Hak dan Kewajiban Pemberi dan Penerima Gadai

G. Hak dan Kewajiban Pemberi dan Penerima Gadai

Setelah terjadinya hubungan hukum (perjanjian gadai) antara pemberi dan penerima gadai, maka akibat hukum nya adalah lahirlah hak dan kewajiban dari masing-masing pihak.

Hak penerima gadai dapat dilihat pada Pasal 15 KUH Perdata yang menyatakan bahwa : “Bila oleh pihak-pihak yang berjanji tidak disepakati lain, maka jika debitur atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajibannya, setelah lampaunya jangka waktu yang ditentukan, atau setelah dilakukan peringatan untuk pemenuhan perjanjian dalam hal tidak ada ketentuan tentang jangka waktu yang pasti, kreditur berhak untuk menjual barang gadainya dihadapan umum menurut

kebiasaan-kebiasaan setempat dan dengan persyaratan yang lazim berlaku, dengan tujuan agar jumlah utang itu dengan bunga dan biaya dapat dilunasi dengan hasil penjualan itu. Bila gadai itu terdiri dan barang dagangan atau dan efek-efek yang dapat diperdagangkan dalam bursa, maka penjualannya dapat dilakukan di tempat itu juga, asalkan dengan perantaraan dua orang makelar yang ahli dalam bidang itu”.

Sedangkan kewajiban penerima gadai dapat dilihat pada Pasal 1154, 1156 dan Pasal 1157 KUH Perdata yang menyatakan: Pasal 1154 “Dalam hal debitur atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajiban-kewajiban, kreditur tidak diperkenankan

mengalihkan barang yang digadaikan

menjadi miliknya. Segala persyaratan perjanjian yang bertentangan dengan ketentuan ini adalah batal”.

itu

Pasal 1156 “Dalam segala hal, bila debitur atau pemberi gadai Ialai untuk melakukan kewajibannya, maka kreditur dapat menuntut lewat pengadilan agar barang gadai itu dijual untuk melunasi utangnya

beserta bunga dan biayanya, menurut cara yang akan ditentukan oleh Hakim, atau agar hakim mengizinkan barang gadai itu tetap berada pada kreditur untuk menutup suatu jumlah yang akan ditentukan oleh hakim dalam suatu keputusan, sampai sebesar utang beserta bunga dan biayanya. Tentang pemindahtanganan barang gadai yang dimaksud dalam pasal ini dan pasal yang

kreditur wajib untuk memberitahukannya kepada pemberi gadai, selambat-lambatnya pada hari berikutnya bila setiap hari ada hubungan pos atau telegrap, atau jika tidak begitu halnya, dengan pos yang berangkat pertama. Berita dengan telegrap atau dengan surat tercatat dianggap sebagai berita

lampau,

yang pantas”. Pasal 1157

“Kreditur bertanggung jawab atas kerugian atau susutnya barang gadai itu, sejauh hal itu terjadi akibat kelalaiannya. Di pihak lain debitur wajib

mengganti kepada kreditur itu biaya yang berguna dan perlu dikeluarkan oleh kreditur itu untuk peny elamatan barang gadai itu”.

Sedangkan hak pemberi gadai yaitu :

1) Menerima uang gadai dari penerima gadai;

2) Berhak atas barang gadai, apabila utang pokok, bunga dan biaya lainnya telah dilunasi;

3) Berhak menuntut kepada pengadilan supaya barang gadai dijual untuk melunasi utang-utangnya. Kewajiban pemberi gadai yaitu :

1) Menyerahkan barang gadai kepada penerima gadai;

2) Membayar pokok dan sewa modal kepada penerima gadai;

3) Membayar biaya yang dikeluarkan oleh penerima gadai untuk menyelamatkan barang-barang gadai (Salim HS, 2014 : 48).

Mengenai hak dan kewajiban ini, dalam prakteknya di PT. Pegadaian (Persero), perjanjian utang piutang dengan jaminan gadai yang tertulis di Surat Bukti Kredit (SBK) antara PT. Pegadaian (Persero) dan nasabah sepakat membuat perjanjian gadai yang isinya sebagai berikut:

1) Nasabah menerima dan setuju terhadap uraian barang jaminan, penetapan besarnya taksiran barang jaminan, uang pinjaman, tarif sewa modal dan biaya administrasi sebagaimana yang dimaksud pada Surat Bukti Kredit (SBK) atau nota transaksi (struk) dan sebagai tanda bukti yang sah penerima uang pinjaman;

2) Barang yang diserahkan sebagai jaminan adalah milik nasabah dan/atau kepemilikan sebagaimana Pasal 1977 KUH Perdata dan menjamin bukan berasal dari hasil kejahatan, tidak dalam obyek sengketa dan/atau sita jaminan;

3) Nasabah menyatakan telah berutang kepada PT. Pegadaian (Persero) dan berkewajiban untuk membayar pelunasan uang pinjaman ditambah sewa modal sebesar tarif sewa modal yang berlaku di PT. Pegadaian (Persero), dan biaya proses lelang (jika ada);

4) PT. Pegadaian (Persero) akan memberikan ganti kerugian apabila barang jaminan yang berada dalam peguasaan PT.Pegadaian (Persero) mengalami kerusakan atau hilang yang tidak disebabkan oleh suatu bencana alam (force majeure) yang ditetapkan pemerintah. Ganti rugi diberikan setelah diperhitungkan dengan uang pinjaman dan sewa modal, sesuai ketentuan penggantian yang berlaku di PT. Pegadaian (Perseor);

5) Nasabah dapat melakukan ulang gadai, gadai ulang otomatis, minta tambah uang pinjaman, dan penundaan lelang, selama 5) Nasabah dapat melakukan ulang gadai, gadai ulang otomatis, minta tambah uang pinjaman, dan penundaan lelang, selama

memenuhi syarat dengan memperhitungkan sewa modal dan biaya administrasi yang masih akan dibayar. Jika terjadi penurunan nilai taksiran barang jaminan pada saat ulang gadai atau gadai ulang otomatis, maka nasabah wajib mengangsur uang pinjaman atau menambah barang jaminan agar sesuai dengan taksiran yang baru;

masih

6) Terhadap barang jaminan yang telah dilunasi dan belum diambil oleh nasabah, terhitung sejak terjadinya tanggal pelunasan sampai dengan sepuluh hari tidak dikenakan jasa penitipan. Bila telah melebihi sepuluh hari dari pelunasan, barang jaminan tetap belum diambil, maka nasabah sepakat dikenakan jasa penitipan, besaran jasa penitipan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di PT. Pegadaian (Persero) atau sebesar yang tercantum dalam nota transaksi (struk);

7) Apabila sampai dengan tanggal jatuh tempo tidak dilakukan pelunasan, penundaan lelang, ulang gadai atau gadai ulang otomatis, maka PT. Pegadaian (Persero) berhak melakukan penjualan barang jaminan melalui lelang;

8) Hasil penjualan lelang barang jaminan setelah dikurangi uang pinjaman, sewa modal, biaya proses lelang (jika ada) dan bea lelang, merupakan kelebihan yang menjadi hak nasabah. Jangka waktu pengambilan uang kelebihan lelang selama satu tahun sejak tanggal lelang, dan jika lewat waktu dari jangka waktu pengambilan uang kelebihan, nasabah menyatakan setuju untuk menyalurkan uang kelebihan tersebut

kepedulian sosial yang pelaksanaannya diserahkan kepada PT. Pegadaian (Persero). Jika hasil penjualan lelang barang jaminan tidak mencukupi untuk melunasi kewajiban nasabah berupa uang pinjaman, sewa modal, biaya proses lelang (jika ada) dan bea lelang, maka nasabah wajib membayar kekurangan tersebut;

sebagai

dana

9) Nasabah dapat datang sendiri untuk melakukan ulang gadai, minta tambah uang pinjaman, mengangsur uang pinjaman, penundaan lelang, pelunasan dan menerima barang jaminan dan menerima uang kelebihan lelang, atau dengan memberikan kuasa kepada orang lain dengan mengisi dan membubuhkan tandatangan pada kolom yang tersedia, 9) Nasabah dapat datang sendiri untuk melakukan ulang gadai, minta tambah uang pinjaman, mengangsur uang pinjaman, penundaan lelang, pelunasan dan menerima barang jaminan dan menerima uang kelebihan lelang, atau dengan memberikan kuasa kepada orang lain dengan mengisi dan membubuhkan tandatangan pada kolom yang tersedia,

10) Nasabah atau kuasanya dapat melakukan ulang gadai, mengangsur uang pinjaman dan pelunasan di seluruh cabang/unit pegadaian online;

11) Nasabah atau kuasanya harus datang ke kantor cabang/unit penerbit surat bukti kredit untuk hal minta tambah uang pinjaman, pengambilan barang jaminan dan pengambilan uang kelebihan lelang;

12) Bilamana nasabah meninggal dunia dan terdapat hak dan kewajiban terhadap PT. Pegadaian (Persero) ataupun sebaliknya, maka hak dan kewajiban dibebankan kepada ahli waris nasabah sesuai dengan ketentuan waris dalam hukum Republik Indonesia;

13) Nasabah yang menggunakan layanan gadai ulang otomatis membubuhkan tanda tangan pada kolom yang tersedia;

14) Nasabah menyatakan tunduk dan mengikuti segala peraturan yang berlaku di PT. Pegadaian (Persero) sepanjang ketentuan yang menyangkut utang piutang dengan jaminan gadai;

15) Apabila terjadi perselisihan dikemudian hari, akan diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat dan apabila tidak tercapai kesepakatan akan diselesaikan melalui pengadilan negeri setempat.