Faktor Eksternal yang Memengaruhi Pembentukan Identitas pada Negara
Faktor Eksternal yang Memengaruhi Pembentukan Identitas pada Negara
Jika sebelumnya telah dibahas mengenai faktor-faktor internal yang dapat memengaruhi pembentukan identitas pada suatu negara, dalam bagian ini akan dijelaskan bahwa pada dasarnya pembentukan identitas ini juga dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor eksternal di mana identitas tersebut diproyeksikan dan dipersepsikan oleh aktor lainnya. Dalam pembahasan sebelumnya disebutkan bahwa negara membentuk identitasnya karena adanya dorongan dari dalam negaranya, seperti usaha menjawab pertanyaan akan “ Who am I ” melalui pemahaman bersama ( sha red understanding ) mengenai siapa mereka sebenarnya, serta melalui kebutuhan negara tersebut untuk membedakan dirinya dengan aktor lainnya.
Sebelumnya telah disebutkan pula mengenai bagaimana identitas negara tersebut terefleksikan dalam kebijakan-kebijakannya, termasuk salah satunya melalui kebijakan luar negeri. Namun demikian, merujuk kembali pada apa yang disebutkan oleh Zalewski dan Enloe bahwa dalam usahanya menjawab pertanyaan mengenai siapa dirinya sebenarnya, terjadi juga proses di mana pihak-pihak lainnya berusaha memengaruhi jawaban akan pertanyaan tersebut dengan tarik-
menarik antar satu sama lain. 72 Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya identitas negara tidak hanya ditentukan dan dipengaruhi oleh bagaimana negara
tersebut berusaha mengkonstruksi identitasnya dengan merujuk pada dimensi internal dari negara tersebut, tetapi nyatanya terdapat pihak-pihak lainnya yang dapat memengaruhi pembentukan identitas tersebut. Pada konteks negara sebagai aktor dalam hubungan internasional, maka bagian ini akan menjelaskan bagaimana arena internasional dapat memengaruhi pembentukan identitas suatu negara.
Dalam kaitannya dengan arena internasional, pembentukan identitas suatu negara dipengaruhi oleh interaksi yang terjalin antara negara tersebut dengan aktor-aktor lainnya. Hal ini disebutkan oleh Jonathan Mercer. Mercer mengemukakan bahwa negara sebelum adanya interaksi tidak memiliki identitas,
72 Zalewski dan Enloe, Questio s a out Ide tit , 72 Zalewski dan Enloe, Questio s a out Ide tit ,
tersebut, Mercer mengaitkan identitas negara dengan keanarkian struktur internasional. Menurut Mercer, karena dalam kajian Ilmu Hubungan Internasional sudah terdapat asumsi bahwa struktur internasional bersifat anarki, maka seringkali identitas suatu negara dianggap sebagai sesuatu yang given dan
mengacu pada asumsi anarki semata. 74 Namun demikian, dalam tulisan tersebut, Mercer melihat bahwa tidak seharusnya negara dengan otomatis disematkan
dengan sifat-sifat yang diasosiasikan dengan asumsi anarki tersebut, misalnya mengenai pemahaman akan sifat negara yang egois.
Menurut Mercer, pengasumsian negara sebagai identitas yang egois dianggap tidak berguna dan tidak sepenuhnya akurat, mengingat identitas
dibentuk dan bukan diberikan. 75 Mercer juga mengutip Wendt yang menyebutkan bahwa, karena interaksi memengaruhi pembentukan identitas, maka tidak ada
alasan untuk menerima asumsi bahwa sifat alamiah negara adalah self-interested dan defensif. 76 Asumsi yang muncul ini seolah berusaha menanamkan bahwa
setiap negara merupakan aktor yang self-interested , padahal asumsi ini belum mempertimbangkan aspek bagaimana interaksi yang terjalin antara negara tersebut dengan aktor-aktor lainnya dalam dunia internasional.
Proses bagi Mercer merupakan hal yang penting, dan bukan semata-mata asumsi akan struktur internasional yang memengaruhi. Dengan demikian, dengan pemahaman bahwa proses interaksilah yang memengaruhi bagaimana identitas terbentuk, negara dimungkinkan untuk menciptakan identitas yang tidak egois. Serta, interaksi yang terjalin pun membuat negara menjadi lebih memahami negara atau aktor lainnya sehingga negara dapat memprediksi perilaku negara atau
aktor lainnya tersebut. 77 Apa yang dikemukakan oleh Mercer ini menunjukkan bahwa interaksi yang dilakukan oleh negara nyatanya membantu negara untuk
dapat mengidentifikasi siapa dirinya. Interaksi yang terjalin pun membuat negara
73 Jo atha Me e , A a h a d Ide tit , International Organization, 49, 2, 1995, 235. 74 Ibid. 75 Ibid., 233. 76 Ibid., 235. 77 Ibid., 236.
menjadi memahami mengenai bagaimana aktor lainnya memperlakukan negara tersebut sehingga hal tersebut pada akhirnya memengaruhi pembentukan identitas.
Senada dengan Mercer, Maja Zehfuss juga merupakan salah satu tokoh yang juga mempercayai pentingnya interaksi dalam pembentukan identitas. Bagi Zehfuss, identitas aktor tidak diberikan ( given ), tetapi dikembangkan dan dijaga
ataupun diubah melalui interaksi. 78 Interaksi yang dilakukan oleh negara dalam dimensi eksternalnya menjadi wadah bagi negara untuk dapat mengejawantahkan
identitas yang telah dibentuk dalam dimensi internalnya terlebih dahulu. Negara memproyeksikan identitas melalui interaksi yang dilakukannya dengan aktor- aktor lain. Namun demikian, dari pernyataan Zehfuss dapat dipahami bahwa interaksi tidak hanya menjaga identitas yang telah dibentuk oleh suatu negara,
tetapi identitas juga dapat berubah melalui interaksi. 79 Dengan demikian, dapat dipahami bahwa interaksi merupakan faktor dalam dimensi eksternal yang dapat
memengaruhi identitas. Pernyataan Mercer dan Zehfuss tersebut diperkuat juga oleh pernyataan
Joanna Tidy. Identitas negara yang merupakan identitas kolektif dilihat oleh Tidy sebagai hal yang tidak terlepas dari interaksinya dengan aktor lain. Dalam berinteraksi, negara melakukan sosialisasi di dalamnya. Proses sosialisasi di antara negara tersebut melibatkan identitasnya dan sebagai timbal balik, struktur ini membentuk aktor dengan mendefinisikan tujuan dan perannya di sistem
internasional dan kemudian membentuk identitasnya. 80 Dengan demikian, identitas terbentuk dalam hubungannya dengan aktor lainnya, dan muncul dari
interaksinya dengan aktor lainnya. Dalam konteks negara, identitas muncul dari interaksi dan partisipasi aktor dalam konteks institusional, tidak hanya dalam level
domestik, tetapi juga dalam level internasional. 81 Pernyataan Tidy ini memperkuat pendapat mengenai pentingnya interaksi dan partisipasi aktor dalam dimensi
eksternal dari suatu negara. Tidy dengan pernyataannya tersebut juga menjelaskan
78 Maja )ehfuss, Co st u ti is a d Ide tit : A Da ge ous Liaiso , European Journal of International Relations, 7, 3, 2001, 317-318.
79 Ibid., 319. 80 Joa a Tid , The “o ial Co st u tio of Ide tit : Is aeli Fo eig Poli a d the
6 Wa i
Le a o , School of Sociology, Politics, and International Studies, University of Bristol Working Paper, 05-08, 2008, 16.
81 Ibid.
bahwa interaksi serta hubungan antara aktor dengan aktor lainnya membentuk struktur yang pada akhirnya dapat memengaruhi pembentukan identitas negara.
Jika sebelumnya telah disebutkan mengenai bagaimana Alexandrov menjelaskan tentang faktor internal dalam identitas negara, dalam bagian ini juga akan dijelaskan mengenai pendapat Alexandrov terkait faktor eksternal dari identitas negara. Berbeda dengan faktor internal yang mengacu pada keterwakilan dan pemahaman di dalam negeri, dalam hal ini dimensi eksternal mengacu pada keterwakilan dan pemahaman mengenai negara tersebut dari sudut pandang kaum
elit dan publik di negara lain. 82 Dari kalimat tersebut dapat dipahami bahwa dimensi eksternal lebih menjelaskan mengenai bagaimana representasi negara
tersebut dilihat oleh pihak eksternal dari negara tersebut yang dalam hal ini adalah masyarakat, publik, dan kaum elit dari negara lain dalam lingkup dunia internasional. Hal ini mengindikasikan bahwa bagaimanapun negara telah membentuk identitasnya, negara tidak bisa sepenuhnya yakin bahwa identitas itu akan tersampaikan pada aktor lainnya karena pada dasarnya dalam dunia internasional yang terpenting adalah bagaimana identitas tersebut dianggap mewakili negara tersebut dan pada akhirnya dipahami oleh masyarakat negara lain.
Sehubungan dengan hal ini, Alexandrov juga menambahkan bahwa secara umum, representasi domestik secara mayoritas bersifat positif, sedangkan yang
internasional dapat bersifat positif maupun negatif. 83 Hal ini dikarenakan negara berusaha membentuk representasi identitasnya sebaik mungkin, sedangkan sifat
identitas bisa negatif maupun positif karena identitas ini bergantung pada bagaimana negara atau aktor lainnya melihat identitas negara tersebut melalui perilaku dan bagaimana interaksi yang terjalin. Dengan demikian, dalam faktor eksternal ini ditekankan bagaimana pada dasarnya interaksi serta hubungan antar negara memiliki peran besar dalam pemahaman akan representasi suatu negara oleh negara lain sehingga dapat memengaruhi identitasnya.
Dalam kaitannya dengan faktor eksternal ini, faktor lainnya yang dapat memengaruhi pembentukan identitas pada negara dalam hubungan internasional
82 Alexandrov, The Co ept of “tate Ide tit , 39. 83 Ibid.
adalah eksistensi dari ide serta nilai yang disebut sebagai model budaya dan norma global yang diikuti oleh kebanyakan negara di dunia sehingga memengaruhi apa yang berusaha dicapai dan identitas yang berusaha dibentuk oleh negara-negara di dunia. Merujuk kembali pada Checkel yang mengemukakan tentang bagaimana norma dapat membentuk identitas pada negara, menyebutkan pula bahwa pada dasarnya negara sebagai agen dalam membentuk identitasnya juga dipengaruhi oleh adanya norma global yang eksistensinya dapat
memengaruhi dinamika struktur internasional. 84 Pernyataan ini mengindikasikan bahwa dalam level internasional dan global, terdapat norma-norma serta budaya-
budaya tertentu yang dipercayai dan diakui secara global sehingga mendorong negara-negara di dunia untuk dapat menyesuaikan diri dengan model global tersebut.
Signifikansi dari budaya dan norma global dalam pembentukan identitas pada negara juga dikemukakan oleh John W. Meyer et. al. Meyer dan penulis lainnya ini menyebutkan bahwa identitas negara yang terbentuk dalam sistem dan struktur internasional saat ini merupakan produk turunan yang dikonstruksikan
dari model budaya dunia. 85 Meyer et. al . melihat bahwa bagaimana negara dan identitasnya terbentuk sangat dipengaruhi oleh apa yang menjadi kultur dan
norma secara global, sehingga negara berusaha agar dapat menyesuaikan dengan model kultur dan norma tersebut. 86 Lebih lanjut lagi, model yang berlaku dan
meliputi lingkup global ini mendefinisikan dan melegitimasi agenda untuk tindakan negara secara lokal atau domestik, serta membentuk struktur dan
kebijakan dari negara baik secara domestik maupun internasional. 87 Hal ini menunjukkan bahwa terdapat model global tertentu yang dianggap baik secara
universal sehingga dapat memengaruhi pembentukan identitas pada negara dan tujuannya. Hal ini dikarenakan, model yang terdiri dari budaya dan norma global ini menanamkan pemahaman akan adanya nilai-nilai universal tertentu yang
84 Che kel, The Co st u ti ist Tu ,
85 John W. Meyer, et. al., "World Society and the Nation-State", American Journal of Sociology, 103, 1, 1997, 144.
86 Ibid. 87 Ibid., 145.
menjadi pedoman bagi negara terkait bagaimana negara tersebut ingin membentuk identitasnya.
Argumen Meyer et. al . ini didasarkan pada realita yang menunjukkan bagaimana pada dasarnya negara-negara di dunia cenderung berusaha mencapai tujuan yang sama dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang dianggap universal secara serupa pula. Meyer et. al. melihat bahwa negara dan identitasnya dalam sistem internasional ini secara struktural cenderung serupa dalam berbagai macam dimensi, dan bahkan berubah serta berkembang juga dalam cara-cara yang
serupa. 88 Negara-negara di dunia dalam membentuk identitasnya berusaha mengikuti dan mengimplementasikan budaya dan norma global yang merupakan
konformitas universal, sehingga pada akhirnya identitas-identitas pada negara di dunia cenderung memiliki bentuk yang seragam. Hal ini menunjukkan bahwa dalam level internasional terdapat budaya dan norma global yang berusaha dicapai oleh negara dan pada akhirnya akan mendorong adanya keseragaman bentuk identitas pada negara.
Hal yang serupa juga ditekankan oleh Martha Finnemore dalam tulisannya yang berjudul “ Norms, culture, and world politics: insights from sociology's institutionalism ”. Dalam tulisannya tersebut, Finnemore mengemukakan bahwa terdapat aturan-aturan budaya dunia yang membentuk aktor, termasuk negara dalam mendefinisikan identitas, dan tujuan yang terlegitimasi, logis, dan berusaha
dicapainya. 89 Sejalan dengan Meyer et. al ., budaya dan norma dunia ini bagi Finnemore juga memproduksi keserupaan dalam pengaturan dan perilaku dari
negara-negara di dunia. 90 Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dalam tingkat dan lingkup internasional, terdapat budaya dan norma yang dipercayai secara
global sebagai apa yang seharusnya dimiliki oleh tiap aktor sehingga pada akhirnya memengaruhi pembentukan identitas serta tujuan yang ingin dicapai oleh negara. Budaya dan norma global ini menjadi model yang membuat aktor, termasuk negara, berusaha menyesuaikan diri dan pada akhirnya menunjukkan bahwa adanya efek homogenisasi yang muncul dari eksistensi model budaya dan
88 Ibid. 89 Ma tha Fi e o e, No s, ultu e, a d o ld politi s: i sights f o so iolog s i stitutio alis , International Organization, 50, 2, 1996, 325-326.
90 Ibid., 326.
norma global ini. Penetapan model budaya dan norma global ini dengan demikian, tidak terlepas dari unsur power dalam politik internasional. Bagaimana sebuah budaya dan norma dapat dijadikan model secara global membutuhkan agen yang memiliki kapabilitas power yang cukup besar dalam hubungan internasional. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat peran hegemon atau aktor dengan power yang cukup besar yang pada akhirnya dapat mengkonstruksikan pemahaman mengenai budaya dan norma ideal yang menjadi panutan bagi seluruh negara di dunia, seperti misalnya demokrasi, penjunjungan tinggi terhadap Hak Asasi Manusia, dan lain sebagainya.
Selain hal-hal yang telah disebutkan sebagai faktor eksternal yang memengaruhi pembentukan identitas pada negara dalam hubungan internasional, Zalewski dan Enloe, yang sebelumnya menyebutkan bahwa pembentukan identitas didorong oleh keinginan aktor untuk dapat menjawab dan mengetahui siapa dirinya (“ Who am I ”), juga menjelaskan bahwa pihak lainnya atau „others‟ memiliki andil dalam proses konstruksi identitas suatu negara. „Others‟ dalam hal
ini adalah pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam membuat kategori sosial tertentu dan mencoba membuat aktor tersebut berusaha menyesuaikan diri dengan
identitas yang dibentuknya. 91 Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa aktor-aktor lain dalam arena internasional seringkali mengkonstruksi identitas aktor lain
dengan maksud tertentu hingga negara yang bersangkutan ikut pula berperilaku sesuai dengan identitas yang terkonstruksi tersebut.
Tidak hanya itu, Zalewski dan Enloe juga mengelaborasi mengenai pentingnya unsur „others‟ dalam memengaruhi identitas negara dengan
mengkaitkannya dengan ancaman yang muncul dari aktor lain dalam hubungan internasional. Zalewski dan Enloe melihat bahwa ada atau tidaknya ancaman dapat menjadi salah satu latar belakang kebutuhan aktor untuk mengklaim serta
menjaga eksistensi identitasnya. 92 Ancaman eksternal yang ditujukan pada negara tertentu nyatanya menjadi salah satu alasan yang mendorong negara untuk
membentuk identitasnya. Negara berusaha melakukan pertahanan diri dari ancaman dengan membentuk, mengklaim, dan mengkonsruksi pemahaman akan
91 Zalewski dan Enloe, Questio s a out Ide tit , 282. 92 Ibid., 286.
identitasnya kepada dunia internasional. Konstruksi dan klaim yang dilaksanakan oleh negara ini diupayakan mampu menghindarkan negaranya dari ancaman pihak
„others‟ yang dapat membahayakan keberlangsungan negara tersebut. Pernyataan yang dikemukakan oleh Zalewski dan Enloe ini memperkaya pembahasan mengenai dimensi eksternal dalam pembentukan identitas negara. Penekanan
terhadap unsur „others‟ yang dilakukan oleh kedua penulis nyatanya menjelaskan bahwa negara pada dasarnya merupakan aktor sosial yang sangat bergantung pada eksistensi, perilaku, serta persepsi dari aktor lainnya terhadap identitas negara tersebut.
Terkait dengan eksistensi aktor lain sebagai „others‟ ini seperti yang dikemukakan oleh Zalewski dan Enloe, Wendt juga mengemukakan mengenai identitas sosial sebagai lawan dari identitas korporasi yang sebelumnya telah dijelaskan di bagian faktor-faktor internal. Identitas sosial yang dimaksud oleh Wendt ini adalah seperangkat makna yang disematkan oleh aktor pada dirinya sendiri dengan juga mempertimbangkan perspektif aktor lainnya sebagai objek
sosial. 93 Hal ini menunjukkan bahwa pembentukan identitas suatu negara juga dipengaruhi oleh bagaimana negara melihat aktor lain mempersepsikan
negaranya, serta dapat dipahami juga bahwa aktor negara dapat memiliki beberapa identitas sosial yang bervariasi tergantung dalam aspek apa dan oleh siapa identitas tersebut dilihat atau dipersepsikan.
Wendt lebih lanjut mengemukakan bahwa identitas sosial ini juga dipengaruhi oleh struktur, dan yang utama adalah seberapa jauh struktur sosial
mempenetrasikan konsepsi akan „self‟ dari negara tersebut. 94 Struktur dalam hal ini merujuk pada sistem serta pola yang terbentuk dalam lingkup internasional
akibat adanya interaksi yang terjalin secara terus menerus dan dilengkapi dengan nilai serta ide yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, maka pada akhirnya penetrasi oleh struktur tersebut akan memengaruhi pembentukan identitas serta kepentingan dari negara tersebut. Identitas sosial serta kepentingan dari suatu aktor negara akan selalu terbentuk dan terjaga dalam konteks interaksi yang terjalin secara terus menerus sehingga identitas serta kepentingan tersebut
93 Wendt, Colle ti e Ide tit Fo atio , 385-386. 94 Ibid., 386.
seringkali diihat relatif stabil. Apa yang dikemukakan oleh Wendt ini menunjukkan bahwa dirinya mempercayai ide bagaimana identitas dan kepentingan negara tidak diberikan semata-mata namun merupakan hasil konstruksi timbal balik yang dilakukan oleh aktor negara tersebut serta bagaimana hal itu dipengaruhi oleh struktur internasional dan interaksinya dengan negara lain.
Dari pembahasan ini dapat dilihat bagaimana berbagai literatur menekankan interaksi serta eksistensi dari aktor lain dalam lingkup eksternal memengaruhi pembentukan identitas negara. Interaksi yang terjadi antar aktor dalam dunia internasional tersebut pada akhirnya membentuk dan memproduksi struktur internasional yang menjadi wadah serta arena di mana interaksi tersebut terjadi. Struktur internasional yang terbentuk ini mengandung karakter-karakter yang pada dasarnya muncul dan dibentuk oleh aktor yang berinteraksi. Namun demikian, hubungan antara aktor dan struktur ini dapat dipahami sebagai hubungan yang saling memengaruhi antar satu sama lain dan hubungan tersebut terus terjalin secara terus menerus. Dalam kaitannya dengan identitas negara sebagai aktor dalam hubungan internasional, Brent J. Steele juga menyebutkan bahwa struktur tidak hanya dihasilkan oleh aktor dan identitasnya, tetapi struktur
juga membentuk aktor dan identitasnya tersebut. 95 Hal ini menunjukkan bagaimana struktur internasional dapat memengaruhi pembentukan identitas dari
suatu negara, namun identitas negara yang terproyeksi dalam dimensi internasional (eksternal) juga memengaruhi karakter dari struktur internasional tersebut.
Steele juga menambahkan mengenai order atau tatanan dunia. Dalam tulisannya tersebut disebutkan bahwa pengaturan sosial jenis apapun, termasuk identitas negara, dibentuk dengan tujuan untuk dapat membentuk tatanan yang tertib dan teratur serta mematuhi peraturan order . Namun demikian, Steele melihat bahwa pada dasarnya order atau tatanan dunia juga merupakan karakter konstitutif dari setiap pengaturan sosial tersebut, yang dalam hal ini adalah
identitas negara. 96 Tatanan dalam hal ini dipahami memiliki sifat serta karakter
95 Steele, Ontological Security in International Relations, 29. 96 Ibid., 28.
yang sama dengan struktur internasional yang pada dasarnya memiliki hubungan yang saling memengaruhi dengan identitas negara. Tatanan dunia yang di dalamnya berisi norma serta seperangkat peraturan yang mengatur landasan- landasan bagi aktor dalam hubungan internasional untuk berperilaku dan berinteraksi antara satu sama lain membantu memberikan pedoman bagi negara dalam membentuk identitasnya sehingga pada akhirnya identitas-identitas yang terbentuk tersebut dapat membentuk tatanan yang mendukung situasi internasional yang tertib serta teratur.
Poin terkait struktur internasional dan tatanan dunia juga dikemukakan oleh Patricia M. Goff dan Kevin C. Dunn. Keduanya menyebutkan bahwa kondisi perpolitikan global yang terjadi dalam struktur internasional juga memengaruhi pembentukan identitas. Hubungan internasional tentunya diwarnai dengan perubahan peristiwa politik yang lingkupnya global atau internasional. Perubahan serta perkembangan peristiwa politik yang terjadi ini juga nyatanya memiliki
peran dalam perkembangan maupun perubahan identitas bagi setiap negara. 97 Hal ini dikarenakan aktor membentuk identitasnya bergantung pada konteks kondisi
politik yang sedang berlangsung saat itu. Kondisi politik internasional memengaruhi perilaku aktor negara dan dengan demikian hal tersebut juga pada akhirnya memengaruhi atau bahkan mengubah persepsi akan identitas aktor tersebut. Dengan demikian peristiwa politik yang terjadi dan memiliki efek dalam hubungan internasional secara umum dapat memengaruhi bagaimana negara berusaha memproyeksikan identitasnya. Sehingga, pergeseran maupun perubahan identitas suatu negara pun bukan menjadi hal yang mustahil untuk terjadi.
Pemaparan terkait faktor eksternal ini dengan demikian menjelaskan bahwa pada dasarnya identitas suatu negara tidak hanya dibentuk dan dikonstruksikan dari dalam negara, tetapi juga di luar negara. Hal ini juga dikarenakan identitas negara tidak hanya diproyeksikan dalam lingkup domestik, tetapi juga di level internasional yang di dalamnya mengandung hubungan dan interaksi antar aktor yang membentuk struktur serta tatanan global. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa pada dasarnya pembentukan identitas dikontestasikan
97 Goff dan Dunn, Co lusio , 239.
dalam arena internasional dan kontestasi yang terjadi ini juga memengaruhi sifat serta karakter dari identitas tersebut. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa negara membentuk identitasnya sendiri, namun demikian nyatanya mengingat identitas tersebut juga diproyeksikan dalam lingkup eksternal, maka identitas tersebut juga bergantung pada bagaimana aktor lainnya dipahami dan dilihat oleh aktor lainnya. Sehingga, seberapapun kuatnya negara dalam membentuk identitasnya, hal tersebut hanya akan menghasilkan identitas yang kualitasnya subjektif jika tidak dapat dipahami oleh aktor lainnya. Identitas dapat pada akhirnya memiliki kualitas intersubjektif ketika negara memproyeksikan identitas hingga terdapat makna serta pemahaman yang dimiliki oleh aktor-aktor lainnya.
Faktor eksternal dalam pemaparan ini merujuk pada bagaimana dunia internasional dan apa yang terjadi di dalamnya dapat memengaruhi pembentukan identitas negara. Dalam bagian ini dapat dipahami bahwa interaksi, budaya dan norma global, eksistensi aktor lain, struktur, serta tatanan global memiliki peran dalam memengaruhi identitas negara yang terbentuk. Seperti yang telah disebutkan pada bagian awal, bahwa negara merupakan aktor utama dalam hubungan internasional, maka bagaimana negara berinteraksi dalam suatu struktur internasional dalam konteks tertentu dapat menyebabkan perubahan atau pergeseran identitas. Identitas berkembang seiring berjalannya waktu, dan demikian pula dengan struktur maupun tatanan global. Berkembangnya zaman ini juga mengandung beberapa perubahan peristiwa politik level global yang dapat memengaruhi perilaku negara. Perilaku negara yang berubah ini dapat memunculkan persepsi tertentu mengenai negara tersebut oleh aktor ataupun negara lainnya. Perilaku negara umumnya dapat terlihat dari kebijakan luar negeri negara tersebut, dan perumusan atau penyusunan kebijakan luar negeri tersebut pada dasarnya bergantung pada konteks situasi politik yang tengah berlangsung saat itu. Namun demikian, terdapat pula faktor budaya dan norma global yang berlaku secara universal yang secara tidak langsung mendorong negara untuk membentuk identitasnya secara cenderung seragam dengan identitas-identitas lainnya. Dengan demikian, secara eksternal, terdapat berbagai macam faktor yang pada dasarnya saling tarik menarik sehingga memengaruhi dinamika pembentukan dan perkembangan pembentukan identitas. Penjelasan pada bagian Faktor eksternal dalam pemaparan ini merujuk pada bagaimana dunia internasional dan apa yang terjadi di dalamnya dapat memengaruhi pembentukan identitas negara. Dalam bagian ini dapat dipahami bahwa interaksi, budaya dan norma global, eksistensi aktor lain, struktur, serta tatanan global memiliki peran dalam memengaruhi identitas negara yang terbentuk. Seperti yang telah disebutkan pada bagian awal, bahwa negara merupakan aktor utama dalam hubungan internasional, maka bagaimana negara berinteraksi dalam suatu struktur internasional dalam konteks tertentu dapat menyebabkan perubahan atau pergeseran identitas. Identitas berkembang seiring berjalannya waktu, dan demikian pula dengan struktur maupun tatanan global. Berkembangnya zaman ini juga mengandung beberapa perubahan peristiwa politik level global yang dapat memengaruhi perilaku negara. Perilaku negara yang berubah ini dapat memunculkan persepsi tertentu mengenai negara tersebut oleh aktor ataupun negara lainnya. Perilaku negara umumnya dapat terlihat dari kebijakan luar negeri negara tersebut, dan perumusan atau penyusunan kebijakan luar negeri tersebut pada dasarnya bergantung pada konteks situasi politik yang tengah berlangsung saat itu. Namun demikian, terdapat pula faktor budaya dan norma global yang berlaku secara universal yang secara tidak langsung mendorong negara untuk membentuk identitasnya secara cenderung seragam dengan identitas-identitas lainnya. Dengan demikian, secara eksternal, terdapat berbagai macam faktor yang pada dasarnya saling tarik menarik sehingga memengaruhi dinamika pembentukan dan perkembangan pembentukan identitas. Penjelasan pada bagian