu : Bersumber dari manakah benih yang digunakan oleh petani padi sawah di daerah penelitian, apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih di daerah penelitian serta apakah terdapat hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas) dengan tingkat keputusan petani padi sawah dalam menggunakan benih di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sumber benih yang digunakan oleh petani padi sawah di daerah penelitian, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih, dan untuk menganalisis apakah terdapat hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas) dengan tingkat keputusan petani padi sawah dalam menggunakan benih di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mengambil kebijakan untuk menyusun program pertanian di masa mendatang, sebagai bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait dan yang membutuhkan, penelitian ini


(20)

menambah pengetahuan dan wawasan peneliti terutama yang berhubungan dengan pengembangan usahatani padi sawah.

Hipotesis

Berdasarkan identifikasi masalah, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih di daerah penelitian dan terdapat hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas) dengan tingkat keputusan petani dalam menggunakan benih.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Padi Sebagai Bahan Makanan Pokok

Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi.

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi oleh bahan makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain (Aak, 1990).

Beras sebagai bahan pokok sangat dibutuhkan masyarakat Indonesia. Oleh karenanya, tanaman padi sebagai penghasil beras harus mendapat perhatian, baik

mengenai lahan, benih, cara budidaya maupun pascapanennya (Suparyono dan Agus, 1993).

Padi Sebagai Sumber Makanan

Arti penting padi sebagai sumber makanan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Beberapa faktor yang menyebabkannya adalah sebagai berikut :

- Penduduk dunia yang selalu meningkat. Walaupun sudah dipercayakan melalui program Keluarga Berencana, kenaikan penduduk di Indonesia masih tinggi. Ini berarti jumlah orang yang perlu makan pun selalu meningkat sehingga usaha pencukupan pangan makin hari makin berat.


(22)

- Penciutan lahan sawah. Dampak negatif dari perkembangan manusia dimana pun ialah perubahan fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian. Umumnya lahan sawah yang berubah fungsi adalah lahan yang sudah sangat bagus untuk produksi padi.

- Sumber genetika yang makin terbatas. Ini akan menyebabkan usaha perakitan varietas baru yang diharapkan dapat menaikkan produksi padi sulit dilaksanakan.

- Penyusutan sumber alam. Disamping lahan, air dan bahan mineral yang merupakan daya dukung alam terhadap produksi padi berkurang

- Kejenuhan tanaman padi terhadap input teknologi. Ini akan menyebabkan produksi padi mengalami pelandaian kenaikan (leveling off) yang berarti bahwa walaupun input teknologi dinaikkan, produksi padi sulit ditingkatkan.

Dari hal-hal diatas jelas bahwa produksi padi perlu di pertahankan agar persediaan pangan berimbang dengan jumlah penduduk (Suparyono dan Agus, 1993).

Penggunaan Benih

Benih unggul merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tinggi rendahnya produksi karena penggunaan benih unggul bermutu dapat menaikkan daya hasil 15 % dibandingkan dengan penggunaan benih yang tidak bermutu. Kelebihan lainnya ialah pemakaian jumlah benih per satuan luas areal tanaman lebih hemat dari 30-50 kg per hektar menjadi 20-25 kg per hektar, pertumbuhan tanaman dan tingkat kemasakan lebih merata serta seragam dan panen bisa dilakukan sekaligus, rendemen beras tinggi dan mutu beras seragam (Departemen Pertanian, 1998).


(23)

Untuk meningkatkan produksi pangan dan usaha pemenuhan kebutuhan pangan membutuhkan adanya pembaharuan. Pembaharuan teknologi tersebut bertujuan untuk memberikan kemudahan didalam proses pertanian. Dengan penemuan-penemuan teknologi ini kemudian dilakukan usaha-usaha untuk mensosialisasikannya kepada para petani. Proses sosialisasi ini biasanya dilakukan oleh PPL sebagai pihak yang menjembatani pemerintah sebagai pembuat kebijakan serta para peneliti yang menemukan inovasi-inovasi tersebut (Mubyarto, 1985).

Peranan agen penyuluhan pertanian adalah membantu petani membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara berkomunikasi dan memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan petani. Peranan utama penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk mengambil keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka, dan dengan cara menolong petani mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing-masing pilihan tersebut (Mosher, 1997).

Peranan lain yang dilakukan petani dalam usahataninya adalah sebagai manager. Apabila keterampilan bercocok tanam sebagai juru tani pada umumnya adalah keterampilan tangan, otot-otot, dan mata, maka keterampilan sebagai manajer mencakup kegiatan-kegiatan otak yang didorong oleh kemampuan yang tercakup didalamnya terutama adalah pengambilan keputusan atau penetapan pilihan-pilihan dari alternatif yang ada. Keputusan yang diambil oleh setiap petani selaku manajer antara lain mencakup : menentukan pilihan dari berbagai tanaman yang mungkin ditanam pada setiap bidang tanah, menentukan ternak apa yang sebaiknya dipelihara dan menentukan bagaimana membagi waktu kerja diantara


(24)

berbagai tugas yang berbeda-beda, teristimewa pada waktu-waktu berbagai pekerjaan dilakukan pada saat yang bersamaan ( Mosher, 1997).

Suatu hal yang patut dicatat yang ikut menentukan keberhasilan dalam peningkatan produksi adalah penemuan dan pemakaian varietas-varietas unggul, baik varietas padi dataran rendah, padi untuk dataran tinggi, padi gogo, dan palawija (Litbang dan BPS, 1983).

Didalam budidaya tanaman, pembenihan merupakan salah satu faktor produk yang harus diperhatikan karena faktor tersebut ikut menentukan produksi. Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman ( Aak, 1990).

Penggunaan benih bermutu dalam budidaya akan meningkatkan efektivitas dan efesiensi karena populasi tanaman yang akan tumbuh dapat diperkirakan sebelumnya. Dengan demikian dapat diperkirakan jumlah benih yang akan ditanam dan benih sulaman (Wirawan dan Wahyuni, 2002).

Pada dasarnya, varietas unggul merupakan varietas dengan respon tinggi, yakni dikembangkan supaya respon terhadap dosis pupuk kimia tinggi. Jika disebar pada lahan dengan kandungan unsur hara tinggi dan air yang mencukupi serta pengendalian hama yang memadai, varietas unggul dan hibrida memang bisa memberikan panenan yang tinggi ( Reijntjes, dkk. 1999 ).

Varietas padi sawah yang telah diusahakan oleh petani dapat di bagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

- Varietas Unggul Baru (VUB), terdiri dari : varietas unggul tahan wereng biotipe-1 (VUTW-1), varietas unggul tahan wereng biotipe-2 (VUTW-2), dan varietas unggul non-VUTW


(25)

- Varietas Unggul Nasional (VUN), antara lain : Bengawan, Syntha, Dewi Tara, dan lain-lain.

- Varietas lokal, namanya tergantung daerah (Litbang dan BPS, 1983). Terlepas dari tata letak biofisiknya, suatu pertanian juga ditentukan oleh ciri-ciri sosioekonomi, budaya dan politik terutama yang berhubungan dengan kerumahtanggaan petani. Setiap rumah tangga merupakan sebuah gabungan yang unik antara laki-laki dan perempuan, orang dewasa dan anak-anak yang semuanya memberikan pengelolaan, pengetahuan, tenaga kerja, modal dan lahan untuk usahatani dan yang mengkonsumsi paling tidak sebagian dari hasil usahataninya. Jadi rumah tangga petani merupakan alokasi sumber daya, produksi dan konsumsi (Reijntjes, dkk. 1999).

Landasan Teori

Faktor- faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi adalah : 1. Sifat inovasi, yang terdiri dari :

a) Keuntungan relatif, bahwa setiap ide baru (inovasi) akan selalu dipertimbangkan mengenai seberapa jauh keuntungan relatif yang dapat diberikan, yang diukur dengan derajat keuntungan ekonomis, besarnya penghormatan, atau keamanan atau pengaruhnya terhadap posisi sosial yang akan diterima.

b) Kompaktibilitas, setiap inovasi akan cepat diadopsi manakala mempunyai kecocokan atau berhubungan dengan kondisi sosial yang telah ada dalam masyarakat.

c) Kompleksitas inovasi. Inovasi akan sangat mudah dimengerti dan disampaikan manakala cukup sederhana dan tidak rumit.


(26)

d) Triabilitas. Suatu inovasi yang tidak mudah dicoba karena perlengkapan yang kompleks dan memerlukan biaya atau modal yang besar, waktu yang lama akan lebih sulit diadopsi.

e) Observabilitas. Suatu inovasi akan lebih cepat diadopsi manakala pengaruhnya atau hasilnya mudah atau cepat dilihat atau diamati.

2. Jenis keputusan inovasi

Dalam mengadopsi inovasi terdapat tiga jenis keputusan yaitu : a) Keputusan individual (optional)

b) Keputusan kelompok

c) Keputusan otorita (penguasa).

Keputusan yang diambil secara optional (individual) relatif lebih cepat mengadopsi inovasi dibandingkan dengan jenis keputusan kelompok, apalagi dibanding dengan keputusan yang harus menunggu dari pihak penguasa. 3. Saluran komunikasi

a) Media massa (Media Non-Interpersonal) b) Media Interpersonal

Penyampaian inovasi lewat media massa relatif lebih lambat diadopsi dibandingkan penyampaian inovasi melalui saluran inter-personal (hubungan antar pribadi)

4. Ciri-ciri sistem sosial

Karakteristik sistem sosial dalam masyarakat sangat menentukan cepat atau lambat keputusan untuk menerima suatu inovasi. Ciri-ciri masyarakat (sistem sosialnya) dalam adopsi inovasi dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu:


(27)

a. Adopsi inovasi dalam masyarakat modern, relatif lebih cepat dibandingkan dengan adopsi inovasi dalam masyarakat yang masih tradisional.

b. Demikian pula, proses adopsi inovasi dalam masyarakat lokalitas akan lebih lamban bila dibandingkan di dalam masyarakat kosmopolitan.

5. Kegiatan promosi

Dalam banyak hal kegiatan promosi dapat mendorong semangat untuk lebih cepat menerima inovasi. Kecepatan adopsi inovasi juga sangat ditentukan oleh semakin intesif dan seringnya intensitas atau frekuensi promosi yang dilakukan oleh agen pembaharu (penyuluh) atau pihak-pihak lain yang berkompeten dengan adopsi inovasi seperti lembaga penelitian, produsen, pedagang dan atau sumber inovasi.

6. Urgensitas masalah yang dihadapi.

Kecepatan adopsi suatu inovasi oleh seseorang atau suatu sistem masyarakat sangat ditentukan oleh urgensitas (kepentingan segera) masalah dan kebutuhan masyarakat. Jika suatu inovasi yang diberikan dapat menjawab kebutuhan dan memecahkan masalah yang sedang dihadapi masyarakat pada saat itu, maka masyarakat akan lebih cepat menerima inovasi itu (Mardikanto, 1996).

Cepat tidaknya mengadopsi inovasi bagi petani sangat tergantung kepada faktor eksteren dan interen. Faktor interen itu sendiri yaitu faktor sosial dan ekonomi petani. Faktor sosial diantaranya : umur, tingkat pendidikan, frekuensi mengikuti penyuluhan dan lamanya berusahatani. Sedangkan faktor-faktor ekonomi diantaranya adalah : jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas yang dimiliki dan ada tidaknya usahatani yang dimiliki oleh


(28)

petani. Faktor sosial ekonomi ini mempunyai peranan yang cukup penting dalam pengelolaan usahatani (Soekartawi, 1999).

Adapun faktor sosial ekonomi antara lain : 1. Umur

Menurut Soekartawi (1999), rata-rata petani Indonesia yang cenderung tua sangat berpengaruh pada produktivitas sektor pertanian Indonesia. Petani berusia tua biasanya cenderung sangat konservatif dalam menyikapi perubahan atau inovasi teknologi. Berbeda halnya dengan petani yang berusia muda.

Makin muda umur petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan anjuran dari kegiatan penyuluhan (Kusuma, 2006).

Makin muda petani biasanya lebih semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi (Negara, 2000).

Petani yang berusia lanjut sekitar 50 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru dan inovasi, semakin muda umur petani, maka semakin tinggi semangatnya mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman soal adopsi tersebut (Kartasapoetra, 1994).

Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja dimana


(29)

dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).

2. Pendidikan

Masri Singarimbun dan D.H. Penny dalam Soekartawi (1999) mengemukakan bahwa banyaknya atau lamanya sekolah/pendidikan yang diterima seseorang akan berpengaruh terhadap kecakapannya dalam pekerjaan tertentu. Sudah tentu kecakapan tersebut akan mengakibatkan kemampuan yang lebih besar dalam menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga.

Tingkat tinggi rendahnya pendidikan petani akan menanamkan sikap yang menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan anjuran penyuluh. Tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya kurang menyenangi inovasi sehingga sikap mental untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pertanian kurang (Kusuma, 2006).

Menurut Negara (2000) mengenai tingkat pendidikan petani, dimana mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi.

Tingkat pendidikan manusia umumnya menunjukkan daya kreativitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya alam yang tersedia (Kartasapoetra, 1994).

Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya (Hasyim, 2006).


(30)

3. Lamanya berusahatani

Menurut Soekartawi (1999) pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula.

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluh dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan (Kusuma, 2006).

Menurut Negara (2000) petani yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula.

Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan teknologi daripada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak, sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan (Lubis, 2000).

Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda-beda, oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal-hal yang baik untuk waktu-waktu berikutnya (Hasyim, 2006).

4. Frekuensi penyuluhan

Menurut Soekartawi (1999) Bahwa agen penyuluhan dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, dan menemukan cara mengubah struktur atau situasi yang menghalangi untuk mencapai tujuan tersebut.


(31)

Semakin tinggi frekuensi mengikuti penyuluhan maka keberhasilan penyuluhan pertanian yang disampaikan semakin tinggi pula. Frekuensi petani dalam mengikuti penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian yang menarik dan tidak membosankan serta yang disampaikan benar-benar bermanfaat bagi petani untuk usahataninya (Hasyim, 2003).

5. Luas lahan

Menurut Soekartawi (1999) luas lahan akan mempengaruhi skala usaha. Dan skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efesien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Seringkali dijumpai, makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian maka lahan tersebut semakin tidak efesien. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efesien akan berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efesien. Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efesien pula.

Petani yang mempunyai lahan yang luas maka lebih mudah menerapkan anjuran penyuluh dari pada yang memiliki lahan sempit, hal ini dikarenakan keefisienan dalam penggunaan sarana produksi (Kusuma, 2006).

Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada yang berlahan sempit (Negara, 2000).

6. Jumlah tanggungan

Semakin banyak (anggota keluarga) akan semakin berat beban hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani (Soekartawi, 1999).


(32)

Dan menurut Daniel (2002) jumlah tanggungan keluarga semakin banyak (anggota keluarga) akan semakin meningkat pula beban hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan patani dalam berusahatani.

Jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor ekonomi yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya (Hasyim, 2006).

7. Produksi

Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi maksimum (Soekartawi, 2001).

Usahatani dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya. Dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input. Pengertian efisiensi sangat relatif, efisiensi diartikan sebagai penggunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya (Soekartawi, 2001).

8. Produktivitas

Menurut Soekartawi (1986) produktivitas petani umumnya masih rendah. Pada umumnya pengetahuan petani kecil itu terbatas, sehingga mengusahakan kebunnya secara tradisional, kemampuan permodalannya juga terbatas dan bekerja dengan alat sederhana. Dengan demikian produktivitas dan produksinya rendah.


(33)

Salah satu variabel utama dalam sistem usahatani adalah pengambilan keputusan di dalam rumah tangga petani tentang tujuan dan cara mencapainya dengan sumber daya yang ada, yaitu jenis dan kuantitas tanaman yang dibudidayakan dan ternak yang dipelihara, serta teknik dan strategi yang diterapkan. Cara yang ditempuh suatu rumah tangga petani dalam pengambilan keputusan pengelolaan usahatani tergantung pada ciri-ciri rumah tangga yang bersangkutan, misalnya jumlah laki-laki, perempuan, dan anak-anak, usia, kondisi kesehatan, kemampuan, keinginan, kebutuhan, pengalaman bertani, pengetahuan,

dan keterampilan serta hubungan antar anggota rumah tangga (Reijntjes, dkk. 1999).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan antara lain: 1. Faktor Pribadi

- Kontak dengan sumber-sumber informasi di luar masyarakatnya. - Keaktifan mencari sumber informasi.

- Pengetahuan tentang keuntungan relatif dari praktek yang diberikan. - Kepuasan pada cara-cara lama.

2. Faktor Lingkungan

- Tersedianya media komunikasi. - Adanya sumber informasi secara rinci. - Pengalaman dari petani lain.

- Faktor-faktor alam.

- Tujuan dan minat keluarga (Nasution, 1989).

Pengambilan keputusan di dalam rumah tangga petani meliputi faktor-faktor yang kompleks, termasuk ciri-ciri biofisik usahatani, ketersediaan dan


(34)

kualitas input luar dan jasa serta proses sosioekonomi dan budaya di dalam masyarakat. Disamping itu, selama terjadi perubahan lingkungan ekologis, sosioekonomis, dan budaya maka sistem usahatani harus pula disesuaikan. Dengan demikian, pertanian mencakup suatu proses pengambilan keputusan tanpa akhir, baik itu untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Proses pengambilan keputusan juga berubah dari waktu ke waktu (Reijntjes, dkk. 1999).

Faktor lain yang juga berpengaruh dalam pengambilan keputusan, yaitu : faktor sosial-ekonomi terdiri dari :

- Umur

- Tingkat pendidikan - Tingkat mobilitas

- Tingkat partisipasi dalam kelompok atau organisasi - Sikap kekeluargaan

- Sikap terhadap penguasa - Kosmopolitan

- Pengalaman bertani - Luas lahan

- Tingkat pendapatan

- Jumlah tanggungan (Mardikanto, 1996).

Kebanyakan ketentuan-ketentuan mengenai pertanian dibuat oleh petani sebagai individu, tetapi ia mengambil keputusan itu dalam hubungan keanggotaannya dalam suatu keluarga. Hasrat untuk berbuat apa yang dapat diperbuatnya demi kepentingan anggota-anggota keluarganya dan dalam


(35)

hubungan pangaruh anggota-anggota keluarganya terhadap dirinya, karena ketergantungan mereka pada hasil-hasil usahatani, maka anggota-anggota keluarganya mungkin mendesak sang petani untuk mengambil keputusan tertentu atau melakukan teknik tertentu (Mosher, 1997).

Kerangka Pemikiran

Petani menurut Mosher dikategorikan memegang dua peranan yaitu sebagai juru tani (cultivator) dan sekaligus sebagai orang pengelola (manager) dalam usahataninya. Sebagai seorang juru tani, petani mempunyai peranan memelihara tanaman yang diusahakan dalam usahataninya, sebagai juru tani petani menggunakan keterampilan tangan, otot, mata untuk kegiatan pemeliharaan dalam usahatani yang mencakup menyiapkan persemaian, penyediaan benih, melindungi tanaman dari hama penyakit dan sebagainya. Sedangkan sebagai pengelola petani harus mempunyai keterampilan berupa pengetahuan serta kemauan yang berguna untuk pengambilan keputusan dalam menjalankan usahataninya.

Petani padi sawah adalah orang yang mengusahakan lahan sawah untuk ditanami tanaman padi. Seorang petani adalah orang yang paling berperan penting dalam menjalankan serta mengelola usahataninya. Dan petani mempunyai karakteristik sosial ekonomi yang mempengaruhinya dalam menjalankan usahataninya yaitu umur, pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas. Dalam menjalankan usahataninya petanilah yang paling berhak menentukan apa dan bagaimana tindakan yang diperlukan dalam usahataninya tersebut. Didalam menjalankan usahatani khususnya usahatani padi sawah tentunya ada banyak


(36)

faktor-faktor yang harus dipikirkan, salah satunya adalah faktor penggunaan benih.

Didalam mengambil keputusan salah satunya tentang penggunaan benih padi yang akan digunakan, apakah benih unggul/bersertifikat atau tidak tentu berbeda- beda setiap petani. Ada yang sudah lebih terbuka terhadap inovasi serta teknologi baru tentu tingkat keputusan terhadap penggunaan bibit unggul/bersertifikat cenderung lebih tinggi. Sedangkan petani yang belum bisa menerima atau masih ragu terhadap inovasi dan teknologi baru tentu tingkat keputusannya terhadap penggunaan benih unggul/bersertifikat lebih rendah. Sumber benih yang digunakan petani dapat berasal dari pemerintah, kios saprodi dan dari petani sendiri. Benih yang berasal dari pemerintah dan penangkar benih adalah benih unggul atau benih bersertifikat sedangkan benih yang berasal dari petani sendiri adalah benih yang disisihkan sebagian dari hasil panen sebelumnya untuk dijadikan benih musim tanam berikutnya.

Didalam pengambilan keputusan untuk menggunakan suatu jenis benih ada faktor yang mempengaruhi yaitu : faktor produksi benih, kualitas benih, daya tahan benih terhadap hama dan penyakit, daya tumbuh benih, harga benih, akses memperoleh/mendapatkan benih, kondisi sosial/budaya masyarakat, jenis keputusan, informasi dan pengaruh penyuluh pertanian, informasi dan promosi media massa, pengaruh pengalaman petani lain, pengalaman berusahatani serta karakteristik sosial ekonomi yaitu umur, pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas juga mempunyai hubungan dengan tingkat keputusan petani dalam menggunakan benih dalam usahataninya.


(37)

Gambar 1.Skema Kerangka Pemikiran Analisis Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Padi Sawah dalam Menggunakan Benih Menurut Sumber Benih

Menyatakan Pengaruh Menyatakan Hubungan PETANI PADI SAWAH USAHATANI PADI SAWAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BENIH BENIH NON SERTIFIKAT BENIH UNGGUL/ BERSERTIFIKAT Karakteristik Sosial

Ekonomi 1. Umur 2. Pendidikan

3. Lama Berusahatani 4. Frekuensi mengikuti

Penyuluhan 5. Luas Lahan

6. Jumlah Tanggungan 7. Produksi

8. Produktivitas

Faktor yang mempengaruhi : 1. Produksi Benih

2. Kualitas Benih 3. Daya Tahan Benih Terhadap Hama dan Penyakit

4. Daya Tumbuh Benih 5. Harga Benih

6. Akses Memperoeh/ Mendapatkan Benih 7. Kondisi Sosial/Budaya

Masyarakat 8. Jenis Keputusan

9. Informasi dan Pengaruh Penyuluh Pertanian 10.Informasi dan Promosi

Media Massa

11.Pengaruh Pengalaman Petani Lain

12.Pengalaman Berusahatani SUMBER BENIH

- Pemerintah - Kios Saprodi - Petani Sendiri

TINGKAT KEPUTUSAN - Tinggi

- Sedang - Rendah


(38)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sei Beras Sekata, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), karena desa tersebut merupakan desa yang memiliki produktivitas padi yang paling tinggi di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

Tabel 1. Desa, Luas Lahan, serta Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan Sunggal Tahun 2010.

NO DESA LUAS LAHAN

SAWAH (Ha)

PRODUKTIVITAS (Ton/Ha)

1 Suka Maju 300 6.0 - 6.2

2 Sungga Kanan 150 6.0 – 6.5

3 Paya Geli 38 5.7 – 6.0

4 Sei Beras Sekata 413 6.5 – 7.0

5 Tanjung Selamat 25 6.0 – 6.2

6 Serba Jadi 440 6.0 – 6.5

7 SM. Diski 70 5.8 – 6.2

8 Mulyo Rejo 35 5.5 – 6.0

9 Medan Krio 434 6.0 – 6.6

10 Sei Mencirim 548 6.0 – 6.4

11 Telaga Sari 91 6.0 – 6.35

12 Sei Semayang 135 5.0 – 6.0

13 Puji Mulyo 30 6.0

14 Tanjung Gusta 81 6.0 – 6.2

15 Lalang 5 6.0 – 6.1

16 Helvetia 5 6.0

17 Purwodadi 10 6.0


(39)

Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi sawah yang menjadi anggota kelompok tani. Di desa Sei Beras Sekata terdapat 12 Kelompok Tani yang tersebar di 5 dusun dengan jumlah anggota sebanyak 485 kk. Pengambilan sampel secara Cluster Random Sampling yaitu mengambil sampel dengan acak secara proporsional dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang, karena menurut pendapat Bailey, ukuran sampel paling minimum adalah 30 sampel dari suatu populasi. Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo (1997) yaitu : Spl = n . Js

N

Dimana :

Spl = Sampel

n = Jumah anggota Kelompok Tani di Setiap Dusun N = Total populasi

Js = Besar Sampel (30 orang)

Spl I = n . Js Spl III = n . Js

N N

= 105 . 30 = 175 . 30

485 485

= 6 = 11

Spl II = n . Js Spl IV = n . Js

N N

= 65 . 30 = 90 . 30

485 485


(40)

Spl V = n . Js

N

= 50 . 30 485 = 3

Tabel 2. Jumlah populasi dan sampel penelitian di Desa Sei Beras Sekata Dusun Populasi Anggota Kelompok Tani Sampel

I 105 6

II 65 4

III 175 11

IV 90 6

V 50 3

Jumlah 485 30

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani padi sawah melalui survei maupun daftar kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Kantor BPP Medan Krio, Kantor Kepala Desa dan instansi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data

Untuk menjawab identifikasi masalah mengenai bersumber dari mana benih yang digunakan petani di daerah penelitian digunakan analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan atau memaparkan dengan kata-kata secara jelas dan terinci mengenai sumber benih yang digunakan oleh petani di daerah penelitian.

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih di daerah penelitian


(41)

digunakan analisis deskriptif dengan menjumlahkan dan menskor data-data yang diperoleh.

Tabel 3. Parameter Tingkat Keputusan Petani

NO Parameter Pernyataan Skor

1 Produksi Benih

• Memilih benih dengan mempertimbangkan produksinya yang tinggi.

• Memilih benih kurang mempertimbangkan produksinya.

• Memilih benih tidak mempertimbangkan produksinya.

3

2

1

2 Kualitas Benih

• Memilih benih dengan mempertimbangkan kualitas benihnya baik.

• Memilih benih kurang mempertimbangkan kualitas benihnya.

• Memilih benih tidak mempertimbangkan kualitas benihnya. 3 2 1 3 Daya Tahan Benih Terhadap Hama dan Penyakit

• Memilih benih dengan mempertimbangkan daya tahannya yang tinggi terhadap hama dan penyakit.

• Memilih benih kurang mempertimbangkan daya tahannya terhadap hama dan penyakit.

• Memilih benih tidak mempertimbangkan daya tahannya terhadap hama dan penyakit

3

2

1

4 Daya Tumbuh Benih

• Memilih benih dengan mempertimbangkan daya tumbuhnya yang tinggi.

• Memilih benih kurang mempertimbangkan daya tumbuhnya.

• Memilih benih tidak mempertimbangkan daya tumbuhnya.

3

2


(42)

5 Harga Benih

• Memilih benih dengan mempertimbangkan harganya yang terjangkau.

• Memilih benih kurang mempertimbangkan harganya.

• Memilih benih tidak mempertimbangkan harganya 3 2 1 6 Akses Memperoleh/ Mendapatkan Benih

• Memilih benih karena mempertimbangkan faktor kemudahan untuk memperolehnya.

• Memilih benih kurang mempertimbangkan faktor kemudahan untuk memperolehnya.

• Memilih benih tidak mempertimbangkan faktor kemudahan untuk memperolehnya.

3 2 1 7 Kondisi Sosial/Budaya Masyarakat

• Memilih benih dengan mempertimbangkan kesesuaian dengan kondisi sosial budaya setempat.

• Memilih benih kurang mempertimbangkan kondisi sosial/budaya setempat.

• Memilih benih tidak mempertimbangkan kondisi sosial/budaya setempat.

3

2

1

8 Jenis Keputusan

• Memilih benih karena keputusan sendiri.

• Memilih benih karena keputusan kelompok.

• Memilih benih karena keputusan pemerintah.

3 2 1 9 Informasi dan Pengaruh Penyuluh Pertanian

• Memilih benih karena mempertimbangkan informasi dan pengaruh dari penyuluh pertanian.

• Memilih benih kurang mempertimbangkan informasi dan pengaruh dari penyuluh pertanian.

• Memilih benih tidak mempertimbangkan informasi dan pengaruh dari penyuluh pertanian

3

2


(43)

10

Informasi dan Promosi dari Media Massa

• Memilih benih karena mempertimbangkan informasi dan kegiatan promosi dari media masaa.

• Memilih benih kurang mempertimbangkan informasi dan kegiatan promosi dari media massa.

• Memilih benih tidak mempertimbangkan informasi dan kegiatan promosi dari media massa. 3 2 1 11 Pengaruh Pengalaman Petani Lain

• Memilih benih karena mempertimbangkan adanya pengaruh pengalaman petani lain.

• Memilih benih kurang mempertimbangkan pengalaman petani lain.

• Memilih benih tidak mempertimbangkan pengalaman petani lain.

3 2 1 12 Pengalaman Berusahatani Sebelumnya

• Memilih benih dengan mempertimbangkan pengalaman berusahatani sebelumnya.

• Memilih benih kurang mempertimbangkan pengalaman berusahatani sebelumnya.

• Memilih benih tidak mempertimbangkan pengalaman berusahatani sebelumnya,

3

2

1

Jumlah 36

Menurut Irianto (2004) mengukur range dari dua variabel digunakan rumus : Range = data terbesar – data terkecil

Jumlah kriteria

Range = 36 - 12 3 = 8

Jumlah skor tingkat keputusan antara lain 12 – 36 dengan range 8 sehingga dapat dikatagorikan sebagai berikut :


(44)

12 – 20 = Tingkat keputusan petani rendah 21 – 28 = Tingkat keputusan petani sedang 29 – 36 = Tingkat keputusan petani tinggi

Untuk menguji hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan tingkat keputusan petani dalam menggunakan benih dianalisis dengan metode korelasi Rank Spearman sebagai berikut :

r

s

= 1 -

N N

di

N

i

=

3 1

2

6

Keterangan :

rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman

di = Selisih antara peringkat faktor sosial ekonomi dengan skor keputusan petani dalam menggunakan benih

N = Jumlah petani sampel

Dan diuji dengan uji signifikansi, dengan rumus sebagai berikut :

t

h

=

r

s

2

1 2

s

r N

− −

Dimana :

Jika th ≤ tα, berarti Ho diterima (tidak ada hubungan) Jika th > tα, berarti Ho ditolak (ada hubungan)

Dapat juga menggunakan bantuan SPSS, dengan uji signifikansi sebagai berikut :

Jika Signifikansi > 0,05 maka Ho diterima (tidak ada hubungan) Jika Signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak (ada hubungan)


(45)

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Defenisi

1. Padi sawah adalah padi yang ditanam di lahan sawah.

2. Petani padi sawah adalah orang yang melakukan usahatani padi sebagai mata pencaharian pokoknya.

3. Benih adalah biji tanaman yang dijadikan sebagai sarana dalam memperbanyak tanaman.

4. Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman

5. Benih bersertifikat adalah benih unggul berlebel yang di keluarkan oleh lembaga perbenihan baik pemerintah maupun penangkar benih.

6. Benih sendiri adalah benih yang diusahakan sendiri oleh petani, berupa hasil panen sebelumnya yang disisihkan untuk dijadikan benih untuk musim tanam selanjutnya dan dapat juga berupa hasil panen dari petani lain untuk dijadikan benih.

7. Sumber benih adalah orang, lembaga atau instansi yang menghasilkan atau memproduksi benih.

8. Faktor sosial ekonomi petani meliputi umur, pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas

9. Umur (X1) adalah usia petani padi sawah yang dihitung dari tanggal lahir masing-masing (tahun)


(46)

10.Tingkat pendidikan (X2) adalah sejauh mana jenjang pendidikan yang telah ditempuh untuk memperoleh pengajaran dibangku sekolah (tahun).

11.Lama berusahatani (X3) adalah berapa lama petani telah bekerja sebagai petani (tahun).

12.Frekuensi mengikuti penyuluhan (X4) adalah berapa kali petani mengikuti kegiatan penyuluhan atau bagaimana rutinitas petani dalam kegiatan penyuluhan pertanian.

13.Jumlah tanggungan (X5) adalah semua orang yang berada dalam keluarga/rumah tangga petani dan ditanggung oleh kepala keluarga (orang). 14.Luas lahan (X6) adalah areal pertanaman padi yang dimiliki oleh petani padi

sawah yang diukur dengan satuan hektar.

15.Produksi (X7) adalah hasil panen yang diperoleh petani dari usahataninya (ton) 16.Produktivitas (X8) adalah merupakan hasil persatuan luas lahan (ton/ha)

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Sei Beras Sekata, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

2. Waktu penelitian adalah November 2010 sampai Februari 2011.

3. Petani sampel adalah petani yang membudidayakan padi sawah dan menjadi anggota Kelompok Tani di daerah penelitian.


(47)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Deskripsi Daerah Peneitian

Luas Daerah dan Topografi Desa

Desa Sei Beras Sekata terletak di Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Topografi desa ini adalah datar dengan ketinggian tempat 20 m diatas permukaan laut. Desa ini terdiri dari 5 dusun dengan luas wilayah 719 ha.

Desa Sei Beras Sekata ini berjarak 10 Km dari ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk sebanyak 7.151 jiwa. Secara administratif, batas-batas desa adalah sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Desa Sunggal Kanan

• Sebalah Timur : Kota Medan

• Sebelah Barat : Desa Suka Maju

• Sebelah Selatan : Kecamatan Pancur Batu

Tata Guna Lahan

Pola penggunaan lahan pertanian di Desa Sei Beras Sekata, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.


(48)

Tabel 4. Tata Guna Lahan Desa Sei Beras Sekata menurut Pemanfaatannya Tahun 2010.

NO Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha)

1 Lahan Sawah 413 Ha

2 Lahan Kering 169 Ha

3 Pemukiman dan lainnya 137 Ha

Jumlah 719 Ha

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Beras Sekata, 2010.

Dari Tabel 4 memperlihatkan bahwa pemakaian lahan terluas adalah untuk lahan sawah yaitu dengan luas 413 Ha. Dengan demikian komoditi yang paling di budidayakan di Desa Sei Beras Sekata ini adalah padi sawah.

Keadaan Penduduk

Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin.

Adapun jumlah penduduk di Desa Sei Beras Sekata dan komposisinya menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel. 5 Jumlah Penduduk Desa Sei Beras Sekata Dirinci menurut Jenis Kelamin Tahun 2010.

Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Laki-Laki 3.472 48,55

2. Perempuan 3.679 51,45

Jumlah 7.151 100

Sumber ; Kantor Kepala Desa Sei Beras Sekata, 2010.

Dari Tabel 5 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk desa penelitian pada tahun 2009 adalah 7.151 jiwa dengan perincian laki-laki sebanyak 3.472 jiwa dan perempuan sebanyak 3.679 jiwa.


(49)

Komposisi Penduduk menurut Agama

Jumlah penduduk di Desa Sei Beras Sekata Kecamatan Sunggal menurut agama pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Desa Sei Beras Sekata menurut Agama Tahun 2010.

NO Agama Jumlah Persentase (%)

1 Islam 895 12,51

2 Katolik 1.647 23,03

3 Protestan 4.597 64,28

4 Hindu 12 0,16

5 Budha - -

Jumlah 7151 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Beras Sekata, 2010.

Dari Tabel 6 memperlihatkan penduduk yang beragama Kristen protestan yang terbesar jumlahnya di desa penelitian yaitu dengan jumlah 4.597 jiwa dengan persentase 64,28%. Kristen katolik berjumlah 1.647 jiwa dengan persentase 23,03%, beragama Islam berjumlah 895 jiwa dengan persentase 12,51% dan beragama hindu berjumlah 12 jiwa dengan persentase 0,16%. Di Desa Sei Beras Sekata ini tidak ada penduduk yang menganut agama Budha.

Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur

Jumlah penduduk di Desa Sei Beras Sekata Kecamatan Sunggal menurut kelompok umur pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 7.


(50)

Tabel 7. Jumlah Penduduk Desa Sei Beras Sekata menurut Kelompok Umur Tahun 2010.

No. Kelompok Umur Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 0 – 4 965 13,49

2 5 – 9 574 8,02

3 10 – 14 692 9,67

4 15 – 19 662 9,25

5 20 – 24 637 8,90

6 25 – 29 776 10,85

7 30 – 34 518 7,24

8 35 – 39 502 7,01

9 40 – 44 453 6,33

10 45 – 49 413 5,77

11 50 – 54 340 4,75

12 55 – 59 323 4,51

13 60 + 296 4,13

Jumlah 7.151 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Beras Sekata, 2010.

Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah usia non produktif yaitu bayi, balita, anak-anak dan remaja (0-14 tahun) sebesar 2231 orang dengan persentase 31,19% dan manula (>60 tahun) sebasar 296 orang dengan persentase 4,13%. Jadi usia non produktif di desa penelitian sebesar 2.527 orang (35,33%) sedangkan jumlah usia produktif (15-59 tahun) adalah sebesar 4.624 orang dengan persentase 64,66%.

Usia produktif adalah usia dimana orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif. Dari data tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di desa penelitian cukup besar.


(51)

Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Jumlah penduduk di desa Sei Beras Sekata menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Penduduk Sei Beras Sekata menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 281 3,92

2 Belum Sekolah 1.401 19,59

3 SD 2.005 28,03

4 SMP 1.304 18,23

5 SLTA 2.025 28,31

6 Diploma/Sarjana 135 1,88

Jumlah 7.151 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Beras Sekata, 2010.

Dari Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Desa Sei Beras Sekata bervariasi. Penduduk dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 2.005 jiwa (28,03%), penduduk dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 1.304 jiwa (18,23%), penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA adalah yang terbanyak di desa Sei Beras Sekata yaitu 2.025 jiwa dengan persentase sebesar 28,31% dan penduduk dengan tingkat pendidikan diploma/sarjana sebesar 135 jiwa (1,88%) dan terdapat sebesar 281 jiwa (19,59%) penduduk yang tidak sekolah dan 1.401 jiwa (19,59%) penduduk yang belum sekolah.


(52)

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan.

Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Sei Beras Sekata Kecamatan Sunggal dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Sarana dan Prasarana Desa Sei Beras Sekata Tahun 2010.

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 TK 4

2 SD 4

3 SMP 1

4 Puskesmas Pembantu 1

5 Gereja 6

6 Mesjid 1

7 Musolah 3

8 Kilang Padi 3

9 Kios Saprodi 2

Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Beras Sekata, 2010

Dari Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah sarana pendidikan berupa TK sebanyak 4 unit, SD sebanyak 4 unit, SMP sebanyak 1 unit. Jumlah sarana kesehatan berupa puskesmas pembantu sebanyak 1 unit. Dan sarana ibadah berupa gereja sebanyak 6 unit, mesjid sebanyak 1 unit dan musolah sebanyak 3 unit. Dan terdapat kilang padi sebanyak 3 dan kios saprodi juga terdapat 2 yang mendukung kegiatan pertanian di desa ini.


(53)

Karakteristik Sampel

Karakteristik petani sampel meliputi umur, pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, jumlah tanggungan, luas lahan, produksi dan produktivitas.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel Desa Sei Beras Sekata Kecamatan Sunggal Tahun 2010.

No. Uraian Range Rata-Rata

1 Umur (Tahun) 30 – 85 48

2 Pendidikan (Tahun) 0 – 15 10

3 Lamanya Berusahatani (Tahun) 3 – 57 21

4 Frekuensi Mengikuti Penyuluhan 0 – 12 2

5 Jumlah Tanggungan (Orang) 0 – 6 3

6 Luas Lahan (Ha) 0.2 – 2 0.73

7 Produksi (Ton) 1.2 – 12 4.11

8 Produktivitas (Ton/Ha) 3.75 – 7.5 5.45

Sumber :Data diolah dari lampiran 1

Dari Tabel 10 dapat dijelaskan bahwa rata-rata umur petani sampel adalah 48 tahun dengan rentang umur 30-85 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel masih tergolong produktif untuk mengusahakan usahatani padi sawahnya. Pendidikan formal petani sampel berkisar antara 0-15 tahun dengan rata-rata pendidikan formal petani adalah 10 tahun.

Selanjutnya rata-rata lamanya petani berusahatani adalah 21 tahun dengan rentang antara 3-57 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel memiliki pengalaman berusahatani cukup lama. Rata-rata petani sampel di desa penelitian dalam mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian adalah 2 kali dengan rentang antara 0-12 kali. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel tergolong kurang aktif


(54)

dalam mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian. Jumlah tanggungan petani sampel di Desa Sei Beras Sekata adalah 3 dengan rentang antara 0-6 orang tanggungan.

Rata-rata luas lahan petani sampel di desa penelitian adalah 0.73 Ha dengan rentang antara 0.2-2 Ha. Rata-rata produksi padi sawah yang diperoleh petani sampel adalah 4.11 ton dengan rentang antara 1.2-12 ton dengan produktivitas adalah 5.45 ton/Ha dengan rentang antara 3.75-7.5 ton/Ha. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas padi sawah petani sampel di Desa Sei Beras Sekata ini tergolong masih rendah.


(55)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sumber Benih Yang Digunakan Petani

Di Desa Sei Beras Sekata Kecamatan Sunggal, budidaya padi sawah merupakan usahatani yang paling utama. Hal ini terlihat dari luas lahan sawah merupakan lahan pertanian yang paling luas dibandingkan lahan pertanian yang lain.

Di Desa Sei Beras Sekata ini kegiatan penyuluhan juga sudah ada dan rata-rata petani padi sawah ikut dan bergabung dalam kelompok tani. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam kelompok tani antara lain Kegiatan-kegiatan ceramah dari penyuluh pertanian, rapat, gotong royong pembersihan saluran irigasi, pembagian pupuk dan pembagian benih kepada anggota.

Salah satu kunci budidaya padi terletak pada kualitas benih yang ditanam. Untuk itu diperlukan benih bersertifikat yang memiliki daya kecambah tinggi, sehat dan murni. Benih yang memiliki persyaratan tersebut diharapkan akan menghasilkan bibit yang kuat, seragam dan sehat.

Di Desa ini benih yang digunakan oleh petani dalam usahataninya adalah benih bersertifikat dan benih tidak bersertifikat. Dari 30 petani sampel ada 20 (66.66%) petani yang menggunakan benih bersertifikat yang berasal dari pemerintah dan kios-kios saprodi dan ada 10 (33.33%) petani yang menggunakan benih tidak bersertifikat seperti tertera pada Tabel 11.


(56)

Tabel 11. Frekuensi Petani Berdasarkan Sumber Benih Yang Digunakan.

Sumber Jumlah

(KK)

Persentase

(%) Keterangan

1. Pemerintah 2. Kios Saprodi 3. Benih Sendiri

16 4 10

53,33 13,33 33,33

Bersertifikat Bersertifikat Tidak Bersertifikat

Jumlah 30 100

Sumber : Analisis Data Lampiran 4

Benih padi yang digunakan oleh petani sampel di desa ini diperoleh dari 3 sumber yaitu benih yang bersumber dari pemerintah, dari kios-kios saprodi dan benih dari petani sendiri. Benih yang bersumber dari pemerintah adalah benih bersertifikat melalui kelompok tani. Benih yang bersumber dari pemerintah ini adalah benih bersubsidi dimana benih ini seharusnya diperoleh petani secara gratis tetapi didesa penelitian untuk mendapatkan benih ini petani dikenakan biaya Rp.3000 per bungkusnya. Benih ini perbungkusnya berisi 5 kg padi. Dari 30 petani sampel ada 16 (53.33%) petani yang menggunakan benih sertifikat yang bersumber dari pemerintah.

Benih yang bersumber dari kios-kios saprodi adalah benih bersertifikat dan benih ini biasanya dibeli petani dengan harga yang lebih mahal. Benih yang dibeli dari kios saprodi harganya Rp. 42.000 per bungkus. Benih ini perbungkusnya berisi 5 kg padi. Biasanya petani membeli benih ini langsung kekios-kios saprodi yang terdekat dengan tempat tinggal petani. Dari 30 petani sampel ada 4 (13,33%) petani yang menggunakan benih yang bersumber dari kios-kios saprodi.


(57)

Benih yang juga digunakan oleh petani di desa ini adalah benih yang bersumber dari benih sendiri. Benih sendiri adalah benih yang diusahakan oleh petani sendiri, benih ini berasal dari hasil panen sebelumnya yang disisihkan untuk dijadikan benih untuk musim tanam selanjutnya atau hasil panen petani lain yang dibeli untuk dijadikan benih. Biasanya benih yang berasal dari hasil panen petani lain dibeli sesuai dengan harga padi perkilonya atau dapat juga dilakukan dengan sistem tukar yaitu padi ditukar dengan padi. Benih sendiri ini adalah benih non sertifikat. Dari 30 petani sampel ada 10 (33.33%) petani yang menggunakan benih yang bersumber dari benih sendiri.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Dalam Menggunakan Benih

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih di daerah penelitian. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain :

1. Faktor Produksi Benih

Hasil analisis faktor produksi benih mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih dapat diuraikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Frekuensi Petani Menurut Pertimbangan Produksi Benih Uraian Mempertimbangkan Kurang

Mempertimbangkan

Tidak

memprtimbangkan Jumlah Jumlah

(KK) 21 8 1 30

Persentase

(%) 70 26,67 3,33 100


(58)

Dari Tabel 12 menunjukkan bahwa produksi benih merupakan salah satu faktor yang berpengaruh bagi petani dalam menggunakan benih. Dari Tabel 12 diperoleh hasil bahwa terdapat sebanyak 21 KK (70%) petani yang mempertimbangkan faktor produksi benih yang tinggi dalam menggunakan benih untuk usahataninya. Terdapat 8 KK (26,67%) petani yang kurang mempertimbangkan faktor produksi benih yang tinggi dalam menggunakan benih untuk usahataninya dan terdapat 1 KK (3,33%) petani yang tidak mempertimbangkan faktor produksi benih yang tinggi dalam menggunakan benih untuk usahataninya. Artinya produksi benih yang tinggi adalah faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih.

2. Faktor Kualitas Benih

Hasil analisis faktor kualitas benih mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih dapat diuraikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Frekuensi Petani Menurut Pertimbangan Kualitas Benih Uraian Mempertimbangkan Kurang

Mempertimbangkan

Tidak

Mempertimbangkan Jumlah Jumlah

(KK) 27 3 0 30

Persentase

(%) 90 10 0 100

Sumber : Analisis Data Lampiran 2 dan 3

Dari Tabel 13 menunjukkan bahwa kualitas benih yang digunakan adalah hal yang diperhatikan petani dalam menggunakan benih. Dari Tabel 13 diperoleh hasil bahwa terdapat sebanyak 27 KK (90 %) petani yang mempertimbangkan mengenai kualitas benih yang baik dalam menggunakan benih untuk


(59)

usahataninya. Dan terdapat 3 KK (10%) petani yang kurang mempertimbangkan kualitas benih yang baik dalam menggunakan benih untuk usahataninya. Artinya kualitas benih yang baik adalah faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih.

3. Faktor Daya Tahan Benih Terhadap Hama dan Penyakit

Hasil analisis daya tahan benih terhadap hama dan penyakit mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih dapat diuraikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Frekuensi Petani Menurut Pertimbangan Daya Tahan Benih Terhadap Hama dan Penyakit

Uraian Mempertimbangkan Kurang Mempertimbangkan

Tidak

Mempertimbangkan Jumlah Jumlah

(KK) 17 12 1 30

Persentase

(%) 56,67 40 3,33 100

Sumber : Analisis Data Lampiran 2 dan 3

Dari Tabel 14 diperoleh hasil bahwa terdapat jumlah petani sebanyak 17 KK (56,67%) petani yang mempertimbangkan mengenai daya tahan benih terhadap hama dan penyakit dalam menggunakan benih untuk usahataninya. Terdapat 12 KK (40%) petani yang kurang mempertimbangkan mengenai daya tahan benih terhadap hama dan penyakit dalam menggunakan benih untuk usahataninya dan terdapat 1 KK (3,33%) petani yang tidak mempertimbangkan mengenai daya tahan benih terhadap hama dan penyakit dalam menggunakan benih untuk usahataninya. Dengan demikian daya tahan benih yang tinggi


(60)

terhadap hama dan penyakit merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih.

4. Faktor Daya Tumbuh Benih

Hasil analisis faktor daya tumbuh benih mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih dapat diuraikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Frekuensi Petani Menurut Pertimbangan Daya Tumbuh Benih Uraian Mempertimbangkan Kurang

Mempertimbangkan

Tidak

Mempertimbangkan Jumlah Jumlah

(KK) 29 1 0 30

Persentase

(%) 96,67 3,33 0 100

Sumber : Analisis Data Lampiran 2 dan 3

Daya tumbuh benih adalah hal yang diperhatikan petani dalam menggunakan benih. Dari Tabel 15 diperoleh hasil bahwa terdapat sebanyak 29 KK (96,66%) petani yang mempertimbangkan mengenai daya tumbuh benih dalam menggunakan benih untuk usahataninya dan terdapat 1 KK (3,33%) petani yang kurang mempertimbangkan mengenai daya tumbuh benih dalam menggunakan benih untuk usahataninya. Dengan demikian faktor daya tumbuh benih yang tinggi merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih.

5. Faktor Harga Benih

Hasil analisis faktor harga benih mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih dapat diuraikan pada Tabel 16.


(61)

Tabel 16. Frekuensi Petani Menurut Pertimbangan Harga Benih Uraian Mempertimbangkan Kurang

Mempertimbangkan

Tidak

Mempertimbangkan Jumlah Jumlah

(KK) 26 4 0 30

Persentase

(%) 86,67 13,33 0 100

Sumber : Analisis Data Lampiran 2 dan 3

Harga benih juga merupakan hal yang diperhatikan petani dalam menggunakan benih. Dari Tabel 16 diperoleh hasil bahwa terdapat sebanyak 26 KK (86,67%) petani yang mempertimbangkan mengenai harga benih dalam menggunakan benih untuk usahataninya dan terdapat 4 KK (13,33%) petani yang kurang mempertimbangkan mengenai harga benih dalam menggunakan benih untuk usahataninya. Dengan demikian faktor harga benih yang terjangkau merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih.

6. Faktor Akses Memperoleh/Mendapatkan Benih

Hasil analisis faktor akses memperoleh/mendapatkan benih mempengaruhi keputusan petani dalam menggunakan benih dapat diuraikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Frekuensi Petani Menurut Pertimbangan Akses Memperoleh/Mendapatkan Benih

Uraian Mempertimbangkan Kurang Mempertimbangkan

Tidak

Mempertimbangkan Jumlah Jumlah

(KK) 30 0 0 30

Persentase

(%) 100 0 0 100


(1)

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel Desa Sei Beras Sekata Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

No Sampel Umur

(Thn)

Pendidikan (Thn)

Lamanya Berusahatani

(Thn)

Frekuensi Mengikuti Penyuluhan

(Thn)

Jumlah Tanggungan

(orang)

Luas Lahan (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1 85 6 40 8 2 0,6 3.1 5,16

2 42 12 15 0 4 0,4 1.5 3,75

3 46 12 21 2 5 0,6 3 5

4 45 9 30 8 4 0,6 3 5

5 37 9 15 5 6 1 7 7

6 35 12 3 8 2 0,5 2 4

7 81 6 57 0 1 0,5 3 5

8 48 9 28 12 3 1 6 6

9 50 12 30 8 5 1 7 7

10 48 9 30 0 3 2 12 6

11 58 6 33 0 1 0,5 3 6

12 40 9 15 0 4 0,6 3.5 5,83

13 46 12 25 0 3 0,75 4.2 5,6

14 45 12 15 0 5 0,7 3.5 5

15 42 12 20 3 5 1 5 5

16 59 15 14 0 2 0,2 1.2 6

17 51 12 29 3 4 1 5 5

18 56 6 30 0 1 1 5 5

19 54 9 10 8 1 0,5 2.5 5

20 50 9 10 0 2 0,5 2.5 5

21 49 0 25 0 3 1 6 6

22 30 12 5 0 3 0,5 2.5 5

23 59 6 35 0 3 0,75 3.5 4,66

24 30 12 5 3 0 0,4 3 7,5

25 53 12 10 0 3 0,5 2.5 5

26 47 12 15 0 4 1 5 5

27 40 12 17 2 4 1,2 7.2 6

28 42 9 21 0 4 1 6 6

29 52 12 30 0 2 0,5 3.1 6,2

30 32 12 5 0 2 0,3 1.5 5

Jumlah 1452 297 638 70 91 22.1 123.3 163.7

Rata-Rata 48.40 9.9 21.266 2.333 3.033 0.736 4.11 5.456


(2)

Lampiran 2

Tingkat Keputusan Petani dalam Menggunakan Benih

No. Sampel

Parameter

Skor Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 32 Tinggi

2 2 2 2 3 3 3 1 3 1 1 1 3 25 Sedang

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 32 Tinggi

4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 30 Tinggi

5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 32 Tinggi

6 1 3 1 3 3 3 3 3 1 1 1 3 26 Sedang

7 3 3 3 3 2 3 3 3 1 1 1 3 29 Tinggi

8 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 1 3 31 Tinggi

9 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 30 Tinggi

10 3 3 3 3 2 3 3 3 1 1 1 3 29 Tinggi

11 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 30 Tinggi

12 2 3 2 3 3 3 3 3 1 1 1 3 28 Sedang

13 3 3 2 3 3 3 1 3 1 1 1 3 27 Sedang

14 3 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 3 30 Tinggi

15 3 3 3 3 2 3 3 2 3 1 1 3 30 Tinggi

16 3 3 2 3 3 3 3 3 1 1 1 3 29 Tinggi

17 3 3 2 3 3 3 1 3 3 1 1 3 29 Tinggi

18 2 2 2 3 3 3 3 3 1 1 1 3 27 Sedang

19 3 3 2 3 3 3 1 3 1 1 1 3 27 Sedang

20 2 3 2 3 3 3 1 3 3 1 1 3 28 Sedang

21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 32 Tinggi

22 2 3 2 3 3 3 1 3 3 1 1 3 28 Sedang

23 2 2 2 2 3 3 3 3 1 1 1 3 26 Sedang

24 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 32 Tinggi

25 2 3 2 3 3 3 3 3 1 1 1 3 28 Sedang

26 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 30 Tinggi

27 3 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 3 30 Tinggi

28 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 30 Tinggi

29 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 30 Tinggi

30 2 3 2 3 3 3 1 3 1 1 1 3 26 Sedang

Jumlah 80 87 76 89 87 90 72 88 54 30 30 90 873


(3)

Jumlah Petani Menurut Parameter Tingkat Keputusan dalam Memilih Benih

Parameter Sampel

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 × √ √ √ × √ √ √ √ √ × √ √ √

2 × √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

3 × √ √ √ × √ √ √ √ √ × × √ √

4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

5 √ √ √ √ √ √ × √ √ × √ √ √ √ ×

6 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

7 × √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ × ×

8 √ √ √ √ √ √ √ × √ √ √ √ √ √ ×

9 ××× ×× × × × × √ √

10 × × × × × × × × × × × × × × ×

11 × × × × × × × × × × × × × × ×

12 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Parameter Sampel

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 √ √ × × × × × √ √ √ √ ×

2 √ √ × √ √ √ √ × √ √ √ √ √ √ √

3 × × × × × × × × √ √ √ √ ×

4 √ √ √ √ √ √ √ × √ √ √ √ √ √ √

5 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

6 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

7 × × × × √ √ √ √ × √ √ ×

8 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

9 × × × √ √ √ × × × × × ×

10 × × × × × × × × × × × × × × ×

11 × × × × × × × × × × × × × × ×

12 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Keterangan : √ menyatakan “Mempertimbangkan”

× menyatakan “Kurang mempertimbangkan” / “Tidak mempertimbangkan” Khusus parameter 8: √ menyatakan “Keputusan Sendiri”


(4)

Lampiran 4

Benih dan sumber benih yang digunakan petani

No.

Sampel Kualitas Benih Sember Benih

No.

Sampel Kualitas Benih Sember Benih

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Bersertifikat Tidak bersertifikat Bersertifikat Tidak bersertifikat Bersertifikat Bersertifikat Bersertifikat Bersertifikat Tidak bersertifikat Bersertifikat Bersertifikat Tidak bersertifikat Tidak bersertifikat Bersertifikat Bersertifikat Kelompok Tani Benih Sendiri Kelompok Tani Benih Sendiri Kelompok Tani Kelompok Tani Kios saprodi Kelompok Tani Benih Sendiri Kios Saprodi Kios Saprodi Benih Sendiri Benih Sendiri Kelompok Tani Kios Saprodi 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Tidak bersertifikat Bersertifikat Tidak bersertifikat Bersertifikat Bersertifikat Bersertifikat Bersertifikat Tidak bersertifikat Bersertifikat Bersertifikat Bersertifikat Bersertifikat Tidak bersertifikat Tidak bersertifikat Bersertifikat Benih Sendiri Kelompok Tani Benih Sendiri Kelompok Tani Kelompok Tani Kelompok Tani Kelompok Tani Benih Sendiri Kelompok Tani Kelompok Tani Kelompok Tani Kelompok Tani Benih Sendiri Benih Sendiri Kelompok Tani

Keterangan : Jumlah petani yang menggunakan Benih bersertifikat

: 20 petani (66.66%)

Tidak bersertifikat

: 10 petani (33.33%)

Sumber benih dari : - Kelompok Tani ada 16 petani (53.33%)

-

Kios Saprodi ada 4 petani (13.33%)

-

Benih Sendiri ada 10 petani (33.33%)


(5)

Lampiran 5

Korelasi Rank Spearman karakteristik petani (umur, pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, jumlah

tanggungan, luas lahan, produksi dan produktivitas ) dengan tingkat keputusan petani dalam menggunakan benih

Correlations

Tingkat Keputusan

Petani

Umur Petani

Tingkat Pendidikan

Lamanya Berusahatani

Frekuensi Mengikuti Penyuluhan

Jumlah Tanggungan

Luas

Lahan Produktivitas

Spearman's

rho Tingkat

Keputusan Petani

Correlation Coefficient

1.000 -.025 -.117 .261 .372* .277 .349 .632**

Sig. (2-tailed) . .896 .537 .164 .043 .138 .059 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30

Umur Petani

Correlation Coefficient

-.025 1.000 -.414* .619** -.115 -.384* -.013 -.032

Sig. (2-tailed) .896 . .023 .000 .545 .036 .944 .865

N 30 30 30 30 30 30 30 30

Tingkat Pendidikan

Correlation Coefficient

-.117 -.414* 1.000 -.557** .027 .283 -.251 -.048

Sig. (2-tailed) .537 .023 . .001 .886 .129 .181 .800

N 30 30 30 30 30 30 30 30

Lamanya Berusahatani

Correlation Coefficient

.261 .619** -.557** 1.000 .021 .009 .429* .173

Sig. (2-tailed) .164 .000 .001 . .911 .963 .018 .359


(6)

Frekuensi Mengikuti Penyuluhan

Correlation Coefficient

.372* -.115 .027 .021 1.000 .156 .183 .122

Sig. (2-tailed) .043 .545 .886 .911 . .410 .334 .520

N 30 30 30 30 30 30 30 30

Jumlah Tanggungan

Correlation Coefficient

.277 -.384* .283 .009 .156 1.000 .538** -.005

Sig. (2-tailed) .138 .036 .129 .963 .410 . .002 .981

N 30 30 30 30 30 30 30 30

Luas Lahan

Correlation Coefficient

.349 -.013 -.251 .429* .183 .538** 1.000 .250

Sig. (2-tailed) .059 .944 .181 .018 .334 .002 . .182

N 30 30 30 30 30 30 30 30

Produktivitas

Correlation Coefficient

.632** -.032 -.048 .173 .122 -.005 .250 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .865 .800 .359 .520 .981 .182 .

N 30 30 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).