Aturan moralitas kedua: tidak melakukan pengambilan barang yang tidak diberikan

2. Aturan moralitas kedua: tidak melakukan pengambilan barang yang tidak diberikan

Aturan moralitas yang kedua dibaca: Adinnadana veramani sikkhapadam samadiyami, “Saya mengambil aturan latihan untuk tidak melakukan pengambilan barang yang tidak diberikan.” Kata adinna, secara harfiah berarti “barang yang tidak diberikan,” menandakan kepemilikan-kepemilikan orang lain yang mana orang

tersebut memperoleh hak kepemilikannya dengan cara yang legal dan tak tercela (adandaraho anupavajjo). Dengan demikian, tidak ada pelanggaran yang dilakukan jika benda yang diambil tidak ada pemiliknya, sebagai contoh., jika batang kayu diambil untuk membuat api atau batu dikumpulkan untuk membangun tembok. Lebih jauh lagi, orang yang satunya harus memiliki kepemilikan atas benda tersebut yang diambil secara legal dan tak tercela; yaitu, ia memiliki hak legal atas benda tersebut dan juga harus tak tercela dalam penggunaannya. Frasa yang terakhir disebut ini nampaknya berlaku dalam kasus dimana seseorang memperoleh kepemilikan yang sah atas sebuah benda namun menggunakannya dengan jalan yang tidak tepat atau menggunakannya untuk tujuan-tujuan tersebut memperoleh hak kepemilikannya dengan cara yang legal dan tak tercela (adandaraho anupavajjo). Dengan demikian, tidak ada pelanggaran yang dilakukan jika benda yang diambil tidak ada pemiliknya, sebagai contoh., jika batang kayu diambil untuk membuat api atau batu dikumpulkan untuk membangun tembok. Lebih jauh lagi, orang yang satunya harus memiliki kepemilikan atas benda tersebut yang diambil secara legal dan tak tercela; yaitu, ia memiliki hak legal atas benda tersebut dan juga harus tak tercela dalam penggunaannya. Frasa yang terakhir disebut ini nampaknya berlaku dalam kasus dimana seseorang memperoleh kepemilikan yang sah atas sebuah benda namun menggunakannya dengan jalan yang tidak tepat atau menggunakannya untuk tujuan-tujuan

Tindakan mengambil barang yang tidak diberikan secara formal didefinisikan sebagai berikut: “Mengambil barang yang

tidak diberikan adalah kehendak dengan niat mencuri yang membangkitkan aktivitas pengambilan suatu benda yang secara legal dan tidak tercela merupakan milik orang lain di dalam dirinya di mana orang tersebut mengetahui bahwa benda itu adalah milik orang lain.” [7] Seperti halnya pada kasus aturan moralitas yang pertama, pelanggaran di sini terutama berpusat pada kehendak. Kehendak ini dapat menyebabkan tindakan pencurian dengan memulai perbuatan melalui tubuh atau ucapan; dengan demikian sebuah pelanggaran terjadi baik dengan mengambil sesuatu secara langsung oleh orang itu sendiri ataupun secara tidak langsung, dengan memerintahkan orang lain untuk mengambil benda yang diinginkannya. Tujuan yang mendasar dari aturan moralitas ini adalah untuk melindungi harta milik individual dari pengambilalihan yang tidak dibenarkan oleh orang lain. Efek etisnya adalah untuk mendorong kejujuran dan mata pencaharian benar.

Menurut kitab-kitab komentar, untuk suatu pelanggaran penuh dari aturan moralitas ini terjadi harus ada lima faktor: (1) sebuah benda yang merupakan milik orang lain secara legal dan tak tercela; (2) pengetahuan bahwa benda tersebut merupakan milik orang lain; (3) pemikiran atau kehendak mencuri; (4) aktivitas pengambilan benda tersebut; dan (5) pengambilan aktual benda tersebut. Berdasarkan alasan faktor kedua, maka tidak ada pelanggaran dalam mengambil benda orang lain jika kita salah menganggap bahwa barang Menurut kitab-kitab komentar, untuk suatu pelanggaran penuh dari aturan moralitas ini terjadi harus ada lima faktor: (1) sebuah benda yang merupakan milik orang lain secara legal dan tak tercela; (2) pengetahuan bahwa benda tersebut merupakan milik orang lain; (3) pemikiran atau kehendak mencuri; (4) aktivitas pengambilan benda tersebut; dan (5) pengambilan aktual benda tersebut. Berdasarkan alasan faktor kedua, maka tidak ada pelanggaran dalam mengambil benda orang lain jika kita salah menganggap bahwa barang

Mengambil barang yang tidak diberikan dapat dibagi ke dalam jenis-jenis pelanggaran yang berbeda. Kita mungkin menyebutkan beberapa yang paling menonjol. Pertama adalah mencuri, yaitu, mengambil barang yang tidak diberikan, secara diam-diam, tanpa sepengetahuan pemiliknya, seperti dalam pembobolan rumah untuk mencuri, pencurian bank di tengah malam, mencopet, dll. Jenis lainnya adalah perampokan, mengambil barang yang tidak diberikan dengan paksa, baik dengan menyambar kepemilikan orang lain atau dengan memaksa orang tersebut untuk memberikan barang tersebut dengan cara mengancam. Jenis ketiga adalah

penggelapan, menggunakan klaim-klaim palsu atau menceritakan kebohongan untuk memperoleh kepemilikan orang lain. Hal lainnya adalah penipuan, menggunakan cara-cara yang memperdaya untuk

mencabut suatu barang dari seseorang atau untuk memperoleh uangnya seperti ketika penjaga toko menggunakan beban timbangan dan pengukur yang salah atau ketika orang-orang mencetak uang palsu untuk digunakan.

Pelanggaran dari aturan moral ini tidak perlu berurusan dengan tindak kriminal besar. Aturan moralitas ini halus dan menawarkan banyak

kesempatan untuk pelanggarannya, beberapa dari pelanggaran itu tampaknya ringan. Sebagai contoh, pelanggaran akan terjadi ketika pegawai mengambil barang milik majikan mereka, mengantongi beberapa barang kecil yang mana terhadapnya mereka tidak berhak kesempatan untuk pelanggarannya, beberapa dari pelanggaran itu tampaknya ringan. Sebagai contoh, pelanggaran akan terjadi ketika pegawai mengambil barang milik majikan mereka, mengantongi beberapa barang kecil yang mana terhadapnya mereka tidak berhak

untuk melakukan sambungan jarak jauh tanpa izin, membiarkan si pemilik untuk membayar tagihannya; membawa benda-benda masuk ke dalam sebuah negara tanpa melaporkannya kepada bea cukai dengan tujuan untuk menghindari membayar pajak atas barang tersebut; bermalas-malasan dan membuang waktu di pekerjaan yang mana seseorang telah dibayar dengan harapan agar orang tersebut bekerja dengan rajin; mempekerjakan seseorang tanpa memberikan mereka kompensasi yang memadai, dll.

Melalui akar-akar yang mendasarinya, tindakan mengambil barang yang tidak diberikan dapat berlanjut baik dari keserakahan atau kebencian, dengan keduanya berpasangan dengan kebodohan batin. Mencuri dengan alasan keserakahan adalah kasus yang sangat jelas, namun pelanggaran aturan moralitas ini dapat juga didorong oleh kebencian. Kebencian berfungsi sebagai motif untuk mencuri ketika seseorang mencabut suatu benda dari orang lain bukan karena ia benar-benar menginginkan benda tersebut untuk dirinya sendiri tetapi karena ia membenci orang lain tersebut memiliki benda itu dan ia ingin membuatnya menderita melalui hilangnya benda itu dari orang tersebut.

Kadar kecelaaan yang melekat pada tindakan mencuri diyakini ditentukan oleh dua faktor yang mendasari, nilai dari benda yang diambil dan kualitas-kualitas moral pemiliknya. Dalam mencuri sebuah benda yang sangat bernilai, kadar kecelaan jelaslah lebih besar dibandingkan dengan mencuri benda yang nilainya tidak seberapa. Namun ketika nilai barang tersebut sama, kecelaan dari perbuatan tersebut tetaplah bervariasi relatif terhadap individu yang menjadi korban pelanggaran tersebut. Sebagaimana ditentukan oleh faktor ini, mencuri dari seseorang dengan kualitas-kualitas moral yang tinggi atau seorang yang membantu dirinya adalah suatu pelanggaran yang lebih serius dibandingkan dengan mencuri Kadar kecelaaan yang melekat pada tindakan mencuri diyakini ditentukan oleh dua faktor yang mendasari, nilai dari benda yang diambil dan kualitas-kualitas moral pemiliknya. Dalam mencuri sebuah benda yang sangat bernilai, kadar kecelaan jelaslah lebih besar dibandingkan dengan mencuri benda yang nilainya tidak seberapa. Namun ketika nilai barang tersebut sama, kecelaan dari perbuatan tersebut tetaplah bervariasi relatif terhadap individu yang menjadi korban pelanggaran tersebut. Sebagaimana ditentukan oleh faktor ini, mencuri dari seseorang dengan kualitas-kualitas moral yang tinggi atau seorang yang membantu dirinya adalah suatu pelanggaran yang lebih serius dibandingkan dengan mencuri