20 relatif terhadap pendapatan perusahaan, komponen kedua adalah
stabilitas dividen sepanjang waktu. Dengan mengasumsikan manajemen sudah memutuskan berapa banyak diinvestasi dan
memilih paduan utang-modalnya untuk mendanai investasi ini, keputusan untuk membayar dividen yang besar berarti secara
simultan memutuskan untuk menahan sedikit laba, jikalau ada; ini nantinya menghasilkan ketergantungan yang lebih besar pada
pendanaan modal eksternal. Sebaliknya, dengan investasi dan keputusan pendanaan perusahaan, pembayaran dividen yang kecil
akan berarti penahanan laba yang tinggi dengan lebih sedikit kebutuhan dana modal yang dihasilkan dari luar.
2.1.1.5.2 Teori Kebijakan Dividen
Ada beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli keuangan diantaranya:
1. Dividend Irrelevance Theory Teori ini menyatakan kebijakan dividen perusahaan tidak
memiliki pengaruh, baik terhadap perusahaan firm’s value maupun biaya modal cost of capital. Teori ini dikemukakan oleh Merton
Miller dan Franco Modigliani M-M. M-M menyatakan bahwa nilai dari suatu perusahaan tergantung hanya pada pendapatan yang
dihasilkan assetnya, bukan dengan bagaimana pendapat itu dibagikan menjadi dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi
21 nilai perusahaan. M-M membuktikan pendapatan secara matematis
dengan berbagai asumsi: 1. Tidak ada pajak pendapatan perorangan atau perusahaan
2. Tidak ada biaya emisi 3. Bahwa financial leverage tidak terpengaruh terhadap
biaya modal 4. Bahwa investor dan manajemen memiliki informasi yang
sama mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan datang
5. Bahwa pembagian pendapatan antara dividen dan laba ditahan cost of equity perusahaan
6. Bahwa anggaran modal perusahaan tidak tergantung pada kebijakan dividennya
Asumsi-asumsi diatas pada dunia nyata. Perusahaan dan investor membayar pajak pendapatan, perusahaan mengalami flotasi biaya,
manager sering kali mengetahui prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan investor. Investor membayar biaya
transaksi dapat menyebabkan biaya kepemilikan dipengaruhi oleh kebijakan dividennya. M-M menyatakan bahwa kebijakan teori
ekonomi didasarkan pada asumsi-asumsi sederhana dan bahwa validitas dan suatu teori harus diuji secara empiris, bukan dengan
merealisasikan asumsi-asumsinya. Kesimpulan dari teori yaitu tidak ada kebijakan dividen yang optimal
karena kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahan, suatu kebijakan dividen sama baiknya dengan kebijakan dividen lainnya.
22 2. Bird-in-the Hand Theory
Teori ini menyatakan nilai suatu perusahaan akan maksimal dengan rasio pembayaran dividen yang tinggi. Pendapat ini
dinyatakan oleh Myron Gordon dan Lintner yang diberi nama bird- in-the hand theory karena menurut mereka investor lebih merasa
aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen atau menunggu capital gain. Gordon dan Lintner beranggapan
bahwa investor memandang satu burung ditangan akan lebih berharga dari seribu burung diudara.
Kesimpulan dari teori ini adalah suatu perusahaan akan menetapkan rasio pembayaran dividen yang tinggi dan menawarkan
perolehan dividen yang tinggi untuk memaksimalkan harga sahamnya.
3. Tax Preference Theory Pertama harus disadari bahwa bagi investor yang dikenai pajak
pendapatan perorangan, pendapatan yang relevan baginya adalah pendapatan setelah pajak. Pendapat yang ketiga setelah pendapat
Mondigliani-Miller dan Gordon Lintner adalah pendapat dari kelompok para akademisi yang cenderung menyarankan bahwa
23 perusahaan sebaiknya menentukan dividend payout yang rendah atau
bahkan tidak membagikan dividen. Pendapat ketiga ini ternyata bertentangan dengan pendapat Gordon-Lintner sebelumnya.
Kesimpulan dari teori ini adalah investor lebih memilih laba ditahan daripada dengan dividen karena keuntungan dari pajak
capital gain. Teori ini menyarankan perusahaan harus menahan pembayaran dividennya pada tingkat yang rendah jika mereka ingin
memaksimalkan harga sahamnya.
2.1.1.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen