ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA

Analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah penelitian. Tahap ini dilakukan untuk menemukan jawaban-jawaban yang berhubungan dengan perumusan masalah. Analisis dalam RA, RKS, dan RRB ini meliputi 2 hal, yaitu (a) strategi tindak tutur mengeluh dalam RA, RKS, dan RRB dan (b) perspektif tindak tutur mengeluh dalam RA, RKS, dan RRB.

A. Analisis Strategi Tindak Tutur Mengeluh

Berdasarkan analisis data dalam RA, RKS, dan RRB penulis menemukan

8 strategi tindak tutur mengeluh. Strategi tindak tutur mengeluh tersebut meliputi strategi „petunjuk (hints)‟, „ekspresi kekesalan (annoyance)‟, „konsekuensi yang

menyakitkan (ill consequences) ‟, „tuduhan tidak langsung (indirect)‟, „tuduhan langsung (direct) ‟, „kesalahan yang disamarkan (modified blame)‟, „menyalahkan secara eksplisit (sikap) (explicit blame (behaviour)) ‟ dan „menyalahkan secara eksplisit (orang) (explicit blame (person)) ‟. Berikut uraian semua strategi tindak tutur mengeluh tersebut.

1. Petunjuk (hints)

Strategi petunjuk yaitu penutur menggunakan isyarat, yang dikeluhkan tidak dijelaskan dalam tuturan sehingga kemungkinan mitra tutur tidak menyadari bahwa keluhan tersebut dialamatkan padanya. Strategi ini merupakan strategi keluhan yang lemah tetapi mungkin berhasil digunakan untuk mempersiapkan strategi yang lebih kuat (Trosborg: 1995 dan Dian D. Muniroh: 2011). Hal ini Strategi petunjuk yaitu penutur menggunakan isyarat, yang dikeluhkan tidak dijelaskan dalam tuturan sehingga kemungkinan mitra tutur tidak menyadari bahwa keluhan tersebut dialamatkan padanya. Strategi ini merupakan strategi keluhan yang lemah tetapi mungkin berhasil digunakan untuk mempersiapkan strategi yang lebih kuat (Trosborg: 1995 dan Dian D. Muniroh: 2011). Hal ini

Tuturan disampaikan oleh Joko dari Polanharjo yang menyampaikan keluhannya mengenai nasib rakyat kecil.

Bentuk Tuturan

Yang namanya sendal jepit tetap saja sandal jepit. Sudah kecil mungil, tipis. Biasa terjepit, kini semakin terjepit, terhimpit terinjak dan tertindas. Kepada para pembaca SOLOPOS, renungkan.

(RKS/20 Januari 2012/01) Tuturan data (01) disampaikan oleh Joko dari Polanharjo. Joko

menyampaikan keluhannya mengenai nasib rakyat kecil. Jenis tindak tutur disampaikan oleh Joko di atas tergolong ke dalam strategi tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Joko yang menuturkan “Biasa terjepit, kini semakin terjepit, terhimpit, terinjak dan tertindas”. Dalam tuturan tersebut tersirat adanya keluhan atas nasib rakyat kecil

yang semakin terpuruk. Tindak tutur yang disampaikan oleh Joko dilatarbelakangi oleh perasaan Joko yang merasakan nasibnya sebagai rakyat kecil semakin terpuruk. Menurut Joko keadaan warga miskin sekarang ini sungguh memprihatinkan karena pemerintah sepertinya sudah tidak lagi memperhatikan nasib rakyat kecil tetapi justru memikirkan kepentingan mereka sendiri. Ia mengisyaratkan keadaan tersebut dalam tuturannya “biasa terjepit, kini semakin terjepit, terhimpit, terinjak dan tertindas”

Keluhan yang disampaikan Joko di atas termasuk dalam strategi tidak tutur mengeluh „petunjuk (hints)‟. Termasuk dalam tindak tutur mengeluh „petunjuk

(hints )‟ karena dalam keluhan tersebut hanya menggunakan isyarat dan hal yang dikeluhkan tidak dijelaskan dalam tuturan sehingga kemungkinan mitra tutur tidak

Bentuk tuturan yang termasuk dalam strategi „petunjuk (hints)‟ dapat pula ditunjukkan pada data (02) berikut. (02) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Tofik di Gompang yang menyampaikan keluhan dengan menggunakan isyarat wisata untuk off road, di sepanjang jalan Sukoharjo sampai Watukelir.

Bentuk Tuturan

Buat crosser sepeda motor trail dan mobil double gardan ban besar, sekarang ada wahana wisata untuk off road anda, di sepanjang jalan sukoharjo sampai watukelir. Silahkan coba.

(RKS/31 Januari 2012/03) Tuturan data (02) disampaikan oleh Tofik dari Gompang. Tofik

menyampaikan keluhannya mengenai keadaan jalan di sepanjang jalan Sukoharjo sapai Watukelir. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Tofik di atas tergolong tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Tofik yang menuturkan “Sekarang ada wahana wisata untuk off road anda, di sepanjang jalan Sukoharjo sampai Watukelir ”. Dalam tuturan tersebut tersirat adanya keluhan atas kondisi jalan Sukoharjo sampai Watukelir yang rusak parah.

Tindak tutur yang disampaikan oleh Tofik dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa terhadap kondisi jalan di sepanjang jalan Sukoharjo sampai Watukelir. Kondisi jalan yang rusak parah membuat Tofik mengungkapkan keadaan tersebut dengan menggunakan isyarat kata “off road”. Dinas Pekerjaan Umum (DPU)

sepertinya tidak juga membenahi jalan si sepanjang jalan Sukoharjo sampai Watukelir yang sudah rusak parah.

Keluhan yang disampaikan Tofik di atas termasuk dalam jenis tindak tutur mengeluh „petunjuk (hints)‟. Termasuk dalam tindak tutur mengeluh „petunjuk (hints )‟ karena dalam keluhan tersebut Tofik hanya menggunakan isyarat wahana wisata off road dan hal yang dikeluhkan yaitu kondisi jalan yang rusak parah tidak Keluhan yang disampaikan Tofik di atas termasuk dalam jenis tindak tutur mengeluh „petunjuk (hints)‟. Termasuk dalam tindak tutur mengeluh „petunjuk (hints )‟ karena dalam keluhan tersebut Tofik hanya menggunakan isyarat wahana wisata off road dan hal yang dikeluhkan yaitu kondisi jalan yang rusak parah tidak

2. Ekspresi kekesalan (Annoyance)

Strategi „ekspresi kekesalan (annoyance)‟ menurut Trosborg (1995) dan Dian D. Muniroh (2011) yaitu penutur dapat mengungkapkan

kekesalan/kekecewaan dengan menunjuk langsung situasi yang dianggap buruk. Secara eksplisit penutur menegaskan keadaan menyedihkan di hadapan mitra tutur tersebut, tanpa menyebutkan bahwa mitra tutur adalah orang yang harus bertanggung jawab. Hal ini dapat dilihat pada data (03) berikut.

(03) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Rini dari Solo menyampaikan keluhannya mengenai warga masyarakat yang membuang sampah sembarangan di pinggir jalan.

Bentuk Tuturan

Saya warga sanggir, Paulan, Colomadu. Saya sangat prihatin dengan

banyaknya warga perumahan yang dengan tanpa dosa membuang sampah di sepanjang pinggir jalan, seperti jalan dukuh Tegalrejo dan prapatan Sanggir ke utara, dan masih banyak lagi jalan yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah! Saya sering menjumpai pada malam hari banyak warga melempar sampah dari dalam mobilnya ke pinggir jalan. Mau menyalahkan siapa, kalau di

lingkungan kita. (RB/12 Januari 2012/04) Tuturan data (03) di atas disampaikan oleh Rini dari Solo. Rini

menyampaikan keluhannya mengenai warga masyarakat yang membuang sampah sembarangan di pinggir jalan. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Rini di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Rini yang menuturkan “Saya sangat prihatin dengan banyaknya warga perumahan yang dengan tanpa dosa membuang sampah di sepanjang pinggir jalan, seperti jalan dukuh Tegalrejo dan prapatan Sanggir ke menyampaikan keluhannya mengenai warga masyarakat yang membuang sampah sembarangan di pinggir jalan. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Rini di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Rini yang menuturkan “Saya sangat prihatin dengan banyaknya warga perumahan yang dengan tanpa dosa membuang sampah di sepanjang pinggir jalan, seperti jalan dukuh Tegalrejo dan prapatan Sanggir ke

Tindak tutur yang disampaikan Rini di atas dilatarbelakangi oleh perasaan prihatin dan kesal terhadap warga perumahan yang membuang sampah di sepanjang pinggir jalan. Kebiasaan warga yang membuang sampah sembarangan itu menyebabkan banyak jalan yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah. Akibatnya, jalan tersebut menjadi tidak enak dipandang dan aromanya tidak sedap. Oleh karena itu, Rini menyampaikan kekesalannya dengan mengungkapkannya kepada publik melalui rubrik di media massa agar warga perumahan sadar akan keadaan tersebut.

Jenis strategi yang disampaikan oleh Rini di atas tergolong dalam strategi keluhan „ekspresi kekesalan (annoyance)‟. Strategi keluhan „ekspresi kekesalan (annoyance )‟ tampak pada tuturan “Saya sangat prihatin dengan banyaknya warga perumahan yang dengan tanpa dosa membuang sampah di sepanjang pinggir jalan, seperti jalan dukuh Tegalrejo dan prapatan Sanggir ke utara, dan masih banyak lagi jalan yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah! Saya sering menjumpai pada malam hari banyak warga melempar sampah dari dalam mobilnya ke pinggir jalan ”. Rini juga tidak menyebutkan siapa mitra tutur yang harus bertanggung jawab. Hal itu tampak pada tuturan “Mau menyalahkan siapa, kalau di lingkungan kita ”. Penutur mengekspresikan keluhan dengan menyampaikan kekesalannya dengan menunjuk langsung situasi yang buruk yaitu jalan yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah.

Bentuk tuturan yang termasuk ke dalam strategi keluhan „ekspresi kekesalan (annoyance) ‟ dapat pula ditunjukkan pada data (04) berikut.

(04) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Lala di Sragen yang mengeluhkan kondisi Jalan Raya Grompol Jambangan yang rusak parah.

Bentuk Tuturan

Hai sahabat yang baik, saya minta tolong untuk dimuat jln raya grompol jambangan rusak parah tiada instalasi dari mana pun yang memperhatikan padahal itu jalan ramai. Jalan kok seperti di tengah hutan, becek dan

berlobang-lobang.

(RB/ 20 Januari 2012/05) Tuturan data (04) di atas disampaikan oleh Lala di Sragen. Lala

menyampaikan keluhannya mengenai kondis jalan raya Grompol Jambangan yang rusak parah. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Lala di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Lala yang menuturkan “jln raya grompol jambangan rusak parah tiada instalasi dari mana pun yang memperhatikan padahal itu jalan ramai. Jalan kok seperti di tengah hutan, becek dan berlobang- lobang”.

Tindak tutur yang disampaikan Lala di atas dilatarbelakangi oleh perasaan tidak puas terhadap kondisi Jalan Raya Grompol Jambangan yang rusak parah. Menurut Lala, tidak ada instansi pemerintah yang memperhatikan dan membenahi kondisi jalan tersebut. Keadaan jalan yang ramai dengan kendaraan seharusnya menjadi perhatian Dinas Pekerjaan Umum (DPU) karena kondisi jalan yang rusak parah sangat mengganggu aktifitas pemakai jalan. Hal inilah yang membuat Lala mengeluh.

Jenis strategi yang disampaikan oleh Lala di atas tergolong dalam strategi keluhan „ekspresi kekesalan (annoyance)‟. Penutur mengekspresikan

kekesalannya dengan menunjuk langsung situasi yang buruk. Hal itu tampak pada tuturan “Jalan kok seperti di tengah hutan, becek dan berlobang-lobang”. Lala

Bentuk tuturan yang termasuk ke dalam strategi keluhan „ekspresi kekesalan (annoyance) ‟ dapat pula ditunjukkan pada data (05) berikut.

(05) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Ahmad di Solo menyampaikan keluhannya mengenai mahalnya tarif parkir di Pasar Klithikan Notoharjo.

Bentuk Tuturan

MAHALNYA TARIF PARKIR DI PASAR KLITHIKAN

NOTOHARJO. Hari minggu kemarin saya pergi ke pasar klithikan notoharjo., betapa kagetnya saya waktu pulang ternyata tarif parkir motor di notoharjo Rp 2000, kalau para pedagang klithikan di pinggir jalan dipindah ke sana, tapi di pungut tarif parkir segitu, apa ada pengunjungnya?

(RB/25 Januari 2012/06) Tuturan data (05) di atas disampaikan oleh Ahmad di Solo. Ahmad

menyampaikan keluhannya mengenai mahalnya tarif parkir di Pasar Klithikan Notoharjo. Jenis tindak tutur yang disampaikan Ahmad di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Ahmad yang menuturkan “MAHALNYA TARIF PARKIR DI PASAR KLITHIKAN NOTOHARJO ”. Penggunaan huruf besar pada tuturan tersebut juga untuk menyangatkan keluhan Ahmad.

Tindak tutur yang disampaikan Ahmad di atas dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa terhadap tarif parkir di Pasar Klithikan Notoharjo yang mahal. Pasar Klithikan Notoharjo merupakan pasar yang menjual segala macam barang antik dan barang bekas. Ada pula barang baru yang harganya lebih murah daripada harga di toko. Setiap pengunjung pasar yang membawa kendaraan baik itu mobil, sepeda motor dan sepeda diwajibkan untuk membayar biaya parkir yang mahal. Ahmad berpendapat jika tarif parkir pasar itu mahal, tidak akan ada pengunjung yang datang.

Jenis strategi yang disampaikan oleh Ahmad di atas tergolong dalam Jenis strategi yang disampaikan oleh Ahmad di atas tergolong dalam

yang buruk yaitu tampak pada tuturan “MAHALNYA TARIF PARKIR DI PASAR KLITHIKAN NOTOHARJO ”. Ahmad juga tidak menyebutkan siapa mitra tutur yang harus bertanggung jawab. Penutur menyebutkan dampak perilaku mitra tutur yaitu Dinas Perparkiran yang tidak mengenakkan baginya.

3. Konsekuensi yang menyakitkan (Ill consequences)

Strategi konsekuensi yang menyakitkan menurut Trosborg (1995:316) adalah penutur mengungkapkan dampak buruk dari perilaku mitra tutur yang tidak mengenakkan baginya. Hal ini dapat dilihat pada data (06) berikut.

(06) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Eko di Sukoharjo yang menyampaikan keluhan mengenai parkir di hotel DANA yang tidak aman.

Bentuk Tuturan

Parkir di depan hotel DANA tidak aman, tanggal 20 pas ada resepsi aku parkir di depan BRI, DVD saya di mobil hilang.

(RB/ 30 Januari 2012/33) Tuturan data (06) di atas disampaikan oleh Eko di Sukoharjo. Eko

menyampaikan dampak yang menyakitkan dari keluhannya mengenai ketidakamanan parkir di hotel Dana. Jenis tindak tutur yang disampaikan Eko di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “Parkir di depan hotel DANA tidak aman”.

Tindak tutur yang disampaikan Eko di atas dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa terhadap pelayanan parkir di Hotel Dana yang tidak aman. Hotel Dana merupakan sebuah tempat penginapan dan terkadang digunakan untuk gedung pertemuan atau resepsi pernikahan. Pada waktu itu Eko sedang menghadiri acara resepsi di hotel Dana. Ketika pulang, termyata DVD di mobilnya telah hilang.

Kejadian itulah yang membuat Eko mengeluhkan tentang pelayanan parkir di Hotel Dana.

Jenis strategi yang disampaikan oleh Eko di atas tergolong dalam strategi keluhan „konsekuensi yang menyakitkan (ill consequences)‟. Hal tersebut tampak

pada tuturan “Parkir di depan hotel DANA tidak aman” dan “DVD saya di mobil hilang ”. Kedua tuturan di atas menyiratkan bahwa penutur terkena dampak perilaku mitra tutur yang tidak mengenakkan baginya yaitu DVD yang hilang.

Bentuk tuturan yang termasuk da lam strategi keluhan „konsekuensi yang menyakitkan (ill consequences) ‟ dapat pula ditunjukkan pada data (07) berikut.

(07) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Lastri dari Kampung Sewu untuk menyampaikan keluhannya mengenai mahalnya tarif listrik pulsa.

Bentuk Tuturan

Setelah dihitung-hitung ternyata benar. Tarif listrik pulsa lebih

mahal. Katanya sama rus tanpa bea beban. Ini saya ganti pulsa listrik habisnya sama dengan meteran biasa 2200v kan 70rb an ya. Apa karena pemkot utang PLN, rus yang nanggung warga? Tolong PLN perhatiannya.

(RB/3 Januari 2012/35) Tuturan data (07) di atas disampaikan oleh Lastri di Kampung Sewu.

Lastri menyampaikan dampak yang menyakitkan dari keluhannya mengenai mahalnya tarif listrik pulsa. Jenis tindak tutur yang disampaikan Lastri di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “Setelah dihitung-hitung ternyata benar. Tarif listrik pulsa lebih mahal. Katanya sama rus tanpa bea beban. Ini saya ganti pulsa listrik habisnya sama dengan meteran biasa 2200v kan 70rb an ya ”.

Tindak tutur yang disampaikan Lastri di atas dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa terhadap pelayanan PLN. Jika menggunakan listrik pulsa,

Lastri mengganti listriknya dengan tarif pulsa. Tetapi setelah diganti, ternyata besaran konsumsi listrik Lastri menggunakan tarif pulsa dan tarif meteran sama besarnya. Oleh karena itu, Lastri merasa kecewa dan dirugikan PLN.

Jenis strategi yang disampaikan oleh Lastri di atas tergolong dalam strategi keluhan „konsekuensi yang menyakitkan (ill consequences)‟. Hal tersebut tampak pada tuturan “Setelah dihitung-hitung ternyata benar. Tarif listrik pulsa lebih

mahal ”. Penutur menyebutkan dampak perilaku mitra tutur yang tidak mengenakkan baginya yaitu tarif listrik pulsa yang ternyata lebih mahal dibandingkan tarif meteran bulanan.

4. Tuduhan tidak langsung (Indirect)

Trosborg (1995) dan Dian D. Muniroh (2011) menyatakan bahwa strategi tuduhan tidak langsung yaitu penutur dapat mengajukan pertanyaan kepada mitra tutur tentang situasi tertentu, bahwa mitra tutur melakukan pelanggaran dan menyatakan ia sebagai orang yang harus bertanggung jawab. Hal ini dapat dilihat pada data (08) berikut.

(08) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Ikhsan di Sukoharjo yang menyampaikan keluhannya mengenai mahalnya renovasi toilet DPR yang mencapai miliaran rupiah.

Bentuk Tuturan

Seperti apa sih bau toilet jika direnovasi pakai uang sebanyak itu? Harumkah atau malahan semakin busuk?

(RB/ 20 Januari 2012/57) Strategi keluhan (08) di atas disampaikan oleh Ikhsan di Sukoharjo.

Keluhan yang disampaikan oleh Ikhsan di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “Seperti apa sih bau toilet jika direnovasi pakai uang sebanyak itu? Harumkah Keluhan yang disampaikan oleh Ikhsan di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “Seperti apa sih bau toilet jika direnovasi pakai uang sebanyak itu? Harumkah

Jenis strategi yang disampaikan oleh Ikhsan di atas tergolong dalam strategi keluhan „tuduhan tidak langsung (indirect)‟. Strategi keluhan „tuduhan tidak langsung (indirect )‟ tampak pada tuturan “Seperti apa sih bau toilet jika

direnovasi pakai uang sebanyak itu? Harumkah atau malahan semakin busuk? ”. Penutur mengajukan pertanyaan kepada mitra tutur tentang situasi tertentu, bahwa mitra tutur melakukan pelanggaran dan menyatakan ia sebagai orang yang harus bertanggung jawab. Penutur dalam hal ini Ikhsan yang mengajukan pertanyaan kepada DPR tentang bau toilet yang harum atau semakin busuk jika direnovasi dengan anggaran milyaran rupiah.

Bentuk tuturan yang termasuk dalam strategi keluhan „tuduhan tidak langsung (indirect) ‟dapat pula ditunjukkan pada data (09) berikut.

(09) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Hendri di Totogan untuk menyampaikan keluhannya mengenai PKL gelap di daerah Kestalan.

Bentuk Tuturan

Buat Lurah Kestalan, bagaimana itu dengan PKL di depan RRI, kok dibiarkan saja? Katanya Kestalan bebas PKL gelap?

(RKS/4 Januari 2012/49) (RKS/4 Januari 2012/49)

Tindak tutur yang disampaikan Hendri di atas dilatarbelakangi oleh perasaan kesal atas janji Lurah Kestalan untuk membersihkan Pedagang Kaki Lima (PKL) gelap. Kestalan merupakan salah satu kelurahan yang berada di Solo. Di daerah RRI yang termasuk dalam kelurahan Kestalan banyak Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan dan ternyata tanpa ijin. Keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) tersebut merusak pemandangan sehingga membuat warga sekitar merasa terganggu. Oleh karena itu, Lurah Kestalan berjanji untuk membersihkan daerah tersebut dari Pedagang Kaki Lima (PKL) gelap. Janji Lurah Kestalan untuk mengadakan pembersihan Pedagang Kaki Lima (PKL) ternyata belum ada realisasinya. Hal ini membuat Hendri kesal dan mempertanyakan janji Lurah Kestalan melalui media surat kabar.

Jenis strategi yang disampaikan oleh Hendri di atas tergolong dalam strategi keluhan „tuduhan tidak langsung (indirect)‟. Strategi keluhan „tuduhan tidak langsung (indirect )‟ tampak pada tuturan “Buat Lurah Kestalan, bagaimana itu dengan PKL di depan RRI, kok dibiarkan saja? Katanya Kestalan bebas PKL gelap? ”. Penutur dapat mengajukan pertanyaan atau mengisyaratkan kesalahan kepada mitra tutur tentang situasi tertentu, bahwa mitra tutur melakukan pelanggaran dan menyatakan ia sebagai orang yang harus bertanggung jawab. Penutur dalam hal ini yaitu Hendri mengajukan pertanyaan dan mengisyaratkan kesalahan kepada mitra tutur yaitu Lurah Kestalan mengenai janjinya untuk Jenis strategi yang disampaikan oleh Hendri di atas tergolong dalam strategi keluhan „tuduhan tidak langsung (indirect)‟. Strategi keluhan „tuduhan tidak langsung (indirect )‟ tampak pada tuturan “Buat Lurah Kestalan, bagaimana itu dengan PKL di depan RRI, kok dibiarkan saja? Katanya Kestalan bebas PKL gelap? ”. Penutur dapat mengajukan pertanyaan atau mengisyaratkan kesalahan kepada mitra tutur tentang situasi tertentu, bahwa mitra tutur melakukan pelanggaran dan menyatakan ia sebagai orang yang harus bertanggung jawab. Penutur dalam hal ini yaitu Hendri mengajukan pertanyaan dan mengisyaratkan kesalahan kepada mitra tutur yaitu Lurah Kestalan mengenai janjinya untuk

5. Tuduhan langsung (Direct)

Penutur secara langsung menuduh mitra tutur telah melakukan pelanggaran dan merugikan penutur (Trosborg, 1995:317). Hal ini dapat dilihat pada data (10) berikut.

(10) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Halby di Klaten yang menyampaikan keluhannya mengenai pelayanan operator telepon seluler XL.

Bentuk Tuturan

Saya kecewa dengan XL, saya sudah mengaktifkan paket gratis Facebook kok masak Facebook-an biayannya mahal sekali, percuma

saja jadi pelanggan XL. Bravo SOLOPOS. (RKS/4 Januari 2012/74) Strategi keluhan (10) di atas disampaikan oleh Halby di Klaten. Halby

menyampaikan keluhannya mengenai pelayanan operator telepon seluler XL. Keluhan yang disampaikan oleh Halby di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak dalam tuturan “Saya kecewa dengan XL”.

Tindak tutur yang disampaikan oleh Halby di atas dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa mengenai pelayanan XL. XL adalah salah satu operator telepon seluler kartu komunikasi yang ada di Indonesia. Halby mengungkapkan kekecewaanya karena ketika ia telah mengaktifkan paket gratis facebook, tetapi setelah dipakai pulsa Halby terpotong banyak. Maka dari itu, Halby merasa dirugikan oleh operator telepon seluler XL.

Jenis strategi yang disampaikan oleh Halby di atas tergolong dalam strategi keluhan „tuduhan langsung (direct)‟. Strategi keluhan „tuduhan langsung (direct )‟ tampak pada tuturan “Saya kecewa dengan XL, saya sudah mengaktifkan Jenis strategi yang disampaikan oleh Halby di atas tergolong dalam strategi keluhan „tuduhan langsung (direct)‟. Strategi keluhan „tuduhan langsung (direct )‟ tampak pada tuturan “Saya kecewa dengan XL, saya sudah mengaktifkan

Bentuk tuturan yang termasuk dalam strategi keluhan „tuduhan langsung (direct) ‟ dapat pula ditunjukkan pada data (11) berikut. (11) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Ria di Solo yang menyampaikan keluhannya tentang pelayanan bioskop Grand 21 Solo.

Bentuk Tuturan

Bioskop Solo terutama Grand 21 saiki ora mutu blas aku sebagai pelangganmu menjadi kecewa, Film Hollywood yang kutunggu malah yang datang film Indonesia ecek-ecek terus dan ora mutu..

(RB/13 Januari 2012/80) Tuturan data (11) di atas disampaikan oleh Ria di Solo. Ria menyampaikan keluhannya mengenai pelayanan bioskop Grand 21 Solo. Tindak tutur yang disampaikan oleh Ria di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “Bioskop Solo terutama Grand 21 saiki ora mutu blas aku sebagai pelangganmu menjadi kecewa, Film Hollywood yang kutunggu malah yang datang film Indonesia ecek-ecek terus dan ora mutu .. ”.

Tuturan yang disampaikan oleh Ria di atas dilatarbelakangi oleh perasaan ketidakpuasan atas pelayanan bioskop Grand 21 Solo yang tidak lagi menayangkan film Hollywood. Masalah bermula dari adanya pajak baru yang dibebankan kepada para importir film. Pajak yang konon tidak pernah ada di seluruh dunia ini, membuat importir film Hollywood geram dan mengeluarkan ancaman yaitu tidak lagi menayangkan filmnya di Indonesia. Pajak baru memang Tuturan yang disampaikan oleh Ria di atas dilatarbelakangi oleh perasaan ketidakpuasan atas pelayanan bioskop Grand 21 Solo yang tidak lagi menayangkan film Hollywood. Masalah bermula dari adanya pajak baru yang dibebankan kepada para importir film. Pajak yang konon tidak pernah ada di seluruh dunia ini, membuat importir film Hollywood geram dan mengeluarkan ancaman yaitu tidak lagi menayangkan filmnya di Indonesia. Pajak baru memang

Jenis strategi yang disampaikan oleh Ria di atas tergolong dalam strategi keluhan „tuduhan langsung (direct)‟. Strategi keluhan „tuduhan langsung (direct)‟

tampak pada tuturan “Bioskop Solo terutama Grand 21 saiki ora mutu blas aku sebagai pelangganmu menjadi kecewa, Film Hollywood yang kutunggu malah yang datang film Indonesia ecek-ecek terus dan ora mutu .”. Dalam tuturan tersebut, penutur secara langsung menuduh mitra tutur telah melakukan pelanggaran dan merugikan penutur. Pelanggaran yang dimaksud di sini adalah Bioskop Grand 21 yang sudah tidak menayangkan film Hollywood.

Bentuk tuturan yang termasuk dalam strategi keluhan „tuduhan langsung (direct) ‟ dapat pula ditunjukkan pada data (12) berikut.

(12) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Naning di Solo yang menyampaikan keluhannya mengenai ketidakprofesionalan PDAM.

Bentuk Tuturan

PDAM bisa profesional gak? Air di UNS Panggung Rejo mota mati wae? Mbok kalo denda sekali-sekali ya dimatikan, pelayanan nol denda jalan terus, atau lagi bisa tingkatkan mutumu, gak Cuma isane

ningkatke denda aja !!! buat Joglosemar thank. (RB/13 Januari 2012/112) Tuturan data (12) di atas disampaikan oleh Naning di Solo. Naning

menyampaikan keluhannya mengenai pelayanan PDAM yang tidak profesional. Tindak tutur yang disampaikan Naning di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “PDAM bisa profesional gak?Air di UNS Panggung Rejo mota mati wae? Dan pelayanan nol denda jalan terus, atau lagi bisa tingkatkan mutumu, gak Cuma isane ningkatke denda aja !!! ”

Tuturan keluhan yang disampaikan Naning dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa dan tidak puas dengan pelayanan PDAM. PDAM merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara. PDAM mengurusi masalah air yang di distribusikan kepada warga. Menurut Naning, pelayanan PDAM sering kali mengecewakan. Air di daerah rumahnya yaitu Panggung Rejo kerap mati sedangkan kebutuhan air untuk rumahnya sangat banyak. Oleh karena itu, jika air sering mati akan sangat mengganggu aktivitasnya dirumah. Naning juga kesal karena jika ia telat membayar air akan dikenai denda dan itu tidak sebanding dengan pelayanan PDAM yang buruk.

Jenis strategi yang disampaikan oleh Naning di atas tergolong dalam strategi keluhan „tuduhan langsung (direct)‟. Strategi keluhan „tuduhan langsung

(direct )‟ tampak pada tuturan “PDAM bisa profesional gak? Air di UNS Panggung Rejo mota mati wae? Mbok kalo denda sekali-sekali ya dimatikan, pelayanan nol denda jalan terus, atau lagi bisa tingkatkan mutumu, gak Cuma isane ningkatke denda aja ”. Dalam tuturan tersebut, penutur secara langsung menuduh mitra tutur telah melakukan pelanggaran dan merugikan penutur. Pelanggaran yang dimaksud di sini adalah pelayanan PDAM yang buruk karena air yang sering mati tiba-tiba dan merugikan konsumen dalam hal ini adalah Naning.

6. Menyalahkan yang disamarkan (Modified blame)

Strategi menyalahkan yang disamarkan dinyatakan bahwa mitra tutur adalah orang yang harus bertanggung jawab atas hal yang dikeluhkan penutur. Untuk kenyamanannya, penutur mengungkapkan alternatif tindakan yang seharusnya dilakukan mitra tutur (Dian D. Muniroh, 2011:248). Hal ini dapat Strategi menyalahkan yang disamarkan dinyatakan bahwa mitra tutur adalah orang yang harus bertanggung jawab atas hal yang dikeluhkan penutur. Untuk kenyamanannya, penutur mengungkapkan alternatif tindakan yang seharusnya dilakukan mitra tutur (Dian D. Muniroh, 2011:248). Hal ini dapat

Tuturan disampaikan oleh Riki di Kratonan yang menyampaikan keluhannya mengenai sikap Gubernur Bibit Waluyo yang melecehkan ESEMKA.

Bentuk Tuturan

Kami selaku warga solo kecewa dengan anda, gubernur bapak Bibit Waluyo, seharusnya anda mendukung karya anak SMK, tapi kenapa anda malah melecehkannya dan malah membanggakan produk luar negri?

(RB/15 Januari 2012/191) Tuturan data (12) di atas disampaikan oleh Riki di Kratonan. Riki

menyampaikan keluhannya mengenai sikap Gubernur Jawa Tengah Bapak Bibit Waluyo yang melecehkan karya anak negeri. Tindak tutur yang disampaikan Riki di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “Kami selaku warga solo kecewa dengan anda, gubernur bapak Bibit Waluyo ”.

Tuturan keluhan yang disampaikan Riki dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa atas sikap dan komentar Gubernur Bibit Waluyo yang melecehkan karya anak bangsa dan justru membanggakan produk luar negeri. ESEMKA merupakan mobil nasional buatan anak SMK di Solo. Bibit Waluyo sebagai gubernur seharusnya memberikan apresiasi besar terhadap karya anak bangsa, bukannya melecehkan dan malah membanggakan produk luar negri.

Jenis strategi yang disampaikan oleh Riki di atas tergolong dalam strategi keluhan „menyalahkan yang disamarkan (modified blame)‟. Strategi keluhan „menyalahkan yang disamarkan (modified blame)‟ tampak pada tuturan

“seharusnya anda mendukung karya anak SMK”. Mitra tutur adalah orang yang harus bertanggung jawab atas hal yang dikeluhkan penutur. Untuk kenyamanannya, penutur mengungkapkan alternatif tindakan yang seharusnya “seharusnya anda mendukung karya anak SMK”. Mitra tutur adalah orang yang harus bertanggung jawab atas hal yang dikeluhkan penutur. Untuk kenyamanannya, penutur mengungkapkan alternatif tindakan yang seharusnya

Bentuk tuturan yang termasuk dalam strategi keluhan „menyalahkan yang disamarkan ‟ dapat pula ditunjukkan pada data (13) berikut.

(13) Konteks Tuturan

Tuturan dari Ajex di Weru yang menyampaikan keluhannya mengenai Jalan Tawangsari sampai Weru yang seringkali jebol.

Bentuk Tuturan

Kepada Pemkab dan DPU Sukoharjo, jalan Tawangsari-Weru kok jebol melulu ? Daripada ditambal mending dibeton. Kalau musim hujan begini jalannya bisa buat budidaya ikan. Betonisaasi jadi program Pemkab. Mana buktinya?

(RKS/18 Januari 2012/194) Tuturan data (13) di atas disampaikan oleh Ajex di Weru. Riki

menyampaikan keluhannya mengenai Jalan Tawangsari sampai Weru yang seringkali jebol. Tindak tutur yang disampaikan Ajex di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif mengeluh tampak pada tuturan ” Kepada Pemkab dan DPU Sukoharjo, jalan Tawangsari-Weru kok jebol melulu ? ”.

Tuturan keluhan yang disampaikan Ajex dilatarbelakangi oleh perasaan kesal karena Jalan Tawangsari –Weru yang rusak parah. Jalan Tawangsari – Weru merupakan jalan utama di kota Sukoharjo. Hal ini terjadi karena kendaraan yang melewati jalan tersebut tidak hanya kendaraan kecil, tetapi juga kendaraan besar seperti bus dan truk. Keadaan tersebut membuat Ajex memberikan alternatif tindakan yang dapat dilakukan Pemkab. Alternatif tersebut adalah dengan membeton jalan dan bukan menambal agar jalannya tidak mudah rusak. Pemkab pun juga telah memiliki inisiatif memperbaiki jalan dengan program betonisasi Tuturan keluhan yang disampaikan Ajex dilatarbelakangi oleh perasaan kesal karena Jalan Tawangsari –Weru yang rusak parah. Jalan Tawangsari – Weru merupakan jalan utama di kota Sukoharjo. Hal ini terjadi karena kendaraan yang melewati jalan tersebut tidak hanya kendaraan kecil, tetapi juga kendaraan besar seperti bus dan truk. Keadaan tersebut membuat Ajex memberikan alternatif tindakan yang dapat dilakukan Pemkab. Alternatif tersebut adalah dengan membeton jalan dan bukan menambal agar jalannya tidak mudah rusak. Pemkab pun juga telah memiliki inisiatif memperbaiki jalan dengan program betonisasi

Jenis strategi yang disampaikan oleh Ajex di atas tergolong dalam strategi keluhan „menyalahkan yang disamarkan (modified blame)‟. Mitra tutur adalah

orang yang harus bertanggung jawab atas hal yang dikeluhkan penutur. Mitra tutur yang dimaksudkan penutur tampak pada tuturan “Kepada Pemkab dan DPU

Sukoharjo ”. Untuk kenyamanannya, penutur mengungkapkan alternatif tindakan yang seharusnya dilakukan mitra tutur. Alternatif yang diungkapkan penutur tampak pada tuturan “Daripada ditambal mending dibeton”

7. Menyalahkan secara eksplisit (sikap) (Modified blame (behaviour))

Strategi kemarahan secara eksplisit meyatakan bahwa penutur secara eksplisit menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan mitra tutur tidak sesuai dan dimintai pertanggungjawaban (secara langsung) (Trosborg, 1995:318). Hal ini dapat dilihat pada data (14) berikut.

(14) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Yohan di Joyontakan yang menyampaikan keluhannya mengenai tarif parkir semua tempat di Solo.

Bentuk Tuturan

Semua tempat di solo sekarangnya parkirnya Rp 2000 di GWO Sriwedari Solo Square, Orient, Diamond semuanya sama. Kami butuh ketegasan dari pemkot untuk mengatur masalah perparkiran ini. Terimakasih.

(RKS/24 Januari 2012/231) Strategi keluhan (14) di atas disampaikan oleh Yohan di Joyontakan.

Yohan menyampaikan keluhannya mengenai tarif parkir semua tempat di Solo. Tindak tutur yang disampaikan Yohan di atas tergolong dalam tindak tutur

ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif mengeluh tampak pada tuturan ”Semua tempat di solo sekarangnya parkirnya Rp 2000 di GWO Sriwedari Solo ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif mengeluh tampak pada tuturan ”Semua tempat di solo sekarangnya parkirnya Rp 2000 di GWO Sriwedari Solo

Jenis strategi yang disampaikan oleh Yohan di atas tergolong dalam strategi keluhan „menyalahkan secara eksplisit (sikap) (modified blame

(behaviour)) ‟. Strategi keluhan „menyalahkan secara eksplisit (sikap) (modified blame (behaviour)) ‟ tampak pada tuturan “Kami butuh ketegasan dari pemkot untuk mengatur masalah perparkiran ini ”. Penutur secara eksplisit menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan mitra tutur tidak sesuai dan dimintai pertanggungjawaban (secara langsung). Tindakan yang dimaksud di sini adalah ketidaktegasan Pemkot Solo mengenai masalah perparkiran yang menyebabkan tarif parkir di hampir semua tempat di Solo sama yaitu Rp 2000.

Bentuk tuturan yang termasuk dalam strategi keluhan „menyalahkan secara eksplisit (sikap) (modified blame (behaviour)) ‟ dapat pula ditunjukkan pada data

(15) berikut. (15) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Suwarno di Semanggi yang mengeluhkan tentang pedagang bronjongan yang tidak rapi.

Bentuk Tuturan Bentuk Tuturan

pintu masuk tengah. Sampe’ pedagang lain masuk pasar aja kesulitan..

gara-gara jalannya kemakan sama pedagang lain.. mbok yang sportif dalam berdagang.. pikirkan pedagang lain jangan seenaknya manggon di tengah jalan.. kaya’ gitu juga gak ada penertiban.

(RB/16 Januari 2012/237) Strategi keluhan (15) di atas disampaikan oleh Suwarno di Semanggi.

Suwarno menyampaikan keluhannya mengenai pedagang bronjongan yang tidak rapi. Tindak tutur yang disampaikan Suwarno di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif mengeluh tampak pada tuturan “Sampe’ pedagang lain masuk pasar aja kesulitan.. gara-gara jalannya kemakan sama pedagang lain ”.

Keluhan yang disampaikan oleh Suwarno dilatarbelakangi oleh kekesalannya mengenai para pedagang bronjongan Pasar Klithikan Notoharjo Semanggi yang tidak rapi. Para pedagang tersebut meletakkan bronjongnya di sembarang tempat dan mengganggu pedagang lain yang ingin masuk ke pasar Klithikan. Ketiadaan penertiban dari Pemkot membuat pedagang bronjongan tidak merasa bersalah dan tetap meletakkan bronjongnya di sembarang tempat. Hal tersebut sangat mengganggu kenyamanan para pedagang lain. Oleh karena itu, Suwarno meminta ketua pengurus bronjongan Pasar Klithikan untuk menertibkan para anggotanya.

Jenis strategi yang disampaikan oleh Suwarno di atas tergolong dalam strategi keluhan „menyalahkan secara eksplisit (sikap) (modified blame (behaviour)) ‟. Strategi keluhan „menyalahkan secara eksplisit (sikap) (modified

blame (behaviour)) ‟ tampak pada tuturan “Sampe’ pedagang lain masuk pasar aja kesulitan.. gara-gara jalannya kemakan sama pedagang lain ”. Penutur secara eksplisit menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan mitra tutur tidak sesuai dan blame (behaviour)) ‟ tampak pada tuturan “Sampe’ pedagang lain masuk pasar aja kesulitan.. gara-gara jalannya kemakan sama pedagang lain ”. Penutur secara eksplisit menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan mitra tutur tidak sesuai dan

8. Menyalahkan secara eksplisit (orang) (Modified blame (person))

Kemarahan secara eksplisit yaitu penutur menyatakan secara eksplisit bahwa mitra tutur adalah seseorang yang tidak bertanggung jawab (Trosborg, 1995:318). Hal ini dapat dilihat pada data (16) berikut.

(16) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Feri di Gentan yang menyampaikan keluhannya mengenai mahalnya harga tiket pesawat Garuda Indonesia saat liburan akhir tahun.

Bentuk Tuturan

GARUDA GILA-GILAAN. Saat liburan akhir tahun 2011 ternyata PT. GARUDA INDONESIA AIRWAYS “panen besar”. Harga tiket JOGJA-

JAKARTA mencapai 2,6jt sekali terbang, akhirnya AIRLINE pun pada ikutan, ada yang nyampai 700rb. Apa nggak ada standarisasi karak koq berlomba-lomba pasang kenaikan tarif.

(RB/7 Januari 2012/289) Strategi keluhan (16) di atas disampaikan oleh Feri di Gentan. Feri

menyampaikan keluhannya mengenai mahalnya harga tiket pesawat Garuda Indonesia saat liburan akhir tahun. Tindak tutur yang disampaikan Feri di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif mengeluh tampak pada tuturan ”GARUDA GILA-GILAAN. Saat liburan akhir tahun 2011 ternyata PT. GAR UDA INDONESIA AIRWAYS “panen besar”.

Keluhan yang disampaikan oleh Feri dilatarbelakangi oleh perasaan kesal dan kecewa mengenai mahalnya harga tiket pesawat Garuda Indonesia saat libur akhir tahun. Garuda Indonesia merupakan salah satu maskapai penerbangan yang ada di Indonesia. Harga tiket pesawat memang tidak stabil pada harga tetap seperti Keluhan yang disampaikan oleh Feri dilatarbelakangi oleh perasaan kesal dan kecewa mengenai mahalnya harga tiket pesawat Garuda Indonesia saat libur akhir tahun. Garuda Indonesia merupakan salah satu maskapai penerbangan yang ada di Indonesia. Harga tiket pesawat memang tidak stabil pada harga tetap seperti

Tingginya minat penumpang yang akan menggunakan pesawat sebagai pilihan transportasi juga akan mempengaruhi melonjaknya harga tiket. Apalagi jika sudah masuk musim liburan, tentunya harga tiket pesawat akan semakin mahal. Ini memang sudah menjadi sebuah keputusan yang melegalkan setiap maskapai penerbangan untuk menaikan atau menurunkan harga tiketnya karena bila tidak demikian mereka tidak akan mendapatkan keuntungan untuk membiayai karyawan maupun untuk perkembangan maskapai penerbangan itu sendiri.

Jenis strategi yang disampaikan oleh Feri di atas tergolong dalam strategi keluhan „menyalahkan secara eksplisit (orang) (modified blame (person))‟. Strategi keluhan „menyalahkan secara eksplisit (orang) (modified blame (person))‟ tampak pada tuturan “GARUDA GILA-GILAAN”. Penutur menyatakan secara eksplisit bahwa mitra tutur adalah seseorang yang tidak bertanggung jawab.

Penutur yang dimaksudkan di sini yaitu Garuda Indonesia. Penggunaan huruf besar dalam tuturan untuk menyangatkan keluhan penutur.

Bentuk tuturan yang termasuk dalam strategi keluhan „menyalahkan secara Bentuk tuturan yang termasuk dalam strategi keluhan „menyalahkan secara

(17) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Edi di Boyolali yang menyampaikan keluhannya mengenai perangkat desa yang berdemo.

Bentuk Tuturan

Terulang lagi orang-orang bodoh berkoar-koar di tengah jalan

mengganggu kepentingan umum. Mbok ya mikir dan belajar dari kejadian bodoh beberapa waktu lalu. Perangkat orang tua dan dituakan di desa masak melakukan demo tanpa mikir, sak penake dhewe ngebaki dalan.

(RKS/24 Januari 2012/294) Strategi keluhan (17) di atas disampaikan oleh Edi di Boyolali. Edi

menyampaikan keluhannya mengenai para perangkat desa yang berdemo. Tindak tutur yang disampaikan Edi di atas tergolong dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif mengeluh tampak pada tuturan ” Terulang lagi

orang-orang bodoh berkoar-koar di tengah jalan mengganggu kepentingan umum dan Perangkat orang tua dan dituakan di desa masak melakukan demo tanpa mikir sak penake dhewe ngebaki dalan ”.

Keluhan yang disampaikan oleh Edi dilatarbelakangi oleh kekesalannya pada orang-orang bodoh yang berdemo hanya karena menginginkan kenaikan gaji. Orang-orang bodoh yang dimaksud adalah para perangkat desa. Demo yang dilakukan perangkat desa tersebut dianggap sangat mengganggu pengendara yang akan melewati jalan. Menurut Edi, para perangkat desa tersebut terkesan serakah karena selalu merasa kurang dengan apa yang telah diberi. Mereka hanya memikirkan kepentingannya sendiri tanpa memikirkan nasib orang kecil yang kadang tidak makan karena tidak memiliki uang.

Jenis strategi yang disampaikan oleh Edi di atas tergolong dalam strategi

Strategi keluhan „menyalahkan secara eksplisit (orang) (modified blame (person))‟ tampak pada tuturan “Terulang lagi orang-orang bodoh berkoar-koar di tengah jalan mengganggu kepentingan umum ”. Penutur menyatakan secara eksplisit bahwa mitra tutur adalah seseorang yang tidak bertanggung jawab. Seseorang yang tidak bertanggung jawab yang dimaksud adalah para perangkat desa.

B. Analisis Perspektif Tindak Tutur Mengeluh

Berdasarkan analisis data dalam RA, RKS, dan RRB penulis menemukan

4 perspektif tindak tutur mengeluh. Perspektif tindak tutur mengeluh tersebut meliputi perspektif penutur Saya (I), perspektif penutur Kita (We), perspektif mitra tutur Kamu (You), perspektif mitra tutur Keadaan (It). Berikut uraian semua perspektif tindak tutur mengeluh tersebut.

1. Perspektif penutur Saya (I)

Penutur mengidentifikasi dirinya secara terbuka dengan menggunakan pronomina persona orang pertama “saya” atau menggunakan nomina umum dan nomina nama diri seperti “paman Sam” (Trosborg, 1995:323). Hal ini dapat

dilihat pada data (18) berikut. (18) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Rini dari Solo yang menyampaikan keluhannya tentang warga yang sering membuang sampah sembarangan.

Bentuk Tuturan

Saya warga sanggir, Paulan, Colomadu. Saya sangat prihatin dengan banyaknya warga perumahan yang dengan tanpa dosa membuang sampah di sepanjang pinggir jalan, seperti jalan dukuh Tegalrejo dan prapatan Sanggir ke utara, dan masih banyak lagi jalan yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah! Saya sering menjumpai pada malam hari banyak warga melempar sampah dari dalam mobilnya ke pinggir jalan. Mau menyalahkan siapa, kalau di lingkungan kita

(RB/12 Januari 2012/04) (RB/12 Januari 2012/04)

Tindak tutur yang disampaikan Rini di atas dilatarbelakangi oleh perasaan prihatin dan kesal terhadap warga perumahan yang membuang sampah di sepanjang pinggir jalan. Kebiasaan warga yang membuang sampah sembarangan itu menyebabkan banyak jalan yang beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah. Akibatnya, jalan tersebut menjadi tidak enak dipandang dan aromanya tidak sedap.

Jenis perspektif yang disampaikan oleh Rini di atas tergolong dalam perspektif keluhan „saya (I)‟. Perspektif keluhan saya dapat diindentifikasi dengan

penggunaan kata „saya‟ yang berulang-ulang. Perspektif keluhan „saya (I)‟ tampak pada tuturan “Saya warga sanggir, Paulan, Colomadu”. Penutur mengidentifikasi dirinya sebagai si pengeluh secara terbuka dengan menggunakan pronomina

persona orang pertama „saya‟. Bentuk tuturan ya ng termasuk dalam perspektif penutur “Saya (I)” dapat

pula ditunjukkan pada data (19) berikut. (19) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Reza di Solo yang menyampaikan keluhannya mengenai layanan internet XL

Bentuk Tuturan

Gimana sich XL, saya mau internetan, awalnya pulsa saya Rp 4550, saya internetan hanya sebentar (sekitar 1 menit), jadi pulsa saya masih utuh, Gimana sich XL, saya mau internetan, awalnya pulsa saya Rp 4550, saya internetan hanya sebentar (sekitar 1 menit), jadi pulsa saya masih utuh,

(RB/15 Januari 2012/81) Tuturan data (19) di atas disampaikan oleh Reza dari Solo. Reza

menyampaikan keluhannya mengenai layanan internet XL. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Reza di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Ica yang menuturkan “Walaupun hanya Rp 1000, tapi kan juga merugikan pelanggan”.

Tindak tutur yang disampaikan Ica dilatarbelakangi oleh perasaan kesal mengenai layanan interne operator telepon seluler XL. XL merupakan salah satu operator telepon seluler kartu komunikasi di Indonesia. Reza mengungkapkan kekesalannya karena pulsa internet yang baru ia pakai ternyata terpotong 1000 rupiah. Padahal sebelumnya Reza telah mendapat sms dari XL yang menyatakan bahwa ia mendapat gratis internet 99 menit. Menurut Reza, walaupun hanya Rp 1000 tetapi ia merasa dirugikan.

Jenis perspektif yang disampaikan oleh Reza di atas tergolong dalam perspektif keluhan „saya (I)’. Perspektif keluhan saya dapat diindentifikasi dengan

penggunaan kata „saya‟ yang berulang-ulang. Perspektif keluhan „saya (I)‟ tampak pada penggunaan kata “saya” di tiap tuturannya. Reza mengidentifikasi dirinya

sebagai si pengeluh secara terbuka dengan menggunakan pronomina persona orang pertama „ku‟.

2. Perspektif Penutur Kita (We)

Trosborg (1995:323) menyatakan bahwa perspektif penutur kita yaitu penutur ingin meminimalkan perannya dengan menggunakan kata ganti orang Trosborg (1995:323) menyatakan bahwa perspektif penutur kita yaitu penutur ingin meminimalkan perannya dengan menggunakan kata ganti orang

(20) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Suroyo dari Delanggu yang menyampaikan keluhannya mengenai pelayanan PLN.

Bentuk Tuturan

Kenapa setiap turun hujan pada sore atau malam hari, listrik sering kali padam?? Kami sebagai warga pengguna listrik, tidak ingin hanya sekedar jawaban saja, tetapi sebagai konsumen butuhnya service pelayanan sebaik mungkin dari Perusahaan Milik Negara ini atau karya nyata dari PLN. Matur nuwun

(RB/11 Januari 2012/47) Tuturan data (20) disampaikan oleh Suroyo di Delanggu. Suroyo

menyampaikan keluhannya mengenai pelayanan PLN yang setiap turun hujan listrik seringkali mati. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Suroyo di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Suroyo yang menuturkan “Kami sebagai warga

pengguna listrik, tidak ingin hanya sekedar jawaban saja, tetapi sebagai konsumen butuhnya service pelayanan sebaik mungkin dari Perusahaan Milik Negara ini atau karya nyat a dari PLN”.

Tuturan keluhan yang disampaikan oleh Suroyo dilatarbelakangi oleh perasaan kecewa dan tidak puas mengenai pelayanan PLN. PLN merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara. PLN mengurusi masalah distribusi listrik untuk warga. Menurut Suroyo, pelayanan PLN seringkali mengecewakan. Setiap kali turun hujan di sore atau malam hari, listrik sering padam. Suroyo pun telah mengadukan masalah ini kepada PLN, tetapi hanya jawaban yang ia dapatkan dan bukan pelayanan yang maksimal dari PLN.

Jenis perspektif yang disampaikan oleh Suroyo di atas tergolong dalam Jenis perspektif yang disampaikan oleh Suroyo di atas tergolong dalam

Bentuk tutu ran yang termasuk dalam perspektif penutur “kita (we)” dapat pula ditunjukkan pada data (21) berikut. (21) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Dony di Solo yang menyampaikan keluhannya tentang susahnya membedakan pemerintah pro rakyat dan yang pura-pura pro rakyat.

Bentuk Tuturan

Sekarang ini kita sangat sulit untuk bisa tau serta membedakan mana aparat pemerintah benar-benar pro rakyat & mana yang berkedok peduli pada nasib rakyat padahal tujuan sebenarnya hanyalah menjadikan rakyat sebagai umpan demi mendapat “ikan” yang lebih besar atau menyelamatkan diri sendiri dari berbagai kebusukan politik yang telah dilakukan. Saling cerca, saling tuding & mencari kambing hitam pun seolah menjadi hal biasa. Kenapa para aparat pemerintah begitu sulit bersikap JANTAN untuk mengakui setiap kesalahan & segera saja mengundurkan diri kalau memang merasa tidak mampu mengemban amanat yang telah diberikan oleh rakyat? Kenapa harus menunggu sampai rakyat bereaksi dengan melakukan unjuk rasa menuntut pengunduran diri aparat pemerintah?

(RB/21 Januari 2012/192) Tuturan (21) di atas disampaikan oleh Dony di Solo yang mengeluhkan tentang susahnya membedakan pemerintah pro rakyat dan yang pura-pura pro rakyat. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Dony di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak dalam tuturan “Sekarang ini kita sangat sulit untuk bisa tau serta membedakan (RB/21 Januari 2012/192) Tuturan (21) di atas disampaikan oleh Dony di Solo yang mengeluhkan tentang susahnya membedakan pemerintah pro rakyat dan yang pura-pura pro rakyat. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Dony di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak dalam tuturan “Sekarang ini kita sangat sulit untuk bisa tau serta membedakan

umpan demi mendapat “ikan” yang lebih besar atau menyelamatkan diri sendiri dari berbagai kebusukan politik yang telah dilakukan. Saling cerca, saling tuding

& mencari kambing hit am pun seolah menjadi hal biasa”. Tuturan keluhan yang disampaikan Dony dilatarbelakangi oleh perasaan ketidakpuasan mengenai sikap pemerintah yang tidak sepenuh hati mengemban amanatnya untuk mendahulukan kepentingan rakyat. Terkadang rakyat hanya dijadikan umpan oleh para petinggi negara agar ia bisa medapat kekuasaan yang lebih tinggi. Bahkan tidak jarang pula rakyat dijadikan tameng agar para petinggi dapat lolos dari kebusukan politik yang telah ia ciptakan.

Jenis perspektif yang disampaikan oleh Dony di atas tergolong dalam perspektif keluhan „kita (we)‟. Perspektif keluhan „kita (we)‟ tampak pada penggunaan kata “kita” dalam tuturan “Sekarang ini kita sangat sulit untuk bisa

tau serta membedakan mana aparat pemerintah benar-benar pro rakyat & mana yang berkedok peduli pada nasib rakyat ”. Eri menyembunyikan identitas dan mengidentifikasi dirinya sebagai „kita‟. Hal ini untuk meminimalkan perannya sebagai pengeluh.

3. Perspektif Mitra Tutur Kamu (you)

Penutur secara jelas menyatakan mitra tutur sebagai agen penanggung jawab keluhan. Selain menggunakan kata ganti orang kedua „kamu/anda‟,

perspektif ini juga direalisasikan dalam nomina umum seperti Susan/my daughter (Trosborg, 1995:325). Hal ini dapat dilihat pada data (22) berikut.

(22) Konteks Tuturan (22) Konteks Tuturan

Bentuk Tuturan

Joglosemar met pagi tolong sms saya ini dimuat makasih! Wah itu lho mas - mas yang lewat naik spm ngebut suara knalpot nyaring wah hebat banget lo itu mudah-mudahan selamat di jalan tidak sekarat di jalan hebat tenan itu anak saya tau pas lewat di depan polsek colomadu, bangga mungkin bisa naik motor seperti itu. BEYAYAKAN.

(RB/27 Januari 2012/10) Tuturan data (22) disampaikan oleh Y. Cristanto di Solo. Cristanto

menyampaikan keluhannya mengenai pengendara motor di Colomadu yang ugal- ugalan ketika berkendara. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Y. Cristanto di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan Y. Cristanto yang menuturkan “Wah itu lho mas - mas yang lewat naik spm ngebut suara knalpot nyaring wah hebat banget lo itu mudah-mudahan selamat di jalan tidak sekarat di jalan hebat tenan itu anak saya tau pas lewat di depan polsek colomadu, bangga mungkin bisa naik motor seperti itu. BEYAYAKAN”.

Tuturan keluhan yang disampaikan Y. Cristanto dilatarbelakangi oleh perasaan kesal mengenai pengendara motor yang ugal-ugalan. Pengendara tersebut mengendarai motor dengan sangat cepat. Suara knalpot yang nyaring juga sangat mengganggu pengendara lain. Y. Cristanto menuturkan bahwa anaknya juga pernah melihat pengendara tersebut bahkan di depan polsek Colomadu. Hal inilah yang membuat Y. Cristanto sangat kesal.

Jenis perspektif yang disampaikan oleh Y. cristanto di atas tergolong dalam perspektif keluhan „kamu (you)‟. Perspektif „kamu (you)‟ tampak pada tuturan “Wah itu lho mas - mas yang lewat naik spm ngebut suara knalpot nyaring wah

hebat banget lo itu mudah-mudahan selamat di jalan tidak sekarat di jalan hebat hebat banget lo itu mudah-mudahan selamat di jalan tidak sekarat di jalan hebat

dalam nomina umum yaitu “mas-mas”. Bentuk tutu ran yang termasuk dalam perspektif mitra tutur „kamu (you)‟

dapat pula ditunjukkan pada data (23) berikut. (23) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Mustam di Weru yang menyampaikan keluhannya mengenai rusaknya Jalan Sigrojog hingga Karangwuni.

Bentuk Tuturan

Aspal Koyo Ampyang? Buat Pemborong /tender pengaspalan Jalan Sigrojog-Karangwuni Weru Sukoharjo. Kenapa baru 4 bulan pengerjaan jalannya dah mulai rusak lagi? Nek golek bathi jo akeh-akeh! Buat Joglosemar. Matur nuwun..

(RB/12 Januari 2012/110) Tuturan data (23) disampaikan oleh Mustam di Weru. Mustam menyampaikan keluhannya rusaknya Jalan Sigrojog-Karangwuni. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Mustam di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “Aspal Koyo Ampyang?”.

Tuturan keluhan yang disampaikan Mustam dilatarbelakangi oleh perasaan ketidakpuasan mengenai Jalan Sigrojog-Karangwuni yang rusak parah. Jalan Sogrojog hingga Karangwuni memang seringkali rusak, tetapi 4 bulan lalu DPU telah melakukan pembenahan agar jalan tersebut dapat digunakan kembali. Pembenahan yang dilakukan DPU memakai jasa tender/borongan dari pihak swasta. Pembenahan jalan yang baru 4 bulan tersebut ternyata tidak maksimal karena jalan sudah mulai rusak lagi. Oleh karena itu, Mustam curiga jika anggaran yang digunakan untuk memperbaiki jalan tidak digunakan sepenuhnya. Menurut Tuturan keluhan yang disampaikan Mustam dilatarbelakangi oleh perasaan ketidakpuasan mengenai Jalan Sigrojog-Karangwuni yang rusak parah. Jalan Sogrojog hingga Karangwuni memang seringkali rusak, tetapi 4 bulan lalu DPU telah melakukan pembenahan agar jalan tersebut dapat digunakan kembali. Pembenahan yang dilakukan DPU memakai jasa tender/borongan dari pihak swasta. Pembenahan jalan yang baru 4 bulan tersebut ternyata tidak maksimal karena jalan sudah mulai rusak lagi. Oleh karena itu, Mustam curiga jika anggaran yang digunakan untuk memperbaiki jalan tidak digunakan sepenuhnya. Menurut

Jenis perspektif yang disampaikan oleh Mustam di atas tergolong dalam perspektif keluhan „kamu (you)‟. Perspektif keluhan „kamu (you)‟ tampak pada

tuturan “Buat Pemborong /tender pengaspalan Jalan Sigrojog-Karangwuni Weru Sukoharjo ”. Mustam menyatakan mitranya sebagai penanggung jawab keluhan dengan menyebutkan dalam pronomina persona umum yaitu “Buat Pemborong/Tender”.

4. Perspektif Mitra Tutur Keadaan (It)

Penutur memilih menggunakan perspektif ‘it’ ini untuk lebih mengangkat

keadaan yang dikeluhkan dan menyembunyikan identitas agen yang bertanggung jawab atas keadaan yang tidak menyenangkan (Trosborg, 1995:325). Hal ini dapat dilihat pada data (24) berikut.

(24) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Dissukarno di Solo yang menyampaikan keluhannya tentang keadaan tiga ruang kelas di SDN Pucang Sawit no 119 yang hampir roboh.

Bentuk Tuturan

Ada ironi di kota Solo, kota Bengawan dengan gemerlap pembangunan disana-sini. Taman, beton-beton bangunan menjulang nyaris merata di sudut kota. Dibalik semua itu, ada ironi tentang kota ini adalah ihwal tiga ruang kelas SDN Pucang Sawit no 119 yang nyaris roboh.

(RKS/25 Januari 2012/18) Tuturan data (24) disampaikan oleh Dissukarno di Solo. Dissukarno

menyampaikan keluhannya mengenai kemegahan kota Solo dengan pembangunan dimana-mana, tetapi dibalik itu ada SDN Pucang Sawit no 119 dengan keadaan tiga ruang kelasnya yang hampir roboh. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Dissukarno di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak menyampaikan keluhannya mengenai kemegahan kota Solo dengan pembangunan dimana-mana, tetapi dibalik itu ada SDN Pucang Sawit no 119 dengan keadaan tiga ruang kelasnya yang hampir roboh. Jenis tindak tutur yang disampaikan oleh Dissukarno di atas tergolong ke dalam tindak tutur ekspresif „mengeluh‟. Tindak

nyaris roboh”. Tuturan keluhan yang disampaikan oleh Dissukarno dilatarbelakangi oleh

perasaan kecewa mengenai kondisi bangunan ruang kelas di SDN Pucang Sawit no 119. Keluhan Dissukarno ini dikarenakan kondisi kota Solo sekarang dengan pembangunannya di berbagai sektor dan wilayah tidak sebanding dengan kondisi ruang kelas di SDN Pucang Sawit yang hampir roboh. Pemerintah juga seakan tidak peduli dengan keadaan ini. Jika mereka peduli, seharusnya ruang kelas ini sudah dibenahi dan tidak akan nyaris roboh.

Jenis perspektif yang disampaikan oleh Dissukarno di atas tergolong dalam perspektif keluhan „keadaan (it)‟. Dissukarno memilih menggunakan perspektif ini untuk lebih mengangkat keadaan yang dikeluhkan dan menyembunyikan agen penanggung jawab keluhan. Semua tuturan yang terdapat dalam data (24) menunjukkan keadaan yang dikeluhkan dan termasuk dalam

perspektif mitra tutur „keadaan (it)‟. Bentuk tutu ran yang termasuk dalam perspektif mitra tutur „keadaan (it)‟

dapat pula ditunjukkan pada data (25) berikut. (25) Konteks Tuturan

Tuturan disampaikan oleh Luluk di Karanganyar yang menyampaikan keluhannya mengenai pembatas jalan di jalan raya Solo-Sragen tepatnya di sebelah selatan pom bensin Sroyo yang rusak.

Bentuk Tuturan

Kepada dinas terkait, mohon pembatas jalan di jalan raya Solo-Sragen tepatnya di sebelah selatan pom bensin Sroyo segera diperbaiki, karena sangat menggangu kenyamanan pengendara.

(RKS/7 Januari 2012/266) Tuturan data (25) disampaikan oleh Luluk di Karanganyar. Luluk (RKS/7 Januari 2012/266) Tuturan data (25) disampaikan oleh Luluk di Karanganyar. Luluk

„mengeluh‟. Tindak tutur ekspresif „mengeluh‟ tampak pada tuturan “karena sangat menggangu kenyamanan pe ngendara”.

Tuturan keluhan yang disampaikan Luluk dilatarbelakangi oleh perasaan tidaknyamannya mengenai pembatas jalan di Jalan Raya Solo-Sragen yang rusak. Jalan Raya Solo-Sragen merupakan jalan utama yang menghubungkan Solo dan Sragen. Jalan tersebut sangat ramai oleh pengendara yang melintas. Pembatas jalan sangat dibutuhkan oleh pengendara agar lalu lintas tetap nyaman dan teratur. Oleh karena itu, Luluk meminta dinas terkait untuk segera memperbaiki pembatas jalan tersebut.

Jenis perspektif yang disampaikan oleh Luluk di atas tergolong dalam perspektif keluhan „keadaan (it)‟. Perspektif keluhan „keadaan (it)‟ tampak pada

tuturan “kepada dinas terkait” Luluk memilih menggunakan perspektif ini untuk lebih mengangkat keadaan yang dikeluhkan dan menyembunyikan agen penanggung jawab keluhan dengan menggunakan “kepada dinas terkait”.

Tabel 1 Strategi Tindak Tutur Mengeluh

No. Strategi Tindak Tutur

Mengeluh

Nomor Data

Jumlah

1. Petunjuk (Hints)

1, 2, dan3.

3 data

2. Ekspresi kekesalan (Annoyance)

3. Konsekuensi yang menyakitkan (Ill consequences)

4. Tuduhan tidak langsung (Indirect)

6. Kesalahan yang disamarkan (Modified blame)

189. 190, 191, 192, 193, 194, 195, 199, 197, 198, 199, 200, 201, 202, 203, 204, 205, 206, 207, 208, 209, 210, 211, 212, 213, dan 214.

26 data

7. Menyalahkan secara eksplisit (sikap) (Explicit blame (behaviour))

73 data

245, 246, 247, 248, 249, 250, 251, 252, 253, 254, 255, 256, 257, 258, 259, 260, 261, 262, 263, 264, 265, 266, 267, 268, 269, 270, 271, 272, 273, 274, 275, 276, 277, 278, 279, 280, 281, 282, 283, 284, 285, 286, dan 287.

8. Menyalahkan secara eksplisit (orang) (Explicit blame (person))

288, 289, 290, 291, 292, 293, dan 294.

7 data

294 data.

Tabel 2 Perspektif Tindak Tutur Mengeluh

No. Perspektif Tindak Tutur Mengeluh

Nomor Data

Jumlah

1. Penutur Saya (I)

2. Penutur Kami (We)

8, 47, 48, 97, 98, 99, 191, 192, 193, 227, 228, dan 229.

12 data

3. Mitra tutur Kamu (You) 9, 10, 11, 36, 37, 49, 50, 51, 52,

14 data

168, 194, 195, 196, 197, 198, 199, 200, 201, 202, 203, 204, 205, 206, 207, 208, 209, 210, 230, 231, 232, 233, 234, 235, 236, 237, 238, 239, 240, 241, 242, 243, 244, 245, 246, 247, 248, 249, 250, 251, 252, 253, 254, 255, 256, 257, 258, 259, 260, 261, 262, 263, 264, 265, 266, 289, 290, 291, 292, 293, dan 294.

4. Mitra Tutur Keadaan (It)

73, 169, 170, 171, 172, 173, 174, 175, 176, 177, 178, 179, 180, 181, 182, 183, 184, 185, 186, 187, 188, 211, 212, 213, 214, 267, 268, 269, 270, 271, 272, 273, 274, 275, 276, 277, 278, 279, 280, 281, 282, 283, 284, 285, dan 286.

91 data

294 data.

Dokumen yang terkait

ANALISIS DAN PERANCANGAN TELECOMMUNICATION CABLING INFRASTRUCTURE DALAM RANCANGAN SUB DATA CENTER DI DISKOMINFO PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG MENGGUNAKAN STANDAR EN 50600 DAN METODE PPDIOO LIFE-CYCLE APPROACH ANALYSIS AND DESIGN OF TELECOMMUNICATION CABLIN

0 0 8

ANALISIS DAN PERANCANGAN SECURITY SYSTEM DALAM RANCANGAN BERDASARKAN STANDAR EN506002-5 DENGAN METODE PPDIOO LIFE- CYCLE APPROACH STUDI KASUS : DISKOMINFO PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG ANALYSIS AND DESIGN OF SECURITY SYSTEM IN DESIGN BASED ON EN506002-5 ST

0 0 8

ANALISIS DAN PERANCANGAN POWER DISTRIBUTION DALAM RANCANGAN SUB DATA CENTER DI DISKOMINFOKABUPATEN BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR EN 50600 DAN METODOLOGI PPDIOO LIFE-CYCLE APPROACH

1 1 10

ANALISIS DAN PERANCANGAN ENVIRONMENTAL CONTROL DATA CENTER DALAM RANCANGAN SUB DATA CENTER DI DISKOMINFO KABUPATEN BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN STANDAR EN 50600 DAN METODOLOGI PPDIOO LIFE-CYCLE APPROACH ENVIRONMENTAL CONTROL DATA CENTER ANALYSIS AND DESIGN

0 0 9

USULAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN JAMU DALAM KEMASAN MENGGUNAKAN VENDOR MANAGEMENT INVENTORY DENGAN MODEL CONSIGNMENT STOCK PADA KASUS SINGLE VENDOR MULTI RETAILER UNTUK MENGURANGI OVERSTOCK DI RITEL YANG MENJADI MITRA DARI PT XYZ INVENTORY POLICY FOR JAMU USIN

0 0 8

PERAN LEMBAGA JOGLO TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHATANI PADI ORGANIK SKRIPSI

0 3 94

POTENSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L.) BUDIDAYA SECARA ORGANIK DALAM SISTEM AGROFORESTRI Agus Priyanto H0708067 Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

0 0 45

LAPORAN TUGAS AKHIR TUGAS ASISTEN PRODUSER DALAM PEMBUATAN NASKAH PROGRAM ACARA BONITA SHOW DI PT TELEVISI SEMARANG INDONESIA ( TV BOROBUDUR )

0 2 76

EKSISTENSI WAYANG BEBER DALAM PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA JAWA DI PACITAN

1 2 67

SKRIPSI REPRESENTASI PLURALISME DALAM FILM ” ? ” (Studi Analisis Semiotika tentang Pluralisme dalam Film ” ? ”)

1 1 121