Aturan moralitas keempat: tidak mengucapkan ucapan tidak benar

4. Aturan moralitas keempat: tidak mengucapkan ucapan tidak benar

Aturan moralitas keempat dibaca: Musavada veramani sikkhapadam samadiyami, “Saya mengambil aturan latihan untuk tidak

mengucapkan ucapan tidak benar.” Ucapan tidak benar didefinisikan sebagai “kehendak salah dengan niat untuk menipu, muncul melalui pintu baik tubuh ataupun ucapan, membangkitkan usaha

fisik ataupun verbal untuk menipu orang lain.” [9] Pelanggarannya harus dipahami sebagai kesengajaan. Aturan moralitas tersebut tidak dilanggar hanya dengan sekadar membicarakan apa yang tidak benar, namun akan terlanggar dengan membicarakan apa yang tidak benar dengan niat untuk menampilkannya sebagai benar; jadi berlaku seperti itu adalah ekuivalen dengan berbohong ataupun ucapan yang menipu. Kehendak dikatakan untuk membangkitkan

perbuatan fisik ataupun verbal. Penggunaan ucapan untuk menipu sangatlah jelas, namun tubuh pun dapat digunakan sebagai suatu alat komunikasi – seperti dalam tulisan, isyarat tangan, dan isyarat perbuatan fisik ataupun verbal. Penggunaan ucapan untuk menipu sangatlah jelas, namun tubuh pun dapat digunakan sebagai suatu alat komunikasi – seperti dalam tulisan, isyarat tangan, dan isyarat

Empat faktor masuk ke dalam pelanggaran ucapan tidak benar: (1) suatu keadaan peristiwa yang tidak benar; (2) niat untuk menipu

orang lain; (3) usaha untuk mengungkapkan itu, baik secara verbal ataupun fisik; dan (4) penyampaian kesan yang tidak benar kepada

orang lain. Karena niat diperlukan, jika seseorang berbicara tidak benar tanpa bertujuan untuk menipu orang lain, sebagaimana ketika seseorang berbicara hal yang tidak benar tetapi meyakini bahwa itu benar, maka tidak ada pelanggaran terhadap aturan moralitas ini. Akan tetapi, penipuan yang terjadi secara aktual tidak dibutuhkan untuk menyebabkan terpatahkannya aturan moralitas ini. Adalah cukup untuk terlanggarnya aturan ini, apabila kesan yang salah itu dikomunikasikan kepada orang lain. Meskipun ia tidak mempercayai pernyataan tidak benar tersebut, jika seseorang mengungkapkan apa yang tidak benar kepadanya dan ia mengerti apa yang dikatakan orang ini, maka pelanggaran ucapan tidak benar telah dilakukan. Motivasi untuk ucapan tidak benar dapat berupa akar yang manapun dari tiga akar tidak bajik. Akar-akar ini menghasilkan tiga jenis yang mendasar dari ucapan tidak benar: (1) ucapan tidak benar yang dimotivasi oleh keserakahan, ditujukan untuk menambah perolehan seseorang ataupun untuk mendorong status seseorang ataupun menambah perolehan dan mendorong status itu untuk orang-orang yang dicintai; (2) ucapan tidak benar yang dimotivasi oleh kebencian, ditujukan untuk menghancurkan kesejahteraan orang lain atau untuk membawa bahaya dan penderitaan bagi orang lain; dan (3) ucapan tidak benar dari jenis yang lebih tidak serius, secara mendasar dimotivasi oleh kebodohan batin dengan kadar keserakahan dan kebencian yang lebih tidak berbahaya, ditujukan bukan untuk memunculkan keuntungan-keuntungan khusus untuk diri sendiri dan bukan juga untuk membahayakan orang lain. Beberapa contohnya adalah seperti berbohong untuk bergurau, melebih-lebihkan sesuatu orang lain. Karena niat diperlukan, jika seseorang berbicara tidak benar tanpa bertujuan untuk menipu orang lain, sebagaimana ketika seseorang berbicara hal yang tidak benar tetapi meyakini bahwa itu benar, maka tidak ada pelanggaran terhadap aturan moralitas ini. Akan tetapi, penipuan yang terjadi secara aktual tidak dibutuhkan untuk menyebabkan terpatahkannya aturan moralitas ini. Adalah cukup untuk terlanggarnya aturan ini, apabila kesan yang salah itu dikomunikasikan kepada orang lain. Meskipun ia tidak mempercayai pernyataan tidak benar tersebut, jika seseorang mengungkapkan apa yang tidak benar kepadanya dan ia mengerti apa yang dikatakan orang ini, maka pelanggaran ucapan tidak benar telah dilakukan. Motivasi untuk ucapan tidak benar dapat berupa akar yang manapun dari tiga akar tidak bajik. Akar-akar ini menghasilkan tiga jenis yang mendasar dari ucapan tidak benar: (1) ucapan tidak benar yang dimotivasi oleh keserakahan, ditujukan untuk menambah perolehan seseorang ataupun untuk mendorong status seseorang ataupun menambah perolehan dan mendorong status itu untuk orang-orang yang dicintai; (2) ucapan tidak benar yang dimotivasi oleh kebencian, ditujukan untuk menghancurkan kesejahteraan orang lain atau untuk membawa bahaya dan penderitaan bagi orang lain; dan (3) ucapan tidak benar dari jenis yang lebih tidak serius, secara mendasar dimotivasi oleh kebodohan batin dengan kadar keserakahan dan kebencian yang lebih tidak berbahaya, ditujukan bukan untuk memunculkan keuntungan-keuntungan khusus untuk diri sendiri dan bukan juga untuk membahayakan orang lain. Beberapa contohnya adalah seperti berbohong untuk bergurau, melebih-lebihkan sesuatu

Penentu yang mendasar dari keseriusan pelanggaran adalah penerima kebohongan, objek kebohongan dan motivasi dari kebohongannya. Penerima adalah orang yang mendengarkan kebohongan tersebut. Bobot moral tindakan tersebut adalah proporsional dengan karakter orang yang mendengarkan kebohongan ini, kecelaan yang paling besar melekat pada ucapan tidak benar yang diucapkan kepada orang yang membantu dia atau kepada orang yang berkembang secara spiritual. Bobot moral sekali lagi bervariasi tergantung pada objek kebohongannya, dampak kebohongan terhadap orang tersebut, menjadi proporsional dengan kualitas-kualitas spiritualnya dan hubungan orang tersebut dengan dirinya sendiri dengan cara yang sama seperti dengan penerima kebohongan. Dan ketiga, keseriusan dari kebohongan adalah bergantung pada motivasinya, kasus-kasus yang paling serius adalah kasus-kasus dengan niat yang jahat yang dirancang untuk menghancurkan kesejahteraan orang lain. Kasus yang paling buruk dari ucapan tidak benar adalah berbohong dengan suatu cara yang memfitnah Buddha atau seorang arahat, dan membuat klaim-klaim palsu bahwa dirinya telah memperoleh suatu pencapaian spiritual yang unggul dalam rangka untuk meningkatkan perolehan dan statusnya sendiri. Dalam kasus seorang Bhikkhu, pelanggaran berat yang belakangan ini dapat mengarah pada pengeluaran Bhikkhu tersebut dari Sangha.