Kelimpahan Artropoda Predator dan Hama pada Tanaman Jambu Biji Kristal di International Cooperation and Development Fund (ICDF) Cikarawang, Bogor.

1

KELIMPAHAN ARTROPODA PREDATOR DAN HAMA
PADA TANAMAN JAMBU BIJI KRISTAL DI International
Cooperation and Development Fund (ICDF) CIKARAWANG,
BOGOR

IVAN PRIMAJOHAN SUPRIATNA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

3

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya.Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar bagi IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

4

5

ABSTRAK
IVAN PRIMAJOHAN SUPRIATNA. Kelimpahan Artropoda Predator dan Hama
pada Tanaman Jambu Biji Kristal di International Cooperation and Development
Fund (ICDF) Cikarawang, Bogor. Dibimbing oleh DADAN HINDAYANA.
Informasi kelimpahan Artropoda predator dan hama pada tanaman jambu
biji kristal sangat diperlukan dalam pertimbangan pengambilan keputusan
pengendalian dengan menggunakan teknik pemanfaatan musuh alami. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengeksplorasi dan menginventarisasi Artropoda predator

dan hama pada tanaman jambu biji kristal di International Cooperation and
Development Fund (ICDF) Cikarawang, Bogor. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan metode pitfall trap, jaring serangga, light trap, dan pengamatan
langsung. Tanaman contoh dipilih berdasarkan desain klaster forest health
monitoring (FHM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi peran
Artropoda sebagai hama, predator, parasitoid, dan lainnya berturut-turut sebesar
53%, 41%, 1%, dan 5%.Hama yang sering ditemukan dan menimbulkan
kerusakan secara nyata adalah: Carphopilus sp., kumbang badak, ulat kantung,
ulat pucuk, kutu putih, kutu daun, dan belalang. Predator yang paling dominan
adalah semut (Hymenoptera: Formicidae). Semut merupakan Artropoda paling
dominan yang dapat dideteksi keberadaannya menggunakan metode pengamatan
langsung, pitfall trap, dan light trap. Belalang (Orthoptera: Acrididae) merupakan
Artropoda paling dominan yang dapat dideteksi keberadaannya menggunakan
jaring serangga.
Kata kunci: forest health monitoring, predator, keragaman, jambu biji kristal.

6

7


ABSTRACT
IVANPRIMAJOHAN SUPRIATNA. Abundance of Predators and Pests
Arthropod Associated with Crystal Guava Plantation in International Cooperation
and Development Fund (ICDF) Cikarawang, Bogor. Supervised by DADAN
HINDAYANA.
To apply a wise biological control of pests in an agroecosystem, specific
information of abundance and diverstity of natural enemies and pest arthropods
are needed. This basic requirement of information, however, in a crystal guava
plantation is still neglected. Therefore, the purpose of this research was to explore
and identify predators and pest Arthropods associated with crystal guava plantion
in International Cooperation and Development Fund (ICDF) Cikarawang, Bogor.
These abundance and diversity of arthropods was investigated using pitfall trap,
sweep net, light trap, and direct observation methods. Sample plants were selected
by forest health monitoring (FHM) cluster design. The result showed that the
proportions of pests, predators, parasitoids, and other arthoropods were 53%,
41%, 1% and 5% respectively. The main pests were: Carphopilus sp., rhinoceros
beetles, bagworms, budworms, mealy bugs, aphids, and grasshoppers. The most
dominant predators were ants (Hymenoptera: Formicidae). Ants were the only
predator which found through direct observation methods, pitfall traps, and light
traps. Meanwhile Grasshopper (Orthoptera: Acrididae) was the most dominant

arthropod catched by insect nets.
Keywords:forest health monitoring, predators, diversity, crystal guava.

8

9

KELIMPAHAN ARTROPODA PREDATOR DAN HAMA
PADA TANAMAN JAMBU BIJI KRISTAL DI International
Cooperation and Development Fund (ICDF) CIKARAWANG,
BOGOR

IVAN PRIMAJOHAN SUPRIATNA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman


DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

10

11

12

PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Kelimpahan Artropoda Predator dan Hama pada Tanaman Jambu Biji Kristal di
International Cooperation and Development Fund (ICDF) Cikarawang, Bogor.
Skripsi sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Penelitian ini
dilaksanakan pada September sampai Desember 2013.

Penulis menghaturkan terima kasih kepada Dr Ir Dadan Hindayana selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan ilmu, saran, motivasi, dan
bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.Ucapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada Dr Ir Supramana, MSiselaku dosen penguji tamu
yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.
Terima kasih kepada orang tua, adik-adik, dan seluruh keluarga penulis
yang telah banyak mencurahkan tenaga, pikiran, dan do’a untuk penulis.Terima
kasih kepada kepala dan seluruh staf ICDF Cikarawang, Bogor yang telah
membantu penulis selama penelitian di lapangan.Terima kasih kepada rekan-rekan
yang telah membantu, khususnya Reni Mulyani dan Ade Azis Kusnaya, serta
teman-teman di Proteksi Tanaman angkatan 47 yang selalu menginspirasi.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pertanian.

Bogor, Desember 2013
Ivan Primajohan Supriatna

13

14


DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Metode Penelitian
Eksplorasi Artropoda Predator dan Hama di Lapangan
Identifikasi Artropoda
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Lokasi
Artropoda yang Ditemukan pada Tanaman Jambu Biji Kristal
Artropoda Hama
Artropoda Predator
Artropoda Lain
Hubungan Kelimpahan Artropoda Predator dan Hamadi Lapangan
Proporsi Artropoda berdasarkan metode pengambilan sampel
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

1
1
2
2
3
3
3
3
4
5
5
5
6
10
12

13
13
15
15
15
16
18
26

15

16

DAFTAR GAMBAR
Bentuk klaster FHM
Perangkap tanah (Pitfall trap)
Arah ayunan jaring
Proporsi peran Artropoda pada pertanaman jambu biji kristal
Hama lalat buah
Gejala busuk buah oleh Carphopilus sp. dan Hama Carphopilus sp.

Hama kumbang badak(Coleoptera: Scarabaeidae)
Hama ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae)
Ulat pucuk (Lepidoptera: Pyralidae)
Gejala kerusakan daun oleh ulat pucuk
Hama kutu putih (Hemiptera: Pseudococcidae)
Hama kutu daun (Hemiptera: Aphididae)
Hama belalang (Orthoptera: Acrididae) pada daun jambu biji kristal
Proporsi famili hama lain pada pertanaman jambu biji kristal
Proporsi famili Artropoda lain pada pertanaman jambu biji kristal
Proporsi peran Artropoda lain pada pertanaman jambu biji kristal
Kelimpahan Artropoda predator dan hama pada 12 minggu pengamatan
Proporsi jumlah Artropoda berdasarkan metode pengambilan sampel

3
4
4
5
6
6
7

7
8
8
9
9
10
10
12
12
13
14

DAFTAR TABEL
Curah hujan minggu ke-1 sampai ke-12 kali pengamatan
Kelimpahan Artropoda predator di lapangan

5
11

DAFTAR LAMPIRAN

Gulma yang tumbuh di sekitar lahan jambu biji kristal
Jumlah dan peran Artropoda di perkebunan jambu biji kristal
Hasil pengamatan Artropoda selama 12 minggu
Hasil pengamatan Artropoda berdasarkan metode yang digunakan

19
20
22
24

17

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang banyak diproduksi di berbagai negara. Negara-negara penghasil
jambu biji terbesar di dunia antara lain: India, Brazil, dan Meksiko (Lim &
Manicom 2003; Panhwar 2005). Beberapa negara penghasil jambu biji lainnya
yaitu Afrika Selatan, Kolombia, Republik Dominika, Haiti, Kuba, Venezuela,
Filipina, Selandia Baru, Australia, Peru, Hawai, Cina, Malaysia, Amerika Serikat,
Zimbabwe, Kenya, Pakistan (Panhwar 2005), dan Jepang (Soedarya 2010).
Di Indonesia, produksi jambu biji mengalami pasang surut setiap tahunnya.
Data produksi jambu biji dari tahun 2008 sampai 2012 adalah sebagai berikut: 212
260, 220 202, 204 551, 211 836, dan 208 151 ton (BPS 2012). Produksi jambu biji
yang fluktuatif setiap tahunnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
hama. Hama merupakan faktor pembatas dalam memproduksi jambu biji (Susilo
2013). Menurut Faridah (2011) hama menggigit-mengunyah dapat menyebabkan
kerusakan pada tanaman jambu biji hingga 22%, hal ini berpengaruh terhadap
penurunan hasil produksi jambu biji.
Penggunaan kultivar unggul dan tahan sangat dianjurkan untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi, serta mengurangi dampak
kerugian yang diakibatkan oleh hama. Puslitbang Tanaman Pangan (2013)
menyatakan bahwa salah satu cara untuk melakukan pengendalian terhadap hama
adalah dengan menanam tanaman tahan. Salah satu kultivar jambu biji yang
memiliki sifat unggul dibandingkan dengan kultivar lainnya adalah jambu biji
kristal. Susilo et al. (2013) menyatakan bahwa jambu biji kristal memiliki biji 3%
bagian buah dan tekstur dagingnya lebih renyah dibandingkan kultivar lainnya.
Hodijah (2013) menyatakan bahwa tekstur daun jambu biji kristal lebih kaku
sehingga jambu biji ini lebih tahan kekeringan dan hama penyakit dibandingkan
dengan kultivar jambu biji lainnya.
Selain menggunakan kultivar unggul dan tahan, cara lain untuk
mengendalikan hama adalah memanfaatkan musuh alami. Menurut Sudarmadji
(1991)caramengendalikan hama yang lebih aman dan tidak mencemari
lingkungan, yaitu dengan memanfaatkan musuh alami termasuk predator. Hal ini
dapat diartikan pula sebagai upaya memelihara keberadaan musuh alami dalam
suatu keseimbangan dengan hama pada tingkat yang tidak merugikan (Direktorat
Bina Perlindungan Tanaman 1993).
Eksplorasi dan inventarisasi keragaman Artropoda diperlukan sebagai
langkah awal untuk menerapkan teknik pemanfaatan musuh alami
(predator).Untuk memantau keanekaragaman hayati dalam penerapan teknik
pemanfaatan musuh alami perlu dilengkapi informasi jumlah individu
(kelimpahan), peranannya pada suatu habitat dan ekosistem (Primack et al. 1988;
Oliver dan Beatti 1996), serta berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Sampai saat ini, informasi mengenai keragaman Artropoda predator dan
hama pada tanaman jambu biji kristal di Indonesia masih sangat terbatas. Oleh
karena itu, diperlukan banyak penelitian untuk melengkapi informasi tersebut.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi dan menginventarisasi Artropoda
predator dan hama pada tanaman jambu biji kristal di International Cooperation
and Development Fund(ICDF) Cikarawang, Bogor.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kelimpahan
Artropoda predator dan hama pada tanaman jambu biji kristal di ICDF
Cikarawang, Bogor. Informasi ini dapat menjadi bahan pertimbangan
pengambilan keputusan pengendalian dengan teknik pemanfaatan musuh alami
(predator), acuan untuk penelitian selanjutnya, dan pengayaan ilmu Entomologi.

3

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Eksplorasi Artropoda predator dan hama dilaksanakan di ICDF Cikarawang,
Bogor.Identifikasi Artropoda predator dan hama dilaksanakan di laboratorium
Ekologi Serangga Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai
Desember 2013.
Metode Penelitian
Eksplorasi Artropoda Predator dan Hama di Lapangan
Tanaman
contoh
diambil
menggunakanklaster
forest
health
monitoring(FHM) dari United State Departement of Agriculture-Forest Service
(USDA-FS) (Gambar 1).Satu klaster terdiri dari 4 subplot/plot annular. Setiap
plot memiliki jari-jari7.32 m untuk subplot dan 17.95 m untuk plot annular.
Dengan demikianluasan yang tercakup dalam satu buah klaster adalah seluas
4048.93 m2,sedangkan luasan wilayah yang diwakili oleh satu buah klaster-plot
adalah seluas 1ha. Titik pusat pada subplot 1 merupakan titik pusat bagi
keseluruhan plot. Titik pusat subplot 2 terletak pada arah 360o dari titik pusat
subplot 1 dengan jarak 36.6 m. Titik pusat subplot 3 terletak pada arah 120o dari
titik pusat subplot 1 dengan jarak 36.6 m. Titik pusat subplot 4 terletak pada arah
240o dari titik pusat subplot 1 dengan jarak 36.6 m (USDA-FS 1997 dalam Putra
2012).
KelimpahanArtropoda predator dan hama diamati menggunakan jaring dan
pengamatan langsung pada setiap tanaman jambu biji kristal yang berada pada
subplot. Sampel tanaman diambil sebanyak 20 tanaman per-plot searah jarum jam
mulai dari arah 360o (arah utara). Jadi keseluruhan tanaman contoh berjumlah 80
tanaman. Pitfall trapdan penjaringan diaplikasikan pada tanaman bernomor 4, 8,
12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, 48, 52, 56, 60, 64, 68, 72, 76, dan 80 (Gambar
1).

4
Gambar 1 Bentuk klaster FHM (USDA-FS 1997 dalam Putra 2012)
Pengamatan langsung. Metode ini dilakukan untuk mengamati Artropoda
yang berada pada tajuk tanaman sampel dan sekitarnya. Pengamatan dilakukan 1
minggu sekali selama 12 kali pengamatan. Artropoda yang didapat kemudian
diidentifikasi, dihitung jumlahnya, dan dicatat.
Perangkap tanah (Pitfall trap). Pitfall trap(Gambar 2) merupakan
perangkap untuk Artropoda permukaan tanah yang terbuat dari gelas bekas
minuman (berukuran: tinggi 9.5 cm dan diameter 6.5 cm). Gelas tersebut ditanam
di tanah dengan posisi permukaan sejajar dengan permukaan tanah. Gelas diisi air
sabun sebanyak 1/3 volume gelas, kemudian ditutup dengan seng (berukuran:
panjang 30 cm dan lebar 15 cm) yang berbentuk seperti atap rumah. Artropoda
yang didapat kemudian diidentifikasi, dihitung jumlahnya, dan dicatat.

Gambar 2 Perangkap tanah (Pitfall trap)
Penjaringan. Metode penjaringan dilakukan untuk mendapatkan Artropoda
yang aktif terbang. Penjaringan dilakukan menggunakan jaring serangga sebanyak
5 kali ayunan dengan 3 kali ulangan. Pengayunan jaring dilakukan pada bagian
sisi tengah tajuk tanaman dengan arah ayunan lurus ke depan (Gambar 3)
Artropoda yang didapat kemudian diidentifikasi, dihitung jumlahnya, dan dicatat.

Gambar 3 Arah ayunan jaring
Pencahayaan lampu. Metode ini dilakukan untuk mengamati Artropoda
yang aktif pada malam hari dengan menggunakan pencahayaan lampu yang
terpasang di sekitar lokasi pengamatan. Lampu yang dipakai adalah jenis lampu
neon yang menghasilkan cahaya putih, kemudian pada bagian bawah disimpan
wadah untuk menampung Artropoda yang tertarik cahaya. Wadah tersebut
kemudian diisi dengan air sabun sebanyak 1/3 volume wadah. Artropoda yang
didapat kemudian diidentifikasi, dihitung jumlahnya, dan dicatat.
Identifikasi Artropoda
Artropoda diidentifikasi hingga tingkat famili dengan menggunakan buku
identifikasi Pengenalan Pelajaran Serangga edisi keenam Borror et al(1996) dan
website www.bugguide.net yang dikelola Iowa State University Entomology.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Lokasi
Perkebunan jambu biji kristaldi ICDF Cikarawang, Bogor termasuk ke
dalam wilayah dataran rendah dengan topografi yang berbentuk mendatar.
Wilayah ini memiliki suhu rata-rata harian antara 25o dan 32o C dengan ketinggian
tempat 200 m dpl.Wilayah ini berbatasan dengan daerah pemukiman dan lahan
perkebunan milikrakyat.Curah hujan yang terjadi pada bulan September sampai
Desember di wilayah ini termasuk ke dalam kategori rendah sampai menengah
(Tabel 1).
Tabel 1 Curah hujan bulan minggu ke-1 sampai ke-12 kali pengamatana
Minggu
Curah hujan (mm)
Keterangan
1-2
51 – 100
Rendah
3-11
201 – 300
Menengah
12
51 – 100
Rendah
a

Sumber: BMKG

Teknik budidaya tanaman jambu biji kristal di ICDF Cikarawang, Bogor
dilakukan secara konvensional.Jambu biji kristal ditanam secara monokultur
dengan jarak tanam 2 x 3 m. Usian tanaman berkisar antara 3 sampai 6 tahun.
Penyiangan gulma dilakukan menggunakan mesin pemotong rumput atau
menggunakan
herbisida
bila
pertumbuhan
gulma
sulit
untuk
dikendalikan.Tanaman jambu biji kristal secara intensif diberi perlakuan pestisida
setiap 1 bulan sekali atau pada saat populasi hama melimpah. Pupuk yang
digunakan berupa pupuk sintetik atau pupuk alami yang berupa limbah kotoran
ternak.Sistem pengairan berasal dari danau Situ Gede dan Situ Burung yang dialiri
melalui pompa dan terkontrol secara berkala.
Artropoda yang Ditemukan pada Tanaman Jambu Biji Kristal
Jumlah keseluruhan Artropoda yang ditemukan di perkebunan jambu biji
kristal pada 12 kali pengamatan yaitu sebanyak 6529 individu. Sebanyak 3383
individu (53%) berperan sebagai hama pada jambu biji kristal, 2616 individu
(41%) berperan sebagai predator, 100individu (1%) berperan sebagai parasitoid,
dan 330 individu (5%) berperan sebagai Artropoda lain (Gambar 4).

6
Parasitoid
1%

Lainnya
5%

Hama
53%
Predator
41%
Gambar 4 Proporsi peran Artropoda pada pertanaman jambu biji kristal
Artropoda Hama
Menurut Gould dan Raga (2002) hama utama pada pertanaman jambu biji di
berbagai negara adalah lalat buah (Diptera: Tephritidae). Pada penelitian ini hanya
ditemukan 1 individu lalat buahyaitu pada pengamatan minggu III (Lampiran 3).
Lalat buah tidak ditemukan lagi pada pengamatan minggu yang lainnya.Lalat
buah dapat diminimalisir keberadaannya dikarenakan pengelola lahan sudah
menerapkan cara budidaya yang baik yaitu dengan membungkus buah jambu biji
kristal menggunakan pembungkus khusus yang terbuat dari gabus dan plastik.
Pembungkusan berguna untuk menghalangi lalat buah agar tidak dapat
menjangkau target yang diserang yaitu bagian buah (Gambar 5).

Gambar 5 Hama lalat buah (Diptera: Tephritidae)
Kumbang penggerek buah, Carphopilus sp. (Coleoptera: Nitidulidae).
Serangga ini merupakan hama yang sering ditemukanmenyerang buah pada
tanaman jambu biji kristal. Hama ini dapat menyerang buah jambu yang tidak
dibungkus atau terdapat lubang pada pembungkus yang memungkinkan kumbang
ini mampu masuk dan menggerek buah jambu biji kristal. Gejala yang
ditimbulkan oleh hama ini berupa lubang gerekan dan selanjutnya buah akan
membusuk(Gambar 6).

7
(a)
(b)
Gambar 6 Gejala busuk buah oleh Carphopilus sp. (a) dan Hama Carphopilus sp.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa populasi terbanyak kumbang
penggerek buah yaitu pada pengamatan minggu I. Populasi ini selanjutnya
mengalamipenurunan pada minggu II, selanjutnya tidak ditemukan populasi
Carphopilus sp. pada pengamatan minggu III dan seterusnya dikarenakan buah
jambu biji kristal telah dipanen (Lampiran 3).
Kumbang badak, Dynastinae (Coleoptera: Scarabaeidae). Kumbang
badak ini tergolong sub-famili Dynastinae, sering menyerang bagian buah dan
daun tanaman jambu biji kristal melalui mekanisme mulut yang menggigitmengunyah (Gambar7). Gejala yang ditimbulkan seringkali parah dikarenakan
kumbang ini mampu merusak dan memakan bagian buah dan daun dengan
intensitas kerusakan yang cukup tinggi walaupun jumlah serangga di lapangan
sedikit.

Gambar 7 Hama kumbangbadak (Coleoptera: Scarabaeidae)
Hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukan bahwa keberadaan kumbang di
lapangan hampir ada pada setiap minggu pengamatan, kecuali pada pengamatan
minggu ke-9 sampai 11.Jumlah populasi terbesar terjadi pada pengamatan minggu
ke-2 dan 3 yaitu sebanyak 5 individu.Kumbang ini banyak ditemukan pada
minggu-minggu awal pengamatan karena dimungkinkan masih tersedianya
sumber pakan yang memadai berupa buah jambu sebelum dilakukan pemanenan.
Ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae). Ulat kantung sering ditemukan
menggantung pada bagian daun dan ranting tanaman jambu biji kristal (Gambar
8). Gejala yang ditimbulkan oleh ulat kantung berupa lubang-lubang
gerigitan.Kantung yang merupakan ciri khas dari ulat inibiasanya menggantung
pada bagian permukaan bawah daun maupun ranting. Kantung tersebut terbuat
dari sisa-sisa tanaman atau bahan lainnya yang dijalin dan dibentuk menyelimuti
tubuhnya. Kantung yang terdapat pada famili Psyichidae bermacam-macam
bentuknya sesuai dengan spesies ulat kantung, sehingga kantung-kantung tersebut
berguna untuk mengidentifikasi spesies serangga ini.Terdapat dua lubang pada
kantung serangga ini, yaitu lubang anterior dan posterior. Larva akan
mengeluarkan kepala dan tungkai asli yang terdapat pada toraks pada saat makan
atau berpindah tempat melalui lubang anterior, sedangkan feses akan dikeluarkan
melalui lubang posterior (Kalshoven 1981).

8

Gambar 8 Hama ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae)
Hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukan bahwa populasi ulat kantung
selalu ada tiap minggu pengamatan. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya
tindakan pengendalian yang tepat sasaran pada hama ulat kantung di lapangan.
Ulat pucuk (Lepidoptera: Pyralidae). Ulat pucuk menyerang daun muda
atau pucuk tanaman jambu biji kristal dengan menjalin beberapa helai daun
(Gambar 9). Larva hama ini kemudian menggerigit dari dalam jalinan daun,
sehingga kerusakan yang ditimbulkan berupa kerusakan pucuk yang diselimuti
benang-benang halus berwarna putih. Gejala lanjut yang ditimbulkan oleh hama
ini adalah kematian jaringan daun atau pucuk tanaman jambu biji kristal (Gambar
10).

Gambar 9 Ulatpucuk (Lepidoptera: Pyralidae)

Gambar 10 Gejala kerusakan daun oleh ulat pucuk
Hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukan bahwa telah terjadi ledakan
populasi ulat pucuk di lapangan pada pengamatan minggu ke-9 sampai
12.Populasi tertinggi terjadi pada minggu ke-11 sebanyak 409 individu.Hal
tersebut dikarenakan tindakan pengendalian belum mampu mengurangi serangan
ulat pucuk. Penyemprotan menggunakan insektisida yang dilakukan sebelum
pengamatan minggu ke-11 tidak berpengaruh terhadap kelimpahan hama ulat
pucuk, karena ulat ini mampu membuat barrier (jalinan daun) yang akan
menghalangi ulat pucuk agar tidak terkena insektisida saat penyemprotan
dilakukan.

9
Kutu putih (Hemiptera: Pseudococcidae). Kutu putih sering ditemukan
pada bagianbuah, daun, tangkai, dan ranting (Gambar 11). Hama ini merusak
jaringan tanaman dengan mekanisme mulut yang menusuk-menghisap.
Permukaan tubuh hama ini selalu tertutup oleh lapisan lilin yang berguna untuk
melindungi dirinya dari lingkungan luar.
Hasil pengamatan (lampiran 3) menunjukan bahwa populasi kutu putih
selalu ada dan berfluktuasi pada setiap minggu pengamatan.Hal ini menandakan
bahwa tindakan penyemprotan menggunakan pestisida yang dilakukan secara
berkala serta tindakan pengendalian lainnya belum terlalu berpengaruh terhadap
keberadaan kutu putih di lapangan.

Gambar 11 Hama kutu putih (Hemiptera: Pseudococcidae)
Kutu daun (Hemiptera: Aphididae). Kutu daun sering ditemukan
menyerang bagian daun tanaman jambu biji kristal (Gambar 12). Pada
pengamatan ini sering ditemukan bahwa hama ini berasosiasi dengan semut.
Semut sering ditemukan berasosiasi dengan kutu daun karena hama tersebut
mampu mengeluarkan sekresi embun madu yang merupakan makanan bagi semut,
sedangkan keuntungan yang didapat bagi kutu daun yaitu jasa transportasi oleh
semut untuk kebutuhan pemencaran kutu daun di lapangan (Hidayat 2013 Oktober
24, komunikasi pribadi).
Hasil pengamatan (lampiran 3) menunjukan bahwa keberadaan kutu daun di
lapangan terjadi pada minggu ke-4 dan 5.Populasi kutu daun tidak ditemukan
pada pengamatan minggu yang lainnya.Hal ini dimungkinkan tindakan
pengendalian sudah tepat sasaran, musuh alami sudah mampu menekan
keberadaan kutu daun, dan lingkungan (iklim, curah hujan, suhu, dll.) tidak
mendukung pertumbuhan kutu daun di lapangan.

10

Gambar 12 Hama kutu daun (Hemiptera: Aphididae)
Belalang (Orthoptera: Acrididae). Belalang sering ditemukan pada bagian
daun tanaman jambu biji kristal (Gambar 13). Gejala kerusakan berupa gerigitan
dan sobekan pada daun.Hama ini biasanya menyerang tanaman jambu biji kristal
secara soliter atau dalam koloni kecil.
Hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukan bahwa populasi belalang di
lapangan selalu berfluktuasipada setiap minggu pengamatan, hal tersebut
menandakan bahwa belum adanya pengendalian yang tepat terhadap keberadaan
belalang di lapangan.

Gambar 13 Hama belalang (Orthoptera: Acrididae) pada daun jambu biji kristal
Hama lainnya.Hama lainnya yang ditemukan di perkebunan jambu biji
kristal di ICDF Cikarawang, Bogor terdiri atas 11 famili. Dari 11 famili Artropoda
yang ditemukan, famili Membracidae adalah famili yang paling banyak
ditemukan.Kelimpahan Membracidae di lapangan sebanyak 58 individu.Secara
berturut-turut kelimpahan jumlah hama lain yang terdapat di kebun jambu biji
kristal dari yang terbanyak sampai terkecil yaitu: Membracidae, Aleyrodidae,
Thripidae, Saturniidae, Geometridae, Tettigonidae, Lasiocampidae, Coccidae,
Chrysomelidae, Limacodidae, dan Cantharidae (Gambar 14).

11

Chrysomelidae
Saturniidae
Membracidae

Cantharidae
Lasiocampidae
Coccidae

Limacodidae
Tettigonidae
Aleyrodidae

Geometridae
Thripidae

Gambar 14 Proporsi famili hama lain pada pertanaman jambu biji kristal
Artropoda Predator
Artropoda predator yang ditemukan adalah: kumbang koksi (Coleoptera:
Coccinelidae), kumbang tanah (Coleoptera: Carabidae), capung (Odonata:
Libellulidae), capung jarum (Odonata: Coenagrionidae), laba-laba pemburu
bermata tajam (Araneae: Oxyopidae), laba-laba pemburu (Araneae: Lycosidae),
laba-laba bulat (Araneae: Araneidae), semut predator (Hymenoptera: Formicidae),
tabuhan (Hymenoptera: Vespidae), kepik predator (Hemiptera: Pentatomidae) dan
(Hemiptera: Reduviidae), cocopet (Dermaptera: Chelisocidae), belalang sembah
(Mantodea: Mantidae), katonggeng (Theliponida: Theliponidae), jangkrik
(Orthoptera: Gryllidae), kasir (Orthoptera: Gryllacrididae), lalat penyamun
(Diptera: Asilidae), dan sayap jala (Neuroptera: Chrysopidae). Predator yang
paling banyak ditemukan di kebun jambu biji kristal berturut-turut adalah semut
predator, laba-laba pemburu bermata tajam, dan laba-laba pemburu.
Semut (Hymenoptera: Formicidae) merupakan Artropoda predator yang
paling dominan ditemukan di lahan perkebunan ICDF Cikarawang, Bogor.
Keberadaan semut di lapangan kemungkinan ditentukan oleh keadaan lingkungan
yang cocok untuk perkembangan semut dan keberadaan mangsa di
lapang.Artropoda predator lain yang sering ditemukan setelah semut adalah
Oxyopidae (laba-laba pemburu bermata tajam) dan Coccinelidae predator. Dilihat
dari segi kelimpahan dan kemampuan memangsanya di lapang maka semut,
Oxyopidae, dan Coccinelidae predator berpotensi dikembangkan dan dilindungi
keberadaannya sebagai musuh alami potensial untuk menekan populasi hama di
lapang (Tabel 2).

Kelas
Insecta

Insecta

Tabel 2Kelimpahan Artropoda predator di lapangan
Ordo
Famili
Jumlah (individu)
Coccinelidae
106
Coleoptera
Carabidae
6
Odonata

Libellulidae
Coenagrionidae

70
3

12

Arachnida

Araneae

Oxyopidae
Lycosidae
Araneidae

385
96
15

Insecta

Hymenoptera

Formicidae
Vespidae

1764
26

Insecta

Hemiptera

Pentatomidae
Reduviidae

9
5

Insecta

Dermaptera

Chelisocidae

8

Insecta

Mantodea

Mantidae

20

Insecta

Diptera

Asilidae

5

Insecta

Neuroptera

Chrysopidae

8

Insecta

Orthoptera

Gryllidae
Gryllacrididae

84
2

Arachnida

Theliponida

Theliponidae

3

Insecta

Diptera

Syrphidae

1

Artropoda Lain
Artropodalain yang ditemukan berperan sebagai detrivor, herbivor,
polinator, dan parasitoid pada ekosistem tanaman jambu biji kristal (Gambar
15).Data pengamatan dari minggu I sampai XII menunjukan bahwa proporsi
Artropoda terbanyak berdasarkan peranannya di lapangan adalah Artropoda yang
berperan sebagai herbivor, sedangkan yang terkecil adalah Artropoda yang
berperan sebagai detrivor (Gambar 16).

13

Curculionidae
Papilionidae
Eulophidae
Delphacidae
Stratiomyidae
Termittidae

Silphidae
Amatidae
Cicadidae
Miridae
Syrphidae
Abacionidae

Nymphalidae
Apidae
Alydidae
Cicadelidae
Muscidae

Noctuidae
Braconidae
Psyllidae
Tipulidae
Sarcophagidae

Gambar 15 Proporsi famili Artropoda lain pada pertanaman jambu biji kristal

Herbivor

Polinator

Parasitoid

Detrivor

Gambar 16 Proporsi peran Artropoda lain pada tanaman jambu biji kristal
Hubungan KelimpahanArtropoda Predator dan Hama di Lapangan
Peningkatan populasi hama pada minggu ke-2 sampai 5 diikuti oleh
peningkatan populasi predator pada minggu ke-3 sampai 6, penurunan populasi
hama pada minggu ke-5 sampai 6 diikuti pula oleh penurunan predator pada
minggu ke-6 sampai 11.Fluktuasi populasi hama pada minggu ke-2 sampai 7
memiliki tren yang sama dengan fluktuasi populasi predator pada minggu ke-3
sampai 12, hal ini menandakan bahwa predator adalah faktor terpaut kerapatan
(density dependent) bagi hama yang menyerang pada tanaman jambu biji kristal.

14
Fluktuasi populasi hama memiliki tren yang berbeda dengan fluktuasi populasi
predator pada minggu ke-1 sampai 3 dan minggu ke-9 sampai 12, hal ini
diakibatkan oleh adanya beberapa faktor penyebab. Peningkatan populasi predator
diikuti oleh penurunan populasi hama pada minggu ke-1 sampai 2 dan minggu ke11 dan 12, dapat diartikan bahwa pengendalian hama oleh pengelola lahan sudah
dilakukan dengan baik dan tepat sasaran, sehingga mampu menurunkan populasi
hama tetapi tidak menurunkan populasi predator. Peningkatan populasi hama
diikuti oleh penurunan populasi predator terjadi pada minggu ke-2 sampai 3, hal
ini dimungkinkan karenahama sudah mengalami resistensiterhadappenyemprotan
pestisida tetapi predator tidak mengalami resistensi (Gambar 17).
700
600
Individu

500
400
300
200

Predator
Hama

100
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Minggu keGambar 17 Kelimpahan Artrpoda predator dan hama pada 12 minggu pengamatan
Proporsi Artropoda berdasarkan metode pengambilan sampel
Pengamatan langsung,pitfall trap, jaring serangga, danlight trap merupakan
metode yang digunakan dalam pengambilan sampel Artropoda. Masing-masing
metode memiliki kekhususan Artropoda yang diperoleh sehingga Artropoda yang
ada di perkebunan ICDF Cikarawang, Bogor diketahuisecara menyeluruh.
Jumlah famili Artropoda yang diperoleh adalah sebanyak 60 famili. Jumlah
famili Artropoda berdasarkan metode yang digunakan (pengamatan langsung,
pitfall trap, jaring serangga, dan light trap) adalah sebagai berikut: 48, 15, 29, dan
10 famili. Famili Formicidae merupakan Artropoda paling dominan yang dapat
dideteksi oleh metode pengamatan langsung,pitfall trap, dan light trap hal ini
menandakan bahwa famili Formicidae merupakan Artropoda yang paling sering
ditemukan pada tajuk tanaman jambu biji kristal, permukaan tanah, dan aktif pada
malam hari. Famili Acrididae merupakan Artropoda paling dominan yang dapat di
deteksi oleh jaring serangga, hal ini menandakan bahwa famili Acrididae paling
sering ditemukan sebagai serangga terbang yang ada di perkebunan jambu biji
kristal di ICDF Cikarawang, Bogor (Lampiran 4).
JumlahindividuArtropoda yang diperoleh menggunakan
metode
pengamatan langsung, pitfall trap, jaring serangga, dan light trap adalah sebagai
berikut: 5339, 428, 364, dan 395. Hasil pengamatan menunjukan bahwa jumlah
Artropoda yang paling dominan ditemukan adalah Artropoda yang di deteksi
dengan menggunakan metode pengamatan langsung (Gambar 18).

15
364

395

428

5339
Pengamatan langsung
Pitfall trap
Jaring Serangga
Light trap
Gambar 18 Proporsi jumlah Artropoda berdasarkan metode pengambilan sampel

16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Proporsi peran Artropoda sebagai hama, predator, parasitoid, dan lainnya
berturut-turut adalah 53%,41%, 1%, dan 5%.Hama yang sering ditemukan di
lahan perkebunan jambu biji kristal adalah: Carphopilus sp. kumbang badak, ulat
kantung, ulat pucuk, kutu putih, kutu daun, dan belalang. Predator yang paling
banyak ditemukan di kebun jambu biji kristal berturut-turut adalah semut
predator, laba-laba pemburu bermata tajam, dan laba-laba pemburu.
Saran
Identifikasi hingga tingkat spesies perlu dilakukan agar peranan Artropoda
diketahui lebih spesifik.Penelitian mengenai kelimpahan Artropoda predator dan
hama di lapangan perlu dilakukan agar penerapan teknik pemanfaatan musuh
alami (predator) di lapangan lebih tepat sasaran. Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai pengaruh lingkungan (iklim) terhadap keragaman Artropoda
predator di lapangan.

17

DAFTAR PUSTAKA
[BMKG] Badan Metorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2013. Informasi hujan
bulanan [Internet]. [diunduh 2013 Des 5].hlm1-3. Tersedia
pada:http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Klimatologi/Informasi_Hujan_
Bulanan.bmkg.
Borror DJ, Johnson NF, Triplehorn CA. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga.
Ed ke-6. Partosoedjono S, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press. Terjemahan dari: An Introduction to the Study of Insects.
[BPS] Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2012. Produksi buah-buahan di
Indonesia [Internet]. [diunduh 2013 Des 22]. hlm 1. Tersedia pada: http://
www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_%20subyek=55&n
otab=2.
Direktorat Bina Perlindungan Tanaman. 1993. Prinsip-prinsip Pemahaman
Pengendalian Hama Terpadu: Buku I Konsep Pengendalian Hama Terpadu.
Jakarta (ID): Departemen Pertanian
Faridah D. 2011.Hama dan Penyakit Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.) di
Kecamatan Rancabungur dan Kampus IPB Darmaga Bogor. [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Gould WP, Raga A. 2002. Pest of guava. Di dalam: Pena JE, Sharp JL, Wysoki
M, editor. Tropical Fruit Pests and Pollinators: Biology, Economic
Importance, Natural Enemies, and Control. New York (US): CABI. hlm
295-313.
Hodijah S. 2013. Jambu kristal icon Bogor [Internet]. E-petani. [diunduh 2013
Okt 22]; 1(1):1-2. Tersedia pada:http://epetani.deptan.go.id/budidaya/
jambu-kristal-icon-bogor-7781.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia.Laan PA van der,
penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru-van Hoeve. Terjemahan dari: De
Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesia.
Lim TK, Manicom BC. 2003. Diseases of guava. Di dalam: Ploetz RC, editor.
2003. Diseases of Tropical Fruit Crops. Wallingford, UK: CABI
Publishing.
Oliver L, Beatti AJ. 1996. Invertebrate morphospecies as surrogates for species: a
case of study. Conservation Biology. 10(1):99-109.
Panhwar F. 2005. Genetically evolved of guava (Psidium guajava) and its future
in Pakistan [Internet]. Virtual Library Chemistry.[diunduh 2011 Okt 22];
1(1):1. Tersedia pada http://www.chemlin.com.
[Puslitbang Tanaman Pangan] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan.2013.Peran Varietas Tahan dalam Menurunkan Populasi Wereng
Coklat Biotipe 4 pada Tanaman Padi [Internet]. [diunduh 2013 Des 23]. hlm
1.
Tersedia
pada:
http://pangan.litbang.deptan.go.id/publicationjurnal/41/383.
Primack RB, Supriatna J, Indrawan M, Kramadibrata P. 1988. Biologi Konservasi.
Jakarta (ID): Yayasan Obor.
Putra EI, editor. 2012. Metode Pengukuran Indikator Pemantauan Kesehatan
Hutan. Bogor(ID):Institut Pertanian Bogor.
Soedarya AP. 2010. Agribisnis Guava (Jambu Batu). Bandung: Pustaka Grafika.

18
Sudarmadji D. 1991. Pemanfaatan musuh alami dalam rangka pengendalian hama
tanaman perkebunan.
Didalam: Prosiding Seminar Bioteknologi
Perkebunan dan Lokakarya Biopolimer untuk Industri [Internet]; 1991 Des
10-11; Bogor. Bogor (ID): IPB PAU. hlm 161-169; [diunduh 2013 Okt 7].
Tersedia
pada:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/42134/prosiding%20
seminar%20bioteknologi%20perkebunan.pdf
Susilo J. 2012. Sukses Bertanam Jambu Biji & Jambu Air. Yogyakarta (ID):
Pustaka Baru Press.

19

20

LAMPIRAN

20

19
Lampiran 1 Gulma yang tumbuh di sekitar lahan jambu biji kristal

Spesies gulma
Eleusin indica
Ageratum conyzoides
Phyllanthus niruri
Paspalum conjugatum
Setaria plicata
Axonopus compressus
Asystasia intrusa
Amaranthus dubius
Cynodon dactylon
Mikania micrantha
Mimosa pudica
Cyperus kyllingia
Cyrtococcum oxyphyllum
Tagetes sp.

Golongan
Rumput
Daun Lebar
Daun Lebar
Rumput
Rumput
Rumput
Daun Lebar
Daun Lebar
Rumput
Daun Lebar
Daun Lebar
Teki
Rumput
Daun Lebar

20

20
Lampiran 2 Jumlah dan peran Artropoda di perkebunan jambu biji kristal

Kelas

Ordo

Famili
Coccinelidae
Nitidulidae
Scarabaeidae
Silphidae
Carabidae
Chrysomelidae
Cantharidae
Curculionidae

Jumlah (individu)
106
92
25
11
7
4
1
2

Peran
Predator
Herbivor
Herbivor
Herbivor
Predator
Herbivor
Herbivor
Herbivor

Insecta

Coleoptera

Lepidoptera

Nymphalidae
Psychidae
Geometridae
Noctuidae
Papilionidae
Pyralidae
Saturniidae
Amatiidae
Lasiocampidae
Limacodidae

75
184
17
3
4
1132
19
8
10
2

Herbivor
Herbivor
Herbivor
Herbivor
Herbivor
Herbivor
Herbivor
Herbivor
Herbivor
Herbivor

Insecta

Orthoptera

Gryllidae
Acrididae
Gryllacrididae
Tettigonidae

84
292
2
14

Predator
Herbivor
Predator
Herbivor

Insecta

Odonata

Libellulidae
Coenagrionidae

83
3

Predator
Predator

Arachnida

Araneae

Oxyopidae
Lycosidae
Araneidae

479
96
15

Predator
Predator
Predator

Insecta

Formicidae
Apidae
Vespidae
Hymenoptera
Braconidae
Eulophidae
Chalcididae

1764
98
28
3
80
4

Predator
Polinator
Predator
Parasitoid
Parasitoid
Parasitoid

58
783
42
17
6

Herbivor
Herbivor
Herbivor
Predator
Herbivor

Insecta

Insecta

Hemiptera

Membracidae
Pseudococcidae
Cicadelidae
Pentatomidae
Miridae

21

21
Coccidae
Aleyrodidae
Reduviidae
Delphacidae
Psyllidae
Alydidae
Aphididae
Cicadidae

7
32
5
57
11
1
563
2

Herbivor
Herbivor
Predator
Herbivor
Herbivor
Herbivor
Herbivor
Herbivor

Insecta

Dermaptera

Chelisocidae

8

Predator

Insecta

Mantodea

Mantidae

20

Predator

Arachnida

Theliponida

Theliponidae

3

Predator

Diplopoda

Callipodida

Abacionidae

2

Detrivor

Insecta

Diptera

Asilidae
Tephritidae
Tipulidae
Stratiomyidae
Syrphidae
Muscidae
Sarcophagidae

5
1
5
13
1
11
8

Predator
Herbivor
Herbivor
Parasitoid
Predator
Detrivor
Detrivor

Insecta

Neuroptera

Chrysopidae

8

Predator

Insecta

Isoptera

Termittidae

93

Herbivor

Insecta

Thysanoptera Thripidae

20

Herbivor

22

Lampiran 3 Hasil pengamatan Artropoda selama 12 minggu
Hasil pengamatan minggu ke- (individu)
No. Famili
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1.
Coccinelidae
3 2 10 23 26 0 4 6 10 3 8
2.
Nitidulidae
72 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3.
Scarabaeidae
3 5 5 1 1 4 4 1 0 0 0
4.
Silphidae
0 0 8 0 0 1 1 0 0 0 0
5.
Carabidae
0 0 0 2 0 0 1 0 0 0 0
6.
Chrysomelidae
0 0 0 0 1 0 2 1 0 0 0
7.
Cantharidae
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
8.
Curculionidae
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
9.
Nymphalidae
11 6 8 32 5 1 9 0 0 0 1
10. Psychidae
8 13 12 9 29 6 20 20 0 28 18
11. Geometridae
2 1 6 1 0 0 0 3 0 4 0
12. Noctuidae
1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0
13. Papilionidae
0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1
14. Pyralidae
0 0 6 10 6 0 0 50 124 400 409
15. Saturniidae
0 0 5 0 8 2 0 1 0 0 1
16. Amatiidae
0 0 0 2 1 0 3 0 0 0 2
17. Lasiocampidae
0 0 0 0 2 1 1 2 0 0 4
18. Limacodidae
0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0
19. Gryllidae
5 10 15 7 3 8 6 7 9 5 4
20. Acrididae
16 16 19 43 69 19 29 14 13 25 9
21. Gryllacrididae
0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
22. Tettigonidae
0 0 1 1 2 0 1 2 0 4 0
23. Libellulidae
18 9 0 10 5 6 21 3 4 0 5
24. Coenagrionidae
0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1
25. Oxyopidae
3 4 43 71 110 19 31 23 45 80 24
26. Lycosidae
15 17 18 18 6 13 2 0 0 0 4
27. Araneidae
1 0 2 0 0 0 10 0 0 0 0
28. Formicidae
147 186 92 95 121 603 158 121 84 56 34
29. Apidae
13 6 12 7 17 11 20 2 3 0 5
30. Vespidae
5 3 2 0 14 0 1 0 1 0 1
31. Braconidae
0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0
32. Eulophidae
0 0 0 0 0 0 59 0 0 20 0
33. Chalcididae
0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0
34. Membracidae
3 7 3 2 4 1 3 5 5 8 8
35. Pseudococcidae 53 7 54 47 95 69 294 60 13 48 24
36. Cicadelidae
25 0 2 0 10 0 0 0 5 0 0
37. Pentatomidae
2 3 5 1 0 0 1 0 2 0 0
38. Miridae
3 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0
39. Coccidae
1 2 0 0 0 0 0 0 0 4 0
40. Aleyrodidae
1 0 0 0 3 0 21 0 0 0 0
41. Reduviidae
0 2 1 0 0 0 0 2 0 0 0
42. Delphacidae
0 2 50 0 0 0 0 0 0 0 5

22

12
11
0
1
1
4
0
0
1
2
21
0
0
0
127
2
0
0
0
5
20
0
3
2
0
6
3
2
67
2
1
0
1
0
9
19
0
3
0
0
0
0
0

23
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.

23
Psyllidae
Alydidae
Aphididae
Cicadidae
Chelisocidae
Mantidae
Theliponidae
Abacionidae
Asilidae
Tephritidae
Tipulidae
Stratiomyidae
Syrphidae
Muscidae
Sarcophagidae
Chrysopidae
Termittidae
Thripidae

0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
4
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

10 0 0
1 0 0
0 200 363
0 0 0
2 0 0
2 5 5
0 0 0
0 0 0
1 1 0
1 0 0
4 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
1 7 0
0 0 51
0 0 20

0 0
0 0
0 0
1 1
1 0
1 1
1 1
0 1
0 1
0 0
0 0
0 13
0 1
0 4
0 4
0 0
40 2
0 0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0

0
0
0
0
2
0
0
0
1
0
0
0
0
4
0
0
0
0

0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0

1
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0

24

24

Lampiran 4 Hasil pengamatan Artropoda berdasarkan metode yang digunakan
Metode pengamatan
Famili
Pengamatan
Pitfall trap
Jaring
Light trap
langsung
Coccinelidae
97
0
9
0
Nitidulidae
92
0
0
0
Scarabaeidae
16
4
1
4
Silphidae
0
8
0
3
Carabidae
2
1
4
0
Chrysomelidae
3
0
1
0
Cantharidae
1
0
0
0
Curculionidae
2
0
0
0
Nymphalidae
73
0
2
0
Psychidae
183
0
0
0
Geometridae
17
0
0
0
Noctuidae
0
0
0
3
Papilionidae
2
0
2
0
Pyralidae
1125
0
3
4
Saturniidae
19
0
0
0
Amatiidae
4
0
4
0
Lasiocampidae
10
0
0
0
Limacodidae
2
0
0
0
Gryllidae
3
79
2
0
Acrididae
197
2
93
0
Gryllacrididae
0
1
1
0
Tettigonidae
14
0
0
0
Libellulidae
80
0
3
0
Coenagrionidae
1
0
2
0
Oxyopidae
467
3
9
0
Lycosidae
66
21
9
0
Araneidae
14
0
0
1
Formicidae
1167
283
27
285
Apidae
83
0
15
0
Vespidae
18
0
10
0
Braconidae
3
0
0
0
Eulophidae
80
0
0
0
Chalcididae
4
0
0
0
Membracidae
56
0
2
0
Pseudococcidae
757
0
26
0
Cicadelidae
7
0
35
0
Pentatomidae
3
8
6
0
Miridae
0
0
6
0
Coccidae
7
0
0
0
Aleyrodidae
32
0
0
0
Reduviidae
0
2
1
2
Delphacidae
2
0
55
0
Psyllidae
0
0
11
0
Alydidae
1
0
0
0

25

25
Aphididae
Cicadidae
Chelisocidae
Mantidae
Theliponidae
Abacionidae
Asilidae
Tephritidae
Tipulidae
Stratiomyidae
Syrphidae
Muscidae
Sarcophagidae
Chrysopidae
Termittidae
Thripidae
Jumlah

563
2
0
17
0
0
0
1
5
13
1
11
8
8
0
0
5339

0
0
8
0
3
2
0
0
0
0
0
0
0
0
3
0
428

0
0
0
1
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
20
364

0
0
0
2
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
90
0
395

26

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Sumedang pada 16 Februari 1990 sebagai anak pertama dari
empat bersaudara dari pasangan Ewat Supriatna SPd dan Dadah Nurfaridah SPd.
Ketiga adiknya bernama Vina Delvia Supriatna, Vani Seelvia Supriatna, dan Niva
Zaskia Supriatna. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di
SMAN 1 Majalengka pada tahun 2008.Pada tahun 2008 penulis menempuh
pendidikan nonformal di Pondok Pesantren An-nawawiyah dan pernah menjadi
mahasiswa di jurusan ilmu hukum Unswagati Cirebon.Pada tahun 2009 penulis
pernah menjadi mahasiswa di FKIP jurusan Bahasa Inggris UNINUS Bandung.
Kemudian pada tahun 2010 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Fakultas
Pertanian, Program Studi Proteksi Tanaman melalui jalur Ujian Talenta Mandiri
IPB.
Selama masa pasca SMA penulis aktif berorganisasi.Pada tahun 2008
penulis menjadi pengurus di Yayasan Pendidikan Ciremai Kasih.Pada tahun 2009
penulis pernah menjadi wakil rohis di Pondok Pesantren An-nawawiyah.Penulis
juga pernah menjadi anggota himpunan mahasiswa proteksi tanaman (HIMASITA
IPB).