Shift register serial input paralel output (SIPO)
1. Shift register serial input paralel output (SIPO)
Shift register serial input paralel output dibentuk oleh IC 74164. Rangkaian ini mempunyai 1 serial input dan 8 data output paralel.
Gb.20.1 Shift register SIPO
Gb.20.2 Perubahan data serial ke data paralel
Setiap data PCM 8 bit yang diterima secara serial diterjemahkan ke dalam data biner paralel 8 bit. Data tersebut seterusnya diumpankan ke dalam rangkaian Digital to Analog Converter. Namun karena pulsa PCM tersebut sempit, karena diolah oleh rangkaian shift register, muncul masalah baru. Bahwa sinyal sekuensial dari PCM harus dipertahankan kondisinya selama satu perioda t2 agar bisa dibaca oleh rangkaian D/A Converter. Tanpa langkah Setiap data PCM 8 bit yang diterima secara serial diterjemahkan ke dalam data biner paralel 8 bit. Data tersebut seterusnya diumpankan ke dalam rangkaian Digital to Analog Converter. Namun karena pulsa PCM tersebut sempit, karena diolah oleh rangkaian shift register, muncul masalah baru. Bahwa sinyal sekuensial dari PCM harus dipertahankan kondisinya selama satu perioda t2 agar bisa dibaca oleh rangkaian D/A Converter. Tanpa langkah
kembali ke logik 0 pada akhir pulsa clock. Dengan demikian maka data-data kanal 1 dan kanal 2 yang tersusun secara
deret/ berurutan bisa dengan mudah dibaca oleh D/A Converter dan kemudian menghasilkan output yang berupa PAM yang mengandung informasi anaalog dari kanal 1 dan kanal 2.
Gambar 20.3 D-Flip flop
a. Digital to Analog Converter
Rangkaian Digital to Analog Converter berfungsi merubah data-data biner menjadi pulsa analog. Dalam hal;I ini D/A Converter dibangun dengan menggunakan IC DAC 0800 yang mempunyai input 8 bit data.
Gambar 20.4 Blok demodulator PAM
Gambar 20.5 Proses sinyal digital ke sinyal analog Setiap data dari setiap kanal akan diterjemahkan ke dalam amplitudo pulsa yang
sama dengan leevel amplitudo pulsa dari sumber pemancar PCM. Deretan-deretan pulsa yang berurutan antara kanal 1 dan 2 tersebut dinamakan sinyal PAM, namun masih mengandung informasi dari kanal 1 dan kanal 2.
c. PAM Demultiplexing
Untuk memisahkan pulsa amplitudo kanal 1 dan kanal 2 diperlukan rangkaian demultiplexer, namun perlu adanya sinkronisasi pen-saklaran antara multiplexer dan demultiplexer. Hal ini dimaksudkan agar pada saat multiplexer memancarkan pulsa kanal 1 , saat itu juga rangkaian demultiplexer sedang menerima pulsa kanal 1. Pulsa sinkronisasi dipakai untuk mereset rangkaian demultiplexer.
Gambar 20.6 Blok demodulator PCM
kanal 1
kanal 2
Gambar 20.7 De-multiplexing 2 kanal Switch control yang dipilih adalah untuk sistem demultiplexing, maka posisinya
adalah
A = aktif,B = off , C = off
d. Low Pass Filter
Bentuk pulsa amplitudo pada output demultiplexing masih berupa pulsa -pulsa. Untuk mengembalikan bentuk pulsa ke bentuk sinyal analog, perlu adanya rangkaian Low Pass Filter 3,45 kHz pada ke dua kanal tersebut.
Gambar 20.8 Blok demodulator PCM 2 kanal
Gambar 20.9 Low pass filter 3,4 kHz
e. Regenerative Repeater
Kkeuntungan dari PCM adalah proses digital yang terhindar dari cacad noise. Dalam prosses reproduksi sinyal, hal ini sangat memudahkan, karena PCM hanya mengolah data 1 atau 0. Memang pada kenyataannya terjadi pelemahan dan perubahan bentuk sinyal,namun sinyal yang lemah dan berubah bentuk tersebut bisa diatasi dengan regenerative Repeater.
Gambar 20.10 Proses regenerasi RMS sinyal terhadap kuantisasi merupakan suatu perbandingan pada dinamis
range A/D Converter sesuai dengan persamaan tersebut di bawah:
SNR 1 , 8 6 . n
di mana
SNR = signal noise ratio
= jumlah bit A/D converter
f. Voice compressor
Kesalahan pada reproduksi yang dihasilkan akibat adanya kesalahan kuantisasi ( quantizing error) yang besarnya tergantung dari jumlah bit dari A/D converter. Pada A/D convereter 8 bit memiliki dinamis range 20 x log 256 = 48 dB. Permasalahan ini bisa diatasi dengan sistem kompresi (penindasan) sinyal.
Gambar 20.11 Kompresi sinyal
Singnal to quantizing noise ratio ditunjukkan pada tabel seperti di bawah ini: Tabel 7.1 Signal to quantizing Noise ratio