Aturan moralitas kelima: tidak mengonsumsi minuman- minuman dan obat-obatan yang memabukkan

5. Aturan moralitas kelima: tidak mengonsumsi minuman- minuman dan obat-obatan yang memabukkan

Aturan moralitas kelima dibaca: Suramerayamajjapamadatthana veramani sikkhapadam samadiyami, “Saya menjalankan aturan latihan untuk tidak mengonsumsi bahan-bahan yang memabukkan

hasil fermentasi dan penyulingan yang menjadi landasan bagi lemahnya kewaspadaan.” Kata meraya berarti minuman-minuman hasil fermentasi dan penyulingan yang menjadi landasan bagi lemahnya kewaspadaan.” Kata meraya berarti minuman-minuman

majja, berarti suatu bahan yang memabukkan, dapat dihubungkan dengan sisa penggalan baik yang memenuhi syarat surameraya

ataupun sebagai tambahan terhadap mereka. Pada bagian yang awal, keseluruhan frasa tersebut berarti minuman-minuman keras

hasil fermentasi dan penyulingan yang mana merupakan bahan- bahan yang memabukkan, sedangkan di bagian akhir hal ini berarti minuman-minuman keras hasil fermentasi dan penyulingan serta bahan-bahan memabukkan lainnya. Jika bacaan kedua ini diadopsi, aturan moralitas ini secara eksplisit akan meliputi obat-obatan yang memabukkan yang tidak digunakan untuk tujuan penyembuhan, seperti candu, ganja, dan obat-obatan yang menyebabkan halusinasi. Namun bahkan sesungguhnya di bacaan pertama aturan moralitas ini secara implisit melarang obat-obatan ini berdasarkan tujuan pengarahan aturan tersebut, yakni untuk mencegah melemahnya kewaspadaan yang diakibatkan karena mengonsumsi zat-zat yang memabukkan.

Mengonsumsi bahan-bahan yang memabukkan didefinisikan sebagai kehendak yang menuntun pada tindakan fisik dari memasukkan bahan-bahan yang memabukkan hasil penyulingan atau fermentasi ke dalam tubuh. [10] Hal ini dapat dilakukan hanya oleh diri orang itu sendiri (bukan karena perintah orang lain) dan hanya terjadi melalui pintu fisik. Untuk aturan moralitas ini terlanggar, dibutuhkan empat faktor: (1) bahan yang memabukkan; (2) niat untuk mengonsumsinya; (3) aktivitas memasukkan bahan tersebut ke dalam tubuh; dan (4) pemasukkan bahan memabukkan tersebut ke dalam tubuh secara aktual. Faktor yang memotivasinya pelanggaran tersebut adalah keserakahan yang berpasangan dengan kebodohan batin. Tidak ada gradasi bobot moral yang diberikan. Dalam mengonsumsi obat-obatan yang mengandung alkohol atau obat-obatan yang memabukkan untuk alasan-alasan medis, tidak ada pelanggaran aturan moralitas yang terjadi. Tidak ada juga Mengonsumsi bahan-bahan yang memabukkan didefinisikan sebagai kehendak yang menuntun pada tindakan fisik dari memasukkan bahan-bahan yang memabukkan hasil penyulingan atau fermentasi ke dalam tubuh. [10] Hal ini dapat dilakukan hanya oleh diri orang itu sendiri (bukan karena perintah orang lain) dan hanya terjadi melalui pintu fisik. Untuk aturan moralitas ini terlanggar, dibutuhkan empat faktor: (1) bahan yang memabukkan; (2) niat untuk mengonsumsinya; (3) aktivitas memasukkan bahan tersebut ke dalam tubuh; dan (4) pemasukkan bahan memabukkan tersebut ke dalam tubuh secara aktual. Faktor yang memotivasinya pelanggaran tersebut adalah keserakahan yang berpasangan dengan kebodohan batin. Tidak ada gradasi bobot moral yang diberikan. Dalam mengonsumsi obat-obatan yang mengandung alkohol atau obat-obatan yang memabukkan untuk alasan-alasan medis, tidak ada pelanggaran aturan moralitas yang terjadi. Tidak ada juga

Aturan moralitas kelima berbeda dari keempat aturan moralitas sebelumnya dalam hal keempat aturan sebelumnya secara langsung melibatkan hubungan manusia dengan sesama manusia sementara aturan moralitas ini tampaknya berurusan dengan hubungan orang itu dengan dirinya sendiri – dengan tubuh dan pikirannya sendiri. Dengan demikian, sebagaimana empat aturan moralitas yang pertama jelas termasuk ke dalam lingkup moral, sebuah pertanyaan mungkin muncul apakah aturan moralitas ini benar-benar etis dalam karakter atau hanya sekadar kesehatan semata. Jawabannya adalah aturan moralitas ini adalah etis, karena alasan bahwa apapun yang dilakukan seseorang terhadap tubuh dan pikirannya sendiri dapat memiliki efek yang menentukan akan hubungannya dengan sesamanya. Mengonsumsi bahan-bahan yang memabukkan dapat mempengaruhi cara-cara orang tersebut berinteraksi dengan yang lain, mengarah pada pelanggaran seluruh lima aturan moralitas. Di bawah pengaruh bahan-bahan yang memabukkan, seseorang mungkin yang seharusnya terkendali akan kehilangan kendali-diri, menjadi lemah kewaspadaannya, dan terlibat dalam pembunuhan, pencurian, perzinahan, dan berbohong. Tidak mengonsumsi bahan- bahan yang memabukkan diberikan atas dasar bahwa amatlah esensial bagi proteksi-diri individual dan untuk mendirikan kesejahteraan bagi keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, aturan moralitas mencegah kemalangan yang diakibatkan dari pemakaian bahan-bahan yang memabukkan: hilangnya kekayaan, pertengkaran dan kejahatan, penyakit fisik, hilangnya reputasi, perilaku tak tahu malu, kelalaian, dan kegilaan.

Aturan moralitas tersebut, harus ditekankan, bukan melarang hanya terbatas pada bahan yang memabukkan namun pada penggunaan zat-zat yang memabukkan tersebut. Meskipun pemanjaan diri sekali- sekali dalam isolasi mungkin tidak berbahaya secara langsung, Aturan moralitas tersebut, harus ditekankan, bukan melarang hanya terbatas pada bahan yang memabukkan namun pada penggunaan zat-zat yang memabukkan tersebut. Meskipun pemanjaan diri sekali- sekali dalam isolasi mungkin tidak berbahaya secara langsung,