BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melakukan penertiban sering kali kita jumpai bahwa sikap satpol PP lebih mengedepankan tindakan kekerasan anarkisme, sehingga sering terjadi
perlawanan pada setiap proses eksekusi yang dilakukan oleh satpol PP. Barubaru ini juga terjadi perlawanan massa terhadap tindakan penertiban
yang di lakuakn oleh satpol PP yang terjadi di kawasan Tanjung Priok di sekitar areal pemakaman Mbah Priok di Koja, Jakarta Utara. Yang mengakibatkan
tewasnya tiga orang dan puluhan orang luka ringan dan luka berat. Di bagian lain jajaran Polda Metro Jaya menyimpulkan bahwa kerusuhan yang terjadi tidak
murni perlawanan dari warga terhadap rencana peralihan fungsi makam Mbah Priok. Kerusuhan tersebut itu terjadi karena muncul unsur lain yang memanas
manasi situasi dan kondisi. Peristiwa berdarah itu terjadi ketika aparat satpol PP akan menertibkan
areal pemakaman atas perintah Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo. Upaya tersebut ditolak oleh warga. Alasannya pemakaman itu termasuk makam yang di
keramatkan karena terdapat makam Habib Hasan bin Muhammad Al haddad alias Mbah Priok. Ratusan warga ternyata sudah bersiapsiap menyambut untuk
melawan. Kebanyakan dari mereka banyak yang membawa senjata tajam. Ban ban bekas mereka bakar untuk menghadang aparat satpol PP “Kami siap mati
demi mempertahankan makam”.
Pada bagian lain, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan untuk menghentikan penertiban kompleks makam Mbah Priok di Koja, Jakarta
Utara sampai menunggu situasi mereda. Beliau mengharapkan kejadian di Koja dijadikan pelajaran oleh semua golongan masyarakat untuk harus lebih hatihati
dan bersikap persuasif dalam melakukan penertiban dan menghindari benturan fisik.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Komnas HAM menilai telah terjadi pelanggaran hak asasi manusia HAM dalam bentrok antara massa dan satpol PP
di pelabuhan Peti Kemas, Koja, Jakarta Utara. Pelanggaran HAM sebenarnya dilakukan oleh kedua belah pihak, tetapi pemda yang di anggap paling
bertanggung jawab atas terjadinya bentrok tersebut. “Kami menilai, telah terjadi pelanggaran HAM yang bisa dikategorikan berat” tegas ketua Komnas HAM
Ifdhal Kasim. Komnas HAM akan menerjunkan tim untuk menginvestigasi kasus tersebut.
Meski korban jatuh dari kedua belah pihak, karena bentrok tersebut dipicu tindakan penggusuran paksa, Pemdalah yang harus bertanggung jawab. “Kami
akan menelusuri lebih jauh penggusuran paksa dengan kekerasan oleh satpol PP. Hal ini harus diproses secara hukum dan merupakan tanggung jawab pemerintah
DKI”. “Kami juga akan menyelidiki rantai komandonya. Seperti apa perintah yang mereka terima atau ada pengabaian perintah. Harus ada proses hukum
terhadap oangorang yang diduga bertanggung jawab dalam hal ini,” lanjutnya. Komnas HAM sebenarnya menugaskan Komisioner Komnas HAM dalam proses
mediasi warga dan satpol PP. Namun, aparat satpol PP lebih dulu menyerang warga ketika mediasi tengah dilakukan.
Media komunikasi berfungsi sebagai sarana publik untuk mengetahui berbagai informasi yang hidup ditengahtengah masyarakat, yang diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi dalam kehidupan suatu negara. Sedangkan hal ini tidak terlepas dari suatu bentuk kerja jurnalistik yang
merangkum peristiwa yang ada ke dalam suatu bentuk berita. Peran seorang jurnaliswartawan diharapkan mampu menyusun fakta dilapangan sehingga
menjadi sebuah informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara benar dan universal.
Konstruks pemberitaan yang dilakukan oleh media massa tentu tidak terlepas dari proses seleksi wartawan di lapangan. Yang mana, sangat
berhubungan dengan kemampuan individu wartawan dalam mengolah informasi yang secara internal berdasarkan atas pengetahuan yang di dapat dari
pengalamanpengalaman sosialnya. Dalam seleksinya tersebut, wartawan memperkirakan pertimbanganpertimbangan tertentu termasuk dalam menulis
berita, pemilihan judul, lead dan bahkan pemilihan nara sumber yang sesuai dengan keyakinannya. Maka dari itu, objektifitas berita tidak dapat ditentukan
sebagaimana pengolahan informasi oleh wartawan. Pengolahan informasi oleh wartawan ditentukan oleh skema sosial di lingkungan pekerja media itu sendiri.
Disamping itu, landasan profesionalisme perlu dihayati oleh wartawan untuk pegangan dalam menjalankan tugasnya dengan penuh tanggungjawab, jujur dan
taat pada ramburambu atau kode etik dan aturan profesinya dalam sebuah lembaga media.
Disamping meliput berita dan menyebarkannya, mereka terlibat aktif dalam penggalangan dan pendistribusian bantuan kepada masyarakat. Tak hanya itu saja,
pakar ilmu komunikasi, Lasswell menjelaskan bahwa media mempunyai fungsi surveillance of the environment pengawasan lingkungan yang beroperasi dengan
dua cara yakni warning of beware surveillance pengawasan peringatan dan instrumental surveillance pengawasan instrumental.
Dalam hal ini peneliti mencoba untuk mengadakan penelitian bagaimana
media mengkrotuksikan tindakan SATPOL PP pada kasus tersebut. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan masalah yang di teliti. Adapun rumusan masalah dalam penelitian kali ini adalah
bagaimana koran Jawa Pos mengkonstruksi pemberitaan peristiwa Tanjung
Priok jilid II pada Koran Jawa Pos dalam edisi 1518 April 2010. C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi media cetak terhadap pemberitaan tragedi Priok jilid
II pada Koran Jawa Pos tanggal 1518 April 2010.
D. Manfaat Penelitian 1.