Tata Hubungan Kerja Klinik Kesehatan Rumah Tahanan Negara/Lembaga Pemasyarakatan dan Puskesmas

B. Tata Hubungan Kerja Klinik Kesehatan Rumah Tahanan Negara/Lembaga Pemasyarakatan dan Puskesmas

1. Perencanaan Kebutuhan Obat, Bahan Habis Pakai, dan Alat Kesehatan di Rutan/Lapas

Dalam rangka menjamin ketersediaan obat dan peralatan kesehatan,

menyusun perencanaan kebutuhan obat dan

Rutan/Lapas

peralatan kesehatan untuk kebutuhan pelayanan kesehatan di unit pelayanan dilakukan dengan membuat rencana kebutuhan melalui DIPA Kementerian Hukum dan HAM. Penyediaan logistik tersebut disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Jaminan

dilakukan dengan pendistribusian yang merata sesuai kebutuhan obat dan peralatan kesehatan pada tiap unit pelayanan kesehatan. Rencana usulan pengadaan disusun perbulan untuk

pemerataan

obat

kebutuhan satu tahun 11 .

Penyediaan kebutuhan obat dasar dan alat kesehatan menggunakan pendanaan dari DIPA Kementerian Hukum dan HAM. Sedangkan untuk penyediaan obat program (termasuk reagen) Rutan/Lapas dapat bekerjasama dengan Puskesmas, Dinas Kesehatan, rumah sakit serta Penyediaan kebutuhan obat dasar dan alat kesehatan menggunakan pendanaan dari DIPA Kementerian Hukum dan HAM. Sedangkan untuk penyediaan obat program (termasuk reagen) Rutan/Lapas dapat bekerjasama dengan Puskesmas, Dinas Kesehatan, rumah sakit serta

Dalam memberikan pelayanan kepada Tahanan dan WBP, klinik di Rutan/Lapas juga dapat bekerjasama dengan Puskesmas setempat. Pembiayaan melalui penggunaan dana kapitasi

di Puskesmas yang disesuaikan dengan kebutuhan. Bagi Puskesmas yang sudah menjadi BLUD, penggunaan dana kapitasi disesuaikan dengan Peraturan Daerah masing-masing. Sedangkan bagi Puskesmas yang belum BLUD dapat mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Penggunaan Dana Kapitasi JKN untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya Operasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah.

pemerataan tenaga kesehatan di klinik kesehatan Rutan/Lapas, maka:

 UPT Rutan/Lapas yang belum memiliki tenaga kesehatan di klinik kesehatan perlu melakukan perencanaan pengadaan tenaga kesehatan.

 Bila UPT Rutan/Lapas belum memiliki klinik kesehatan, dapat bekerja sama dengan Puskesmas di wilayah kerjanya.

Peraturan Menteri Hukum dan HAM menyatakan bahwa kerja sama dilakukan melalui MoU atau perjanjian kerja sama antara Kepala UPT Rutan/Lapas dengan Kepala Puskesmas

setempat

dengan

diketahui Kanwil

demikian mengingat kompleksitas pelayanan kesehatan bagi WBP di Rutan/Lapas, kerja sama sebaiknya dilakukan antara Kepala UPT Rutan/Lapas dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, dengan diketahui Kepala Kanwil Kemenkum HAM dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

Kemenkumham 12 .

Namun

Dalam rangka

meningkatkan

kualitas pelayanan kualitas pelayanan

3. Kegiatan Pelayanan Kesehatan di Rutan/Lapas

Bentuk pelaksanaan pelayanan kesehatan yang dilakukan mencakup upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, perbaikan gizi, kesehatan ibu dan anak (untuk Rutan/Lapas

anak-anak). Dalam pelaksanaannya,

perempuan dan

pelayanan

kesehatan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan 13 .

Penyuluhan/KIE mengenai kesehatan reproduksi agar dilakukan pada setiap Tahanan dan WBP tidak hanya Tahanan dan WBP yang datang ke klinik untuk berobat/memiliki keluhan akan kesehatannya. Pihak Rutan/Lapas dapat memfasilitasi Tahanan dan WBP untuk konsultasi dan mendapatkan penyuluhan/KIE kesehatan reproduksi melalui penjadwalan per blok untuk lebih memudahkan pelaksanaannya dan menghilangkan hambatan/missed opportunity dalam mengakses layanan Penyuluhan/KIE mengenai kesehatan reproduksi agar dilakukan pada setiap Tahanan dan WBP tidak hanya Tahanan dan WBP yang datang ke klinik untuk berobat/memiliki keluhan akan kesehatannya. Pihak Rutan/Lapas dapat memfasilitasi Tahanan dan WBP untuk konsultasi dan mendapatkan penyuluhan/KIE kesehatan reproduksi melalui penjadwalan per blok untuk lebih memudahkan pelaksanaannya dan menghilangkan hambatan/missed opportunity dalam mengakses layanan

4. Manajemen Kasus Rujukan bagi Tahanan dan WBP, termasuk Rujukan Pasca Bebas

Pada setiap Rutan/Lapas disediakan poliklinik beserta fasilitasnya

sekurang-kurangnya seorang dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Apabila belum ada tenaga dokter atau tenaga kesehatan lainnya, maka pelayanan kesehatan dapat meminta bantuan

dan

ditempatkan

kepada Puskesmas atau RS terdekat 14 . Bentuk pelaksanaan rujukan dapat dilakukan ke

pelayanan kesehatan rujukan tingkat kedua (RS tipe C,

Rujukan bagi Tahanan dan WBP diberikan sesuai kebutuhan Tahanan dan WBP pada masing-masing program. Sebagai contoh pada program HIV-TB rujukan diberikan dari rumah sakit untuk dapat mengakses rumah sakit PDP lainnya.

Sementara itu mekanisme rujukan bagi WBP pasca bebas diperlukan surat keterangan dari klinik Rutan/Lapas agar WBP dapat mengakses pelayanan kesehatan selanjutnya sesuai dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang dipilh WBP. Dalam memberikan rujukan pasca bebas, perlu juga diperhatikan untuk mekanisme pemberian informasi (feedback) terkait rujukan pasca bebas. Selanjutnya apabila ditemukan WBP perempuan yang hamil, dalam memberikan rujukan, agar dapat dipastikan bahwa dilakukan pencatatan buku KIA yang lengkap.