Analisis Faktor Fundamental Terhadap Return Jangka Pendek dan Jangka Panjang Saham Initial Public Offering Di Pasar Sekunder Bursa Efek Indonesia

Asmalidar :Analisis Faktor Fundamental Terhadap Return Jangka Pendek …

ANALISIS FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP RETURN
JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG SAHAP INITIAL
PUBLIC OFFERING DI PASAR SEKUNDER BURSA EFEK
INDONESIA
Asmalidar
Dosen Politeknik Negeri Medan
Abstract : One of financing resources for a company can be obtained through the
capital market. In order to get it, a company should offer some of its shares to the
public which is called as Initial Public Offerings (IPO). Some investors might wait for
this opportunity to earn the optimal return from the capital gain. This research
attempts to analyze and to prove some fundamental variables namely total asset, debt
to equity ratio, the volume of shares offerings, the age of company and earning per
share which can influence the short-term and long-term return of the IPO shares.
Subsequently, this research also attempts to find out whether the short-term return will
influence the long-term return. The data used in this research is supplied by Indonesia
Stock Exchanges and there are 100 companies being analyzed from 1999 to 2006. The
model used in this research is called the Structural Equation Model (SEM) and it is
analyzed by using AMOS version 4.1. The result shows that the fundamental factors
only give a small impact and insignificant to the short-term return of IPO. However,

they give a huge impact to the long-term return. The intuition of this finding is that in
the long run, under an efficient market, the market will correct the underpricing
phenomenon to its real intrinsic value of shares
Keywords: Initial Public Offering and Capital Market
PENDAHULUAN
Istilah penawaran umum atau
sering juga disebut dengan go public
semakin sering didengar seiring dengan
semakin maraknya instrumen pasar modal
yang berkembang saat ini. Salah satu
instrumen pasar modal yang diminati
masyarakat adalah saham. Walaupun
pengetahuan masyarakat masih minim
terhadap seluk beluk saham, hal tersebut
tidak mengendurkan minat masyarakat
untuk ikut serta dalam melakukan
pembelian saham. Bahkan ibu-ibu rumah
tangga pun tidak ketinggalan memborong
saham PT. Krakatau Steel (Kompas, 2010)
dan Obligasi Ritel Negara (Kompas, 2009).

Secara mudah, istilah go public
adalah penawaran saham atau obligasi oleh
pihak penerbit kepada masyarakat umum
untuk
pertama
kalinya.
Kegiatan
perusahaan dalam rangka penjualan saham
perdananya kepada masyarakat inilah yang
disebut dengan istilah IPO (Initial Public
Offering). Kegiatan penjualan saham untuk
pertama kali ini dilakukan di pasar perdana
(primary market). Selanjutnya pemegang

166

saham dari pasar perdana tersebut dapat
memperdagangkan saham tersebut di pasar
sekunder (secondary market) yaitu pasar
yang terjadi setelah pasar perdana berakhir.

Penetapan harga saham perdana
merupakan hal yang menjadi perhatian
utama bagi perusahaan yang akan
melakukan IPO, Hal ini wajar karena
penetapan harga saham perdana ini akan
menentukan sukses tidaknya IPO tersebut.
IPO akan dikatakan sukses apabila
sahamnya
diminati
investor
(oversubscribe).
Penetapan harga jual saham
perdana itu terbentuk setelah tercapai
komitmen antara emiten, underwriter dan
pihak investor. Dalam menentukan harga
saham perdana biasanya timbul perbedaan
kepentingan antara emiten dan underwriter.
Emiten berupaya untuk menjual sahamnya
dengan harga yang optimum sementara
underwriter

sebagai
pihak
yang
memberikan jasa untuk menjual saham,
berusaha agar seluruh saham terjual,
sehingga mereka berusaha menurunkan

Jurnal Ekonom, Vol 14, No 4, September 2011

harga dengan meminta diskon kepada
emiten.
Demikian pula dengan investor
sebagai pihak pembeli berharap dapat
membeli saham tersebut dengan harga yang
paling murah. Karena motivasi investor
berinvestasi
dalam
saham
adalah
memperoleh pendapatan (return) yang

optimal,
disamping
tentunya
akan
memperoleh dividen dari investasi saham
mereka. Perbedaan-perbedaan kepentingan
diantara pelaku-pelaku pasar modal ini
menyebabkan munculnya ketidakpastian
didalam menentukan harga intrinsik sahamsaham IPO di pasar perdana. Hal inilah
yang memungkinkan terjadinya abnormal
initial return (pendapatan awal yang tidak
wajar) pada saham-saham IPO di awal
perdagangan di pasar sekunder.
Salah satu pendekatan yang sering
digunakan investor untuk mengukur
ekspektasi return saham adalah analisis
fundamental guna menilai harga intrinsik
suatu saham. Analisis fundamental
merupakan salah satu metode penilaian
sekuritas. Penilaian ini bertujuan untuk

mengukur nilai intrinsik suatu saham atau
nilai teoritis yang merupakan nilai
sebenarnya dari suatu saham. Pendekatan
analisis fundamental merupakan analisis
yang memfokuskan pada laporan keuangan
perusahaan emiten. Data yang dipakai
dalam analisis fundamental menyangkut
data historis yang meliputi analisis tentang
kekuatan dan kelemahan dari perusahaan,
bagaimana kegiatan operasionalnya, dan
juga bagaimana prospeknya di masa yang
akan datang. Analisis fundamental ini
bertujuan untuk menilai apakah harga pasar
saham yang berlaku saat itu sesuai dengan
harga intrinsiknya atau tidak.
Fakta menunjukkan bahwa sahamsaham perusahaaan yang melakukan IPO
periode tahun 1996 sampai tahun 2006 di
Bursa Efek Indonesia, bahwa lebih 70%
saham IPO mengalami underprice pada hari
pertama hingga hari ke-30. Sedangkan yang

mengalami overprice pada hari pertama
hanya berjumlah kurang dari 12% dan hari
ke-30 meningkat menjadi hampir 22%.
Sementara untuk harga saham IPO yang
tidak mengalami perubahan pada saat dijual
pada hari pertama adalah sebanyak 15,4%
dan kemudian tersisa 4,9% saja yang tetap
pada hari ke-30. Fenomena bahwa analisis

fundamental yang dilakukan investor
berdasarkan informasi prospektus yang
dipublikasikan guna menentukan harga
instrinsik saham yang sebenarnya, tidak
memberikan jaminan yang pasti akan
terbentuknya harga saham yang wajar
terhadap saham-saham IPO.
Fenomena underpricing saham IPO
di pasar perdana menyebabkan banyak
investor berminat terhadap saham IPO.
Tentunya karena lebih banyak permintaan

daripada penawaran menyebabkan harga
saham IPO overprice di awal perdagangan
di pasar sekunder. Dengan berjalannya
waktu dibawah kondisi pasar yang efisien,
pasar akan mengkoreksi kondisi overprice
saham-saham
IPO
menuju
harga
sebenarnya yang lebih rendah. Hal ini
mengakibatkan harga saham-saham IPO
tampak mengalami penurunan secara
signifikan setelah melakukan IPO bila
dibandingkan dengan saham-saham nonIPO dari perusahaan yang ukuran dan
industrinya sama. Fenomena inilah yang
dikenal sebagai fenomena long-run
underperformance, suatu fenomena yang
juga terjadi pada saham-saham IPO.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh dari estimasi nilai

faktor fundamental ini terhadap fenomena
abnormal return jangka pendek saham IPO.
Dan selanjutnya peneliti akan mencoba
mengkaji hubungan return saham-saham
IPO pada awal perdagangan (jangka
pendek) dengan setelah beberapa periode
ke depan (return jangka panjangnya).
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa penelitian yang sama
telah dilakukan oleh sejumlah peneliti
terdahulu. Penelitian yang dilakukan oleh
Durukan (2002) mencoba untuk mengkaji
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai
saham IPO. Dengan menggunakan model
analisis regresi univariat, hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat pendapatan
pertama yang tidak wajar (abnormal initial
returns) pada Bursa Efek Istanbul (Istanbul
Stock
Exchange),

tetapi
ia
tidak
menemukan adanya saham IPO yang
memiliki kinerja yang menurun dalam
jangka panjang seperti yang ditemukan di
banyak bursa di negara lain. Lebih lanjut, ia
juga menemukan bahwa hasil kajiannya
sesuai dengan fads hypothesis, yakni return

167

Asmalidar: Analisis Faktor Fundamental terhadap Return Jangka Pendek …

jangka panjang berkorelasi negatif dengan
return jangka pendeknya. Penelitian ini
juga
menyokong
Winner’s
Curse

Hypothesis karena ditemukan bahwa
pendapatan awal (initial returns) telah
disadari oleh investor pada saat membeli
saham IPO.
Khirsnamurti
(2002)
dalam
penelitiannya menggunakan model analisis
regresi, menemukan bahwa fenomena
underpricing saham IPO juga terjadi di
India. Menurutnya, perusahaan yang
menawarkan saham baru dalam jumlah
kecil ditemukan mengalami underpricing
yang lebih kecil dibanding underpricing
yang dilakukan perusahaan yang menjual
saham baru dalam jumlah besar. Hal ini
mungkin dikarenakan underpricing untuk
mengkompensasi
investor
yang
menghadapi resiko yang lebih besar.
Temuan menarik lainnya dari penelitian ini
adalah underpricing berhubungan dengan
tingkat pendaftaran pembelian saham (level
of subscription). Underpricing juga
dipengaruhi oleh jarak waktu antara tanggal
disetujuinya penawaran dengan tanggal
aktual pelaksanaan IPO.
Penelitian Tapa dan Ahmad (2006)
dengan metode analisis regresi linier
berganda, menguji 157 saham IPO dari
tahun 1999 sampai 2002 di Bursa Malaysia,
untuk menganalisis kinerja IPO secara
sektoral. Mereka menemukan bahwa terjadi
abnormal initial return rata-rata sebesar
88,11% pada saham-saham di Kuala
Lumpur Stock Exchange (KLSE). Temuan
ini konsisten dengan temuan sebelumnya
bahwa secara umum saham IPO mengalami
underpricing pada penawaran perdana.
Mereka juga menemukan bahwa abnormal
return jangka panjang lebih kecil
dibandingkan abnormal return jangka
pendek.
Adler dan Soepriyono (2006)
melakukan penelitian dengan menggunakan
perusahaan-perusahaan yang melakukan
IPO di Bursa Efek Indonesia pada periode
2000 sampai dengan 2002. Dengan model
analisis regresi linear berganda menguji
faktor fundamental yang terdiri dari
besarnya
asset,
umur
perusahaan,
privatisasi, jumlah saham yang ditawarkan,
pendapatan kotor dari IPO, rasio tingkat
hutang terhadap jumlah kepemilikan, rasio
harga saham terhadap laba perlembar

168

saham, shareholder sale, investasi, debt
payment dan working capital, terhadap
return jangka pendek saham IPO yang
terdiri dari initial return, opening price
return dan intraday return juga terhadap
return jangka panjang saham IPO yang
terdiri dari market adjusted abnormal
return 12 bulan, 24 bulan dan 36 bulan.
Dengan menggunakan 71 perusahaan
mereka
menemukan
bahwa
IPO
memberikan abnormal return di Bursa Efek
Indonesia, namun memberikan hasil
underperform pasar pada jangka panjang.
Fenomena
abnormal
initial
return
disebabkan karena dua kemungkinan,
pertama, underwriter secara sistematik
menghargai saham IPO di bawah nilai
intrinsiknya, kedua, IPO merupakan subjek
dari penilaian yang berlebih (overvaluation)
dari investor atau fads (kesengajaan) di
awal
aftermarket
trading.
Dengan
menggunakan model analisis regresi
sederhana antara return jangka pendek dan
return jangka panjang, diperoleh hasil
bahwa return jangka panjang berhubungan
negatif dengan return jangka pendek. Ini
berarti
mendukung
berlakunya
fad
hypothesis. Selanjutnya mereka juga
mengkaji hubungan antara return IPO
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja IPO di Bursa Efek Indonesia.
Dengan menggunakan model analisis
regresi berganda, mereka menemukan
bahwa faktor-faktor seperti privatisasi, rasio
tingkat
hutang
terhadap
jumlah
kepemilikan, rasio saham yang ditawarkan,
penggunaan dana hasil IPO untuk investasi,
pendapatan kotor IPO, secara statistik
berpengaruh pada return saham. Sementara
faktor besarnya asset berpengaruh negatif
terhadap return jangka pendek namun
berpengaruh positip pada jangka panjang.
Variabel debt payment hanya berpengaruh
positip pada jangka pendek. Sama halnya
dengan faktor shareholder sale dan faktor
working capital hanya berpengaruh positif
pada jangka panjang, 36 bulan.
Analisis fundamental memperkirakan
harga saham dimasa yang akan datang
dengan mengestimasikan nilai faktor-faktor
fundamental (pertumbuhan penjualan, nilai
penjualan, net profit margin dan price
earning ratio) berdasarkan informasi
akuntansi yang telah diaudit oleh akuntan
publik, dan dipercaya oleh segenap peserta

Jurnal Ekonom, Vol 14, No 4, September 2011

pasar (Husnan,1994). Menurut Bodie, et al
(2005), mengatakan bahwa analisis
fundamental selalu memulai penilaian
harga saham dengan melihat kepada
pembelajaran atas laba historis dan
pengujian atas laporan neraca/keuangan
suatu perusahaan. Ide dasar pendekatan ini
adalah bahwa harga saham dipengaruhi
kinerja perusahaan. Analis fundamental
akan membandingkan nilai instrinsik saham
dengan harga pasarnya guna menentukan
apakah harga pasar saham telah benar
mencerminkan nilai instrinsiknya. Analisis
fundamental
adalah
analisis
yang
didasarkan atas pemikiran dimana setiap
sekuritas mempunyai nilai instrinsik yang
dapat diestimasi oleh investor (Jones,2002).
Jones juga menekankan bahwa faktorfaktor fundamental yang mempengaruhi
nilai intrinsik tersebut dapat berasal dari
dalam perusahaan, industri maupun
keadaan ekonomi makro.
Kerangka Konseptual Penelitian
Analisis fundamental merupakan
estimasi nilai faktor-faktor internal emiten
dan kondisi ekonomi pada saai ini, yang
digunakan
sebagai
acuan
untuk
memperkirakan harga saham di masa
mendatang. Berdasarkan nilai intrinsik yang
tercermin dari analisis faktor fundamental,
investor akan membandingkan dengan
harga pasar dari saham pada saat itu, guna
menentukan kebijakan investasinya.
Dalam menentukan nilai intrinsik
awal suatu saham IPO, analis fundamental
banyak memanfaatkan informasi keadaaan
perusahaan masa lalu dan prospek kinerja
dari perusahaan yang tertuang dalam
prospektus awal yang diterbitkan emiten
menjelang akan IPO. Return yang dicari
bergantung pada kehandalan analis dalam
menilai informasi tersebut dan elemenelemen apa saja yang menjadi dasar dalam
penilaian. Dengan mengadakan interpretasi
terhadap informasi yang tertuang dalam
prospektus maka investor akan memperoleh
gambaran
tentang
perkembangan
fundamental perusahaan dan probabilitas
kemajuan serta resiko yang akan dihadapi
perusahaan di masa mendatang.
Analisis
fundamental
selalu
memulai penilaian harga saham dengan
melihat pada data laba historis dan
pengujian atas laporan neraca/keuangan

suatu perusahaan, serta lebih jauh lagi
ditambah dengan analisis ekonomi yang
terperinci. Namun dalam penelitian ini,
analisis faktor-faktor fundamental yang
dilakukan hanya yang tertuang didalam
prospektus awal. Manurung dan Supriyono
(2006) melalukan pengujian pengaruh
variabel fundamental yang tertuang didalam
prospektus awal, yaitu berupa total asset
perusahaan terakhir, lamanya berdiri (umur)
perusahaan, persentase saham yang
ditawarkan dari keseluruhan, pendapatan
kotor yang diperoleh dari IPO, rasio harga
yang ditawarkan dengan laba per saham
perusahaan terakhir, rencana penggunaan
dana yang diterima apakah digunakan untuk
investasi, pembayaran hutang perusahaan
terdahulu, peningkatan modal kerja
perusahaan, atau bahwa IPO tersebut
merupakan penjualan saham oleh pemilik
lama yang hasilnya tidak masuk dalam kas
perusahaan, rasio tingkat hutang terhadap
laba perusahaan, serta melihat apakah
program IPO ini merupakan bagian dari
program privatisasi perusahaan milik
pemerintah atau bukan, terhadap imbal
hasil periode jangka pendek maupun imbal
hasil periode jangka panjang. Sementara itu
sebagai indikator dari return jangka pendek
dipakai variabel Initial Return, Opening
Price Return dan Intraday Return..
Sedangkan yang menjadi indikator dari
variabel return jangka panjang dipakai
Market Adjusted Abnormal Return untuk 12
bulan, 24 bulan dan 36 bulan.
Berdasarkan kerangka pemikiran
yang telah disusun sebelumnya ada 11
variabel yang dianggap merupakan
indikator bagi faktor fundamental, 3
indikator untuk return jangka pendek dan 3
indikator untuk return jangka panjang
saham IPO. Keseluruhan indikator tersebut
dianggap sebagai pengukur untuk ketiga
variabel penelitian ini. Untuk selanjutnya
ketiga variabel penelitian ini disebut dengan
variabel konstruk. Adapun indikatorindikator tersebut dirangkum oleh peneliti
dari berbagai penelitian yang menyebutkan
bahwa
indikator-indikator
tersebut
merupakan komponen-komponen yang
membentuk variabel faktor fundamental,
return jangka pendek dan jangka panjang
saham IPO. Namun tidak semua indikator
tersebut dapat peneliti gunakan dalam
penelitian ini karena setelah dilakukan

169

Asmalidar: Analisis Faktor Fundamental terhadap Return Jangka Pendek …

confirmatory factor analysis, ternyata
indikator investasi, debt payment, working
capital, shareholder sale, privatisasi dan
intraday return tidak cukup layak untuk
mewakili variabel konstruknya masingmasing. Oleh karena itu pada kerangka
konseptual ini, penelitian hanya mengambil
beberapa indikator yaitu total aset, jumlah
saham yang ditawarkan, pendapatan kotor
dari IPO, umur perusahaan, rasio harga
penawaran terhadap laba per saham, dan
rasio tingkat hutang terhadap jumlah
kepemilikan, sebagai indikator faktor
fundamental. Untuk indikator return jangka
pendek tetap dipakai 2 indikator yaitu
initial return dan opening price return.
Sedangkan untuk return jangka panjang
peneliti hanya memakai 2 indikator yaitu
market adjusted abnormal return 12 bulan
dan 24 bulan.
Dengan demikian kerangka konseptual
penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Faktor Fundamental (FF)

H1

1. Total Aset
2. Rasio Jumlah Hutang
terhadap Kepemilikan
3. Jumlah Saham yang
Ditawarkan saat IPO
4. Pendapatan Kotor IPO
5. Umur Perusahaan
6. Rasio Harga Saham
terhadap Laba per lembar
saham

Return Jangka Pendek
1. Initial Return
2. Opening Price Return

H2

Return Jangka Panjang
H3

1. Market Adjusted
Abnormal Return 12 bln
2. Market Adjusted
Abnormal Return 24 bln

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian
Sesuai dengan latar belakang,
perumusan
masalah
dan
kerangka
pemikiran yang telah diuraikan, maka dapat
ditarik suatu hipotesa terhadap masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Faktor
fundamental
berpengaruh
terhadap return jangka pendek saham
IPO di Bursa Efek Indonesia.
2. Faktor fundamental secara langsung
maupun tidak langsung berpengaruh
terhadap return jangka panjang saham
IPO di Bursa Efek Indonesia.
3. Return jangka pendek saham IPO
berpengaruh terhadap return jangka
panjang saham IPO di Bursa Efek
Indonesia.

170

METODE
Penelitian ini adalah penelitian
studi kausal yaitu jenis penelitian yang
menjelaskan hubungan sebab-akibat dalam
bentuk pengaruh antar variabel melalui
pengujian hipotesis. Dilihat dari jenis
datanya, penelitian ini tergolong penelitian
arsip, yaitu penelitian terhadap fakta yang
tertulis (dokumen) atau berupa arsip data.
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan pelaksana IPO
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari
tahun 1999 sampai dengan tahun 2006.
Dalam laporan Indonesia Capital Market
Directory
2006,
perusahaan
yang
melaksanakan IPO selama kurun waktu 6
tahun tersebut adalah sebanyak 101 emiten.
Variabel-variabel yang akan diuji
dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel laten (variabel tidak terukur)
Variabel laten dalam penelitian ini ada
3(tiga) yaitu faktor fundamental, return
jangka pendek dan return jangka
panjang saham IPO.
2. Variabel indikator (variabel terukur)
Variabel indikator dalam penelitian ini
adalah total asset, rasio tingkat hutang
terhadap jumlah kepemilikan, jumlah
saham yang ditawarkan, pendapatan
kotor dari IPO, umur perusahaan dan
rasio harga penawaran saham dengan
tingkat return dari saham, initial return,
opening price return, market adjusted
abnormal return 12 bulan dan market
adjusted abnormal return 24 bulan.
Model Analisis Data
Model analisis yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah analisis Model
Persamaan Struktural (Structural Equation
Model / SEM, dengan pengolahan data
menggunakan program komputer Analysis
of Moment Structure (AMOS) versi
4.01.Tahapan pemodelan dan analisis
persamaan struktural terdiri dari 7 tahap
(Ghozali, 2004) yaitu:
1. Pengembangan model berdasarkan teori
2. Menyusun diagram jalur untuk
menunjukkan hubungan kausalitas
3. Konversi diagram jalur menjadi
persamaan struktural atau spesifikasi
model.
4. Pemilihan matrik input dan estimasi
model yang dibangun
5. Menilai identifikasi model

Jurnal Ekonom, Vol 14, No 4, September 2011

6. Menilai kriteria goodness-of-fit
7. Interpretasi dan modifikasi model
Model
persamaan
struktural
memungkinkan peneliti untuk mendapatkan
model yang paling sesuai dengan data
melalui pengubahan arah pengaruh atau
hubungan. Modifikasi model dilakukan
unuk mendapatkan model yang paling
sesuai dengan data. Pada analisis model
persamaan struktural modifikasi model
dapat dilakukan berdasarkan arahan dari
indeks modifikasi yang terdapat pada
program AMOS ver 4.01.
Tujuan
modifikasi
adalah
mengidentifikasikan dan memperbaiki
kesalahan (specification error) dalam
penelitian, sekaligus menghasilkan suatu
model baru yang memiliki nilai kesesuaian
data (data model fit) lebih baik
dibandingkan model awal (Zulganef, 2006).
Namun dalam melakukan modification
index harus didasari atas teori-teori yang
menghubungkan kedua variabel, kedua
indikator, atau juga antara indikator dengan
variabel laten. Khusus untuk variabel laten
dengan indikator-indikatornya tidak dapat
dilakukan modification index. Hal ini
disebabkan antara variabel laten dan
indikator yang membentuknya sudah pasti

mempunyai hubungan langsung dan
merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.
Hair (1998) seperti dikutip
Zulganef (2006) mengungkapkan indeks
modifikasi sebagai nilai setiap hubungan
yang tidak diestimasi oleh peneliti. Nilainilai modifikasi adalah cerminan perbaikan
kesesuaian model secara keseluruhan.
Gambar 3 berikut memperlihatkan ketiga
variabel laten yang tidak terobservasi, yaitu
faktor fundamental, return jangka pendek
dan return jangka panjang, serta 10 variabel
yang terobservasi. Variabel terobservasi
yang berjumlah 10 tersebut terdiri dari 6
variabel
terobservasi
untuk
faktor
fundamental, 2 variabel terobservasi untuk
return jangka pendek dan 2 variabel
terobservasi untuk return jangka panjang.
Setelah model teoritis tersusun
dalam diagram jalur, maka AMOS akan
mengkonversi spesifikasi model tersebut
kedalam bentuk persamaan. Adapun
persamaan yang akan dibangun adalah
persamaan struktural dan persamaan
spesifikasi model pengukuran. Persamaan
struktural yang terbentuk dari diagram jalur
adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Diagram Jalur Hubungan Kausal Faktor Fundamental
Terhadap Return Jangka Pendek dan Jangka Panjang Saham IPO
171

Asmalidar: Analisis Faktor Fundamental terhadap Return Jangka Pendek …

RPdk = β1 FF + d2
RPj
= β2 FF + d3
RPj
= β3 RPdk + d3
Keterangan:
Β (Beta) : koefisien regresi terstandar
(struktural), yang menjelaskan
besarnya pengaruh variabel
eksogen terhadap variabel
endogen.
d
: residual dari variabel laten
Koefisien
regresi
terstandar
signifikan jika nilai CR (critical ratio)
berada pada posisi nilai p ≤ 0.05 atau nilai
CR ≥ 2.
Persamaan model pengukuran dari
variabel laten Faktor Fundamental (FF)
pada diagram jalur dapat dirumuskan
sebagai berikut:
LogTA
= δ1 FF + e1
DE
= δ2 FF + e2
LogOP
= δ3 FF + e3
LogGP
= δ4 FF + e4
AGE
= δ5 FF + e5
PE
= δ6 FF + e6
Persamaan model pengukuran
variabel laten Return jangka pendek (RPdk)
pada diagram jalur, dirumuskan sebagai
berikut:
INI
= δ7 RPdk + e7
OPR
= δ8 RPdk + e8
Persamaan model pengukuran
variabel laten Return jangka panjang (RPj)
pada diagram jalur, dirumuskan sebagai
berikut:

= δ9 RPj + e9
= δ10 RPj + e10

MAAR12
MAAR24
Keterangan:
δ (delta) =

e (error)

loading
factor,
menjelaskan
besarnya
pengaruh indikator terhadap
variabel laten.
= tingkat kesalahan pengukuran.

Koefisien
regresi
terstandar
(model) signifikan, jika nilai CR berada
pada posisi nilai p ≤ 0.05 atau nilai CR ≥ 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Faktor Fundamental terhadap
Return Jangka Pendek Saham IPO
Penelitian ini menggunakan SEM
(Structural Equation Model) kekuatan
variabel indikator yang membentuk setiap
variabel laten dapat dilihat dari nilai
critical-ratio (CR) harus diatas 2. Tabel 1
dibawah ini memperlihatkan hasil dari
penilaian awal persamaan strukural
sebelum dilakukan modifikasi.
Dari hasil penilaian awal diketahui
pengaruh faktor fundamental terhadap
return jangka pendek ternyata tidak
signifikan, ditunjukkan dengan nilai CR
sebesar -1,858. Berarti batas nilai CR yang
disyaratkan model SEM tidak terpenuhi.
Sementara itu pengaruh antar variabelvariabel
lainnya
adalah
signifikan,
ditunjukkan dengan nilai CR yang
dihasilkan sudah diatas nilai yang

Tabel 1: Hasil Penilaian Awal Regression Weights
Hubungan

Loading
Factor

FF
→ RPdk
-0,184
FF
→ RPj
0,56
RPdk → RPj
0,248
FF
→ LogGP
0,856
FF
→ LogOP
0,624
FF
→ DE
0,736
FF
→ LogTA
1,045
RPdk → INI
0,947
RPdk → OPR
0,931
RPj → MAAR12
0,915
RPj → MAAR24
0,742
FF
→ AGE
0,444
FF
→ PE
0,431
Sumber: Hasil Penelitian, (data diolah)

172

Estimate
-0,526
500,887
77,594
1
0,66
6,503
1,805
1
0,891
1
1,475
10,456
58,94

S.E.

C.R.

P

Keterangan

0,283
87,532
31,67

-1,858
5,722
2,45

0,063
0
0,014

T.Signifikan
Signifikan
Signifikan

0,09
0,681
0,106

7,336
9,552
17,014

0
0
0

Signifikan
Signifikan
Signifikan

0,138

6,463

0

Signifikan

0,25
2,121
12,352

5,906
4,931
4,772

0
0
0

Signifikan
Signifikan
Signifikan

Jurnal Ekonom, Vol 14, No 4, September 2011

disyaratkan. Sedangkan variabel seperti
LogGP, INI dan MAAR12 tidak
mempunyai nilai karena variabel tersebut
telah diberikan konstrain. Hal ini sesuai
dengan ketentuan dalam model SEM,
bahwa salah satu variabel indikator yang
menjadi dimensi masing-masing variabel
laten harus diberikan konstrain.
Selanjutnya informasi lain yang
diperoleh dari persamaan struktural yang
telah diproses oleh AMOS adalah mengenai
apakah model awal persamaan struktural
tersebut telah memenuhi seluruh kriteria
goodness of fit atau belum. Dari tabel 2.
dapat dilihat evaluasi kriteria goodness of
fit dari model persamaan struktural awal
yang digunakan dalam penelitian ini.

Dari tabel 2 diketahui bahwa
seluruh kriteria goodness of fit dari model
awal persamaan struktural tidak memenuhi
tingkat kesesuaian yang dikehendaki. Oleh
karena itu perlu dilakukan modifikasi
terhadap model persamaan struktural ini,
sesuai dengan fasilitas yang ada pada
AMOS versi 4.01. Setelah dilakukan
modifikasi yang diperlukan, maka secara
keseluruhan model persamaan struktural
hubungan
kausalitas
antara
faktor
fundamental dengan return jangka pendek
dan jangka panjang saham IPO dapat dilihat
pada Gambar 3.

Tabel 2: Evaluasi Awal Kriteria Goodness of Fit
Kriteria
Cut of Value
Chi-Square
Diharapkan kecil
RMSEA
< 0,08
CMIN/DF
< 2,00
Sig.Probability
> 0,05
GFI
> 0,90
AGFI
> 0,90
CFI
> 0,94
TLI
> 0,95
Sumber: Hasil Penelitian (data diolah)

Hasil
217,283
0,242
6,790
0,000
0,748
0,566
0,764
0,668

Keterangan
Tidak baik
Tidak baik
Tidak baik
Tidak baik
Tidak baik
Tidak baik
Tidak baik
Tidak baik

Kriteria Goodness of Fit :
Chi-square =24.705
RMSEA (0,90) =.957
AGFI (>0,90) =.898
CFI (>0,94) =.998
TLI (>0,95) =.996
DF =23

e1

LogTA

e2

DE

e3

LogOP

.28
1.25

d1

.55

FF

.57

-.28

.34 .70

e4

LogGP

e5

AGE

e6

PE

INI

.89

RPdk

.31
.33

d2

.72

.37
.21

e7

.99

OPR

e8

.51

.50
.89

d3

RPj

MAAR12

e9

.73

MAAR24

e10

Sumber: Hasil Penelitian (data diolah)

Gambar 3. Model Persamaan Struktural setelah Modifikasi Indeks

173

Asmalidar: Analisis Faktor Fundamental terhadap Return Jangka Pendek …

Tabel 3: Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Modifikasi Model Persamaan Struktural
Kriteria

Cut of Value

Chi-Square
Diharapkan kecil
RMSEA
< 0,08
CMIN/DF
< 2,00
Sig.Probability
> 0,05
GFI
> 0,90
AGFI
> 0,90
CFI
> 0,94
TLI
> 0,95
Sumber: Hasil Penelitian (data diolah)
Selanjutnya hasil modifikasi yang
diperoleh perlu dinilai kembali apakah
model persamaan kausalitas antara faktor
fundamental terhadap return jangka pendek
dan jangka panjang saham IPO, telah
memiliki kesesuaian dengan data. Dengan
kata lain, model yang diajukan dalam
penelitian ini tidak memiliki perbedaaan
antara matriks kovarian sampel dengan
matriks kovarian populasi.
Kemudian penilaian model ini akan
dilanjutkan dengan evaluasi kriteria
goodness of fit, untuk melihat kesesuaian
model dengan data yang digunakan. Jika
ternyata
hasil
modifikasi
masih
menunjukkan nilai yang tidak sesuai
dengan persyaratan goodness of fit, maka
langkah modikasi terus dilakukan sampai
persyaratan goodness of fit terpenuhi. Hasil
akhir evaluasi kriteria goodness of fit
setelah modifikasi secara lengkap terlihat
pada tabel 3.
Tabel 3 menunjukkan bahwa semua
kriteria yang dipersyaratkan oleh goodness
of fit telah terpenuhi. Hanya nilai AGFI
yang berada pada skala moderat, namun
nilai GFI yang juga sebagai alternatif dari
AGFI, sudah berada di atas nilai cut of
value. Oleh sebab itu, kriteria goodness of
fit dianggap sudah terpenuhi.
Sementara itu nilai chi-square
hanya diharapkan sekecil mungkin, jika
dibandingkan dengan nilai chi-square awal
sebesar 217,283, maka nilai 24,705 tersebut
sudah jauh lebih kecil. Kriteria lain dalam
goodness of fit adalah RMSEA. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai
RMSEA hasil modifikasi diperoleh sebesar
0,027. Ini menunjukkan bahwa model
persamaan struktural sudah baik, karena
nilai batas yang ditetapkan adalah ≤ 0,08.

174

Hasil

Keterangan

24.705
0,027
1,074
0,366
0,957
0,898
0,998
0,996

Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup baik
Baik
Baik

Nilai RMSEA ini menunjukkan goodness
of fit yang diharapkan, atau dengan kata
lain jika model diestimasi dalam suatu
populasi, maka sampel sudah dapat
mewakili populasi tersebut.
Hasil modifikasi juga menunjukkan
bahwa nilai CMIN/DF (1,074), GFI
(0,957), telah berada diatas nilai batas yang
disyaratkan. Untuk nilai CFI dan TLI
diperoleh hasil sebesar 0,998 dan 0,996,
sehingga model dinyatakan sudah baik.
Berdasarkan penjelasan
tentang hasil
modifikasi kriteria goodness of fit di atas
menunjukkan bahwa secara keseluruhan
model
persamaan
struktural
yang
dihipotesiskan telah memiliki kesesuaian
dengan data. Artinya bahwa tidak terdapat
perbedaan yang berarti antara matriks
kovarian sampel dengan matriks kovarian
populasi. Akhirnya dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa modifikasi model
persamaan struktural yang dimodifikasi
dapat diterima.
Pengujian berikutnya dilakukan
untuk mengetahui realibilitas modifikasi.
Modifikasi model dilakukan dengan cara
korelasi, yaitu menghubungkan satu
variabel lain dengan variabel lainnya
dengan menggunakan garis penghubung
dua anak panah. Hasil penilaian modifikasi
kovarian dan signifikansinya dapat dilihat
pada nilai CR (critical ratio) harus lebih
besar dari 2 (>2,00). Artinya bahwa nilai
CR adalah identik dengan nilai thitung pada
model analisis regresi. Sehingga nilai CR
suatu variabel yang lebih besar dari ttabel
menunjukkan bahwa kedua varian yang
dihubungkan sesuai dan dapat digunakan
sebagai alat modifikasi.

Jurnal Ekonom, Vol 14, No 4, September 2011

Tabel 4. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, Critical Ratio, Probabilitas dan
Signifikansi Antara Faktor Fundamental dengan Return Jangka Pendek Saham IPO
Faktor Fundamental (FF)
RPdk
Pengaruh Langsung
-0,277
Pengaruh Tidak langsung
0
Total Pengaruh
-0,277
Critical Ratio (CR)
-2,001
Probabilitas (P)
0,045
Kesimpulan
signifikan
Sumber : Hasil Penelitian (data diolah)
Setelah
dilakukan
pengujian
hipotesis maka diperoleh informasi bahwa
faktor fundamental mempengaruhi return
jangka pendek saham IPO secara nyata,
tetapi memberikan pengaruh yang negatif.
Ini ditunjukkankan dari nilai CR sebesar 2,001 dengan tingkat probabilitas 4,5%.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor fundamental berpengaruh
langsung terhadap return jangka pendek
secara negatif sebesar -0,277, dengan
indikator initial return dan opening price
return. Ini berarti apabila terjadi perubahan
faktor fundamental (misalnya mengalami
kenaikkan sebesar 100 poin akan
mempengaruhi turunnya return jangka
pendek sebesar 27,7%). Dengan demikian
nilai intrinsik saham IPO di awal
perdagangan di pasar sekunder akan turun
sebesar 27,7% dari harga penawaran di
pasar perdana.
Informasi lain yang dapat diketahui
dari tabel di atas adalah pengaruh tidak
langsung faktor fundamental terhadap
indikator variabel return jangka pendek
yaitu initial return sebesar -0,247 dan
opening price return sebesar -0,273. Ini
berarti apabila terjadi perubahan faktor
fundamental
(misalnya
mengalami
kenaikkan sebesar 100 poin akan
mempengaruhi turunnya initial return
sebesar 24,7% dan juga mempengaruhi
turunnya opening pricereturn sebesar
27,3%).
Pada kondisi pasar yang efisien hal
ini sebenarnya bertentangan dengan teori
dan fakta empiris yang menyatakan bahwa
kenaikan faktor fundamental secara
langsung akan mempengaruhi peningkatan
harga saham, yang pada akhirnya akan
meningkatkan ekspektasi return. Namun
fenomena yang ada di Bursa Efek Indonesia
menunjukkan bahwa investor kebanyakan

INI

OPR
0
-0,247
-0,247

0
-0,273
-0,273

tidak memperhatikan faktor fundamental
dalam berinvestasi pada saham-saham IPO.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien
pengaruhnya yang negatif. Ini artinya
investor di dalam melakukan investasi pada
saham-saham IPO periode 1999 sampai
2006 di Bursa Efek Indonesia tidak
melakukan analisis fundamental, melainkan
mungkin hanya terdorong oleh promosi
penawaran saham harga baru yang
menjanjikan atau ikut-ikutan saja dengan
peer-groupnya. Welch (1992) menyebutkan
investasi pada saham IPO karena mengikuti
investor terdahulunya sebagai cascade
effect.
Dikaitkan
dengan
fenomena
―underpricing” saham-saham IPO dan
―abnormal initial return” yang terjadi pada
jangka pendek di Bursa Efek Indonesia
periode tahun 1996 sampai 2006, temuan
ini mengindikasikan bahwa estimasi nilai
instrinsik
yang
sesungguhnya
sulit
dilakukan. Hal ini sejalan dengan hipotesis
fads bahwa terjadinya abnormal initial
return pada awal perdagangan di pasar
sekunder, merupakan hasil penilaian
berlebihan (overvalution) dari investor
terhadap saham-saham IPO. Hipotesis fads
berargumen bahwa IPO kemungkinan
dihargai secara benar akan tetapi para
investor menilai terlalu berlebihan terhadap
penerbitan saham baru pada awal
perdagangan di pasar sekunder. Hipotesa
lain yang mendukung adalah hipotesa
impresario (Shiller, 1990) dan Debondt and
Thaler (1985), yang menyatakan bahwa
saham IPO sengaja di-underprice oleh
underwriter untuk menampilkan kesan
adanya kelebihan permintaan saham,
sehingga diduga investor yang tidak
mendapat alokasi saham IPO pada pasar
perdana akan mau membelinya dengan

175

Asmalidar: Analisis Faktor Fundamental terhadap Return Jangka Pendek …

harga lebih tinggi pada awal perdagangan
di pasar sekunder.
Apabila dikaji melalui hipotesis
sinyal
(signaling
hypothesis)
hasil
penelitian ini mendukung hipotesis
tersebut. Bahwa terjadinya initial abnormal
return
saham-saham IPO pada awal
perdagangan di pasar sekunder, bukanlah
disebabkan
investor
salah
dalam
menganalisis informasi faktor fundamental
tetapi emiten secara sistematis menghargai
saham IPO dibawah nilai instrinsiknya, atau
dengan kata lain emiten sengaja melakukan
tindakan underpricing untuk meyakinkan
investor bahwa kualitas perusahaannya
bagus. Hipotesis ini didukung penelitian
Welch (1989).
Pengaruh
Faktor
Fundamental
Terhadap Return Jangka Panjang
Saham IPO
Setelah
dilakukan
pengujian
hipotesis maka diperoleh hasil bahwa faktor
fundamental mempengaruhi return jangka
panjang saham IPO secara positif dan
signifikan, ditunjukkan dari nilai CR yang
diperoleh sebesar 7,569 pada tingkat
probabilitas sebesar 0%. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 5.
Hasil penelitian menunjukkan
total pengaruh faktor fundamental terhadap
return jangka panjang saham IPO sebesar
44,7%, dengan indikator market adjusted
abnormal return 12 bulan dan 24 bulan. Ini
berarti apabila terjadi perubahan faktor
fundamental
(misalnya
mengalami
kenaikkan sebesar 100 poin akan

berpengaruh terhadap naiknya return
jangka panjang saham IPO sebesar 44,7%).
Dengan asumsi kondisi ekonomi tidak
berubah dalam jangka waktu 2 tahun
kedepan nilai intrinsik saham IPO akan
mengalami kenaikkan sebesar 44,7% dari
harga yang ditawarkan di pasar perdana.
Informasi lain yang dapat diketahui dari
table di atas adalah pengaruh tidak
langsung faktor fundamental terhadap
indikator variabel return jangka panjang
yaitu market adjusted abnormal return 12
bulan sebesar 39,8%. Ini berarti apabila
terjadi perubahan faktor fundamental
(misalnya mengalami kenaikkan sebesar
100 poin berpengaruh terhadap naiknya
market adjusted abnormal return 12 bulan
secara tidak langsung sebesar 39,8%).
Dengan demikian dalam jangka waktu 1
tahun kedepan nilai instrinsik saham
mengalami kenaikkan sebesar 39,8% dari
harga yang ditawarkan di pasar perdana.
Sedangkan pengaruh faktor fundamental
terhadap market adjusted abnormal return
24 bulan sebesar 32,7%. Ini berarti apabila
terjadi perubahan faktor fundamental
(misalnya mengalami kenaikkan sebesar
100 poin akan berpengaruh terhadap
naiknya market adjusted abnormal return
24 bulan secara tidak langsung sebesar
32,7%). Dengan demikian dalam jangka
waktu 2 tahun kedepan nilai instrinsik
saham mengalami kenaikkan sebesar 32,7%
dari harga yang ditawarkan di pasar
perdana.

Tabel 5. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, Critical Ratio, Probabilitas dan
Signifikansi Antara Faktor Fundamental dengan Return Jangka Panjang Saham IPO
Faktor Fundamental
RPj
MAAR12
MAAR24
Pengaruh Langsung
0,506
0
0
Pengaruh Tidak Langsung
-0,059
0,398
0,327
Total Pengaruh
0,447
0,398
0,327
Critical Ratio
7,569
Probabilitas
0,000
Kesimpulan
Signifikan
Sumber: Hasil Penelitian (data diolah)

176

Jurnal Ekonom, Vol 14, No 4, September 2011

Tabel 6. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung, Critical Ratio, Probabilitas, Signifikansi
Antara Return Jangka Pendek dengan Jangka Panjang Saham IPO
RPdk
RPj
MAAR12
MAAR24
Pengaruh Langsung
0,213
0
0
Pengaruh Tidak Langsung
0
0,189
0,155
Total Pengaruh
0,213
0,189
0,155
Critical Ratio
2,736
Probabilitas
0,006
Kesimpulan
Signifikan
Sumber: Hasil Penelitian (data diolah)
Hal ini mengindikasikan dengan
berjalannya waktu dalam jangka relatif
lebih panjang, investor akan memperoleh
informasi faktor fundamental yang lebih
akurat dan relavan mengenai kinerja dan
prospek emiten. Sehingga dalam jangka
panjang harga saham IPO akan terkoreksi
menuju harga instrinsik yang sebenarnya.
Dilihat dari pengaruh langsung
faktor fundamental terhadap return jangka
panjang sebesar 50,6% mengindikasikan
bahwa estimasi nilai saham dari informasi
faktor fundamental ini cukup mewakili
untuk mengestimasi return jangka panjang
saham IPO. Dengan kata lain, apabila
investor ingin berinvestasi untuk jangka
panjang maka faktor fundamental dapat
dijadikan
dasar
dalam
penilaian
investasinya
Apabila dikaji dari hipotesis fads
hasil penelitian ini mendukung hipotesis
tersebut.
Dimana
hipotesis
ini
memprediksikan bahwa semakin besar
abnormal initial return pada hari pertama
semakin besar koreksi atas overpricing
yang telah dilakukan investor (Shiller:
1990; Debondt dan Thaler: 1985, 1987).
Dengan kata lain di bawah kondisi pasar
yang efisien dalam jangka panjang pasar
akan bertindak mengkoreksi penilaian yang
berlebihan (overvaluation) dari IPO oleh
para investor yang terjadi pada jangka
pendek.
Pengaruh Antara Return Jangka Pendek
dengan Return Jangka Panjang Saham
IPO
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
bahwa pengaruh return jangka pendek
terhadap return jangka panjang saham IPO
adalah positif dan signifikan. Ini terlihat
dari nilai CR sebesar 2,736 pada tingkat
probabilitas 0,6%. Lebih jelas dapat dilihat
pada tabel 6.

Hasil penelitian menunjukkan
bahwa return jangka pendek saham IPO
berpengaruh langsung terhadap return
jangka panjangnya sebesar 21,3%, dengan
indikator market adjusted abnormal return
12 bulan dan 24 bulan. Ini berarti apabila
terjadi perubahan return jangka pendek
yang diperoleh (misalnya mengalami
kenaikkan sebesar 100 poin akan
berpengaruh terhadap naiknya return
jangka panjang sebesar 21,3%). Ini juga
memberi arti bahwa estimasi return jangka
pendek
dapat
dipercaya
untuk
mengestimasi return jangka panjang dari
saham-saham IPO.
Informasi lain yang dapat diketahui
dari Tabel 4.10 tersebut adalah pengaruh
tidak langsung return jangka pendek
terhadap indikator variabel return jangka
panjang yaitu market adjusted abnormal
return 12 bulan dan 24 bulan masingmasing sebesar 0,189 dan 0,155. Ini berarti
apabila terjadi perubahan return jangka
pendek (misalnya mengalami kenaikkan
sebesar 100 poin akan berpengaruh
terhadap naiknya market adjusted abnormal
return 12 bulan sebesar 18,9% dan terhadap
market adjusted abnormal return 24 bulan
naik sebesar 15,5%).
Dengan membandingkan nilai
koefisien pengaruh langsung faktor
fundamental terhadap return jangka pendek
sebesar 50,6% dengan koefisien pengaruh
langsung faktor fundamental terhadap
return jangka panjang sebesar 21,3%,
menunjukkan bahwa abnormal return
jangka panjang saham-saham IPO periode
tahun 1999 sampai 2006 di Bursa Efek
Indonesia lebih kecil dibandingkan
abnormal return jangka pendeknya.
Temuan ini konsisten dengan
temuan Tapa dan Ahmad (2006) yang
menyatakan bahwa abnormal return jangka
panjang lebih kecil dibandingkan abnormal
177

Asmalidar: Analisis Faktor Fundamental terhadap Return Jangka Pendek …

return jangka pendek. Tetapi temuan ini
tidak mendukung hasil penelitian yang
dilakukan Durukan (2002) dan Manurung
(2006), yang mengatakan abnormal initial
return positif yang terjadi pada awal
perdagangan di pasar sekunder tidak
berhubungan dengan
kinerja jangka
panjang saham IPO.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis data dan setelah
membahas hasil penelitian, maka dapat
disimpulkan hasil dari temuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Faktor fundamental yang terdiri dari
total asset, rasio hutang terhadap jumlah
kepemilikan, jumlah saham yang
ditawarkan, pendapatan kotor IPO, umur
perusahaan dan rasio harga penawaran
terhadap laba per lembar saham,
memiliki pengaruh negatif terhadap
return jangka pendek saham IPO.
2. Faktor
fundamental
baik
secara
langsung maupun tidak langsung
memiliki pengaruh positif terhadap
return jangka panjang saham IPO. Dan
indikator yang dominan mempengaruhi
adalah total asset.
3. Return jangka pendek dengan indikator
initial return dan opening price return
memiliki pengaruh positif terhadap
return jangka panjang saham IPO
dengan indikator market adjusted
abnormal return 12 bulan dan market
adjusted abnormal return 24 bulan.
Daftar Pustaka
Aggarwal, R. dan P. Rivoli, 1990. ―Fads in
the Initial Public Offering Market‖,
Financial Management, Vol. 19, No.
4, 45-57.
Anoraga, Panji dan Pakarti, Piji, S.E, 2001.
Pengantar Pasar Modal, Penerbit
Rineka Cipta, Indonesia.
Bodie, Zvi, Kane, Alex and Marcus,
Alan J. 2005. Investments, Sixth
Edition, McGraw-Hill International
Edition.
Chittenden, F. Hall, G., dan Hutchinson P.,
1996. ―Small Firm Growth, Access to
Capital Markets and Financial
Structure: Review of Issues and
Empirical Investigation‖,
Small
Business Economics, Vol. 8 (1), pp.
59-67.

178

De Bondt, W.F.M., and Thaler, R.,1985.
―Does
The
Stock
Market
Overreact?‖, Journal of Finance,
Vol. 40, pp.793-805.
Durukan,
M.
Banu,
2002.
―The
Relationship Between IPO Return
and
Factors
Influencing
IPO
Performance: Case of Istanbul Stock
Exchange‖, Journal of Managerial
Finance, Vol. 28 No. 2, 18-38.
Fischer, Donald E., dan Jordan, Ronald J,
1987.
Security
Analysis
and
Portfolio Management, Fourth
Edition, New York: Prentice-Hall.
Ghozali, Imam, 2004. Model Persamaan
Struktural, Semarang: Penerbit
UNDIP.
Hall, G., Hutchinson, P., dan Michael M.,
2000, ―Industry Effects on the
Determinants of Unquote SME,
Capital Structure‖, International
Journal of the Economics of
Business, Vol. 7 (3), pp. 297 – 312.
Husnan, Suad, 1994. Dasar-dasar Teori
Portofolio dan Analisis Sekuritas,
Edisi Kedua, Yogyakarta: Penerbit
YKPN.
Jones, Charles P. 2002. Investment:
Analysis and Management, Eight
Ed, New York: John Willey & Sons.
Khirnamurti, Chandrashekar, 2002. ―The
Initial Listing Performance of Indian
IPO‖, Journal of Managerial
Finance, Vol. 28, No. 2, pp. 39-51.
Kompas, 2009. “Investor Danareksa Tak
Terpengaruh Krisis‖, 6 Maret 2009,
Jakarta
Kompas, 2010. “Saham KS Banjir
Peminat”, 3 November 2010,
Jakarta.
Kothari, S.P. and Jonathan Lewellen, 2003.
―Stock Returns, Aggregate Earnings
Surprises and Behavioral Finance‖,
Journal of Financial Economics,
Vol. 79 (3), pp 537–568.
Le, Kuntara Pukthuanthong dan Nikhil
Varaiya, 2006. ―IPO Pricing, Block
Sales and Long Term Performance,
The Financial Review, Vol 42, pp
319--348
Manurung, Adler Haymans dan Gatot
Soepriyono, 2006. ―Hubungan Antara
Imbal Hasil IPO dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kinerja IPO di

Jurnal Ekonom, Vol 14, No 4, September 2011

BEJ‖, Manajemen dan Usahawan
Indonesia, Vol. 35, pp. 14-26.
Ritter, Jay. R, 1991. ―The Long-Run
Performanced of Initial Public
Offering‖, The Journal of Finance,
Vol.XLVI, no.1
Rock, Kevin, 1996. ―Why New Issues are
Underpriced‖, Journal of Financial
Economics, Vol.15, p 187-214.
Shiller, Robert J., 1990. "Speculative Prices
& Popular Models." Journal of
Economic Perspectives, Vol 4, pp.
55-65.
Tapa, Afiruddin dan Norzalina Ahmad,
2006. ―The Short Run and Long Run
Performance of IPOs by Sectors on
The Bursa Malaysia‖, The Malaysian
Finance Association’s 8th Annual
Conference Proceeding, 401 – 411.

Tinic, S., 1988. ―Anatomy of Initial Public
Offerings of Common Stock‖,
Journal of Finance, Vol. 43, 789822.
Utama, Siddharta dan Suroso, 2006. ―
Hubungan Kinerja Jangka Panjang
Saham Pasca-IPO dengan Optimisme
dan Divergensi Opini Investor serta
Tindakan
Oportunis
Emiten‖,
Manajemen Usahawan Indonesia,
Vol.35, 27-39.
Welch, Ivo., 1992. ―Sequence Sales,
Learning and Cascade‖, The Journal
of Finance, Vol.XVII No.2.
Zulganef, 2006. Pemodelan Persamaan
Struktur &
Aplikasinya
Menggunakan Amos 5, Cetakan I,
Bandung: Penerbit Pustaka.

179