Simbol b. Relay dengan rangkaian driver Transistor

sedangkan kontak antara B dan C akan menutup. Jenis relay ini dikenal dengan nama relay jenis kontak luar. Macam-macam relay yang dibedakan berdasarkan cara kerjanya, yaitu: a. Normaly Open NO, saklar akan terbuka bila dialiri arus b. Normaly Close NC, saklar akan tertutup bila dialiri arus c. Change Over CO, relay ini mempunyai saklar tunggal yang normalnya tertutup yang lama, bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal A, sebaliknya bula kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal B. Analogi rangkaian relay yang digunakan pada tugas akhir ini adalah saat basis transistor ini dialiri arus, maka transistor dalam keadaan tertutup yang dapat menghubungkan arus dari kolektor ke emiter yang mengakibatkan relay terhubung. Sedangkan fungsi dioda disini adalah untuk melindungi transistor dari tegangan induksi berlebih, dimana tegangan ini dapat merusak transistor. Jika transistor pada basis tidak ada arus maju, transistor terbuka sehingga arus tidak mengalir dari kolektor ke emiter, relay tidak bekerja karena tidak ada arus yang mengalir pada gulungan kawat. Bentuk relay yang digunakan dan bentuk relay dengan rangkaian driver dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.2 Simbol Relay dan Rangkaian Driver Vcc Tr V B Dioda

a. Simbol b. Relay dengan rangkaian driver

Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler AT89S51, 2008. USU Repository © 2009

2.3 Penguat Operasional

2.3.1 Karakteristik Ideal Penguat Operasional

Suatu Op-Amp ideal memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: a. Hambatan masukan R i = ∞ b. Hambatan keluaran R o = 0 c. Bati tegangan A v = - ∞ d. Lebar pita = ∞ e. Keseimbangan sempurna: V o = 0 bilamana V 1 = V 2 f. Karakteristik tidak berubah dengan suhu.

2.3.2 Penguat non-inverting

Prinsip utama rangkaian penguat non-inverting adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.3 berikut ini. Seperti namanya, penguat ini memiliki masukan yang dibuat melalui input non-inverting. Dengan demikian tegangan keluaran rangkaian ini akan satu fasa dengan tegangan inputnya. Gambar 2.3 Rangkaian dasar penguat non-inverting

2.3.3 Penguat Inverting

Rangkaian dasar penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.4, dimana sinyal masukannya dibuat melalui input inverting. Seperti tersirat pada Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler AT89S51, 2008. USU Repository © 2009 namanya, bahwa fase keluaran dari penguat inverting ini akan selalu berbalikan dengan inputnya. Pada rangkaian ini, umpan balik negatif di bangun melalui resistor R2. Gambar 2.4 Rangkaian dasar penguat inverting Impedansi rangkaian inverting didefenisikan sebagai impedansi input dari sinyal masukan terhadap ground. Karena input inverting - pada rangkaian ini diketahui adalah 0 virtual ground maka impendasi rangkaian ini tentu saja adalah Z in = R 1 .

2.3.4 Penguat diffrensial

Penguat Differensial bisa mengukur maupun memperkuat sinyal-sinyal kecil yang terbenam dalam sinyal-sinyal yang jauh lebih besar. Empat tahanan presisi 1 dan sebuah penguat operasional membentuk sebuah penguat differensial, seperti terlihat pada gambar 2.5 terminal inputnya ada dua, input - dan +, dihubungkan dengan terminal penguat operasional yang terdekat. Sumber masukan penguat differensial ada 2, yaitu E1 dan E2. Jika E2 dihubung singkat, maka E1 mendapat penguatan pembalik sebesar -mRR = -m. Karena tegangan keluaran akibat E1 adalah -mE1. Jika E1 dihubung singkat, maka E2 akan terbagi antara R dan mR, sehingga terminal positif dari penguat operasional menerima tegangan sebesar mendapat penguatan pembalik sebesar -mRR = -m. Karena tegangan keluaran akibat E1 adalah -mE21+m, dengan penguatan sebesar 1+m. Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler AT89S51, 2008. USU Repository © 2009 Gambar 2.5 Rangkaian dasar penguat differensial

2.3.5 Penguat jumlah summing amplifier

Penguat operasional sering digunakan sebagai penjumlah berbagai input sinyal. Berikut ini adalah gambar dari summing amplifier. Gambar 2.6 Rangkaian dasar penguat jumlah summing amplifier Rangkaian summing amplifier mempunyai penguatan tegangan sebanyak dua penguatan tegangan.

2.4 Transistor

Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus yang dipasang di satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2 terminal lainnya. Transistor adalah komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier penguat. Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai sakelar elektronik berkecepatan tinggi. Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler AT89S51, 2008. USU Repository © 2009 Pada rangkaian elektronik, sinyal inputnya adalah 1 atau 0 ini selalu dipakai pada basis transistor, yang mana kolektor dan emiter sebagai penghubung untuk pemutus short atau sebagai pembuka rangkaian. Aturanprosedur transistor sebagai berikut: a. Pada transistor NPN, memberikan tegangan positif dari basis ke emiter, menyebabkan hubungan kolektor ke emiter terhubung singkat, yang menyebabkan transistor aktif on. Memberikan tegangan negatif atau 0 V dari basis ke emiter menyebabkan hubungan kolektor dan emiter terbuka, yang disebut transistor mati off. b. Pada transistor PNP, memberikan tegangan negatif dari basis ke emiter ini akan menyalakan transistor on. Dan memberikan tegangan positif atau 0 V dari basis ke emiter ini akan membuat transistor mati off. Didalam pemakaiannya transistor dipakai sebagai komponen saklar switching dengan memanfaatkan daerah penjenuhan saturasi dan daerah penyumbatan cut off yang ada pada karakteristik transistor. Pada daerah penjenuhan nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara ideal sama dengan nol atau kolektor dan emiter terhubung langsung short. Keadaan ini menyebabkan tegangan kolektor emiter V CE = 0 Volt pada keadaan ideal, tetapi pada kenyataannya V CE bernilai 0 sampai 0,3 Volt. Dengan menganalogikan transistor sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan on seperti pada gambar Gambar 2.7 Transistor sebagai Saklar ON Saklar On Vcc Vcc I C R R B V B I B V BE V CE Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler AT89S51, 2008. USU Repository © 2009 Pada gambar dibawah ini menunjukkan apa yang dimaksud dengan V CE sat adalah harga V CE pada beberapa titik dibawah knee dengan posisi tepatnya ditentukan pada lembar data. Biasanya V CE sat hanya beberapa perpuluhan volt, walaupun pada arus kolektor sangat besar bisa melebihi 1 volt. Bagian dibawah knee pada gambar 2.8 dikenal sebagai daerah saturasi. Gambar 2.8 Karakteristik daerah saturasi pada transistor Pada daerah penyumbatan,nilai resistansi persambungan kolektor emiter secara ideal sama dengan tak terhitung atau terminal kolektor dan emiter terbuka open. Keadaan ini menyebabkan tegangan V CB sama dengan tegangan sumber Vcc. Tetapi pada kenyataannya Vcc pada saat ini kurang dari Vcc karena terdapat arus bocor dari kolektor ke emiter. Dengan menganalogikan transistor sebagai saklar, transistor tersebut dalam keadaan off seperti gambar dibawah ini. Gambar 2.9 Transistor Sebagai Saklar OFF Titik Sumbat Cut off I B I B sat I B = I B sat I B Penjenuhan saturation I C Rc Vcc I B = 0 V CE Saklar Off Vcc Vcc I C R R B V B I B V BE V CE Dwi Nata Syahputra : Perancangan Dan Pembuatan Alat Keamanan Kendaraan Terkoneksi Handphone Berbasis Mikrokontroler AT89S51, 2008. USU Repository © 2009

2.5 Regulator Tegangan