Istilah dan Pengertian Gadai

B. Istilah dan Pengertian Gadai

Istilah gadai berasal dari terjemahan kata pand (bahasa Belanda) atau pledge atau pawn (bahasa Inggris). Pengertian gadai tercantum dalam Pasal 1150 KUH Perdata dan Artikel 1196 vv, titel 19 Buku III NBW (Salim HS, 2014 : 33).

Menurut Ketentuan Pasal 1150 KUH Perdata, memberikan pengertian gadai adalah ;

“Hak yang diperoleh kreditur atas suatu benda bergerak yang diserahkan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas namanya, untuk menjamin suatu utang, dan yang memberikan kekuasaan kepada kreditur untuk mendapat pelunasan dari benda tersebut lebih dulu dari pada kreditur lainnya, kecuali

biaya untuk melelang benda tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk pemeliharaan setelah benda itu digadaikan, biaya-biaya mana harus di dahulukan”.

Dari pengertian gadai yang terdapat pada Pasal 1150 KUH Perdata, jadi gadai (pand) adalah suatu hak kebendaan atas suatu benda bergerak kepunyaan orang lain, yang semata-mata diciptakan dengan menyerahkan benda tersebut, bertujuan untuk menjamin pelunasan suatu utang (Surini Ahlan Sjarif, 1984 : 17).

Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 /POJK.05/2016 Tentang Usaha Pergadaian, memberikan pengertian gadai adalah suatu hak yang diperoleh Perusahaan Pergadaian atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh nasabah atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas pinjamannya, dan yang memberi wewenang kepada Perusahaan Pergadaian untuk mengambil pelunasan pinjaman dari barang itu dengan mendahului Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31 /POJK.05/2016 Tentang Usaha Pergadaian, memberikan pengertian gadai adalah suatu hak yang diperoleh Perusahaan Pergadaian atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh nasabah atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas pinjamannya, dan yang memberi wewenang kepada Perusahaan Pergadaian untuk mengambil pelunasan pinjaman dari barang itu dengan mendahului

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, memberikan pengertian gadai adalah pinjam meminjam uang dengan menyerahkan barang dan dengan batas waktu (bila telah sampai waktunya tidak ditebus, barang itu

menjadi hak orang yang memberi pinjaman) (W.J.S. Poerwadarminta, 1984 : 286).

Berdasarkan pada pengertian gadai di atas, dapat diuraikan unsur-unsur yang terdapat dalam gadai sebagai berikut:

1) Hak yang diperoleh kreditur atas benda bergerak;

2) Benda bergerak itu diserahkan oleh debitur kepada kreditur;

3) Penyerahan benda tersebut untuk jaminan utang;

4) Hak kreditur itu adalah pelunasan piutangnya dengan kekuasaan melelang benda jaminan apabila debitur wanprestasi;

5) Pelunasan tersebut didahulukan dari kreditur-kreditur lain; dan

6) Biaya-biaya lelang dan pemeliharaan benda jaminan dilunasi lebih dulu dari hasil lelang sebelum pelunasan utang (Abdulkadir Muhammad, 2014 : 171-172).

Sebagai hak kebendaan atas benda jaminan, gadai mempunyai sifat-sifat khusus, yaitu sebagai berikut:

1) Gadai bersifat asesor (accessoir) Artinya, sebagai pelengkap dari perjanjian pokok, yaitu utang piutang. Adanya gadai tergantung pada adanya perjanjian pokok utang-piutang. Tanpa perjanjian pokok utang piutang tidak ada gadai.

2) Gadai bersifat jaminan utang Dimana benda jaminan harus dikuasai dan disimpan oleh kreditur.

3) Gadai bersifat tidak dapat dibagi Artinya, sebagian gadai tidak hapus dengan pembayaran sebagian utang debitur. Hal ini ditentukan dalam Pasal 1160 ayat 1 KUH Perdata yang menyatakan:

“Gadai itu tidak dapat dibagi-bagi, meskipun utang itu dapat dibagi antara para ahli waris debitur atau para ahli waris kreditur. Ahli waris debitur yang telah membayar bagiannya

tidak dapat menuntut kembali bagiannya dalam barang gadai itu, sebelum utang itu dilunasi sepenuhnya. Di lain pihak, ahli waris kreditur yang telah menerima bagiannya dan piutang itu, tidak boleh mengembalikan barang gadai itu atas kerugian sesama ahli warisnya yang belum menerima pembayaran” (Abdulkadir Muhammad, 2014 : 172).