Analisis Usahatani Jambu Kristal Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

ANALISIS USAHATANI JAMBU KRISTAL
DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA
KABUPATEN BOGOR

MUHAMMAD RIDWAN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Usahatani
Jambu Kristal Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013

Muhammad Ridwan
NIM H34070073

ABSTRAK
MUHAMMAD RIDWAN. Analisis Usahatani Jambu Kristal Desa Cikarawang,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT
ADHI.
Subsektor perkebunan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru
pertanian dan sangat diharapkan peranannya dalam menunjang pembangunan
perekonomian nasional. Komoditas hortikultura yang sangat potensial untuk
memasuki pasar internasional dan pasar lokal adalah buah-buahan. Salah satunya
ialah jambu biji, yang varietasnya adalah jambu kristal yang diintroduksikan oleh
Misi Teknik Taiwan pada tahun 2009. Bibit didapatkan dengan grafting yang
menggunakan tanaman bawah dari jambu biji lokal dan bagian penghasil buahnya
dari jambu biji impor yang merupakan hasil mutasi jambu tanpa biji dari Taiwan.
Budidaya jambu kristal ini di wilayah Cikarawang, Dramaga dilakukan oleh

Kelompok Tani Jambu Kristal. Bibit dan pelatihan diberikan tiap bulan oleh pihak
University Farm sejak tahun 2009. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pendapatan usahatani jambu kristal dan efisiensi usahatani jambu kristal di Desa
Cikarawang. Hasil penelitian dari 24 responden menunjukkan produktivitas
sebesar 10.08 ton per hektar, pendapatan atas biaya total sebesar Rp 19 265
317.33 dan R/C atas biaya total sebesar 1.18 menunjukkan usaha ini efisien dan
layak dijalankan.
Kata kunci: usahatani jambu kristal, R/C, kelompok tani

ABSTRACT
MUHAMMAD RIDWAN. Analysis of Crystal Guava Cultivation Business in
Cikarawang Village, Dramaga Subdistrict, Bogor Regency. Supervised by
ANDRIYONO KILAT ADHI.
Plantation subsector is one of the new sources of growth in agriculture and
has highly desirable role in supporting the development of national economy.
Horticultural commodities with huge potential to tap into the international market
and the local market is the fruit. One of them is guavas, which varieties are crystal
guava introduced by Taiwan Technical Mission in 2009. The seedling obtained by
grafting using the bottom of the local plant and the fruit-producing part of the
imported guava that is the mutation result of seedless guava from Taiwan. This

crystal guava cultivation in Cikarawang region, Dramaga done by Crystal Guava
Farmers Group. Seedling and training given by University Farm each month since
2009. This study analyses the income of crystal guava cultivation and the
efficiency of crytal guava cultivation in Cikarawang Village. The result shows out
of 24 respondents that the yield productivity is 10.08 ton per ha, the income is Rp
19 265 317.33 and R/C over total cost ratio are 1.18 shows that this cultivation is
efficient and reasonable.
Key words : Crystal guava cultivation, R/C, farmers group

ANALISIS USAHATANI JAMBU KRISTAL
DESA CIKARAWANG KECAMATAN DRAMAGA
KABUPATEN BOGOR

MUHAMMAD RIDWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Analisis Usahatani Jambu Krista! Desa Cikarawang Kecamatan
Dramaga Kabupaten Bogor
: Muhanunad Ridwan
Nama
: H34070073
NIM

Di erujui oleh

Dr 1:- Andriyono Kilat Adhj
P embimbing

Diketahui oleh


Tanggal Lulus:

i 0 DEC 2013

Judul Skripsi : Analisis Usahatani Jambu Kristal Desa Cikarawang Kecamatan
Dramaga Kabupaten Bogor
Nama
: Muhammad Ridwan
NIM
: H34070073

Disetujui oleh

Dr Ir Andriyono Kilat Adhi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya dan Shalawat serta salam yang tercurah limpah kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2012
ini ialah Analisis Usahatani, dengan judul Analisis Usahatani Jambu Kristal Desa
Cikarawang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Pak Andriyono Kilat Adhi selaku
pembimbing skripsi dan selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
University Farm dan seluruh petani jambu kristal yang telah bersedia memberikan
izin untuk melakukan penelitian di desa Cikarawang, Dramaga dan membantu
selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu, seluruh keluarga, dan sahabat atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Desember 2013

Muhammad Ridwan

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

ix

DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3


Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

3

Gambaran Umum Jambu Kristal

3

Penelitian Terdahulu

4

KERANGKA PEMIKIRAN

6


Kerangka Teoritis

6

Kerangka Pemikiran Operasional

8

METODE PENELITIAN

10

Lokasi dan Waktu Penelitian

10

Metode Penentuan Sampel

10


Jenis dan Sumber Data

10

Metode Pengolahan dan Analisis Data

10

GAMBARAN UMUM KEADAAN DAERAH PENELITIAN

13

University Farm

13

Desa Cikarawang

13

Kelompok Tani Jambu Kristal Desa Cikarawang

14

Karakteristik Petani Responden

15

KERAGAAN USAHATANI JAMBU KRISTAL DI DESA CIKARAWANG 18
Keragaan Usahatani Jambu Kristal

18

Kendala yang Dihadapi dalam Usahatani Jambu Kristal

23

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU KRISTAL DESA
CIKARAWANG

24

Struktur Biaya Usahatani

24

Penerimaan Usahatani

29

Pendapatan Usahatani

29

Efisiensi Usahatani

31

SIMPULAN DAN SARAN

32

Simpulan

32

Saran

32

DAFTAR PUSTAKA

33

LAMPIRAN

34

RIWAYAT HIDUP

47

DAFTAR TABEL
1 Jumlah produksi jambu biji Indonesia tahun 2009-2012 (Ton)
2 Metode perhitungan pendapatan usahatani
3 Sebaran penduduk menurut mata pencaharian di Desa Cikarawang,
2009
4 Distribusi usia petani responden tahun 2012
5 Distribusi tingkat pendidikan petani responden tahun 2012
6 Distribusi pengalaman petani responden tahun 2012
7 Distribusi jumlah tanaman yang dimiliki petani responden
8 Distribusi petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan
9 Distribusi petani responden berdasarkan luas lahan garapan
10 Distribusi petani responden berdasarkan status usahatani
11 Distribusi petani responden berdasarkan pendapatan di luar usahatani
12 Biaya pembayaran panen per stratum umur per hektar per tahun
13 Penggunaan pupuk per stratum umur per hektar per tahun
14 Biaya tunai yang dikeluarkan petani jambu kristal Desa Cikarawang
pada tahun 2011
15 Nilai penyusutan alat-alat pertanian
16 Biaya yang diperhitungkan pada usahatani jambu kristal Desa
Cikarawang per stratum umur per hektar per tahun
17 Rata-rata penerimaan usahatani jambu kristal di Desa Cikarawang
berdasarkan umur tanaman pada tahun 2011 per hektar
18 Pendapatan dan efisiensi usahatani jambu kristal Desa Cikarawang per
stratum umur tahun 2011 per hektar

1
12
14
15
16
16
16
17
17
17
18
25
25
27
28
28
29
30

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Kerangka pemikiran operasional
Kegiatan penyiangan tanaman
Kegiatan pemangkasan tanaman
Kegiatan pemupukan tanaman
Kegiatan pembungkusan buah
Grade jambu kristal University Farm
Pupuk NPK mutiara, gunting stek, arit, cangkul

9
20
20
21
22
46
46

DAFTAR LAMPIRAN
1 Survei pendapatan usahatani jambu kristal
2 Karakteristik petani jambu kristal responden di Desa Cikarawang
3 Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C rasio usahatani jambu
kristal umur satu tahun pada tahun 2011 per hektar
4 Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C rasio usahatani jambu
kristal umur dua tahun pada tahun 2011 per hektar

34
36
37
38

5 Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C rasio usahatani jambu
kristal umur tiga tahun pada tahun 2011 per hektar
6 Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C Rasio Usahatani
jambu kristal pada Tahun 2011 per hektar
7 Penerimaan, biaya, pendapatan, dan R/C rasio usahatani jambu kristal
pada tahun 2011 responden berpekerjaan utama usahatani jambu kristal
8 Pendapatan dan efisiensi usahatani jambu kristal Desa Cikarawang per
stratum umur tahun 2011 per 1000 pohon
9 Data penggunaan input usahatani jambu kristal di Desa Cikarawang
10 Gambar beberapa input dan output usahatani jambu kristal Desa
Cikarawang

39
40
41
42
43
46

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang mempunyai kekayaan
sumber daya alam yang luar biasa yaitu daratan seluas 19.85 juta hektar dan juga
iklim tropis yang mendukung keberagaman flora dan fauna. Menurut BPS, pada
tahun 2011 Indonesia memiliki sekitar 42 475 329 penduduk yang bekerja di
bidang pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan atau sekitar 38.17 persen
dari seluruh angkatan kerja 1 . Sektor tanaman pangan memberikan kontribusi
Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 7.13% terhadap total PDB nasional. Sektor
hortikultura merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar dalam
pembangunan perekonomian Indonesia.
Produk hortikultura meliputi sayur-sayuran, buah-buahan, florikultura, dan
biofarmaka. Produk tanaman pangan terutama buah-buahan merupakan salah satu
sumber pertumbuhan baru pertanian yang berperan menunjang perekonomian
masyarakat. Pemenuhan kebutuhan buah-buahan masih tergantung dari impor
yang besarnya mencapai $ 816 541 098 berdasarkan data Ditjen Hortikultura2
tahun 2012. Produksi buah nasional perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah
impor yang sangat rawan terpengaruh nilai valuta asing ini. Peningkatan
produktifitas dilakukan baik secara intensifikasi budidaya dan ekstensifikasi lahan.
Komoditi buah-buahan yang berpeluang besar untuk dikembangkan salah
satunya adalah jambu biji. Jambu biji (Psidium guajava L) merupakan tanaman
buah yang berasal dari daerah antara Meksiko dan Peru (Ashari 1995). Jambu biji
merupakan tanaman daerah tropis dan dapat tumbuh di daerah sub-tropis,
sehingga tanaman ini dibudidayakan di banyak negara seperti Jepang, Malaysia,
Brazilia dan termasuk di Indonesia. Buah tananaman ini sangat digemari
masyarakat dan sentra budidayanya terletak di Pulau Jawa. Berikut total produksi
jambu biji di Indonesia dari tahun 2009 – 2012.
Tabel 1 Jumlah produksi jambu biji di Indonesia tahun 2009-2012 (Ton)
Tahun
Jawa Barat
Indonesia
2009
70 997
212 260
2010
49 203
220 202
2011
75 455
204 551
2012
64 681
211 836
Sumber: BPS (2013)

Jambu biji memiliki banyak jenis dan varian, yaitu jambu biji Pasar Minggu,
Getas Merah, Australia, Sukun, Bangkok, Kamboja, Tukan, Sari, dan Kristal 3 .
Varian jambu biji kristal memiliki biji paling sedikit diantara varian jambu biji
lainnya, buahnya yang berukuran besar dan memiliki daging buah yang bersih
dengan tekstur yang renyah seperti buah apel menjadikannya sebagai buah jambu

1

http://www.bps.go.id/ [September 2013]
http://hortikultura.deptan.go.id/ [September 2013]
3
http://jambukristal1.blogspot.com/2013/03/jenis-jambu-biji.html [September 2013]
2

2

biji terfavorit pilihan mesyarakat dan prospek cerah jambu kristal bagi pelaku
bisnis khususnya yang bergerak dibidang agro.
Jambu kristal terbagi menjadi dua, jambu kristal dan jambu kristal mutiara
perbedaanya hanya terletak pada daging buah jambu kristal mutiara yang lebih
bersih jernih dan lebih manis. Jambu kristal merupakan varian paling baru yang
ada di Indonesia, diperkenalkan oleh Misi Teknik Taiwan di lokasi proyek
Mojokerto. Pada tahun 2007 ICDF melakukan pemetaan wilayah di Bogor dan
pada 2008 melakukan pembangunan cabangnya di Cikarawang. Bibit jambu
kristal ini kemudian disebarkan kepada petani di Cikarawang pada tahun 2009.
Sentra jambu kristal di wilayah sekitar Cikarawang meliputi Bantarsari,
Rancabungur, Cigombong, Cibatok, Ciapus, dan Sentul. Jambu kristal di
Indonesia sudah berkembang pesat terutama di Pulau Jawa dan Bali.
Budidaya jambu kristal ini di wilayah Cikarawang, Dramaga dilakukan oleh
Kelompok Posdaya Jambu Kristal yang diberi bibit dan pelatihan tiap bulan oleh
pihak ICDF sejak tahun 2010. Bentuk buahnya yang mulus, daging buah yang
renyah, manis, dan tanpa biji membuat budidaya ini memiliki nilai jual yang lebih
tinggi dari jambu biji lokal. Hal ini dianggap sebagai peluang yang bagus
sehingga pada tahun 2012 ada banyak petani di Desa Cikarawang yang sudah
melaksanakan usaha ini.
Perumusan Masalah
Budidaya jambu kristal merupakan salah satu usahatani yang baru
dijalankan di Indonesia. Jambu kristal merupakan mutasi dari residu Muangthai
Park, ditemukan pada tahun 1991 di District Kao Shiung, Taiwan. Tanaman ini
diintroduksikan ke Indonesia oleh Misi Teknik Taiwan di lokasi proyek
Mojokerto. Misi Teknik Taiwan melakukan kerjasama dengan IPB melalui
University Farm di Desa Cikarawang, Dramaga tahun 2008. Pada tahun 2009
University Farm melakukan penyebaran 600 bibit secara hibah ke petani
Cikarawang. Pada kerjasama usahatani ini University Farm berperan sebagai
penyedia bibit, memberikan penyuluhan budidaya, dan lembaga pemasaran.
Sementara itu petani melaksanakan proses budidaya dan menjualnya baik kepada
University Farm maupun kepada konsumen secara langsung.
Pada kenyataannya petani Cikarawang ini tidak selalu mengikuti petunjuk
penyuluhan yang diberikan University Farm dalam hal jarak tanam, pemberian
pupuk, pemberantasan hama, pembungkusan buah, dan pemanenan. Petani
menelantarkan jambu kristal mengakibatkan banyak tanaman berproduktivitas
rendah, gagal panen, dan bahkan mati. University Farm mengetatkan aturan
dengan memotong 25% hasil pembayaran panen agar petani lebih serius. Hal ini
terlihat dari adanya selisih produktivitas aktual di tingkat petani yang hanya
mencapai 11.64 kg per pohon sementara target University Farm mencapai 20 kg
per pohon pada saat tanaman berumur dua tahun. Umur tanaman jambu kristal
yang diusahakan petani bervariasi antara satu hingga tiga tahun, hal ini juga
mengakibatkan varisai produktivitas. Harga jual per kg jambu kristal relatif tinggi
dibandingkan jambu lain yaitu sekitar Rp 15 000 untuk grade A dan Rp 8 000
untuk grade B+, sedangkan harga jual di tingkat petani mencapai Rp 10 000.
Dengan kondisi yang dijelaskan seperti di atas maka muncul pertanyaan
yang akan dirumuskan dalam penelitian ini antara lain:

3

1. Bagaimana analisis pendapatan usahatani jambu kristal Desa Cikarawang,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor?
2. Bagaimana analisis efisiensi usahatani jambu kristal Desa Cikarawang,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor?
Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pendapatan usahatani tanaman jambu kristal di Desa
Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor
2. Menganalisis efisiensi usahatani tanaman jambu kristal di Desa
Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor
Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi petani, penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
usahatani jambu kristal dan efisiensinya sehingga dapat dijadikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
2. Bagi pembaca, sebagai wawasan dan bahan kajian mengenai usahatani
jambu kristal serta sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan lingkup regional yaitu Desa Cikarawang,
Kecamatan Dramaga, Kota Bogor dengan jambu kristal sebagai komoditi yang
diteliti. Petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah kelompok
petani yang melakukan usahatani jambu kristal. Umur pohon jambu kristal yang
diteliti adalah umur satu sampai empat tahun. Hal ini dilakukan karena tanaman
ini termasuk masih baru dibudidayakan di wilayah ini.
Analisis kajian dibatasi untuk melihat perbandingan tingkat pendapatan
usahatani jambu kristal antara petani berdasarkan umur tanaman di daerah
penelitian. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis keragaan
usahatani, analisis pendapatan usahatani berdasarkan pendekatan penerimaaan dan
biaya usahatani, dan analisis R/C rasio untuk melihat tingkat efisiensi usahatani
jambu kristal.

TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Jambu Kristal
Jambu kristal memiliki berbagai kesamaan dengan jenis jambu biji lain
yaitu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah tetapi lebih subur di daerah tropis
dengan ketinggian 5-1 200 m dpl, curah hujan 1 000-2 000 mm/tahun, suhu 25300C, serta pH 4.5-8.2.
Perbedaan jambu kristal dengan jambu biji biasa ialah daging buah tebal,
kadar biji hanya 3%, harga jual lebih tinggi, dan perawatannya yang lebih intensif.

4

Bibit budidaya ini dibuat dengan okulasi dan cangkok. Pada awal kerjasama
University Farm dan petani Cikarawang bibit diperoleh hanya dari cangkokan
University Farm. Pada tahun 2012 sudah terdapat petani yang menyediakan bibit
cangkok dan okulasi. Jambu biji biasa memiliki jarak tanam ideal 8 x 8 m,
sedangkan jambu kristal memiliki jarak ideal 3 x 3 m. Tinggi ideal tanaman
jambu kristal mencapai 2 m sehingga buah lebih terjangkau, berbeda dengan
jambu biji biasa yang bisa mencapai 3-10 m. Tingkat serangan hama dan penyakit
jambu kristal di Desa Cikarawang lebih tinggi dibanding jambu biasa sehingga
hasil produksi tidak sebaik jambu biji biasa. Hal ini menyebabkan banyak petani
yang ikut pada awal program kerjasama ini berhenti berbudidaya jambu kristal
karena gagal panen dan tanaman mati. Kebutuhan pupuk jambu kristal lebih tinggi
dari jambu biji biasa dan harga pupuk lebih tinggi karena penggunaan pupuk NPK
mutiara dan KCL non-subsidi. Umur produktif jambu kristal mencapai 10 tahun
lebih singkat dari jambu biji biasa yang mencapai 25 tahun.
Penelitian Terdahulu
Sampai tahun 2012 belum terdapat analisis usahatani mengenai jambu
kristal sehingga penelitian terdahulu yang dijadikan literatur referensi ialah
analisis pendapatan usahatani jambu biji dan analisis studi kelayakan bisnis jambu
kristal. Hasil penelitian Siregar (2010) Analisis Pendapatan Usahatani Jambu Biji
di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini
dilakukan di Kecamatan Bojong Gede Desa Cimanggis dan Kota Bogor. Tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis tingkat pendapatan
usahatani berdasarkan umur tanaman jambu biji di Desa Cimanggis Kecamatan
Bojong Gede dan menganalisis efisiensi pendapatan usahatani jambu biji
berdasarkan umur tanaman jambu biji di Desa Cimanggis Kecamatan Bojong
Gede, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan produksi jumlah jambu
biji pada stratum umur tanaman enam tahun lebih banyak dibandingkan stratum
umur tanaman dibawah enam tahun. Produktifitas rata-rata per pohon berumur
enam tahun mencapai 46 kg per pohon sedangkan stratum umur tanaman dibawah
enam tahun masing 35.5 kg untuk stratum umur tanaman lima tahun, 34.5 kg
untuk empat tahun dan 32 kg untuk stratum tanaman tiga tahun.
Hasil analisis usahatani jambu biji yang dilakukan di Desa Cimanggis pada
tahun 2009 diambil dari 35 responden petani jambu biji diperoleh bahwa produksi
rata-rata per pohon yang dihasilkan pertahun oleh petani jambu biji di Desa
Cimanggis mencapai 37 kg per tahun atau 12.3 kg per satu kali panen. Umur
tanaman jambu biji yang lebih efisien adalah umur tanaman yang enam tahun
yaitu dengan R/C atas biaya total sebesar 2.22 sedangkan untuk R/C atas biaya
tunai sebesar 3.98 dengan arti usahatani jambu biji ini efisien untuk dijalankan
dan menguntungkan untuk dijalankan karena pendapatannya bernilai positif yaitu
sebesar sebesar Rp 64 775 338.00 dan pendapatan atas biaya total adalah Rp 47
621 783.00. Rata-rata harga jual jambu biji mencapai Rp 2 500 per kg.
Persamaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian ini adalah
dilakukannya perbandingan pendapatan usahatani antara stratum umur tanaman.
Perbedaan kedua penelitian terletak pada jenis tanaman, lokasi, dan tahun
penelitian. Pada sektor input harga kebutuhan jambu biji lebih murah dibanding
jambu kristal, bibit mencapai Rp 15 000 per pohon, pupuk kandang mencapai Rp

5

5 000, bahkan pupuk kimia jauh lebih murah dengan harga berkisar Rp 1 500
hingga Rp 2 000. Obat-obatan/pestisida yang digunakan lebih terpola dengan
terbagi jelas atas Dusban, Curacon, dan Decis. Pembungkus buah yang digunakan
yang digunakan lebih murah yaitu plastik dengan harga Rp 20 000 berisi 300
bungkus serta kertas dengan harga Rp 500 per kg dan rapia Rp 1 000 per buah.
Pada jambu kristal umumnya digunakan Decis, akan tetapi serangan hama dan
penyakit lebih banyak jenisnya dan frekuensinya mengakibatkan petani
menggunakan bermacam obat-obatan yang jenisnya bervariasi antar petani. Pada
budidaya jambu biji, petani mengeluarkan biaya per HOK mencapai Rp 50 000
dengan penggunaan HOK lebih efisien, HOK luar keluarga mencapai 108.9 HOK
per hektar dan HOK keluarga mencapai 200.27 HOK per hektar. Petani jambu
merupakan pekerjaan utama 10 dari 35 orang responden, luas lahan 0.003 hingga
0.5 hektar, kerapatan lebih rendah mencapai 657 pohon per hektar dan umur
tanaman yang sudah mencapai usia produktif yaitu tiga hingga enam tahun.
Berbagai faktor perbedaan dalam budidaya ini terlihat juga dari pengalaman
petani yang lebih sedikit dibanding petani jambu biji yang mencapai 3-12 tahun
serta jarangnya petani mengikuti penyuluhan karena kesibukan masing-masing
sehingga teknik budidaya kurang efisien dan input budidaya yang sangat beraneka
ragam. Pada sektor output hasil produksi lebih tinggi karena tanaman sudah lebih
dewasa, lebih tahan penyakit, input lebih terjangkau, dan teknik budidaya yang
efisien sudah lebih diketahui dengan baik oleh semua petani.
Hasil penelitian Narundana (2011) Studi Kelayakan Bisnis Tanaman Buah
Jambu Kristal Pada Kelompok Tani Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga
Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan di University Farm dan kelompok tani
Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga. Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah menganalisis usaha jambu kristal dan menganalisa kelayakan
usaha jambu kristal dilihat dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek
manajemen operasional danaspek finansial. Metode pengolahan data dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif.
Faktor kondisi tanah adalah merupakan faktor terpenting usahatani ini.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada empat kriteria penilaian
investasi usaha dapat diketahui pada jenis tanah cukup air memiliki nilai NPV
positif yaitu sebesar Rp 13 883 500, untuk tanah basah sebesar Rp -(34 173 753)
dan Rp -(21 789 418) untuk tanah kering. IRR untuk tanah cukup air yaitu sebesar
29 persen, sedangkan untuk tanah basah dan tanah kering IRR yang diperoleh
kurang dari 14 persen. PI untuk tanah cukup air lebih besar dari 1 yaitu 1.76, PI
untuk tanah basah adalah 0.33 dan untuk tanah kering adalah sebesar 0.21. PBP
untuk tanah cukup air dibawah dari umur analisa proyek yaitu selama empat tahun,
sedangkan untuk tanah basah dan tanah kering lebih dari tujuh tahun. Berdasarkan
hasil perhitungan analisis sensitivitas pada tanah cukup air dapat diketahui bahwa
usaha ini tidak sensitif karena meskipun terjadi penurunan pada nilai NPV, IRR,
PI dan peningkatan waktu PBP usaha ini tetap layak untuk di jalankan karena nilai
NPV sebesar Rp 9 465 775.888 nilai IRR sebesar 24 persen, PI sebesar 1.58 dan
PBP dibawah umur analisa proyek yaitu selama empat tahun dua bulan.
Persamaan penelitian ini adalah lokasi dan komoditas. Perbedaannya ialah
kelayakan ini mengasumsikan lebih sedikit jenis input yang dipakai, harga input
lebih murah, dan output serta perkiraan produktivitas yang jauh lebih tinggi dari
yang ada di lapangan. Pupuk yang dipakai adalah NPK mutiara Rp 3 500 per kg,

6

pupuk kandang Rp 5 000 per karung sedangkan harga di lapangan jauh lebih
tinggi dan perlunya pupuk lain seperti KCL serta pupuk Phonska sebagai
pengganti NPK Mutiara. Asumsi harga jual Rp 12 500 dan produktivitas
mencapai 25 kg per pohon setelah melewati tahun kedua sedangkan harga dan
produktivitas di lapangan lebih rendah karena kurangnya input yang disebabkan
oleh kurangnya modal, perawatan yang kurang efisien, tanaman belum mencapai
umur produktif, dan pencangkokan yang mengharuskan tanaman tidak berbuah
agar pertumbuhan akar tidak terganggu.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Konsep Usahatani
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.
Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari
cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan
penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga
usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah 2008).
Soekartawi et al. (1986) mengemukakan bahwa tujuan usahatani dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu memaksimumkan keuntungan dan
meminimumkan pengeluaran. Konsep memaksimumkan keuntungan adalah
bagaimana mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah tertentu seefisien
mungkin untuk memperoleh keuntungan maksimum. Konsep meminimumkan
pengeluaran berarti bagaimana menekan pengeluaran produksi sekecil-kecilnya
untuk mencapai tingkat produksi tertentu. Ada empat unsur pokok dalam
usahatani yang sering disebut sebagai faktor-faktor produksi (Hernanto, 1989)
yaitu :
1. Tanah
Tanah usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan dan sawah. Tanah
tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli,
menyewa, bagi hasil (menyakap), pemberian negara, warisan atau wakaf.
Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur maupun polikultur atau
tumpang sari.
2. Tenaga Kerja
Jenis tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak
yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat
kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga ini dapat
berasal dari dalam dan luar keluarga (biasanya dengan cara upahan). Tenaga
kerja dihitung dalam satuan HOK (Hari Orang Kerja), yakni delapan jam
waktu normal kerja per hari.
3. Modal
Modal dalam usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta
pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh

7

dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (kredit bank, keluarga/tetangga), hadiah,
warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa.
4. Pengelolaan atau manajemen
Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan,
mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang
dikuasainya dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi
pertanian sebagaimana yang diharapkan. Pengenalan pemahaman terhadap
prinsip teknik dan ekonomis perlu dilakukan untuk dapat menjadi pengelola
yang berhasil. Prinsip teknis tersebut meliputi : (a) perilaku cabang usaha yang
diputuskan (b) perkembangan teknologi (c) tingkat teknologi yang dikuasai dan
(d) cara budidaya dan alternatif cara lain berdasar pengalaman orang lain.
Prinsip ekonomis antara lain : (a) penentuan perkembangan harga (b)
kombinasi cabang usaha (c) pemasaran hasil (d) pembiayaan usahatani (e)
penggolongan modal dan pendapatan serta tercermin dari keputusan yang
diambil agar resiko tidak menjadi tanggungan pengelola. Kesediaan menerima
resiko sangat tergantung kepada : (a) perubahan sosial serta (b) pendidikan dan
pengalaman petani.
Konsep Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual,
biaya usahatani adalah semua pengaluaran yang dipergunakan dalam suatu
usahatani (Soekartawi et al. 1986). Sedangkan yang dimaksud dengan pendapatan
usahatani adalah selisih penerimaan antara penerimaan dan pengeluaran.
Penerimaan usahatani adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk
pertanian. Untuk pengeluaran tunai usahatani merupakan sejumlah uang yang
dibayarkan untuk mendapatkan faktor-faktor produksi didalam suatu kegiatan
usahatani.
Menurut Soekartawi et al. (1986), penerimaan tunai dan pengeluaran tunai
usahatani yang tidak berasal dari penjualan produk usahatani, seperti pinjaman
bank, harus ditambahkan dan pengeluaran tunai usahatani tidak ada kaitannya
dengan pengadaan faktor-faktor produksi, eperti bunga pinjaman pokok dan uang
pokok harus dikurangi
Konsep Biaya Usahatani
Konsep biaya usahatani lebih mengkaji ke biaya-biaya produksi. Biaya
produksi dalam usahatani dapat dibedakan dalam beberapa bagian (Hernanto,
1989).
1.
Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari :
a. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat
bangunan pertanian dan bunga pinjaman.
b. Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah
produksi, misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obatobatan dan biaya
tenaga kerja.
2.
Berdasarkan biaya yang langsung dikeluarkan dan langsung diperhitungkan
terdiri dari :
a. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang langsung dibayar
tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan

8

biaya variabel misalnya biaya untuk pengeluaran bibit, obat-obatan
pupuk dan tenaga kerja keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat
pengalokasian modal yangmdimiliki petani.
b. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat-alat
pertanian, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga kerja dalam
keluarga (biaya variabel). Biaya tidak tunai ini untuk melihat bagaimana
manajemen suatu usahatani.
Efisiensi Pendapatan Usahatani
Hernanto (1989) mengemukakan bahwa tingkat keuntungan relatif dari
kegiatan usahatani berdasarkan perhitungan finansial dapat diketahui dengan
melakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya. Nilai R/C rasio total
menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang
dikeluarkan untuk berproduksi. Nilai R/C yang lebih besar dari satu menunjukkan
bahwa penambahan satu rupiah akan menghasilkan tambahan penerimaan yang
lebih besar dari satu. Semakin besar nilai R/C maka semakin baik kedudukan
ekonomi usahatani. Kedudukan penting karena dapat dijadikan penilaian dalam
mengambil keputusan dalam aktivitas usahatani.
Kerangka Pemikiran Operasional
Desa Cikarawang merupakan desa penghasil jambu kristal yang memiliki
berbagai perbedaan dibanding jambu biji biasa. Tanaman ini membutuhkan lahan
yang lebih kecil, buah manis tanpa biji, dan nilai ekonomis yang lebih tinggi di
pasaran dibanding jambu lain. Prospek cerah jambu ini membuat banyak petani
yang ikut melakukan budidaya ini. Permintaan jambu kristal yang berkualitas
selalu meningkat setiap tahun masih belum tercukupi karena berbagai faktor.
Terdapat sejumlah kendala yang dihadapi oleh petani di Desa Cikarawang, terlihat
dari banyaknya petani gagal dan berhenti pada tahun awal budidaya ini. Hasil
produksi yang rendah, serangan hama yang tinggi jauh melebihi perkiraan, harga
pupuk non-subsidi yang mahal, kebutuhan obat-obatan yang senakin meningkat,
dan hasil pendapatan yang rendah karena hal-hal tersebut merupakan
permasalahan yang dihadapi mayoritas petani di Desa Cikarawang. Petani
cenderung menggunakan cara masing-masing dalam budidaya serta sibuk dengan
pekerjaan utamanya sehingga tidak mengikuti penyuluhan budidaya yang benar.
Keterbatasan modal petani berpengaruh dalam membatasi penggunaan input
seperti bibit, pupuk, tenaga kerja dan lahan yang akan berpengaruh pada biaya
total petani. Penggunaan input sangat mempengaruhi produktivitas dan kualitas
jambu kristal yang kemudian berpengaruh pada penerimaan petani. Perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui keragaan usahatani dan apakah usahatani
jambu kristal yang dikembangkan di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga
Kabupaten Bogor masih menguntungkan atau tidak. Berdasarkan selisih
penerimaan dan biaya maka dapat dilakukan analisis pendapatan usahatani untuk
mengukur pendapatan petani, sedangkan untuk mengukur tingkat efisiensi
dilakukan analisis R/C rasio. R/C rasio adalah rasio imbangan penerimaan atas
biaya. Skema pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

9

Kelompok tani jambu kristal Desa
Cikarawang Kecamatan Dramaga

Permasalahan:
Produktivitas rendah
Serangan hama dan penyakit
Biaya pupuk dan obat-obatan tinggi
Pendapatan petani rendah
Budidaya yang tidak terstandar

Peluang:
Tingginya harga jual jambu biji
kristal dan permintaan yang
meningkat diduga mempengaruhi
peningkatan jumlah petani jambu
kristal di Desa Cikarawang

Kondisi Usahatani Saat Ini

Harga
output

Produk

Penerimaan
total

Input:
Bibit
Pupuk
Obat
TK
Lahan

Harga Input

Biaya total
Analisis Usahatani
Analisis Pendapatan
Analisis Rasio (R/C)
Rekomendasi

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Operasional

10

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi penelitian diambil secara sengaja dengan
pertimbangan Desa Cikarawang adalah desa yang pertama kali melakukan
usahatani jambu kristal dengan adanya kerjasama petani dan University Farm.
Waktu pengumpulan data dilakukan mulai bulan Februari 2012 hingga Maret
2012
Metode Penentuan Sampel
Responden dalam penelitian ini adalah para petani kelompok budidaya
jambu kristal Desa Cikarawang. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode
sensus di Desa Cikarawang karena jumlah petani di Desa Cikarawang hanya
sebanyak 24 petani yang aktif, sehingga semua petani menjadi responden
penelitian ini.
Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan melalui observasi (pengamatan) dan
wawancara langsung terhadap kegiatan yang dilakukan responden dengan
menggunakan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data sekunder sebagai
data penunjang diperoleh dari catatan yang terdapat di berbagai instansi yang
berkaitan dengan masalah penelitian seperti Badan Pusat Statistik, Ditjen
Hortikultura, dan buku-buku literatur serta serta data yang bersumber dari artikel
elektronik yang relevan dengan penelitian yang terkait lainnya.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian akan
dianalisis secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk
mendeskripsikan karakteristik petani, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan
untuk melakukan perhitungan biaya, penerimaan, pendapatan, dan R/C rasio yang
diperoleh melalui pengolahan data primer menggunakan bantuan software
Microsoft excel dan alat bantu hitung kalkulator, yang hasilnya dapat disajikan
dalam bentuk tabel yang dapat diinterpretasikan.
Analisis Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya yang telah
dikeluarkan. Tujuannya adalah membantu perbaikan pengolahan usaha pertanian.
Pendapantan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan atas seluruh
biaya tunai yang disebut sebagai pendapatan tunai dan pendapatan atas biaya total
yang disebut sebagai pendapatan total. Penerimaan total usahatani (total farm
revenue) merupakan nilai produk total dalam jangka waktu satu musim tanam
baik yang dijual maupun yang dijadikan sebagai bibit.

11

Rumus penerimaan, total biaya dan pendapatan adalah (Soekartawi, 1986) :
TR
=PxQ
TC
= biaya tunai + biaya diperhitungkan
πatas biaya tunai = TR-biaya tunai
πatas biaya total = TR-TC
Keterangan :
TR
: total penerimaan usahatani (Rp)
TC
: total biaya usahatani (Rp)
P
: harga output (Rp/Kg)
Q
: jumlah output (Kg)
π
: pendapatan atau keuntungan (Rp)
Total pengeluaran (total cost) dianalisis berdasarkan biaya tunai dan biaya
tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai digunakan untuk melihat
seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan
kegiatan usahataninya. Biaya tunai meliputi biaya pajak/sewa lahan, bibit, pupuk,
pestisida serta upah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga. Biaya tunai
dihitung berdasarkan nilai rata-rata dari semua petani contoh. Biaya tidak tunai
digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika
penyusutan, sewa lahan, nilai kerja dalam keluarga dan bunga modal. Metode
penghitungan pendapatan usahatani jambu kristal dapat disajikan pada tabel 2.
Penyusutan alat termasuk dalam biaya diperhitungkan dihitung dengan
metode garis lurus (straight line methode) yaitu setiap tahun biaya penyusutan
yang dikeluarkan relatif sama. Biaya yang diperhitungkan adalah penyusutan alat
yang digunakan paga kegiatan usahatani jambu kristal seperti cangkul, arit,
cengkrong, gunting stek, gunting buah, gunting, dan golok. Rumus yang
digunakan adalah :
Dp
=(c - s )
n
Keterangan:
Dp
= Penyusutan/tahun
c
= Nilai beli
s
= Nilai sisa
n
= Umur pemakaian barang
Efisiensi Pendapatan Usahatani
Analisis pendapatan usahatani selalu disertai dengan pengukuran efisiensi
pendapatan usahatani. Pendapatan selain dapat diukur dengan nilai mutlak juga
dapat diukur analisis efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan
untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost ratio) atau analisis R/C. Rasio
R/C yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas
biaya total. Rasio R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara
penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio R/C atas
biaya total dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya
total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis imbangan penerimaan dan biaya
usahatani adalah sebagai berikut (Soekartawi 1986) :
R/C rasio atas biaya tunai = TR/ biaya tunai
R/C rasio atas biaya total = TR / TC

12

Keterangan:
TR : Total penerimaan usahatani (Rp)
TC : Total biaya usahatani (Rp)
Usahatani dapat dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C lebih dari satu,
hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usahatani memberikan penerimaan yang
lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Semakin besar nilai R/C rasio, maka
dapat disimpulkan bahwa efisiensi usahatani ini semakin tinggi. Contoh
perhitungan pendapatan usahatani dapat dilihat di bawah ini pada tabel 2.
Tabel 2 Metode perhitungan pendapatan usahatani
No
Keterangan
Jumlah
A
Penerimaan Total
B
Biaya Tunai
Biaya Variabel
1
Bibit
2
Pupuk
3
Obat-obatan
4
Pembungkus
5
Tenaga Kerja Luar Keluarga
Biaya Tetap
1
Pajak Tanah
Total Biaya Tunai
C
Biaya yang Diperhitungkan
Biaya Tetap
1
Penyusutan
2
Sewa Lahan
Biaya Variabel
1
Tenaga Kerja Keluarga
Total Biaya Yang Diperhitungkan
D
Total Biaya (B+C)
E
Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B)
F
Pendapatan Atas Biaya Total (A-D)
G
R/C Atas Biaya Tunai (A/B)
H
R/C Atas Biaya Total (A/D)

Harga

Total

Sumber: Soekartawi 1986)

Definisi Operasional
Beberapa variabel yang digunakan untuk mengidentifikasi pendapatan
usahatani dan pemasaran jambu kristal antara lain :
1. Hasil produksi adalah hasil produksi fisik berupa jambu kristal dalam
satuan kg per hektar dan bibit cangkokan per hektar
2. Perhitungan yang dilakukan adalah perhitungan dalam satu tahun
produksi yaitu pada tahun 2011.
3. Harga jual petani dalam analisis usahatani adalah harga jambu kristal
yang diterima petani dalam satuan Rp/kg dan Rp/bibit cangkokan.
4. Penerimaan usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumber daya
yang digunakan dalam usahatani.

13

5. Pengeluaran total usahatani terdiri dari biaya tunai dan biaya
diperhitungkan.
6. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk nilai uang
(tunai).
7. Biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk sarana
produksi namun tidak dalam bentuk uang tunai.
8. Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan
aktivitas bisnis.
9. Biaya tetap adalah biaya yang tidak bergantung pada tingkat barang atau
jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut.
10. Pendapatan atas biaya total adalah selisih antara penerimaan total
usahatani dengan biaya total.
11. Pendapatan atas biaya tunai adalah selisih antara penerimaan total
usahatani dikurangi biaya tunai.

GAMBARAN UMUM KEADAAN DAERAH PENELITIAN
University Farm
Sejalan dengan mandat IPB sebagai perguruan tinggi berstatus badan hukum
milik negara (PT BHMN) menurut PP nomor 154 thn 2000 bahwa IPB
mengemban amanat untuk mengakselerasikan pembangunan pertanian. Visi IPB
adalah menjadi perguruan tinggi bertaraf internasional dalam sumber daya
manusia dan IPTEK dengan kompetensi utama di bidang pertanian tropika.
Pencapaian visi IPB ini telah diungkapkan oleh rektor IPB dalam program kerja
2003-2007 untuk menetapkan IPB sebagai universitas riset. Sejalan dengan hal
tersebut maka kebun percobaan di bawah koordinasi University Farm IPB dituntut
untuk meningkatkan kualitas pelayanan fasilitas lapang penunjang akademik
dalam penyelenggaraan pendidikan, penelitian, maupun pelayanan kepada
masyarakat secara berkualitas.
Berdasarkan SK Rektor nomor 202/K13/OT/2004/tanggal 28 Desember
2004, University Farm dibentuk untuk mengelola secara terintegrasi sarana
penunjang akademik yang meliputi kebun percobaan, kolam, laboratorium laut,
ladang pengembalaan ternak dan hutan pendidikan sehingga secara optimal dapat
memenuhi kepentinganinstitusi. University Farm IPB mengelola 728.23 ha lahan
yang tersebar di kabupaten/kotamadya bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten
Sukabumi yang mewakili wilayah agro-ekosistem rendah basah dan tinggi basah.
Desa Cikarawang
Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa Cikarawang berbatasan langsung
dengan Sungai Cisadane di sebelah Utara, Sungai Ciapus di sebelah Selatan,
Kelurahan Situ Gede, Bogor Barat, Kota Bogor di sebelah Timur dan Sungai
Cisadane/Ciapus disebelah Barat. Desa Cikarawang berjarak 5 kilometer dari
ibukota kecamatan, 35 kilometer dari ibukota kabupaten, 135 kilometer dari
ibukota provinsi, dan 85 kilometer dari Jakarta.

14

Desa Cikarawang memiliki luas wilayah 226.56 ha dengan jumlah
penduduk sekitar 8 227 jiwa pada September 2009. Wilayah Desa Cikarawang
terbagi atas 3 dusun, 7 Rukun Warga (RW), dan 32 Rukun Tetangga (RT) yang
menyebar di 11 kampung. Sebagian besar wilayah Desa Cikarawang merupakan
lahan persawahan (termasuk didalamnya palawija) yang mencapai 77.63 persen
dari total lahan yang berada di Desa Cikarawang.
Berdasarkan tinjauan topografi, Desa Cikarawang merupakan dataran tinggi
dengan ketinggian mencapai 700 meter diatas permukaan laut. Suhu udara Desa
Cikarawang antara 25-300 C. Sebagian besar wilayah Desa Cikarawang
merupakan persawahan dan perkebunan. Areal yang berfungsi untuk persawahan
meliputi lahan seluas 194.6 hektar atau lebih kurang 73 % dari seluruh luas
wilayah Desa Cikarawang, sedangkan perkebunan rakyat meliputi wilayah seluas
18.2 hektar (6.9%) dan perkebunan negara seluas 8 hektar (3%). Kawasan
permukiman penduduk meliputi kawasan seluas 37.9 hektar (14.4 %) dan 4.3
hektar (2.7 %) sisa lahan digunakan untuk fasilitas umum lainnya misalnya
kawasan perkantoran, sekolah, pemakaman dan lain-lain. Dengan lahan untuk
pertanian seluas 194.6 hektar, Desa Cikarawang memiliki potensi terutama untuk
komoditas padi sawah, palawija, dan jambu kristal yang sangat besar.
Pada September 2009 jumlah penduduk Desa Cikarawang mencapai
Cikarawang berjumlah 8 227 jiwa yang terdiri atas 4 199 orang laki-laki dan 4
028 orang perempuan. Sebagian besar penduduk termasuk dalam kelompok usia
produktif yaitu 15-55 tahun. Penduduk yang tergolong dalam kelompok usia
produktif berjumlah ± 4721 orang (57%) dari total jumlah penduduk. Untuk di
Dusun Cangkrang, Dari total KK yang ada (400 KK), 87.5 persen diantaranya
(350 KK) merupakan KK miskin. Proporsi tingkat pendidikan penduduk terbesar
adalah Tidak Tamat dan Tamat SD (32%) disusul Tamat SMP dan Tamat SMA.
Adapun jenis pekerjaan penduduk Desa Cikarawang pada umumnya adalah
sebagai buruh bangunan, petani, supir dan pedagang. Kelompok tani yang sudah
terdaftar di kantor kecamatan Dramaga berjumlah empat kelompok, yaitu
Kelompok Tani Hurip, Mekar, Setia, dan Subur Jaya. Secara lengkap Tabel 3
menyajikan berbagai jenis profesi penduduk Desa Cikarawang.
Tabel 3 Sebaran penduduk menurut mata pencaharian di Desa Cikarawang, 2009
No
Mata Pencaharian
Persentase (%)
1
Petani dan Buruh Tani
20.8
2
Buruh Tani
15.1
3
Pembantu Rumah
20.1
4
Karyawan Swasta
14.8
5
Pensiunan
14.1
6
PNS
11.7
7
Lain-lain
3.4
Jumlah
100.0
Sumber : Profil Desa Cikarawang 2009

Kelompok Tani Jambu Kristal Desa Cikarawang
Kelompok tani di Desa Cikarawang merupakan kelompok tani POSDAYA
yaitu gabungan dari beberapa kelompok tani/organisasi danwadah dari beberapa

15

organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan
lingkungan. Kegiatan yang dilakukan padabidang pendidikan adalah PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini) dan buta aksara. Pada bidang kesehatan antara lain
Posyandu dan Lansia sedangkan pada aspek lingkungan adalah pembuatan tong
sampah, pengolahan sampah dan kerja bakti setiap hari Jum’at (JUMSIH). Pada
sektor ekonomi yaitu pertanian (ubi ungu), home industry dan jambu kristal.
Kelompok tani jambu kristal di Desa Cikarawang ini mempunyai anggota
sebanyak 32 orang.
Struktur organisasi yang terdapat pada kelompok tani jambu kristal ini
masih tergolong sangat sederhana karena hanya terdiri dari ketua kelompok tani,
bendahara yang sekaligus merangkap sebagai sekretaris dan anggota kelompok
tani. Ketua kelompok ini adalah Pak Badri, bendahara sekaligus sekretaris ialah
Pak Nur Ali. Anggotanya berjumlah 32 orang, beberapa anggotanya gagal bertani
jambu kristal karena terlalu sibuk dengan pekerjaan utamanya sehingga pada
Februari 2012 tersisa 24 petani yang masih membudidayakan jambu kristal ini.
Karakteristik Petani Responden
Usia Petani
Petani yang menjadi responden berusia antara 23-70 tahun. Pembagian
responden berdasarkan usianya serta persentasenya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Distribusi usia petani responden tahun 2012
Golongan Usia (Tahun)
Jumlah (orang)
21-30
2
31-40
1
41-50
12
51-60
5
61-70
4
Jumlah
24
Rata-rata 48.79 tahun

Persentase (%)
8.33
4.16
50.00
20.83
16.66
100.00

Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berada
pada usia 41-50 tahun (50%) dan paling sedikit berada di kisaran 31-40 tahun
(4.16%). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata usia responden masih berada pada
usia produktif (lampiran 2).
Tingkat Pendidikan dan Pengalaman
Petani responden dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan tingkat
pendidikannya yaitu tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, dan
tamat S1. Pada tabel berikut dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani
responden cukup bervariasi dengan responden terbanyak menempuh SLTA dan
sederajat sebanyak 10 orang (42%). Sebanyak 2 orang tidak tamat SD, 5 orang
tamat SD, dan 2 orang mampu hingga tamat S1. Pendidikan formal petani
responden tidak terlalu berpengaruh karena semua petani responden mendapatkan
pendidikan informal yaitu pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan oleh
University Farm.

16

Tabel 5 Distribusi tingkat pendidikan petani responden tahun 2012
Tingkat Pendidikan
Jumlah orang
Persentase (%)
Tidak Tamat SD/Sederajat
2
8.33
Tamat SD/Sederajat
5
20.83
Tamat SMP/Sederajat
5
20.83
Tamat SMU/Sederajat
10
42.00
Tamat S1
2
8.33
Jumlah
24
100.00
Sumber: Data Primer (diolah)

Petani jambu kristal di bawah bimbingan University Farm memiliki
pengalaman yang berbeda-beda dan tidak terlalu lama dalam mengembangkan
komoditi jambu kristal karena jambu kristal tergolong jenis tanaman buah-buahan
yang baru di Indonesia. Berikut distribusi lama pengalaman petani responden
dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6 Distribusi pengalaman petani responden tahun 2012
Pengalaman
1 Tahun
2 Tahun
3 Tahun
Jumlah
Rata-rata 1.79 Tahun

Jumlah orang
8
13
3
24

Persentase (%)
33.33
54.16
12.50
100.00

Sumber: Data Primer (diolah)

Luas Lahan, Status Lahan, dan Jumlah Pohon
Berdasarkan jumlah tanaman yang dimiliki responden pada tabel 7
diketahui bahwa sebagian besar petani responden memiliki jumlam pohon 1-200
pohon mencapai 17 orang (70.83%). Umur pohon yang ditanam petani umumnya
berusia di atas 2 tahun.
Tabel 7 Distribusi jumlah tanaman yang dimiliki petani responden
Jumlah Pohon
Jumlah orang
Persentase (%)
12-100
8
33.33
101-200
9
37.50
201-300
4
8.33
>300
3
4.16
Jumlah
24
100.00
Rata-rata 188.04 pohon
Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan status kepemilikan lahan petani responden dibedakan menjadi
petani yang mengolah lahan milik sendiri, petani yang mengolah lahan milik
sekaligus lahan sewa dan petani yang mengolah lahan orang (bagi hasil).

17

Tabel 8 Distribusi petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan
Status Kepemilikan Lahan
Petani Responden
Jumlah orang
Persentase (%)
Milik Sendiri
19
79.16
Milik Sendiri sekaligus Sewa
1
4.16
Garapan
4
16.66
Jumlah
24
100.00
Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan data pada Tabel 8 terlihat bahwa petani yang menggarap lahan
milik sendiri berjumlah 20 orang, namun ada 1 orang yang juga menggarap lahan
sewaan. Selain itu ada 4 orang yang menggarap lahan orang lain dengan syarat
bagi hasil dimana semua biaya ditanggung penggarap. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kepemilikan lahan responden yang tinggi sehingga petani lebih mudah
mengambil keputusan dalam budidaya. Luas lahan garapan petani responden
berkisar antara 0.016 hingga 0.7 hektar. Terlihat bahwa sebagian besar petani
yaitu 50 persen memiliki lahan garapan dengan luas antara 0.1–0.3 hektar.
Pengelompokkan petani berdasarkan luas garapan dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9 Distribusi petani responden berdasarkan luas lahan garapan
Luas Lahan Garapan
Pe