Analisis Kelayakan Usaha Bunga Mawar Potong pada PT Agro Dwipa Investindo Cipanas, Kabupaten Cianjur.

i

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUNGA MAWAR POTONG
PADA PT AGRO DWIPA INVESTINDO
CIPANAS, KABUPATEN CIANJUR

YESICA FIRMEIANTI SANTOSO

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

ABSTRAK
YESICA FIRMEIANTI SANTOSO. Analisis Kelayakan Usaha Bunga Mawar
Potong pada PT Agro Dwipa Investindo Cipanas, Kabupaten Cianjur. Dibimbing
oleh YUSALINA.
Permintaan bunga mawar potong semakin meningkat seiring dengan

peningkatan pendapatan dan perubahan gaya hidup masyarakat. Tujuan penelitian
ini adalah mengkaji kembali kelayakan usaha bunga mawar potong pada PT Agro
Dwipa Investindo setelah usaha tersebut mengalami kerusakan akibat bencana
alam. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk aspek non
finansial dan analisis kuantitatif dengan dua skenario untuk aspek finansial.
Berdasarkan aspek non finansial perusahaan layak untuk dijalankan, sedangkan
dari aspek finansial, pada skenario III lebih layak jika dibandingkan dengan
skenario I karena hasil dari perhitungan kriteria investasi skenario II lebih besar,
yaitu NPV Rp2 478 014 378; IRR 32 persen; Net B/C sebesar 2.90, payback
period selama 4 tahun, 6 bulan, 14 hari. Berdasarkan analisis sensitivitas,
diperoleh hasil komponen yang memberikan dampak paling besar terhadap
kelayakan usaha adalah penurunan produksi bunga mawar potong.
Kata kunci: analisis kriteria investasi, analisis sensitivitas, bunga mawar potong.
ABSTRACT
YESICA FIRMEIANTI SANTOSO. Feasibility Analysis of Hybrid Tea Roses in
PT. Agro Dwipa Cipanas, Kabupaten Cianjur. Supervised by YUSALINA.
Demand of hybrid tea roses is growing along with the increasing income and
lifestyle changing in the society. The purpose of this research is to review the
feasibility of hybrid tea roses business in PT. Agro Dwipa Investindo after it
suffered from damaged of the natural disaster. This study uses the descriptive

analysis for examining non-financial aspect and quantitative analysis with two
scenarios for financial aspect. The result from the non-financial aspect shows that
the company is feasible to run. Furthermore, according to the financial aspect,
the second scenario is more feasible than the first scenario. It is because the
calculation result from the investment criteria of the second scenario
demonstrates higher values, which are NPV Rp2 478 014 378; IRR 32 percent;
Net B/C 2.90; 4 years, 6 month, 14 days payback period. Moreover, based on the
sensitivity analysis, the most influential component to the feasibility of the
business is the reduction of hybrid tearoses production.
Keywords: feasibility study of investmen, hybrid tea roses, sensitivity analysis

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan
Usaha Bunga Mawar Potong pada PT Agro Dwipa Investindo Cipanas,
Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Yesica Firmeianti Santoso
NIM H34114006

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

iv

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUNGA MAWAR POTONG
PADA PT AGRO DWIPA INVESTINDO
CIPANAS, KABUPATEN CIANJUR

YESICA FIRMEIANTI SANTOSO


Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

v

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 sampai
Agustus 2013 ini ialah kelayakan investasi, dengan judul Analisis Kelayakan

Usaha Bunga Mawar Potong pada PT Agro Dwipa Investindo Cipanas,
Kabupaten Cianjur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dra Yusalina, MSi. selaku dosen
pembimbing. Di samping itu, penghargaan disampaikan kepada Mr Christ selaku
pemilik dari PT Agro Dwipa Investindo, Ibu Betty Handayani sebagai manager
operasional PT Agro Dwipa Investindo, serta seluruh staf PT Agro Dwipa
Investindo, Balai Penelitian Tanaman Hias Cianjur, yang telah membantu selama
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, serta
seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

Yesica Firmeianti Santoso

i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup
TINJAUAN PUSTAKA
Peranan dan Perkembangan Tanaman Hias di Indonesia
Perkembangan Bunga Mawar Potong di Indonesia
Analisis Kelayakan Usaha
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Studi Kelayakan Proyek dan Bisnis
Aspek-Aspek Studi Kelayakan
Teori Biaya dan Manfaat
Analisis Kelayakan Investasi
Cashflow Bisnis
Kerangka Pemikiran Operasional

METODE PENELITIAN
Lokasi Dan Waktu
Data dan Instrumentasi
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan Data
Aspek Non Finansial
Aspek Finansial
Asumsi yang digunakan
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Organisasi dan Manajemen PT Agro Dwipa Investindo
Aspek Sumberdaya Perusahaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Aspek Non Finansial
Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek Teknis dan Teknologi
Aspek Manajemen dan Sumberdaya Manusia

iii
iv

iv
1
1
4
5
5
6
6
6
7
8
9
10
10
10
10
14
14
14
16

18
18
18
18
18
19
20
22
24
24
25
28
30
30
30
34
50

Aspek Lingkungan
Aspek Hukum

Analisis Aspek Finansial
Arus Penerimaan (Inflow)
Arus Pengeluaran (Outflow)
Perolehan Modal
Proyeksi Laporan Laba Rugi
Analisis Kelayakan Finansial
Analisis Sensitivitas
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

51
53
54
54
56
60
61

62
65
66
66
67
68
70

iii

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

Perkembangan produktivitas komoditi florikultura tahun
2007 – 2012 di Indonesia
Perkembangan produksi tanaman hias di Cianjur tahun
2007-2011
Sumberdaya fisik PT Agro Dwipa Investindo tahun 2013
Gaji karyawan PT Agro Dwipa Investindo 2013
Varietas mawar potong pada PT Agro Dwipa Investindo
tahun 2013
Harga bunga PT Agro Dwipa Investindo tahun 2013
Jumlah bedengan dalam greenhouse pada PT Agro Dwipa
Investindo 2013
Penerimaan penjualan bunga mawar potong skenario I pada
PT Agro Dwipa Investindo
Penerimaan penjualan bunga mawar potong skenario II
pada PT Agro Dwipa Investindo
Penerimaan penjualan bunga mawar potong skenario III
pada PT Agro Dwipa Investindo
Perincian biaya okulasi yang dikeluarkan PT Agro Dwipa
Investindo
Biaya Investasi bunga mawar potong skenario I pada PT
Agro Dwipa Investindo
Biaya tetap budidaya bunga mawar potong skenario I pada
PT Agro Dwipa Investindo
Biaya variabel budidaya bunga mawar potong pada PT
Agro Dwipa Investindo
Perincian pinjaman modal usaha bunga mawar potong
skenario I pada PT Agro Dwipa Investindo
Perincian pinjaman modal usaha bunga mawar potong
skenario II pada PT Agro Dwipa Investindo
Perincian pinjaman modal usaha bunga mawar potong
skenario III pada PT Agro Dwipa Investindo
Proyeksi laporan laba rugi budidaya bunga mawar potong
skenario I pada PT Agro Dwipa Investindo
Proyeksi laporan laba rugi budidaya bunga mawar potong
skenario II pada PT Agro Dwipa Investindo
Proyeksi laporan laba rugi budidaya bunga mawar potong
skenario III pada PT Agro Dwipa Investindo
Kriteria kelayakan usaha bunga mawar potong pada PT
Agro Dwipa Investindo
Hasil perhitungan analisis sensitivitas budidaya bunga
mawar potong pada PT Agro Dwipa Investindo

2
3
28
29
32
32
36
54
55
56
57
57
58
59
60
60
61
61
62
63
64
65

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Pertumbuhan produksi bunga mawar potong di Indonesia
tahun 2007 – 2011
Jumlah produksi bunga mawar potong pada PT Agro Dwipa
Investindo Tahun 2007 – 2012
Grafik NPV dan IRR
Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan
pengembangan usaha bunga mawar potong pada PT Agro
Dwipa Investindo
Struktur organisasi PT. Agro Dwipa Investindo tahun 2013
Saluran Pemasaran PT Agro Dwipa Investindo
Layout bedengan dalam Greenhouse pada PT Agro Dwipa
Investindo
Bedengan dalam Greenhouse PT Agro Dwipa Investindo
tahun 2013
Pencampuran media tanam di PT Agro Dwipa Investindo
tahun 2013
Hasil okulasi pada PT Agro Dwipa Investindo tahun 2013
Layout bedengan pada PT Agro Dwipa Investindo tahun
2013
Penanaman hasil okulasi pada PT Agro Dwipa Investindo
tahun 2013
Penyemprotan pestisida pada PT Agro Dwipa Investindo
tahun 2013
Teknik pemotongan bunga mawar potong
Pengangkutan hasil panen pada PT Agro Dwipa Investindo
tahun 2013
Perautan daun mawar potong pada PT Agro Dwipa
Investindo tahun 2013
Penyusunan bunga mawar potong sasil grading pada PT
Agro Dwipa Investindo tahun 2013
Pembungkusan hasil grading pada PT Agro Dwipa
Investindo tahun 2013
Penyusunan bunga mawar di dalam ruang pendingin pada
PT Agro Dwipa Investindo tahun 2013
Pengangkutan bunga mawar potong pada PT Agro Dwipa
Investindo tahun 2013

2
4
15

17
26
33
36
37
38
39
40
40
45
46
47
47
48
48
49
50

v

DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner penelitian pada PT Agro Dwipa Investindo tahun
2013
Error! Bookmark not defined.
2. Spesifikasi syarat mutu mawar bunga potong
70
3. Jenis-jenis bunga mawar potong pada PT Agro Dwipa
Investindo
71
4. Denah lokasi Greenhouse pengusahaan mawar potong
Leandra Renata pada PT Agro Dwipa Investindo, 2011
73
5. Jadwal kegiatan usaha mawar potong skenario I pada PT
Agro Dwipa Investindo
75
6. Jadwal kegiatan usaha mawar potong skenario II pada PT
Agro Dwipa Investindo
76
7. Biaya investasi bersama, penyusutan, dan joint cost 76 %
pada PT Agro Dwipa Investindo
77
8. Rincian biaya investasi dan penyusutan skenario I pada PT
Agro Dwipa Investindo
78
9. Rincian biaya investasi dan penyusutan skenario II pada PT
Agro Dwipa Investindo
79
10. Rincian biaya investasi dan penyusutan skenario II pada PT
Agro Dwipa Investindo
80
11. Cashflow skenario I pada PT Agro Dwipa Investindo
81
12. Cashflow skenario II pada PT Agro Dwipa Investindo
82
13. Cashflow skenario III pada PT Agro Dwipa Investindo
83
14. Cashflow analisis sensitivitas penjualan turun pada Skenario
I PT Agro Dwipa Investindo
84
15. Cashflow Analisis sensitivitas kenaikan harga pupuk pada
skenario I PT Agro Dwipa Investindo
85
16. Cashflow analisis sensitivitas penurunan produksi pada
skenario I PT Agro Dwipa Investindo
86
17. Cashflow analisis sensitivitas penjualan turun pada skenario
II PT Agro Dwipa Investindo
87
18. Cashflow analisis sensitivitas kenaikan harga pupuk pada
skenario II PT Agro Dwipa Investindo
88
19. Cashflow analisis sensitivitas penurunan produksi pada
skenario II PT Agro Dwipa Investindo
89
20. Cashflow analisis sensitivitas penurunan penjualan pada
skenario III PT Agro Dwipa Investindo
90
21. Cashflow analisis sensitivitas kenaikan harga pupuk pada
skenario III PT Agro Dwipa Investindo
91
22. Cashflow analisis sensitivitas penurunan produksi pada
skenario III PT Agro Dwipa Investindo
92
23. Proyeksi laporan laba rugi penjualan turun pada skenario I
pada PT Agro Dwipa Investindo
93

24. Proyeksi laporan laba rugi kenaikan harga pupuk skenario I
pada PT Agro Dwipa Investindo
25. Proyeksi laporan laba rugi penurunan produksi skenario I
pada PT Agro Dwipa Investindo
26. Proyeksi laporan laba rugi penjualan turun pada skenario II
pada PT Agro Dwipa Investindo
27. Proyeksi laporan laba rugi kenaikan harga pupuk skenario II
pada PT Agro Dwipa Investindo
28. Proyeksi laporan laba rugi penurunan produksi skenario II
pada PT Agro Dwipa Investindo
29. Proyeksi laporan laba rugi penurunan penjualan skenario III
pada PT Agro Dwipa Investindo
30. Proyeksi laporan laba rugi kenaikan harga pupuk skenario
III pada PT Agro Dwipa Investindo
31. Proyeksi laporan laba rugi penurunan produksi skenario III
pada PT Agro Dwipa Investindo

93
93
94
94
94
95
95
95

1

PENDAHULUAN
Latar belakang
Indonesia memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang sangat
melimpah. Sejak dahulu kala, Indonesia dikenal sebagai negara agraris di mana
sektor pertanian memiliki peranan yang besar dalam memberikan devisa bagi
negara. Berdasarkan data statistik, sektor pertanian berada pada peringkat kedua
setelah industri pengolahan dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)
nasional (BPS, 2012). Salah satu sub-sektor pertanian yang memberikan
kontribusi penting dalam perekonomian nasional adalah hortikultura. Secara garis
besar, komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables),
buah (fruits), tanaman obat (medicinal plants), dan tanaman hias (ornamental
plants) termasuk di dalamnya tanaman air dan bunga potong. Hortikultura telah
berperan nyata di berbagai negara termasuk Indonesia. Tidak hanya berguna
sebagai menjaga kenyaman lingkungan, hortikultura juga berguna dalam
mempercepat pengentasan kemiskinan petani, menciptakan lapangan kerja, dan
mendorong investasi di pedesaan.
Salah satu komoditi hortikultura yang sedang berkembang pada saat ini
adalah florikultura. Direktorat Jendral Hortikultura (2012), menargetkan adanya
peningkatan produksi florikultura mencapai 352 juta tangkai/ha dan
produktivitasnya mencapai 177 125 tangkai/ha. Hal tersebut diseimbangkan
dengan adanya alokasi dana APBN sebesar Rp 5 039 Milyar untuk komoditi
florikultura. Selain itu, Ketua Bidang Produksi Asosiasi Bunga Indonesia
(Asbindo) James Lumbanraja mengatakan usaha florikultura atau tanaman hias di
dalam negeri pada tahun 2012 diprediksi mengalami peningkatan dibandingkan
dua tahun sebelumnya, yakni tahun 2011 dan tahun 20101.
Florikultura termasuk di dalamnya bunga potong telah menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat Indonesia dan banyak digunakan oleh masyarakat di
berbagai event, seperti acara kelahiran, upacara keagamaan, dan ulang tahun
kemerdekaan. Pemakaian bunga potong telah meluas, tidak hanya sebagai
dekorasi ruangan pesta-pesta perkawinan dan elemen ritual keagamaan saja,
melainkan sebagai alat komunikasi ataupun bersosialisasi dalam bermasyarakat.
Bunga potong dimanfaatkan sebagai hadiah, ungkapan atau ucapan terima kasih,
ucapan bela sungkawa bahkan bagi sebagian masyarakat kepemilikan bunga
potong dijadikan sebagai tingkat gengsi seseorang.
Semakin meningkatnya volume ekspor dan impor bunga-bungaan di
Indonesia, maka semakin terbukanya prospek wirausaha bagi para pengusaha dan
petani bunga di Indonesia. Terdapat tiga komoditi utama bunga-bungaan di
Indonesia yaitu bunga krisan, anggrek dan mawar. Rata-rata pertumbuhan volume
ekspor bunga mawar dari tahun 2007 hingga tahun 2011 memiliki tingkat
pertumbuhan tertinggi yaitu mencapai 259 persen, sedangkan pertumbuhan
volume ekspor bunga krisan hanya 20 persen dan bunga anggrek memiliki volume
1

Pengembangan Hortikultura Berbasis Sumber Daya Nusantara, Dirjen Hortikultura, 2012
(Sumber: Bahan Presentasi Menteri Pertanian Pada Acara Diskusi Publik di PB NU, 31 Januari
2013)

2

pertumbuhan ekspor yang cenderung turun sekitar 20 persen. Rata-rata
pertumbuhan volume impor tertinggi dari tahun 2007 hingga 2011 terjadi juga
pada komoditas bunga mawar yaitu mencapai 254 persen, sedangkan bunga krisan
berada pada peringkat kedua sebesar 167 persen dan diikuti bunga anggrek yang
memiliki rata-rata pertumbuhan volume impor yang juga cenderung menurun
sebesar -19 persen (Dirjen Hortikultura, 2012)
Selain dilihat dari pertumbuhan volume ekspor dan impor ketiga jenis
bunga-bungaan tersebut, potensi usaha dapat dilihat juga dari tingkat
pertumbuhan produktivitasnya. Berdasarkan Biro Pusat Statistik (2012), dari
ribuan jenis bunga potong, bunga mawar, krisan dan anggrek merupakan tiga
komoditi utama yang memiliki tingkat produktivitasnya tertinggi. Pada Tabel 1
dapat dilihat tingkat produktivitas dari tiga komoditi utama bunga potong di
Indonesia. Bunga mawar potong memiliki tingkat produktivitas tertinggi
dibandingkan dengan bunga krisan, anggrek dan sedap malam.
Tabel 1. Perkembangan produktivitas komoditi florikultura tahun 2007 – 2012 di
Indonesia
Produktivitas (tangkai/ m2)
Rata-rata
Komoditi
pertumbuhan (%)
2009
2010
2011
2012
Anggrek
12.39
7.68
7.96
12.63
8.10
Krisan
11.07
17.58
34.71
40.36
57.51
Mawar
8.25
14.13
22.34
84.91
136.49
Sedap malam
7.89
23
21.11
32.56
79.17
Sumber: Biro Pusat Statistik, 2013

Tidak hanya dari produktivitasnya saja, potensi usaha dapat dilihat pada
jumlah produksinya. Pada Gambar 1, dapat dilihat bunga potong yang paling
banyak dibudidayakan dari tahun ke tahun adalah bunga krisan, kemudian diikuti
dengan bunga mawar dan anggrek. Sentra bunga potong di Indonesia diantaranya
terletak di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta,
Sumatera Utara, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Sumatera Utara.
Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki jumlah produksi tanaman hias
tertinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Indonesia (Biro Pusat
Statistik, 2013)

Gambar 1. Jumlah produksi bunga mawar potong di Indonesia tahun 2007 – 2011
Sumber: Biro Pusat Statistik, 2013 (diolah)

3

Cianjur merupakan salah satu daerah yang cocok untuk mengembangkan
bunga potong dan merupakan salah satu sentra penanaman bunga potong setelah
Bandung Barat di Jawa Barat (Jawa Barat Dalam Angka 2012). Cianjur dipilih
karena adanya kecocokan iklim yang membuat bunga potong dapat tumbuh
dengan baik. Pada Tabel 2, menunjukkan perkembangan produksi bunga potong
di Cianjur dari tahun 2007 hingga 2011. Setiap tahunnya komoditi bunga krisan
menempati tingkat produksi paling tinggi jika dibandingkan dengan bunga potong
lainnya yang dibudidayakan di Cianjur. Jika dilihat dari rata-rata pertumbuhan
produksi bunga mawar, anggrek dan dan krisan, hampir seluruh bunga potong
memiliki penurunan produksi. Penurunan produksi bunga potong terjadi paling
tinggi pada tahun 2011, hal tersebut karena adanya angin besar yang
menghancurkan beberapa usaha tanaman bunga potong. Anggrek mengalami
penurunan produksi paling tinggi yaitu mencapai 4 859 persen dari tahun 2007
hingga 2011.
Tabel 2. Perkembangan produksi tanaman hias di Cianjur tahun 2007-2011
No
1
2
3

Jenis
Bunga

Produksi (kg)
2007

Anggrek
550 258
Krisan
12 939 034
Mawar
750 792

2008

2009

2010

2011

3 811
21 550 851
1 329 488

19 522
28 481 490
1 156 227

367
16 684 410
2 818 620

645
75 940 250
39 050

Rata-rata
Pertumbuhan
(%)
(4,859)
18
(1,758)

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, 2013 (diolah)

Salah satu jenis komoditas florikultura yang memiliki prospek usaha yang
besar adalah bunga mawar potong. Tanaman mawar berasal dari negara China,
Myanmar, India Timur dan Eropa (Lingga, 2008). Mawar merupakan jenis
tanaman yang memiliki kelopak bunga yang indah dan beragam, beraneka warna
dan wangi yang harum sehingga dapat memikat para penggemarnya. Selain
sebagai tanaman bunga potong dan tanaman pot, mawar juga sering digunakan
sebagai bunga tabur dalam upacara pemakaman. Jenis mawar yang memiliki bau
yang harum, air sulingannya atau yang dikenal sebagai minyak mawar
dimanfaatkan sebagai parfum, pengobatan dan bahan kosmetik.
Secara garis besar mawar dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu
mawar liar (wild roses), mawar jenis lama (old roses), mawar jenis baru (modern
roses). Salah satu jenis mawar yang sering dibudidayakan adalah bunga mawar
jenis baru (modern roses). Penggolongan mawar modern berdasarkan bentuk
tubuhnya terbagi menjadi mawar perdu, hybrid tea, miniatur dan mawar
merambat (Lingga, 2008). Jenis mawar yang umum digunakan dalam budidaya
bunga potong adalah mawar hybrid tea dengan alasan, mawar ini memiliki
kuntum bunga setengah mekar, bunga berbentuk lancip, helai mahkota tebal, dan
dapat mekar lebih lama jika dibandingkan dengan jenis mawar yang lain.
PT Agro Dwipa Investindo merupakan salah satu perusahaan agribisnis
yang bergerak dibidang mawar potong. Perusahaan ini berdiri sejak awal tahun
2000. Pada saat awal berdiri, PT ADI hanya memiliki satu buah greenhouse kaca
(GH 1) dengan konstruksi asli Belanda dengan luas 900 m2 yang ditanami dengan
jenis varietas mawar Black Magic dan Grand Galla sebanyak 7 000 tanaman.
Saat ini perusahaan telah berkembang dan memiliki tujuh greenhouse yang terdiri

4

dari dua greenhouse modern dan lima greenhouse tradisional yang ditanami 17
varietas mawar dengan perbandingan varietas lokal sebanyak 59 persen yang
dikembangkan dengan metode okulasi dan varietas asli Holland sebanyak 41
persen.
Perumusan Masalah
PT Agro Dwipa Investindo tertarik untuk mengusahakan bunga mawar
potong karena melihat besarnya peluang pada komoditi tersebut. Sejak tahun 2000
perusahaan tersebut sudah memulai usahanya, dan selama usaha berlangsung
banyak sekali perkembangan yang sudah diperoleh, baik dari segi materi maupun
dari segi perluasan wilayah usaha. Pada bulan Februari 2012, PT ADI mengalami
kerugian besar-besaran karena perubahan cuaca yang begitu ekstrim. Angin besar
menghancurkan lima greenhouse bambu yang dimiliki oleh PT ADI. Saat ini
hanya tersisa dua greenhouse kaca untuk memproduksi bunga mawar potong.
Pada Gambar 2, dapat dilihat jumlah produksi bunga mawar potong PT ADI dari
tahun 2007 hingga tahun 2012 setelah terjadi bencana.

Gambar 2.

Jumlah produksi bunga mawar potong pada PT Agro Dwipa
Investindo tahun 2007 – 2012
Sumber: PT Agro Dwipa Investindo, 2013

Kejadian angin ribut yang menghancurkan kelima greenhouse tersebut
menyebabkan banyaknya lahan di lokasi usaha menjadi tidak produktif karena
hampir seluruh tanaman bunga mawar potong menjadi rusak. Hal tersebut
mengakibatkan turunnya jumlah produksi sebesar 70 persen. Selain itu, PT ADI
hampir kehilangan seluruh karyawan-karyawan terbaiknya karena para
karyawannya menganggap PT ADI sudah tidak dapat melanjutkan usahanya.
Pengeluaran dana paling besar terdapat pada biaya pembuatan greenhouse.
PT ADI memiliki dua tipe greenhouse, yaitu greenhouse tradisional terbuat dari
plastik UV dan bambu, serta greenhouse modern terbuat dari kaca dan besi.
Kondisi tersebut menyebabkan pemilik usaha berpikir kembali untuk
memperbaiki kondisi usaha bunga mawar potong dengan memilih satu diantara
tiga skenario. Skenario pertama dengan mengganti lima greenhouse yang rusak
dengan greenhouse bambu, skenario kedua menggunakan greenhouse kaca dan
skenario ketiga mengkombinasikan keduanya, di mana untuk dua greenhouse

5

yang letaknya di belakang dan posisinya dekat dengan tebing menggunakan
greenhouse yang terbuat dari kaca dan besi karena struktur bangunannya yang
lebih kokoh.
Keterbatasan dana menjadi kendala utama dalam memperbaiki kondisi
usaha tersebut. Dana yang sangat besar akan dibutuhkan untuk memulihkan usaha
seperti sebelumnya. Pembangunan greenhouse baru, tanaman mawar yang rusak
dan kebutuhan-kebutuhan lainnya sangat penting untuk diperhitungkan. Pemilihan
tipe greenhouse yang sesuai dengan keadaan lokasi budidaya juga sangat penting
untuk diperhitungkan agar greenhouse yang akan dibangun lebih tahan lama dan
sesuai dengan perencanaan. Selain itu, perlu diperhitungkan juga waktu
pengembalian kembali dari jumlah dana yang dikeluarkan untuk reinvestasi usaha
PT ADI.
Namun, di sisi lain produk bunga mawar yang dihasilkan sudah dikenal oleh
pelanggannya berbeda dengan bunga mawar potong yang berada di pasaran. PT
ADI memiliki karyawan-karyawan yang sudah paham sangat baik mengenai
teknik budidaya bunga mawar. Kelebihan bunga mawar potong yang dimiliki oleh
PT ADI antara lain diameter bunga yang besar, kelopak bunga dan daun yang
bersih serta memiliki batang yang panjang dan kokoh. PT ADI sudah memiliki
pasar tersendiri, di mana hotel-hotel bintang empat dan sekolah perangkai bunga
di Kota Jakarta menjadi pelanggannya. Menghentikan usaha bukanlah pilihan
yang baik karena PT ADI sudah sangat berpengalaman di bidang bunga mawar
potong. Oleh karena itu, PT ADI membutuhkan investasi dari para pemilik modal
atau lembaga keuangan untuk mengembalikan kondisi usahanya seperti semula.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian, yaitu:
1. Apakah setelah pengembangan kembali usaha bunga mawar potong pada PT
ADI dengan menggunakan tiga skenario (skenario I menggunakan greenhouse
bambu, skenario II dengan greenhouse kaca dan skenario III dengan
mengkombinasikan keduanya) dinyatakan layak jika dilihat dari aspek
finansial dan aspek non finansial?
2. Bagaimana sensitivitas dari pengembangan kembali usaha bunga mawar
potong terhadap penurunan penjualan, kenaikan harga pupuk dan penurunan
produksi?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis kelayakan pengembangan kembali usaha bunga mawar potong
pada PT ADI dengan menggunakan tiga skenario dilihat dari aspek finansial
dan aspek non finansial.
2. Menganalisis kepekaan (sensitivitas) dari pengembangan kembali usaha bunga
mawar potong
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak:

6

1. Penulis dapat menerapkan ilmu studi kelayakan bisnis sekaligus referensi
bisnis yang dapat dilakukan di sektor hortikultura
2. Perusahaan memiliki pertimbangan dalam pelaksanaan bisnis dan referensi
analisis kelayakan usaha dalam pencarian investor.
3. Investor dapat menambah referensi dalam penanaman modal usaha pada
budidaya bunga mawar potong yang tepat.
Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan pada satu perusahaan dengan hanya menganalisis
lima dari tujuh greenhouse yang dimiliki. Penelitian ini sebagai pembanding
usaha-usaha sekitarnya dengan bidang yang sama. Perusahaan pemberi informasi
budidaya bunga mawar potong adalah PT Agro Dwipa Investindo, sebagai
produsen bunga mawar potong yang sudah memiliki Standar Operasional usaha.

TINJAUAN PUSTAKA
Peranan dan Perkembangan Tanaman Hias di Indonesia
Dahulu tanaman hias diartikan sebagai tanaman bunga-bungaan atau segala
bentuk tanaman yang menghasilkan bunga. Saat ini, sejalan dengan
perkembangan jaman dan kemajuan peradaban manusia, tanaman hias diartikan
sebagai segala jenis tanaman yang memiliki nilai hias (bunga, batang, tajuk,
cabang, daun, akar, aroma dsb) yang menimbulkan kesan indah (artistik) atau
kesan seni (Santo, 2008). Tanaman hias (florikultur) merupakan bagian dari
holtikultura yang juga menjadi unggulan dari sektor pertanian. Terdapat berbagai
jenis tanaman hias di Indonesia, hal ini didukung oleh sumber daya alam yang
sangat besar dan tersebar di seluruh Indonesia (Arbianto, 2006).
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, tanaman hias termasuk
bunga potong di dalamnya semakin digemari penggunaannya. Pemanfaatan
tanaman hias biasanya hanya digunakan pada acara ritual keagamaan maupun
budaya beberapa suku bangsa seperti sesajen, bunga tabur pada acara kematian
maupun keperluan acara pengantin, namun kini digunakan juga sebagai alat
komunikasi ataupun bersosialisasi dalam masyarakat (Santo, 2008). Sementara
itu, menurut Waty (2010), tanaman hias juga dapat memberikan suasana indah
mempesona, melembutkan pandangan,dan memberikan kecemerlangan sepanjang
waktu. Berbagai tanaman hias umumnya ditanam untuk menghijaukan dan
mempercantik suatu taman atau sebagai tanaman hias pot yang ditempatkan di
meja ataupun areal rumah, perkantoran, hotel, restoran atau apartemen.
Pengembangan produk tanaman hias di Indonesia memiliki masa depan
yang cerah, mengingat permintaan pasar, baik dalam negeri maupun luar negeri
masih terus meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia juga mengimpor beberapa
tanaman hias terutama yang tergolong sub-tropis untuk memenuhi keperluan
dalam negeri. Hal tersebut menggambarkan bahwa konsumsi dalam negeri
terhadap produk florikultura cukup besar bahkan produk tertentu masih belum
terpenuhi oleh produk sendiri. Hal ini merupakan peluang yang sangat baik untuk
perkembangan komoditi tanaman hias dan bunga.

7

Perkembangan Bunga Mawar Potong di Indonesia
Mawar merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri.
Mawar dikenal dengan nama bunga ros atau "Ratu Bunga" merupakan simbol
atau lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia. Mawar berasal dari
dataran Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya,
menyebar luas di daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas (tropis).
Mawar mempunyai nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki manfaat sebagai
tanaman hias kebun atau taman, tanaman hias pot, bunga potong, bunga tabur,
bahan baku parfum dan bahan baku obat serta sebagai bahan baku makanan,
minuman atau zat aditif bagi makanan olahan. Mawar merupakan tanaman hias
yang paling diminati masyarakat karena memiliki warna yang bervariasi dan
kelopak bunga yang indah.
Salah satu negara produsen bunga-bungaan terbesar di dunia adalah
Belanda. Diantara sepuluh jenis bunga potong Belanda, mawar menempati urutan
teratas dan paling besar dalam perolehan devisa negara tersebut. Pada tahun 1988
nilai ekspor bunga mawar Belanda baru mencapai 521 738 000 gulden, kemudian
naik menjadi 562 228 000 gulden pada tahun 1989, dan mencapai 825 000 000
gulden pada tahun 1991. Peningkatan permintaan pun dirasakan pula oleh
Indonesia, karena selama periode tahun 1985 – 1991 ekspor komoditas tersebut
meningkat dari 476 ton (US $180 000) menjadi 4 881 ton (US $ 1.1 juta).
Permintaan yang cukup tinggi membuat bunga mawar potong menjadi komoditas
utama yang mendapatkan prioritas utama dalam penelitian dan pengembangan
sampai saat ini (Rukmana, 1995).
Permintaan bunga mawar di pasar dalam negeri (domestik) cenderung
meningkat, terlebih di kota-kota besar. Jakarta menyerap bunga-bunga terbesar
dengan omzet dan peredaran uang mencapai Rp 25,8 miliar per tahun. Permintaan
bunga mawar kurang lebih 20 000 kuntum per hari, hal ini memberikan gambaran
cerah bagi kalangan wirausahawan di berbagai daerah (wilayah) di Indonesia
untuk mengelola agribisnis bunga mawar, terutama yang memiliki lokasi strategis
dengan kota-kota besar (Rukmana, 1995).
Pada umumnya budidaya tanaman bunga mawar potong biasa dilakukan di
dalam rumah kaca atau greenhouse. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas
dan menciptakan lingkungan yang terpadu pada proses pembudidayaannya.
Budidaya tanaman hias juga cenderung menggunakan media tanam dengan
campuran dari tanah, sekam dan pupuk kandang sehingga mudah penanganannya.
Media tanam tersebut merupakan teknik budidaya pertanian yang mengandalkan
substrat sebagai media penyedia unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Substrat sebagai berjangkarnya akar tanaman dan sebagai penyangga tegaknya
tanaman.
Proses penanaman bunga mawar potong dilakukan di deret bedengan.
Proses panen bunga mawar potong dapat dilakukan pada umur 4 – 5 bulan setelah
tanam. Cara panen bunga mawar potong adalah dengan memotong tangkai bunga
pada bagian dasar (pangkal) atau disertakan dengan beberapa tangkai daun dengan
menggunakan gunting stek. Penanganan pasca panen bunga mawar potong adalah
dengan merendam pada bak air selama kurang lebih 30 menit, hal ini bertujuan
untuk menormalkan kembali kondisi bunga mawar potong setelah proses

8

pemanenan. Selain itu, dapat menghindari dehidrasi pada saat proses
pendistribusian.
Analisis Kelayakan Usaha
Adelita, Hubeis M, dan Kadarisman D (2010), menganalisis pemanfaatan
lahan yang tidak terpakai dalam kompleks perumahan di Bekasi. Lahan tersebut
ditanami berbagai jenis tanaman hias Adenium. Terdapat empat area usaha
dengan luas lahan yang berbeda, yaitu 50 m2, 20 m2, 40 m2, dan 35 m2. Kegiatan
usaha tersebut layak dijalankan karena dapat memberikan keuntungan di mana
dengan luas tanah 50 m2 dari usaha pekebun Manda mendapat laba Rp3 991 663
pada periode pengembalian 7.47 bulan; pekebun Saih dengan luas tanah 20 m2
mendapatkan laba Rp658 333 pada periode pengembalian 22 bulan; pekebun Jaja
dengan luas tanah 40 m2 mendapatkan laba Rp3 813 750 pada periode
pengembalian 4.95 bulan dan usaha pekebun Bambang dengan luas tanah usaha
35 m2 mendapatkan laba Rp3 121 665 pada periode pengembalian 7.75 bulan.
Pada tahun 2009, Mardikasari meneliti bunga mawar potong varietas Grand
Galla. Usaha budidaya bunga mawar potong dilakukan dengan menggunakan
Greenhouse tradisional, dengan perawatan yang intensif, umur bisnis ditentukan
selama empat tahun dengan tingkat kegagalan sebesar 10 persen. Hasil analisis
kelayakan keuangan dengan menggunakan indikator NPV, IRR dan Net B/C
Ratio diperoleh hasil bahwa usaha pengembangan bisnis bunga mawar potong
varietas Grand Galla layak diusahakan dengan nilai NPV positif sebesar
Rp124 687 350.18, IRR sebesar 60 persen dan nilai Net B/C Ratio sebesar 2.09.
Hasil analisis switching value menjelaskan perubahan maksimum yang masih
dapat ditolerir jika terjadi penurunan produksi adalah sebesar 21.88 persen dan
perubahan kenaikan pupuk masih dapat ditolerir jika terjadi kenaikan pupuk
sebesar 200.23 persen.
Pada tahun yang sama Dharmika (2009), menganalisis tentang bunga
potong krisan dan membagi analisis kelayakan finansial ke dalam tiga skenario.
Skenario pertama membahas perusahaan hanya memproduksi krisan tipe standar,
skenario kedua membahas bunga krisan yang diproduksi adalah tipe spray dan
skenario ketiga membahas kombinasi produksi tipe standar dan tipe spray.
Rencana pengembangan bisnis yang akan dilakukan untuk peningkatan kapasitas
produksi bunga potong krisan adalah penambahan greenhouse pada Pri’s Farm.
Berdasarkan perhitungan kelayakan finansial yang dilihat dari hasil NPV, IRR, Net
B/C dan payback period pada ketiga skenario rencana pengembangan bisnis maka
dapat disimpulkan bahwa ketiga skenario tersebut layak untuk dijalankan. Hal ini
berdasarkan dari hasil perhitungan cashflow diperoleh nilai NPV untuk skenario
I,II, dan III adalah Rp1 111 985.71; Rp472 396 179.8 dan Rp1 018 640 378.
Tingkat pengembalian investasi (IRR) skenario I, II dan III adalah 39.17 persen;
22.57 persen; dan 36.69 persen. Net B/C skenario I, II, III adalah 2.7; 1.7 dan 2.5.
Payback Period skenario I, II dan III adalah 3.06 tahun; 5.7 tahun dan 3.3 tahun.
Berdasarkan dari hasil analisis switching value, diperoleh hasil bahwa penurunan
harga jual sebesar 30.62 persen untuk skenario I; 17.03 untuk skenario II; serta
30.99 untuk skenario III dan kenaikan biaya variabel sebesar 90.25 persen untuk
skenario I; 30.24 untuk skenario II, serta 80.56 untuk skenario III tidak terlalu
mempengaruhi kondisi usaha Pri’s Farm.

9

Sari (2008), meneliti bunga potong krisan dan menyatakan bahwa
permintaan bunga krisan ke Loka Farm mencapai 2 600 ikat per minggunya.
Namun Loka Farm hanya mau memenuhi permintaannya sebesar 38.46 persen
yang diajukan oleh CV Setia Mitra. Hasil analisis kelayakan aspek finansial
menunjukkan bahwa kedua skenario yaitu modal pinjaman dari Koperasi Mabes
TNI (skenario I) dan modal pinjaman dari Bank Syariah untuk pengusahaan
bunga potong krisan Loka Farm layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan
kedua skenario sudah memenuhi kriteria kelayakan proyek, di antaranya yaitu
nilai NPV lebih dari nol, nilai NetB/C lebih dari satu, IRR lebih dari tingkat
diskonto yang digunakan tiap-tiap skenario dan PP berada sebelum batas habis
proyek. Bila dibandingkan dari kedua skenario, skenario I lebih layak daripada
skenario II karena nilai NPV, nilai NetB/C nya lebih besar daripada skenario II.
Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial dan analisis switching value,
terlihat bahwa skenario I lebih layak untuk dijalankan dibandingkan skenario II.
Santo (2008), meneliti usaha pembungaan dan pengembangan produk
perawatan tanaman anggrek dendrobium. Berdasarkan analisis usaha diperoleh
hasil bahwa dari total biaya sebesar Rp5 528 500,- dalam waktu 3 bulan telah
diperoleh total penerimaan Rp5 938 000,- dengan perolehan keuntungan sebesar
Rp409 500,-. Analisis kelayakan usaha dilihat dari berbagai sisi yaitu dengan
BEP harga sebesar Rp21 938,- , Payback periode 2 bulan 8 hari, B/C ratio
sebesar 0.074 dan R/C ratio 1.074. Berdasarkan analisis kelayakan usaha tersebut
diketahui bahwa usaha ini layak untuk dilanjutkan dan dikembangkan.
Kesimpulan yang diperoleh dari usaha ini antara lain; adanya usaha baru dan
telah mampu menjual kepada konsumen baik konsumen akhir maupun
pedagang tanaman
hias, serta telah memberikan keuntungan finansial,
bertambahnya pengetahuan dan keterampilan. Terbentuknya suatu mitra usaha
baru, yaitu dengan adanya kerjasama dengan pekebun senior dan skala usaha
yang lebih besar, pengadaan sarana produksi, serta dengan pedagang.
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, maka terdapat persamaan dan
perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu adalah metode analisis yang digunakan. Kelayakan
investasi dilihat dari dua aspek, yakni aspek finansial dan aspek non finansial.
Aspek non finansial yang dianalisis terdiri dari aspek hukum, aspek lingkungan,
aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, dan aspek manajemen dan
sumber daya manusia, sedangkan untuk aspek finansial menggunakan kriteria
kelayakan investasi yang antara lain NPV, IRR, Net B/C Ratio dan Payback
Period.
Perbedaan analisis penelitian ini dengan penelitian terdahulu salah satunya
terletak pada komoditi yang akan diteliti. Penelitian ini akan membahas komoditi
bunga mawar potong, sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardikasari
pada tahun 2009 namun penelitian ini akan membahas lebih dari satu varietas
bunga mawar potong. Selain itu, penelitian ini akan menggunakan analisis
sensitivitas, karena perusahaan yang diteliti sudah bekerja selama sepuluh tahun
sehingga sudah memiliki pengalaman dalam berbagai situasi dan kondisi.

10

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangkan pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan
dalam penelitian. Teori-teori ini menjadi koridor terhadap permasalahan yang ada
dalam penelitian.
Studi Kelayakan Bisnis
Suliyanto (2010) menyatakan bisnis dalam arti luas didefinisikan sebagai
keseluruhan kegiatan yang direncanakan dan dijalankan oleh perorangan atau
kelompok secara teratur dengan tujuan mencari keuntungan maupun tidak
bertujuan mencari keuntungan. Berdasarkan definisi tersebut bisnis dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu bisnis yang berorientasi keuntungan adalah
bisnis yang didirikan semata-mata bertujuan memperoleh keuntungan untuk
meningkatkan kesejahteraan pemilik dan karyawannya serta untuk
mengembangkan usaha lebih lanjut. Bisnis yang tidak beorientasi keuntungan
adalah bisnis yang didirikan dengan tujuan utama untuk kepentingan sosial. Selain
itu, Suliyanto (2010) mengemukakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan
penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak
untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis dinyatakan layak untuk
dilaksanakan jika ide tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi
semua pihak (stake holder) dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan.
Nurmalina et al. (2009) menyatakan studi kelayakan bisnis merupakan
penelaah atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan
manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Tujuan dari studi kelayakan dalam
pengembangan usaha adalah memperbaiki pemilihan investasi atas sumber daya
yang terbatas, sehingga dapat menentukan prioritas investasi.
Aspek-Aspek Studi Kelayakan
Menurut Suliyanto (2010), aspek-aspek kelayakan bisnis diantaranya aspek
hukum, aspek lingkungan, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan
teknologi, aspek manajemen dan sumber daya manusia serta aspek keuangan.
Melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang terkait dalam
bisnis. Oleh karena itu, kesalahan atau ketidakcermatan pada satu aspek akan
berpengaruh terhadap hasil analisis studi kelayakan secara keseluruhan.
Aspek Non Finansial
1. Aspek Hukum
Aspek hukum mengkaji ketentuan hukum yang harus dipenuhi sebelum
menjalankan usaha. Ketentuan hukum untuk setiap jenis usaha berbeda-beda,
tergantung pada kompleksitas bisnis tersebut. Adanya otonomi daerah
menyebabkan ketentuan hukum dan perizinan antara daerah yang satu dengan
daerah lain berbeda-beda. Oleh karena itu, pemahaman mengenai ketentuan
hukum dan perizinan investasi untuk setiap daerah merupakan hal yang sangat
penting untuk melakukan analisis kelayakan aspek hukum (Suliyanto 2010).

11

Suliyanto (2010), menyatakan bahwa analisis aspek hukum dilakukan
dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan “apakah bisnis yang akan dijalankan
dapat memenuhi ketentuan dan perizinan di suatu wilayah ?”. Berdasarkan aspek
hukum, suatu ide bisnis dinyatakan layak jika ide bisnis tersebut sesuai dengan
ketentuan hukum dan mampu memenuhi segala persyaratan perizinan diwilayah
tersebut. Secara spesifik analisis aspek hukum pada studi kelayakan bisnis
bertujuan untuk:
 Menganalisis ketepatan bentuk badan hukum dengan ide bisnis yang akan
dilaksanakan
 Menganalisis jaminan-jaminan yang bisa disediakan jika bisnis akan dibiayai
dengan pinjaman
2. Aspek Lingkungan
Suliyanto (2010), menyatakan analisis aspek lingkungan tidak hanya
membahas tentang kesesuaian lingkungan dengan bisnis yang akan dijalankan,
tetapi juga membahas dampak bisnis terhadap lingkungan serta pengaruh
perubahan lingkungan yang akan datang terhadap bisnis. Oleh karena itu, analisis
pada aspek lingkungan memerlukan kemampuan analisis yang lebih
komprehensif. Analisis kesesuaian lingkungan bertujuan untuk menganalisis
menganalisis apakah kondisi lingkungan mendukung untuk menjalankan suatu
ide bisnis atau tidak, sedangkan analisis dampak bisnis bertujuan untuk
menganalisis apakah bisnis tersebut akan memberikan dampak positif yang lebih
besar dibandingkan dengan dampak negatifnya atau tidak.
Lingkungan memiliki pengertian yang sangat luas sehingga analisis aspek
lingkungan dalam studi kelayakan dapat dibagi menjadi beberapa ruang lingkup
lingkungan. Meskipun aspek lingkungan terdiri dari beberapa ruang lingkup,
namun dalam praktiknya tidak semua ruang lingkup pada lingkungan bisnis harus
dianalisis secara mendalam. Beberapa ruang lingkup yang terdapat dalam
lingkungan bisnis adalah sebagai berikut:

Lingkungan operasional
Lingkungan operasional merupakan lingkungan yang paling dekat dengan
aktivitas perusahaan. Lingkungan operasional perusahaan meliputi pesaing,
kreditor, pelanggan, pemasok dan pegawai

Lingkungan industri
Lingkungan industri merupakan lingkungan yang meliputi kelompok yang
memproduksi produk atau jasa yang sama atau barang pengganti yang dekat.
Lima faktor persaingan dalam lingkungan industri, yaitu masuknya pendatang
baru, ancaman produk substitusi, daya tawar-menawar pembeli, daya tawarmenawar pemasok dan persaingan.
Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek lingkungan jika
kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan ide bisnis dan ide bisnis tersebut
mampu memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dampak negatifnya
diwilayah tersebut. Secara spesifik analisis aspek lingkungan dalam studi
kelayakan bertujuan untuk:
 Menganalisis kondisi lingkungan operasional dan lingkungan industri
 Menganalisis dampak positif maupun dampak negatif bisnis terhadap
lingkungan

12

3. Aspek Pasar dan Pemasaran
Suliyanto (2010), menyatakan bahwa aspek pemasaran menganalisis apakah
produk yang dihasilkan dapat memberikan nilai lebih tinggi kepada pelanggan
dibandingkan dengan produk pesaing. Jika produk yang dihasilkan dan
dibutuhkan oleh konsumen dalam jumlah yang besar, tetapi harga lebih tinggi,
kualitas tidak lebih baik dibandingkan produk pesaing, dan tidak mudah
didapatkan oleh konsumen maka produk tersebut akan ditinggalkan oleh
pelanggan.
Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan aspek pasar dan pemasaran
jika ide bisnis tersebut dapat menghasilkan produk yang dapat diterima pasar
dengan tingkat penjualan yang menguntungkan. Secara spesifik analisis aspek
pasar dan pemasaran dalam studi kelayakan bertujuan untuk:
 Menganalisis permintaan atas produk yang akan dihasilkan
 Menganalisis penawaran atas produk sejenis
 Menganalisis ketersediaan rekanan atas pemasok faktor produksi yang
dibutuhkan
 Menganalisis ketepatan strategi pemasaran yang akan digunakan
Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling
bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu
harga (Umar, 2005).
4. Aspek Teknis dan Teknologi
Berkaitan dengan kelayakan suatu bisnis, aspek teknis dan teknologi
merupakan pilihan secara teknis mengenai teknologi yang digunakan, sehingga
rencana bisnis dapat dilaksanakan dengan layak atau tidak, baik pada saat
pembangunan proyek maupun operasional secara rutin. Hal ini meliputi proses
pemilihan teknologi produksi, perencanaan produk, penentuan kapasitas produksi,
dan lay out shading house (Umar, 2005).
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), secara umum ada beberapa tujuan yang
hendak dicapai dalam penilaian aspek teknis/operasi yaitu:
 Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi
pabrik, gudang, cabang maupun kantor pusat.
 Agar perusahaan dapat menentukan lay out yang sesuai dengan proses
produksi yang dipilih, sehingga dapat memberikan efisiensi.
 Agar perusahaan dapat menentukan teknologi yang paling tepat dalam
menjalankan produksinya.
Suliyanto (2010), menyatakan hal yang perlu dianalisis pada aspek teknis
dan teknologi adalah pemilihan lokasi karena lokasi yang strategis merupakan
salah satu keunggulan bersaing, selain itu skala produksi yang optimal karena
skala produksi yang terlalu besar akan menimbulkan pemborosan, namun
sebaliknya skala produksi yang terlalu kecil akan menyebabkan hilangnya
peluang untuk mendapatkan keuntungan, pemilihan mesin dan peralatan juga
berpengaruh karena mempengaruhi keberhasilan pada proses produksi, serta
pemilihan teknologi karena teknologi yang tepat membuat perusahaan dapat
menghasilkan produk dengan kualitas yang baik dalam waktu yang cepat dan
biaya yang murah. Suatu ide bisnis dinyatakan layak berdasarkan hasil analisis ide
bisnis yang dibangun dan dijalankan dengan baik. Secara spesifik analisis aspek
teknis dan teknologi dalam studi kelayakan bertujuan untuk:

13





Menganalisis kelayakan lokasi
Menganalisis besarnya skala produksi untuk mencapai tingkatan skala
ekonomis
Menganalisis kriteria pemilihan mesin peralatan dan teknologi untuk
menjalankan proses produksi

5. Aspek Manajemen dan Sumber Daya manusia
Aspek manajemen merupakan landasan untuk mengetahui apakah
pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan
dikendalikan sehingga, rencana bisnis dapat dikatakan layak atau sebaliknya.
Aspek ini meliputi perencanaan bisnis, pengorganisasian, dan pengendalian
manajemen yang akan digunakan (Umar, 2005).
Aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang cukup penting
dianalisis untuk kelayakan suatu usaha. Walaupun suatu usaha telah dinyatakan
layak untuk dilaksanakan tanpa didukung dengan manajemen dan organisasi yang
baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan (Kasmir dan Jakfar, 2003).
Suliyanto (2010), menyatakan analisis aspek manajemen dan sumber daya
manusia terdiri dari dua bahasan yang penting yaitu sub aspek manajemen dan
sub aspek sumber daya manusia. Analisis sub aspek manajemen lebih
menekankan pada proses dan tahap-tahap yang harus dilakukan pada proses
pembangunan bisnis, sedangkan analisis sub aspek sumber daya manusia
menekankan pada ketersediaan dan kesiapan tenaga kerja baik mutu maupun
jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis.
Kesalahan pada analisis kelayakan sumber daya manusia dapat menyebabkan
bisnis tidak bisa dijalankan karena tidak dikelola oleh orang-orang kompeten
sesuai kebutuhan.
Suatu ide bisnis dinyatakan layak jika terdapat kesiapan tenaga kerja untuk
menjalankan bisnis dan bisnis tersebut dapat dibangun sesuai waktu yang telah
diperkirakan. Secara spesifik analisis aspek manajemen dan sumber daya manusia
pada studi kelayakan bertujuan untuk:
 Menganalisis penjadwalan pelaksanaan pembangunan bisnis
 Menganalisis jenis-jenis pekerjaan dan waktu yang diperlukan untuk
pembangunan bisnis
 Menganalisis struktur organisasi yang cocok untuk menjalankan bisnis
Aspek Finansial
Suliyanto (2010) menyatakan banyak perusahaan yang menutup usahanya
karena salah melakukan analisis keuangan. Kesalahan analisis keuangan dapat
disebabkan karena salah dalam memproyeksikan pendapatan, biaya investasi
maupun kesalahan dalam memproyeksikan biaya operasional. Oleh karena itu,
analisis aspek keuangan tidak dapat dipisahkan dari analisis pada aspek yang lain,
seperti analisis aspek hukum berkaitan dengan biaya untuk mengurus perijinan,
analisis aspek lingkungan berkaitan dengan biaya sosial yang harus dikeluarkan
untuk menjalin hubungan anatara perusahaan dengan lingkungan, analisis aspek
pasar dan pemasaran berkaitan dengan proyeksi penjualan atau pendapatan,
analisis aspek teknis dan teknologi berkaitan dengan biaya pembangunan,
pengadaan mesin dan peralatan, serta penggunaan teknologi dan analisis aspek

14

manajemen dan sumber daya manusia berkaitan dengan biaya perencanaan dan
pembangunan bisnis serta biaya operasional untuk membayar tenaga kerja.
Suliyanto (2010) menyatakan analisis aspek keuangan dilakukan untuk
menjawab pertanyaaan “bagaimana kesiapan permodalan yang akan digunakan
untuk menjalankan bisnis dan apakah bisnis yang akan dijalankan dapat
memberikan tngkat pengembalian yang menguntungkan?”. Suatu ide bisnis dapat
dinyatakan layak jika bisnis tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian
yang menguntungkan.
Cashflow Bisnis
Aliran penerimaan dan pengeluaran dikenal dengan istilah aliran kas
(cas