Analisis kelayakan Usaha Wisata Agro Tambi Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo

(1)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kekayaan alam merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang harus dimanfaatkan dan dilestarikan. Indonesia diberikan anugerah berupa kekayaan alam yang sangat beragam dan melimpah yang dapat dijadikan sebagai keunggulan bagi perekonomian bangsa. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan wisata dunia dan memiliki sektor pariwisata yang mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Potensi tersebut didukung oleh kekayaan sumberdaya alam, seni budaya, dan adat istiadat. Pada perkembangannya, Indonesia selalu diramaikan oleh banyaknya wisatawan mancanegara yang turut memberikan sumbangan devisa bagi Indonesia dari sektor pariwisata. Gambar 1 menunjukkan data jumlah wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia pada periode 2005-2010.

Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun 2005- 2010. Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa kontribusi pariwisata terhadap devisa negara cenderung fluktuatif. Hal ini disebabkan karena adanya isu terorisme yang berawal dari kasus pemboman yang terjadi di Bali pada akhir tahun 2004. Isu ini semakin santer ketika kasus pengeboman lain mulai terjadi beberapa kali, tidak hanya di Bali tetapi juga Jakarta. Isu mengenai terorisme ini

0 1000000 2000000 3000000 4000000 5000000 6000000 7000000 8000000


(2)

2 membawa dampak yang cukup besar bagi perekonomian khususnya dalam bidang pariwisata. Hal ini menyebabkan turunnya jumlah wisatawan, sehingga perolehan devisa negara cenderung menurun. Namun, karena gencarnya pemerintah melakukan promosi di bidang pariwisata, maka perolehan devisa meningkat dari tahun 2006 hingga sekarang. Tujuan pengunjung datang ke Indonesia berbeda-beda, dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Tujuan Pengunjung Mancanegara Datang ke Indonesia Tahun 2010 Sumber : Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2010)

Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat bahwa sebagian besar pengunjung mancanegara datang ke Indonesia memiliki tujuan untuk berlibur yaitu sebanyak 59,23 persen dari total pengunjung mancanegara. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata sangat potensial untuk dikembangkan. Selanjutnya, pada Gambar 3 disajikan pula data perkembangan wisatawan domestik pada periode 2005-2010.

Bisnis 31,17%

Liburan 59,23%

Lainnya 9,60%


(3)

3 Gambar 3. Perkembangan Wisatawan Domestik Tahun 2005-2010

Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa jumlah wisatawan terus meningkat selama selang waktu 2005-2010. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata terus berkembang dan meningkat selama periode 2005-2010 dan diperkirakan akan terus meningkat karena masih banyak sektor pariwisata yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Sektor pariwisata memberikan efek ganda (multiplier effect) karena mampu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar, sehingga memberikan distribusi pendapatan penduduk di kawasan sekitar pariwisata. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Selain memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat sekitar, sektor pariwisata juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional dan daya serap lapangan kerja di sektor industri pariwisata.

Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan, bahwa kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional terus meningkat sejak tahun 2004 sampai 2007. Tabel 1 menunjukkan kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional.

10600000 10800000 11000000 11200000 11400000 11600000 11800000 12000000 12200000 12400000


(4)

4 Tabel 1. Kontribusi Pariwisata terhadap PDB Nasional Tahun 2004-2007

Uraian/ Tahun 2004 2005 2006 2007

Kontribusi terhadap PDB (Rp triliyun)

113,78 146,80 143,62 169,67

Total PDB (Rp triliyun)

2.273,14 2.784,90 3.339,50 3.957,40

Persentase

kontribusi terhadap total PDB (%)

5,01 5,27 4,30 4,29

Sumber: BAPPENAS (2008)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa kontribusi nilai pariwisata terhadap PDB nasional terus meningkat setiap tahun. Pada tahun 2007, persentase kontribusi pariwisata turun tipis menjadi 4,29 persen bila dibandingkan dengan total PDB nasional, meskipun jumlah kontribusi pariwisata tetap naik dari tahun sebelumnya menjadi Rp 169,67 triliyun. Hal ini membuktikan bahwa sektor pariwisata terus berkembang setiap tahunnya.

Pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara dalam pengembangan suatu daerah. Pengembangan pariwisata ini tidak terlepas dari adanya sumberdaya alam maupun sumberdaya buatan sebagai potensi daerah yang dimilikinya. Potensi daerah tersebut merupakan salah satu sumber aset wisata yang menjadi unggulan baik berupa keindahan alam, peninggalan budaya masa lampau maupun dari komoditas unggulan yang dimiliki daerah tersebut. Berbagai daerah di Indonesia memiliki keunggulan wisata tersendiri, seperti wisata budaya, wisata alam, wisata pedesaan maupun wisata agro (agrowisata).

Beberapa tahun terakhir, pembangunan pariwisata di Indonesia menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Konsumsi jasa dalam bentuk wisata bagi sebagian masyarakat negara maju dan masyarakat Indonesia telah menjadi suatu kebutuhan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya pendapatan, gaya hidup, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia sehingga preferensi dan motivasi wisatawan berkembang secara dinamis. Saat ini, masyarakat memiliki kecenderungan memenuhi kebutuhan sekunder dalam bentuk menikmati udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik menunjukkan peningkatan


(5)

5 yang pesat. Kecenderungan ini membuktikan bahwa tingginya permintaan terhadap agrowisata dan sekaligus sebagai peluang bagi pengembangan produk-produk agribisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun produk-produk pertanian.

Agrowisata merupakan suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian mulai dari awal sampai dengan produk pertanian dalam berbagai sistem, skala, dan bentuk sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian (Deptan 2008). Agrowisata bukan hanya merupakan usaha dibidang jasa, namun juga dapat berperan sebagai media promosi produk-produk pertanian, media dalam bidang edukasi, peluang dalam pengembangan diversifikasi produk agribisnis, serta dapat membantu dalam pengembangan daerah. Agrowisata memiliki prospek yang cerah, karena masyarakat di jaman sekarang ini semakin membutuhkan sarana rekreasi yang alami dan bebas dari polusi udara.

Indonesia memiliki banyak wilayah yang berpotensi untuk dikembangkan dalam sektor pariwisata khususnya Agrowisata, salah satunya adalah provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan data dari Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Tengah, jumlah wisatawan pengunjung obyek wisata di Jawa Tengah mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga 2009. Tabel 2 menunjukkan perkembangan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Jawa Tengah.

Tabel 2. Data Perkembangan Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Jawa Tengah Tahun 2008-2009

Kategori 2008 (orang) 2009 (orang) Pertumbuhan (%)

Wisatawan mancanegara

302.977 308.519 1,83

Wisatawan domestik

16.253.107 21.515.598 32,28

Jumlah 16.556.084 21.824.117 31,18

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah (2010)

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik meningkat dari tahun 2008 hingga 2009. Total


(6)

6 wisatawan pada tahun 2009 sebesar 21.824.117. Jumlah tersebut mewakili 17,3 % dari jumlah total keseluruhan wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berjumlah 126.267.730 orang (BPS 2010). Hal ini membuktikan bahwa provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata yang cukup besar. Tabel 3 menunjukkan 11 kota di Jawa Tengah yang mengalami peningkatan signifikan dalam hal pariwisata.

Tabel 3. Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah yang Mengalami Peningkatan Kunjungan Pariwisata Tahun 2006-2008

Kota 2006 2007 2008

Cilacap 189.855 201.821 212.679

Purbalingga 767.886 1.143.687 1.579.087

Kebumen 361.085 399.206 474.499

Wonosobo 170.495 208.708 231.147

Magelang 1.782.258 2.301.199 2.816.493

Sragen 190.673 219.756 220.133

Kudus 681.951 713.036 760.616

Jepara 724.414 892.692 1.016.976

Demak 760.624 784.507 957.162

Pemalang 167.021 183.502 224.270

Tegal 239.614 264.461 295.503

Sumber: Disbudpar Provinsi Jawa Tengah (2009)

Berdasarkan Tabel 3, salah satu kota di Jawa Tengah yang mengalami peningkatan dalam sektor pariwisata adalah Kabupaten Wonosobo. Berdasarkan data Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wonosobo merupakan salah satu Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) dan termasuk ke dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Pada Kabupaten Wonosobo terdapat beberapa tempat wisata seperti Dieng, Telaga Warna, Kawah, Candi dan Wisata Agro Tambi.

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menyumbang cukup besar bagi pendapatan daerah Wonosobo. Tabel 4 menunjukkan realisasi penerimaan dan tunggakan pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2007-2011.


(7)

7 Tabel 4. Laporan Realisasi Penerimaan dan Tunggakan Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Wonosobo dari Sektor Pariwisata Tahun 2007-2011.

Tahun Anggaran (Rp)

Realisasi Penerimaan

(Rp)

Sisa Lebih/kurang

(Rp)

Persentase Lebih/kurang

(%)

2007 337.000.000 456.681.820 119.681.820 35,51

2008 494.000.000 497.141.320 3.141.320 0,64

2009 550.500.000 580.675.150 30.175.150 5,48

2010 560.500.000 637.774.800 72.274.800 13,79

2011 670.500.000 794.203.350 123.703.350 18,45

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Wonosobo (2012), (diolah)

Pada Tabel 4 terlihat bahwa pemerintah daerah selalu meningkatkan anggarannya khususnya sektor pariwisata setiap tahun. Realisasi penerimaan pendapatan daerah dari sektor pariwisata yang didapat melebihi anggaran yang telah ditetapkan oleh Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Wonosobo. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan dan akan memberikan dampak yang positif bagi daerah jika dikelola dengan baik.

Wisata Agro Tambi merupakan salah satu tempat wisata yang diminati oleh para wisatawan yang berkunjung ke Wonosobo. Wisata Agro ini terletak di Desa Tambi Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Perkebunan teh yang terhampar luas dan berada di lereng Gunung Sindoro, mempunyai ketinggian 1.200 – 2.000 m diatas permukaan laut dan memiliki suhu udara rata-rata minimal 15 º C dengan suhu maksimal 24 º C. Agrowisata Tambi memiliki perkebunan teh dan dilengkapi oleh beberapa fasilitas seperti home stay, taman bermain, dan pabrik teh. Kegiatan yang dilakukan diantaranya berkeliling berjalan (tea walk) menelusuri kebun teh, dengan menikmati pemandangan. Pengunjung juga bisa mendapatkan penjelasan mengenai agronomi, pengolahan dan pemasaran teh.

1.2. Perumusan Masalah

Wisata Agro Tambi merupakan suatu bentuk cabang usaha dari PT Tambi. Wisata Agro Tambi ini terletak di Desa Tambi Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Wisata Agro Tambi ini telah berdiri selama 11


(8)

8 tahun. Produk yang ditawarkan di wisata agro ini berupa jasa. Harga paket wisata yang ditawarkan di wisata agro ini bermacam-macam sesuai dengan fasilitas yang akan didapatkan oleh pengunjung. Fasilitas yang ditawarkan oleh Wisata Agro Tambi antara lain tea walk, wisata kebun dan pabrik, ruang pertemuan, home stay, jamuan makanan tradisional dan teh, outbound, serta fasilitas tambahan seperti musik dan tarian tradisional. Jika ingin menikmati agrowisata ini pengunjung harus datang bersama rombongan dengan jumlah minimal sepuluh orang sesuai dengan paket yang tersedia. Melihat kondisi usaha saat ini, maka dilakukan analisis kelayakan usaha (skenario I) untuk melihat apakah usaha yang sudah berjalan ini layak untuk dijalankan.

Saat ini Wisata Agro Tambi memiliki berbagai fasilitas, fasilitas ini bukan hanya terkait dengan kegiatan utama dari wisata agro saja, tetapi Wisata Agro Tambi ini juga memiliki fasilitas yang menunjang kegiatan utama dari wisata agro. Wisata Agro Tambi memiliki mini market yang menjual berbagai macam oleh-oleh, seperti kaos berlogo Tambi, penutup kepala, slayer, teh, dan berbagai makanan khas Wonosobo. Namun, sejauh ini mini market tersebut tidak dikelola dengan baik oleh pihak Wisata Agro Tambi. Wisata Agro Tambi menyediakan mini market ini hanya sekedar sebagai fasilitas bagi wisatawan yang ingin berbelanja oleh-oleh ketika berkunjung ke wisata agro ini, sehingga mereka tidak memperoleh pendapatan dari hasil penjualan produk mini market tersebut. Adanya peluang untuk mendapatkan tambahan manfaat ini belum dimanfaatkan dengan baik oleh Wisata Agro Tambi. Oleh karena itu, untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang didapat jika mini market tersebut dikelola langsung oleh perusahaan diperlukan analisis kelayakan usaha dengan metode Incremental Net Benefit (skenario II).

Melihat kondisi perekonomian sekarang ini, untuk mendirikan suatu usaha dengan biaya yang cukup besar, kecil kemungkinan menggunakan modal sendiri. Agar dapat mengetahui manfaat yang diperoleh jika melakukan pinjaman, maka dilakukan analisis kelayakan usaha dengan skenario pinjam (skenario III). Selain itu, di dalam lingkungan usaha juga terdapat beberapa ketidakpastian berupa perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dan akan mempengaruhi kelayakan usaha ini. Perubahan tersebut antara lain penurunan penjualan paket wisata dan


(9)

9 kenaikan gaji karyawan tetap. Penurunan penjualan paket ini disebabkan oleh penurunan jumlah kunjungan yang dapat terjadi jika terdapat isu bencana alam melihat letak Wisata Agro Tambi ini yang berada di bawah lereng gunung.

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan studi kelayakan usaha dalam melakukan penilaian terhadap aspek-aspek usaha baik aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial ekonomi lingkungan, maupun finansial. Studi kelayakan usaha juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimana kelayakan usaha Wisata Agro Tambi dilihat dari aspek non-finansial?

2) Bagaimana kelayakan usaha Wisata Agro Tambi dari aspek finansial?

3) Bagaimana sensitivitas usaha Wisata Agro Tambi apabila terjadi penurunan penjualan paket wisata dan kenaikan gaji karyawan tetap menggunakan switching value?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis kelayakan usaha Wisata Agro Tambi dilihat dari aspek

non-finansial.

2) Menganalisis kelayakan usaha Wisata Agro Tambi dari aspek finansial.

3) Menganalisis sensitivitas usaha Wisata Agro Tambi jika mengalami penurunan penjualan paket wisata dan kenaikan gaji karyawan tetap.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1) Perusahaan, sebagai informasi bagi perusahaan untuk meningkatkan daya saing perusahaan dalam mempertahankan posisi perusahaan pada tempat yang kompetitif dalam industri pariwisata

2) Pembaca, diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pelaku usaha dan pemerintah dalam mengembangkan usaha sejenis serta dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.


(10)

II

TINJAUAN PUSTAKA

Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara dilakukan perorangan maupun kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.1 Pengertian lain dari pariwisata dikemukakan oleh Scheneider (1993) yang diacu dalam Nugroho (2010) bahwa pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan oleh seseorang menuju suatu tempat di luar lokasi pekerjaan dan tempat tinggalnya dengan tujuan menikmati aktivitas dan fasilitas yang diperoleh dari tempat tujuannya tersebut.

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Menurut Dimyati (2004), industri pariwisata adalah suatu industri yang sangat penting karena menghasilkan devisa, menimbulkan transaksi triliyunan rupiah, menciptakan lapangan pekerjaan, serta mendorong pertumbuhan produk.

Pariwisata memiliki banyak manfaat antara lain dapat meningkatkan lapangan kerja, dapat meningkatkan penghasilan bagi masyarakat, meningkatkan pendapatan daerah, dan menanamkan rasa cinta tanah air budaya dan bangsa. Sektor pariwisata juga mempunyai peranan penting dalam menunjang perekonomian nasional (Nugroho 2010). Manfaat lain yang muncul dari industri pariwisata dapat terlihat pula dari segi budaya. Seiring dengan pesatnya perkembangan industri pariwisata maka akan membawa pemahaman antar budaya melalui interaksi pengunjung dengan masyarakat lokal di sekitar lokasi wisata.

Menurut Salah (2003) yang diacu dalam Qadarrochman (2010) pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya.

1)

Ekonomi Priwisata, Sejarah dan Prospeknya


(11)

11 Faktor-faktor yang mendukung sektor pariwisata di Indonesia antara lain karena memiliki banyak objek pariwisata di berbagai daerah, memiliki alam yang sangat indah, memiliki berbagai peninggalan sejarah, memiliki berbagai budaya yang unik, serta masyarakat yang ramah.2

Salah satu jenis pariwisata yang menjadi trend saat ini adalah wisata agro (Agrowisata). Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Menurut Subowo (2002), agrowisata merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung di tempat wisata. Wisata agro bukan semata merupakan usaha dibidang jasa yang menjual jasa bagi pemenuhan konsumen akan pemandangan yang indah dan udara yang segar, namun juga dapat berperan sebagai media promosi produk pertanian, menjadi media pendidikan masyarakat, memberikan signal bagi peluang pengembangan diversifikasi produk agribisnis dan berarti pula dapat menjadi kawasan pertumbuhan baru wilayah.3

Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, kita bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumberdaya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya. Salah satu strategi untuk meningkatkan nilai jual produk-produk pertanian dapat dengan cara menjadikan produk-produk pertanian menjadi bagian dari agrowisata daerah. Melalui pengembangan agrowisata ini akan banyak sekali tenaga kerja di desa dan kota dapat diberdayakan (pengembangan ekonomi kreatif), menumbuhkan kecintaan generasi muda perkotaan ke dunia pertanian, citra pertanian semakin menguat.4

Agrowisata merupakan salah satu bisnis yang berkembang saat ini, oleh karena itu diperlukan analisis kelayakan untuk mengidentifikasi apakah bisnis tersebut layak untuk dijalankan atau tidak.

2)

Manfaat Periwisata http://artikelterbaru.com/pariwisata/manfaat-pariwisata [5 Februari 2012]

3)

Strategi Pengembangan Wisata Agro di Indonesiahttp://database.deptan.go.id [5 Februari 2012]

4)

Harus!!! Pengembangan Wisata Agri di Indonesia http://wisata.kompasiana.com [6 Februari 2012]


(12)

12 Analisis kelayakan suatu usaha dapat dilihat melalui dua aspek yaitu aspek finansial dan non-finansial. Aspek finansial dapat dianalisis melalui kriteria kelayakan investasi seperti NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, serta analisis sensitivitas. Sedangkan analisis non-finansial dapat dilakukan dengan mengkaji aspek pasar, aspek teknis, aspek menejemen dan hukum, aspek ekonomi-sosial-budaya, serta aspek lingkungan.

Menurut Nugroho (2010) dan Ferdiansyah (2010), kelayakan agrowisata layak berdasarkan aspek non-finansial hal ini dapat dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial ekonomi lingkungan. Namun dalam penelitian Mahaputriana (2006), kelayakan berdasarkan aspek non-finansial hanya dilihat dari aspek teknis dan aspek pasar saja. Sedangkan analisis kelayakan finansial dalam penelitian Nugroho (2010), Ferdiansyah (2010) dan Mahaputriana (2006) menggunakan empat kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C, serta Payback Period. Hasil menunjukkan bahwa usaha agrowisata layak secara finansial karena sesuai dengan empat kriteria tersebut.

Nugroho (2010) melakukan analisis kelayakan finansial pada Agrowisata Kampung Budaya Sindang Barang dengan membagi menjadi dua skenario. Skenario pertama dikaji berdasarkan kondisi usaha saat ini tanpa adanya pengembangan usaha, sedangkan skenario kedua dikaji dengan asumsi ada pengembangan usaha. Pada penelitian Ferdiansyah (2010) kelayakan finansial Agrowisata Markisa dianalisis dalam lima skenario. Pada skenario pertama perusahaan mengalami kondisi perubahan harga jual produk, skenario kedua perusahaan mengalami perubahan penerimaan manfaat proyek, skenario ketiga perusahaan mengalami perubahan dalam hal budidaya yaitu kenaikan harga input, pada skenario keempat perusahaan mengalami penyusutan produk, dan pada skenario kelima perusahaan mengalami penurunan jumlah pengunjung.

Analisis finansial Taman Agrowisata Bukit Ganjau yang dilakukan oleh Mahaputriana (2006) menggunakan empat skenario. Dalam penelitian ini kondisi perusahaan pada skenario pertama terjadi penurunan produksi, kondisi perusahaan pada skenario kedua terjadi perubahan harga bahan bakar, kondisi perusahaan pada skenario ketiga terjadi perubahaan jumlah pengunjung, dan kondisi pada skenario keempat perusahaan terjadi perubahan waktu penerimaan manfaat


(13)

13 proyek. Analisis kelayakan juga memerlukan analisis sensitivitas untuk melihat pengaruh perubahan kondisi terhadap kelayakan suatu usaha. Pada penelitian Nugroho (2010), Mahaputriana (2006), dan Ferdiansyah (2010) analisis sensitivitas dilakukan menggunakan switching value (nilai pengganti). Hasil dari switching value menunjukkan perubahan maksimal yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak.

Penelitian terdahulu merupakan referensi dan acuan bagi penelitian saat ini. Hal yang berbeda dalam penelitian yang akan dilakukan saat ini adalah lokasi, waktu dan kondisi. Lokasi yang dipilih pada penelitian saat ini adalah Wisata Agro Tambi Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini mencakup seluruh aspek dalam mengukur kelayakan suatu bisnis baik finansial maupun non-finansial. Aspek finansial meliputi NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Periode. Sedangkan aspek non-finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi dan budaya, dan aspek lingkungan.


(14)

III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis

Perusahaan merupakan suatu tempat untuk melakukan kegiatan proses produksi barang atau jasa sehingga dapat dikonsumsi oleh manusia. Untuk menghasilkan barang yang siap dikonsumsi oleh manusia, perusahaan memerlukan bahan-bahan dan faktor pendukung seperti bahan baku, tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan yang mendukung kegiatan proses produksi. Oleh karena itu, perusahaan harus membayar biaya produksi tersebut. Hasil dari kegiatan produksi berupa barang atau jasa inilah yang akan dipasarkan untuk memperoleh kembali biaya yang telah dikeluarkan dan untuk memperoleh keuntungan. Begitu pun dengan bisnis, bisnis merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan mendapatkan benefit.

Sektor pertanian merupakan lahan yang potensial dalam membangun pertumbuhan perekonomian nasional terutama kegiatan bisnis pada sektor agribisnis. Gittinger (2008) mengungkapkan bahwa kegiatan pertanian merupakan suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan setelah beberapa periode waktu. Pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa investasi sangatlah diperlukan dalam menjalankan sebuah bisnis.

Studi kelayakan bisnis merupakan suatu analisis mengenai suatu kegiatan investasi apakah memberikan manfaat atau tidak bila dijalankan (Nurmalina et al. 2010). Studi kelayakan juga merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit (Ibrahim 2009).

Peranan studi kelayakan dalam berbagai kegiatan usaha adalah dapat mengetahui seberapa jauh gagasan usaha yang akan dijalankan maupun yang sedang berjalan mampu menghasilkan manfaat serta prospeknya di masa yang


(15)

15 akan datang (Ibrahim 2009). Studi kelayakan bisnis dapat juga berperan dalam memperoleh pinjaman dana dari para investor. Bagi penanam modal, studi kelayakan merupakan gambaran mengenai usaha baik yang akan dijalankan maupun yang sedang berjalan dan melalui studi kelayakan mereka dapat mengetahui prospek usaha dan kemungkinan keuntungan yang akan diterima. Selain itu, studi kelayakan bisnis juga dapat berperan sebagai alat yang dapat digunakan sebagai penunjang dalam melakukan penilaian terhadap bisnis-bisnis baru, pengembangan bisnis, serta dapat digunakan untuk menilai manfaat yang dihasilkan bagi perekonomian nasional.

Tujuan kelayakan bisnis merurut Kasmir dan Jakfar (2009) adalah : 1. Menghindari risiko kerugian

Sebuah bisnis mengandung ketidakpastian, untuk menghindari adanya risiko kerugian di masa akan datang maka dilakukan analisis kelayakan usaha. 2. Memudahkan perencanaan

Jika apa yang akan terjadi di masa yang akan datang sudah dapat diramalkan maka akan memudahkan dalam perencanaan sebuah usaha. Perencanaan dapat meliputi jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha akan dijalankan, dimana lokasi usaha akan dibangun, siapa saja yang menjalankan, bagaimana cara menjalankannya, berapa keuntungan yang akan diperoleh serta bagaimana cara mengatasi jika terjadi penyimpangan.

3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan

Dengan adanya perencanaan bisnis yang telah disusun akan memudahkan pelaksanaan bisnis. Pekerjaan akan dilakukan secara sistematik, karena para pelaksananya telah memiliki pedoman sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

4. Memudahkan pengawasan

Dengan telah dilaksanakannya usaha sesuai dengan rencana yang telah disusun, maka akan memudahkan perusahaan untuk melakukan pengawasan agar dalam pelaksanaannya tidak menyimpang dari apa yang telah direncanakan.


(16)

16 5. Memudahkan pengendalian

Apabila terjadi penyimpangan maka akan mudah terdeteksi, sehingga dapat dilakukan pengendalian agar tujuan perusahaan tetap tercapai.

3.1.2. Teori Biaya dan Manfaat Proyek

Proyek adalah suatu rangkaian aktivitas yang direncanakan untuk mendapatkan manfaat dalam jangka waktu tertentu. Manfaat proyek merupakan penerimaan yang dihasilkan suatu proyek sebelum dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan (Ibrahim 2009). Menurut Nurmalina et al (2010) manfaat proyek terdiri dari tiga macam yaitu (1) tangible benefit, (2) indirect benefit, (3) intangible benefit. Tangible benefit adalah manfaat yang secara nyata dapat dirasakan langsung. Umumnya manfaat ini ditimbulkan karena adanya peningkatan produksi, perbaikan kualitas produk, perubahan waktu dan lokasi penjualan, dan perubahan bentuk produk. Indirect benefit merupakan manfaat yang dirasakan di luar bisnis sehingga mempengaruhi keadaan eksternal di luar bisnis. Sedangkan intangible bisnis adalah manfaat yang tidak nyata yang ditimbulkan akibat adanya suatu usaha. Manfaat yang dihasilkan oleh suatu usaha tidak terlepas dari adanya biaya untuk menghasilkan manfaat tersebut. Biaya tersebut terdiri dari biaya modal, biaya operasional serta biaya lainnya seperti bunga pinjaman dan pajak.

3.1.3. Aspek Kelayakan Bisnis

Aspek yang diteliti dalam studi kelayakan suatu usaha meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi an budaya, aspek lingkungan dan finansial. Masing-masing aspek tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan satu dengan yang lain. Bila salah satu aspeknya kurang memenuhi kriteria kelayakan perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan (Nurmalina et al. 2010).

3.1.3.1. Aspek Pasar

Pasar dan pemasaran merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Setiap ada kegiatan pasar selalu diiringi oleh pemasaran dan setiap kegiatan pemasaran bertujuan untuk mencari atau menciptakan pasar (Kasmir dan Jakfar 2009). Pasar adalah titik bertemunya antara permintaan dan


(17)

17 penawaran. Sedangkan pemasaran merupakan upaya untuk menjual produk dan menciptakan pasar dengan tujuan memperoleh keuntungan.

Aspek pasar penting untuk dikaji dalam sebuah studi kelayakan usaha. Walaupun suatu usaha tersebut layak untuk dikembangkan jika dilihat dari aspek teknis, manajemen, lingkungan dan keuangan, namun jika produk yang dihasilkan tidak mampu diserap oleh pasar maka tidak ada artinya usaha tersebut dikembangkan. Daya serap pasar merupakan peluang pasar yang dapat dimanfaatkan dalam memasarkan hasil produksi dari usaha yang direncanakan. Untuk menganalisis daya serap pasar umumnya dapat dilihat dari :

1. Permintaan

Permintaan adalah jumlah barang dan jasa yang diminta konsumen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Menurut Kasmir dan Jakfar (2009) faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang dan jasa adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan, pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan faktor khusus (akses). Permintaan akan terjadi jika didukung oleh kemampuan yang dimiliki konsumen untuk mengkonsumsi serta adanya akses untuk memperoleh barang dan jasa.

2. Penawaran

Penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang ditawarkan produsen kepada konsumen dengan tingkat harga tertentu. Adapun faktor yang mempengaruhi penawaran suatu barang atau jasa antara lain adalah harga dari barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan, teknologi, biaya produksi, tujuan perusahaan, serta akses (Kasmir dan Jakfar 2009).

3. Market Space dan Market Share

Market Space adalah peluang pasar (market potensial) yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan. Sedangkan market share merupakan bagian yang dapat diambil oleh gagasan suatu usaha yang direncanakan. Jika market space tidak tersedia maka suatu perusahaan tidak akan mendapatkan market share. Market share sangat bergantung pada masing-masing perusahaan melakukan persaingan (Ibrahim 2009).


(18)

18 4. Segmenting, Targetting, dan Positioning

Segmenting adalah suatu proses membagi pasar menjadi beberapa kelompok pembeli yang berbeda. Hal ini perlu dilakukan mengingat dari perbedaan keinginan dan kebutuhan dari setiap konsumen. Segmentasi pasar dapat dilakukan berdasarkan geografis, demografis, serta psikografis. Setelah melakukan segmentasi pasar, maka perusahaan dapat menentukan pasar mana yang paling berpotensi untuk dimasuki (market targetting). Sedangkan positioning merupakan kegiatan menentukan posisi yang kompetitif untuk produk atau suatu pasar (Kasmir dan Jakfar 2009).

5. Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Bauran pemasaran meliputi tujuh aspek yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place), promosi (promotion), personil (people), bukti fisik (physical evidence), dan proses (process).

3.1.3.2. Aspek Teknis

Menurut Nurmalina et al. (2010) aspek teknis adalah aspek yang berkaitan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Aspek ini mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan teknis dan operasi yaitu lokasi bisnis, skala usaha, proses produksi, layout, serta pemilihan teknologi.

3.1.3.3. Aspek Manajemen dan Hukum

Menurut Ibrahim (2009), fungsi dari manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengadaan tenaga kerja, pengarahan pekerjaan, dan pelaksanaan pengawasan. Aspek manajemen mempelajari tentang bentuk badan usaha yang dipilih, struktur organisasi perusahaan, job desk dari masing-masing karyawan sesuai dengan jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, serta sistem penggajian tenaga kerja dari perusahaan tersebut. Sedangkan aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan hukum usaha yang digunakan serta perijinannya. Aspek hukum dapat mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat bekerja sama dengan pihak lain.


(19)

19 3.1.3.4. Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya

Pada aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang dinilai adalah seberapa besar suatu bisnis memiliki dampak sosial, ekonomi, dan budaya baik terhadap pemerintah pada umumnya maupun masyarakat khususnya. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dapat berupa peningkatan pendapatan rumah tangga, meningkatkan perekonomian pemerintah baik lokal maupun regional, serta mampu berkontribusi terhadap pengembangan wilayah di sekitar perusahaan. Dampak sosial dengan adanya suatu usaha antara lain meliputi adanya perubahan demografi dan perubahan kesehatan masyarakat. Sedangkan dampak terhadap budaya dengan adanya suatu usaha antara lain meliputi perubahan adat istiadat, nilai dan norma budaya setempat, perubahan warisan budaya, serta perubahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha (Kasmir dan Jakfar 2009).

3.1.3.5. Aspek Lingkungan

Pada aspek ini yang diamati adalah pengaruh suatu usaha terhadap lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini terkait dengan udara, air, darat yang pada akhirnya berdampak pada kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan yang ada. Analisis ini dilakukanuntuk mengamati dampak rencana usaha terhadap kegiatan yang sudah ada maupun dampak kumulatif dari rencana usaha dan kegiatan yang sudah ada terhadap lingkungan (Kasmir dan Jakfar 2009).

3.1.3.6. Aspek Kelayakan Finansial

Analisis dalam aspek ini dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang diperlukan dan seberapa besar biaya tersebut, mengetahui besarnya pendapatan yang akan diterima serta mengetahui seberapa lama investasi yang ditanam akan kembali. Dalam menentukan layak atau tidaknya suatu usaha ditinjau dari aspek finansial dapat diukur dengan beberapa kriteria. Kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan suatu usaha atau investasi adalah: 1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) menunjukkan manfaat bersih yang diterima suatu usaha selama umur bisnis pada tingkat suku bunga tertentu. Suatu bisnis


(20)

20 dikatakan layak jika penerimaan yang didapat lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Tiga kriteria kelayakan berdasarkan NPV yaitu:

1) NPV > 0, berarti secara finansial proyek layak dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biaya. 2) NPV = 0, berarti secara finansial proyek sulit dilaksanakan karena

manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan

3) NPV < 0, berarti secara finansial proyek tidak layak dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan.

2. Net Benefit Ratio (Net B/C)

Net Benefit Ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positifdengan manfaat bersih yang bernilai negatif (Nurmalina et al. 2010). Kriteria ini menunjukkan besarnya manfaat yang didapat terhadap satu satuan biaya yang diinvestasikan. Jika diperoleh nilai net B/C lebih besar sama dengan satu maka dapat disimpulkan bahwa proyek layak untuk dilaksanakan, tetapi jika net B/C kurang dari satu maka dapat disimpulkan bahwa proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

3. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan net present value sama dengan nol. Analisis kelayakan berdasarkan kriteria IRR menunjukkan seberapa besar pengembalian terhadap investasi yang ditanamkan. Sebuah bisnis dikatakan layak jika nilai IRR lebih besar dari discount rate yang berlaku. Begitu pun sebaliknya, apabila nilai IRR lebih kecil daripada discount rate yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Menurut Nurmalina et al. (2010) tingkat discount rate yang lebih rendah akan menghasilkan NPV yaang bernilai positif, sedangkan discount rate yang lebih tinggi akan menghasilkan NPV yang bernilai negatif. Gambar 4 menunjukkan hubungan antara NPV dengan IRR.


(21)

21 Gambar 4. Hubungan Antara NPV dan IRR

Sumber: Nurmalina, et all (2010) 4. Payback Period

Payback Period merupakan kriteria investasi yang dapat mengukur seberapa cepat investasi kembali. Semakin kecil nilai dari Payback Period semakin baik, karena menunjukkan bahwa pengembalian terhadap investasi semakin cepat. Hal ini juga membuktikan perputaran modal perusahaan tersebut semakin lancar. Semakin cepat pengembalian investasi maka semakin mudah dalam pergantian aset baru. Discounted Payback Period (DPP) juga merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur periode pengembalian investasi dengan menggunakan manfaat bersih yang telah dikalikan dengan tingkat suku bunga (Discount Rate).

3.1.3.7. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengkaji kembali analisis kelayakan usaha yang telah dilakukan. Menurut Gittinger (2008) analisis sensitivitas merupakan perlakuan terhadap ketidakpastian. Tujuan analisis ini adalah menilai apa yang terjadi dengan hasil analisis kelayakan usaha jika terjadi perubahan keadaan.

Gittinger (2008) juga mengungkapkan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Switching value ini merupakan kegiatan analisis yang mencoba melihat seberapa besar perubahan maksimum yang dapat mempengaruhi kelayakan suatu usaha.

0 i = Discount Rate (%)

IRR NPV


(22)

22 3.2. Kerangka Operasional

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya ketertarikan masyarakat terhadap sektor pariwisata yang terus meningkat. Pariwisata dipersepsikan sebagai mesin penggerak ekonomi penghasil devisa bagi pembangunan ekonomi di suatu negara, tidak terkecuali di Indonesia. Indonesia sebagai salah satu negara tujuan wisata juga turut merasakan dampak positif kenaikan jumlah wisatawan tersebut. Seiring dengan perubahan budaya, sebagian besar masyarakat Indonesia menjadikan wisata sebagai suatu kebutuhan. Salah satu jenis objek wisata yang banyak diminati oleh masyarakat adalah agrowisata. Kecenderungan ini merupakan signal tingginya permintaan akan agrowisata dan sekaligus menjadi peluang bagi pengembangan produk-produk agribisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun produk pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik.

Wisata Agro Tambi merupakan suatu bentuk cabang usaha dari PT Tambi. PT Tambi berusaha mengembangkan potensi keindahan dan daya tarik alam perkebunan sebagai wisata agro dengan nama Wisata Agro Tambi. Wisata Agro ini merupakan suatu bentuk perluasan atau diversifikasi usaha dari PT Tambi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani, memberikan kontribusi pendapatan bagi perusahaan sekaligus melestarikan sumberdaya lahan yang ada.

Wisata Agro Tambi ini memiliki fasilitas yang belum dimanfaatkan secara optimal, oleh karena itu diperlukan analisis kelayakan untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang diberikan jika fasilitas tersebut dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, sebagai suatu bentuk cabang bisnis yang sedang berkembang, maka Wisata Agro Tambi memerlukan penilaian terhadap aspek-aspek kelayakan bisnisnya. Studi kelayakan usaha digunakan untuk menganalisis kelayakan pada usaha yang baru dibentuk atau apabila terjadi pengembangan usaha yang membutuhkan investasi baru (Kasmir dan Jakfar 2009). Studi kelayakan usaha juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan usaha, baik menolak atau menerima rencana usaha, dan mempertahankan atau menghentikan usaha yang sudah ada (Nurmalina et al. 2009).


(23)

23 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha Wisata Agro Tambi. Terdapat dua aspek yang akan diteliti, yaitu aspek non-finansial dan aspek finansial. Aspek aspek non-finansial yang diteliti meliputi aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial ekonomi budaya, dan aspek lingkungan. Aspek pasar dapat dilihat dari permintaan, penawaran, market space dan market space, segmenting-targeting-positioning, dan bauran pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan. Aspek teknis dapat dilihat dari lokasi bisnis, skala usaha, proses produksi, layout, serta pemilihan teknologi yang digunakan oleh Wisata Agro Tambi. Aspek manajemen dan hukum dapat dilihat dari bentuk badan hukum usaha, struktur organisasi perusahaan, job desk masing-masing karyawan, jumlah tenaga kerja, dan sistem penggajian tenaga kerja.

Pada aspek sosial ekonomi dan budaya, hal yang akan diteliti adalah dampak ekonomi, sosial, budaya yang ditimbulkan dengan adanya usaha Wisata Agro Tambi baik bagi masyarakat maupun pemerintah. Pada aspek lingkungan hal yang dapat dilihat adalah pengaruh kegiatan yang dilakukan oleh Wisata Agro Tambi terhadap lingkungan. Sedangkan aspek finansial yang diteliti menggunakan kriteria NPV, IRR, Net B/C, Payback Period, dan analisis sensitivitas menggunakan metode switching value. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada perusahaan Wisata Agro Tambi dan menilai manfaat yang dihasilkan dari usaha agrowisata tersebut. Diagram kerangka alir pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5.


(24)

24 Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha

Wisata Agro Tambi Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo  Kekayaan alam Indonesia yang melimpah

 Meningkatnya ketertarikan masyarakat terhadap sektor pariwisata

 Agrowisata menjadi tren dalam industri pariwisata

Wisata AgroTambi sebagai salah satu objek wisata berbasiskan lingkungan di Kabupaten Wonosobo

Wisata AgroTambi memiliki berbagai fasilitas, namun ada satu fasilitas yang belum dikelola secara maksimal.

Analisis Kelayakan Non-finansial:

 Aspek pasar (permintaan, penawaran, STP, market space, market share, dan

marketing mix)

 Aspek teknis (lokasi bisnis, skala usaha, proses produksi, layout, teknologi)

 Aspek manajemen dan hukum (badan usaha, struktur organisasi, job desk, jumlah tenaga kerja, sistem upah)  Aspek sosial, ekonomi, dan

budaya (dampak usaha terhadap bidang ekonomi, sosial, dan budaya)  Aspek lingkungan

(pengelolaan limbah)

Analisis Kelayakan Finansial 1. Keuntungan

2. Pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanam

3. Sensitivitas (switching value)


(25)

VI

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bisnis di bidang pariwisata mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan di Wonosobo dan Wisata Agro Tambi merupakan salah satu objek wisata yang diminati oleh para wisatawan. Penelitian di lapangan dilakukan pada bulan Maret 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan di lapang dan wawancara langsung dengan manajemen perusahaan Wisata Agro Tambi serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo. Data sekunder diperoleh dari arsip Wisata Agro Tambi, Biro Pusat Statistik, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo, Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Wonosobo serta literatur lain yang relevan. Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan guna mendapatkan informasi yang relevan. Alat pendukung lainya dalam metode ini adalah komputer sebagai alat pencarian literatur, perekam data dan pengolah data yang didapatkan.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dari tahap penyusunan proposal yaitu bulan Desember hingga Maret 2012. Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara melakukan observasi langsung di lokasi perusahaan, melakukan wawancara dengan pihak manajemen perusahaan Wisata Agro Tambi beserta narasumber lainnya yang relevan, serta studi pustaka dengan membaca buku-buku terkait, penelitian terdahulu, dan literatur lainnya yang menunjang penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan.


(26)

26 4.4. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kuantitatif diolah menggunakan program komputer Microsoft Excel 2007 dan disajikan dalam bentuk tabel. Data kuantitatif meliputi biaya investasi, biaya operasional, biaya pajak, penerimaan dari kunjungan wisatawan, serta nilai sisa investasi.

Data kuantitatif ini digunakan dalam menganalisis kelayakan usaha Wisata Agro Tambi berdasarkan aspek finansial. Metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif adalah kriteria kelayakan investasi dan analisis sensitivitas. Sedangkan data kualitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha Wisata Agro Tambi berdasarkan aspek non-finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan aspek lingkungan.

4.4.1. Analisis Kelayakan Non-Finansial

Analisis kelayakan aspek non-finansial mengkaji kelayakan usaha dari berbagai aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, dan aspek lingkungan. Pada aspek pasar, variabel yang dianalisis meliputi permintaan, penawaran, harga, pemasaran meliputi strategi pemasaran (segmentation, targetting, positioning) serta bauran pemasaran (marketing mix). Pada aspek teknis, yang akan diteliti meliputi lokasi usaha, fasilitas, skala usaha, layout usaha, alur kegiatan operasional, serta pemilihan jenis teknologi.

Pada aspek manajemen hal yang diperhatikan adalah struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawab, perolehan tenaga kerja, sistem penggajian tenaga kerja. Pada aspek hukum hal yang diperhatikan adalah bentuk badan hukum usaha dan izin usaha. Pada aspek sosial-ekonomi-budaya yang akan dinilai adalah dampak yang akan ditimbulkan dari usaha Wisata Agro Tambi terhadap kondisi sosial ekonomi dan budaya. Sedangkan pada aspek lingkungan yang akan dianalisis adalah dampak dari adanya usaha Wisata Agro Tambi terhadap lingkungan.


(27)

27 4.4.2. Analisis Kelayakan Finansial

Metode dalam menganalisis kelayakan finansial usaha Wisata Agro Tambi adalah dengan menggunakan kriteria kelayakan investasi. Metode tersebut terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Discounted Payback Period (DPP). Selain itu digunakan juga analisis sensitivitas dengan metode switching value untuk melihat kondisi kelayakan finansial usaha jika terjadi penurunan jumlah pengunjung dan perubahan harga paket wisata.

4.4.2.1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah selisih antara PV kas bersih dengan PV investasi selama umur investasi (Kasmir dan Jakfar 2009). Rumus dalam menghitung NPV adalah sebagai berikut:

NPV = Bt −Ct

(1 + i)t =0

Keterangan :

Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun n = tahun kegiatan bisnis

i = tingkat DR (%) Sumber: Nurmalina, et al (2010)

Penilaian kelayakan investasi berdasarkan nilai NPV adalah sebagai berikut:

1) Jika NPV = 0, berarti usaha tersebut tidak untung atau tidak rugi (manfaat yang diterima hanya mampu menutupi biaya yang telah dikeluarkan), maka keputusan yang diambil tergantung kepada penilaian dari pengambil keputusan.

2) Jika NPV > 0, maka usaha tersebut layak untuk dijalankan.


(28)

28 4.4.2.2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio adalah rasio aktivitas dari manfaat bersih bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Rumus yang digunakan dalam menghitung Net B/C adalah :

Net B/C=

Bt-Ct (1+i)t n t=0

Bt-Ct (1+i)t n t=o

Dimana − >0 − <0

Keterangan:

Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun n = jumlah tahun

i = discount rate (%) Sumber: Nurmalina et al. (2010)

Penilaian kelayakan investasi berdasarkan nilai Net B/C adalah: 1) Net B/C > 1, berarti usaha tersebut layak (usaha menguntungkan) 2) Net B/C = 1, bisnis tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian 3) Net B/C < 1, berarti usaha tersebut tidak layak (usaha merugikan)

4.4.2.3. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil dari investasi (Kasmir dan Jakfar 2009). Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini dalam satuan persentase. Suatu usaha dapat dikatakan layak jika memiliki nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, begitu pun sebaliknya jika IRR yang dihasilkan lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan. Berikut ini adalah rumus dalam menghitung nilai IRR:

IRR = i + NPV

NPV−NPV′(�′+�)

Keterangan :

i = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i’ = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV = NPV yang bernilai positif

NPV’ = NPV yang bernilai negatif Sumber : Nurmalina et al. (2010)


(29)

29 4.4.2.4. Discounted Payback Period (DPP)

Discounted Payback Period merupakan metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur seberapa cepat investasi yang dikeluarkan bisa kembali. Discounted Payback Period dihitung menggunakan manfaat bersih yang telah dikalikan dengan Discount Rate. Jika Discounted Payback Period yang dihasilkan lebih kecil dari umur investasi maka usaha layak untuk dijalankan, begitu juga sebaliknya jika Discounted Payback Period yang dihasilkan lebih besar dari umur investasi maka usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan. Discounted Payback Period dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

� � � �� � = I

Ab � Keterangan :

I = besarnya investasi yang dibutuhkan

Abdiscounted = benefit bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya dikalikan dengan DR

Sumber : Nurmalina, et al (2010)

4.4.2.5. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak yang dihasilkan dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap suatu hasil analisis kelayakan usaha. Analisis ini juga dapat dikatakan sebagai analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yanga akan terjadi pada kondisi ekonomi perusahaan jika terjadi perubahan biaya atau manfaat. Perubahan yang biasa terjadi pada suatu usaha antara lain :

1. Perubahan harga produk yang ditawarkan 2. Perubahan hasil produksi

3. Kenaikan biaya

4. Keterlambatan pelaksanaan usaha

Analisis ini diperlukan karena dalam sebuah usaha mengandung ketidak pastian yang mungkin terjadi di masa akan datang. Dalam penelitian ini, analisis sensitivitas dilakukan jika terjadi perubahan pada penurunan penjualan paket wisata serta kenaikan gaji karyawan tetap dengan metode switching value.


(30)

30 Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow atau outflow yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih dapat tetap layak untuk dijalankan (Nurmalina et al. 2010)

4.4.2.6. Incremental Net Benefit

Incremental Net Benefit adalah manfaat bersih tambahan yang diperoleh dari manfaat bersih tanpa bisnis dikurangi dengan manfaat bersih tanpa bisnis. Hal ini terjadi karena ada faktor-faktor produksi yang sebelumnya tidak tergunakan atau tidak terpakai ataupun belum termanfaatkan sehingga pada saat ada bisnis apakah faktor tersebut memberikan manfaat atau tidak bagi bisnis yang dijalankan (Nurmalina et al. 2010). Incremental Net Benefit dapat dihitung menggunakan rumus:

Incremental Net Benefit = Manfaat bersih dengan bisnis – Manfaat bisnis tanpa bisnis

Sumber : Nurmalina, et al (2010)

4.5.Asumsi Dasar yang Digunakan

Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Modal usaha dari modal sendiri.

2) Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga Bank Indonesia pada saat penelitian yaitu tingkat suku bunga Bank Indonesia bulan Maret 2012 sebesar 5,75%.

3) Umur usaha adalah 10 tahun, didasarkan pada umur investasi terlama yaitu bangunan wisata agro.

4) Harga paket wisata terdiri dari :

a) Paket kunjungan sehari dengan harga :

i) Paket standar : Rp 25.000 per orang ii) Paket eksklusif : Rp 50.000 per orang iii) Paket eksklusif order : Rp 105.000 per orang

iv) Paket pertemuan : Rp 50.000 per orang + biaya sewa gedung v) Paket pendidikan

 Sekolah Dasar : Rp 7.500 per orang  Sekolah Menengah Pertama : Rp 10.000 per orang  Sekolah Menengah Umum : Rp 12.500 per orang


(31)

31 vi) Paket wisata taman : Rp 5.000 per orang

b) Paket menginap

i) Menginap di home stay Flower : Rp 438.000 per kamar (menginap dan menikmati kegiatan) dengan jumlah maksimal dua orang per kamar.

ii) Menginap di home stay Mountain : Rp 375.000 per kamar (menginap dan menikmati kegiatan) dengan jumlah maksimal dua orang per kamar.

iii) Menginap di home stay Bird A : Rp 315.000 per kamar (menginap dan menikmati kegiatan) dengan jumlah maksimal dua orang per kamar.

iv) Menginap di home stay Bird B : Rp 280.000 per kamar (menginap dan menikmati kegiatan) dengan jumlah maksimal dua orang per kamar.

v) Menginap di home stay Podang : Rp 345.000 per kamar (menginap dan menikmati kegiatan) dengan jumlah maksimal dua orang per kamar.

vi) Menginap di home stay Merak : Rp 375.000 per pondok (menginap dan menikmati kegiatan) dengan kapasitas berjumlah empat orang. vii) Menginap di home stay Gladiol : Rp 1.250.000 per pondok

(menginap dan menikmati kegiatan) yang terdiri dari tiga kamar viii) Menginap di home stay Teratai : Rp 1.250.000 per pondok

(menginap dan menikmati kegiatan) yang terdiri dari empat kamar. ix) Menginap di home stay Cemara : Rp 1.565.000 per pondok

(menginap dan menikmati kegiatan) yang terdiri dari tiga kamar. x) Menginap di home stay Louhan : Rp 625.000 per pondok (menginap

dan menikmati kegiatan) dengan kapasitas sebanyak empat orang. xi) Menginap di home stay Kersen Kembar : Rp 1.250.000 per pondok

(menginap dan menikmati kegiatan) yang terdiri dari dua kamar. xii) Menginap di home stay Anggrek : Rp 800.000 per pondok

(menginap dan menikmati kegiatan) dengan kapasitas sebanyak empat orang.


(32)

32 xiii) Menginap di home stay Tulip : Rp 500.000 per pondok (menginap

dan menikmati kegiatan) dengan kapasitas sebanyak empat orang. xiv) Menginap di home stay Sansevieria I : Rp 650.000 per pondok

(menginap dan menikmati kegiatan) dengan kapasitas sebanyak lima orang.

xv) Menginap di home stay Sansevieria II : Rp 500.000 per pondok (menginap dan menikmati kegiatan) dengan kapasitas sebanyak empat orang.

5) Nilai total pendapatan usaha merupakan jumlah paket wisata yang terjual dikalikan dengan harga dari paket wisata tersebut.

6) Pendapatan setiap tahun naik sebesar 10%. Hal ini berdasarkan target perusahan yang menargetkan penjualan paket wisata Wisata Agro Tambi naik sebesar 10% setiap tahunnya. Hal ini pun didukung oleh strategi-strategi promosi yang diterapkan di Wisata Agro Tambi serta dukungan pemerintah khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo melalui program-program yang diadakan.

7) Terdapat dua pajak yang dibebankan kepada Wisata Agro Tambi yaitu pajak penghasilan sebesar 25 persen sesuai dengan UU RI No.36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat 2a dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

8) Biaya yang dikeluarkan untuk usaha ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama. Sedangkan biaya reinvestasi dikeluarkan jika umur ekonomis dari peralatan-peralatan telah habis. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. 9) Penyusutan dihitung dengan metode garis lurus berdasarkan umur ekonomis

aset perusahaan.

10) Dalam satu bulan terhitung 30 hari kerja dan dalan satu tahun adalah 360 hari (12 bulan).

11) Pendapatan mini market diperoleh dari harga jual produk oleh-oleh dikalikan dengan kuantitasnya.

12) Pada skenario III, Wisata Agro Tambi melakukan pinjaman sebesar Rp 1.000.000.000 pada Bank BRI dengan suku bunga pinjaman sebesar sepuluh persen.


(33)

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Profil Perusahaan

Awalnya pada tahun 1865 PT Tambi merupakan perusahaan perkebunan milik pemerintah Hindia Belanda yang disewakan kepada pengusaha-pengusaha swasta Belanda. PT Tambi memiliki tiga perkebunan yang bertempat di tiga lokasi yang berbeda yaitu Tambi, Tanjungsari, dan Bedakah. Perkebunan teh Tanjungsari disewa oleh D. Vander Ships, sedangkan perkebunan teh Tambi dan Bedakah disewa oleh W.D. Jong. Pada tahun 1880 ketiga perkebunan tersebut dibeli oleh MR. M.P Van Den Berg, A. W. Holle dan Ed. Jacobson. Mereka kemudian bersama-sama mendirikan Begelen Thee en Kina Maatschappij di Wonosobo. Pengurusan dan pengelolaan perkebunan teh tersebut diserahkan kepada Firma Jhon Peet dan Co yang bertempat di Jakarta.

Pada saat Jepang di Indonesia tahun 1942 kebun Bedakah, Tambi dan Tanjungsari diambil alih oleh mereka. Tanaman teh tersebut tidak dirawat bahkan sebagian dibongkar dan diganti dengan tanaman lain seperti palawija, ubi-ubian, pyretiun dan jarak. Namun, setelah Indonesia merdeka, kebun Bedakah, Tambi dan Tanjungsari diambil alih kembali oleh Republik Indonesia dan berada dibawah Pusat Perkebunan negara (PPN) yang berpusat di Surakarta, sedangkan kantor dari ketiga perkebunan tersebut berpusat di Magelang.

Berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Belanda maka perusahaan-perusahaan asing yang ada di Indonesia yang sebelumnya sudah diakui sebagai milik negara harus diserahkan kembali kepada pemilik semula. Oleh karena itu, perkebunan Bedakah, Tanjungsari dan Tambi diserahkan kembali kepada pemilik semula yanitu Bagelen Thee en Kina Maatscappij. Namun, setelah beberapa tahun Bagelen Thee En kina Maatschappij tidak berniat untuk melanjutkan usahanya. Akhirnya ketiga perkebunan tersebut diserahkan kepada Indonesia. Selanjutnya, pada tanggal 26 November 1954 didirikan PT oleh PPN yang bernama PT NV ex PPN Sindoro Sumbing. Status perkebunan Bedakah, Tanjungsari dan Tambi resmi dibawah penguasaan PT NV ex PPN Sindoro Sumbing.


(34)

34 Pada tahuun 1957, ada kesepakatan bersama antara Pemerintah Daerah (Pemda) Wonosobo dan PT NV ex PPN Sindoro Sumbing untuk bersama-sama mengelola ketiga perkebunan tersebut, dengan pembagian modal sebesar 50 persen dari Pemda Wonosobo dan 50 persen dari PT NV ex PPN Sindoro Sumbing. Perusahaan baru tersebut diberi nama PT Tambi.

PT Tambi memiliki perbedaan dengan perkebunan lain yaitu lahan atau kebun milik PT Tambi tersebar di tiga wilayah yang berjauhan. Oleh karena itu, untuk meghemat biaya transportasi PT Tambi membangun tiga pengelolaah teh, yaitu Unit Perkebunan (UP) Bedakah, Tambi, dan Tanjungsari. Namun, sejak tahun 1981 UP Tanjungsari tidak mengelola sendiri dan pucuk tehnya diolah di UP Bedakah dan UP Tambi. Agar koordinasi antar unit perkebunan dan hubungan dengan para relasi perusahaan menjadi mudah, maka kantor direksi dibangun di pusat Kota Wonosobo. Kantor direksi PT Tambi terletak di Jalan Tumenggung Jogonegoro No. 39 dan tiap-tiap unit perkebunan ditempatkan di kantor perwakilan yang mempunyai hak otonomi untuk mengurus rumah tangga unit perkebunan sendiri.

5.2. Profil Wisata Agro

5.2.1. Sejarah Perkembangan Wisata Agro Tambi

PT Tambi yang bergerak dalam bidang Agribisnis dengan komoditi teh menghadapi kondisi dimana biaya produksi yang meningkat tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh. Apalagi dengan adanya pencabutan subsidi pemerintah terhadap komponen bahan produksi yang digunakan dalam pengelolaan perkebunan teh antara lain bahan bakar minyak (BBM) dan pupuk.

Upaya yang dilakukan perusahaan dalam mengatasi kondisi tersebut antara lain dengan cara meningkatkan efisiensi, produktivitas dan kualitas pada semua kegiatan yang memungkinkan. Selain itu, perusahaan juga melakukan diversifikasi usaha yang mempunyai prospek baik untuk mengantisipasi usaha pokok teh yang cenderung mengalami penurunan. Diversifikasi yang dilakukan oleh PT Tambi adalah dengan memanfaatkan keindahan alam, pemandangan lingkungan kebun teh sebagai objek wisata (wisata agro). Akhirnya pada tahun 2000, dibangun Agrowisata di Unit Perkebunan Tambi.


(35)

35 5.2.2. Gambaran Umum Wisata Agro Tambi

Wisata Agro Tambi merupakan suatu bentuk diversifikasi usaha dari PT Tambi dengan memanfaatkan keindahan alam disekitar perkebunan teh. Wisata Agro Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Wisata agro ini terletak pada ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut dengan temperatur harian berkisar antara 150 C sampai 250 C. Lokasi Wisata Agro Tambi sangat strategis karena dikelilingi oleh gunung-gunung yaitu Gunung Sindoro, Gunung Bismo, Gunung Pakuwojo, Gunung Perahu dan penggunungan Sitlerep. Salah satu keuntungan lokasi Wisata Agro Tambi adalah berada di jalur wisata Yogyakarta, Candi Borobudur, Magelang, Dataran Tinggi Dieng dan beberapa tempat wisata lainnya di Wonosobo.

Wisata Agro Tambi memiliki visi dan misi yang mengacu kepada visi misi yang dimiliki oleh perusahaan induk yaitu PT Tambi. Visi PT Tambi adalah mewujudkan perusahaan perkebunan teh berproduksi tinggi, ramah lingkungan, kualitas sesuai dengan selera konsumen, kokoh dan lestari, sedangkan misinya adalah mendorong pertumbuhan ekonomi dalam rangka mendapatkan pajak dan devisa bagi negara, pelestarian alam, dan penyerapan tenaga kerja.

Wisata Agro Tambi menawarkan beberapa paket wisata tanpa menginap dan paket wisata menginap. Terdapat lima paket wisata tanpa menginap yaitu paket standar, paket eksklusif, paket eksklusif pesanan, Outward Bound Management Training (OBMT), dan paket pertemuan. Sedangkan untuk paket menginap, disediakan fasilitas cottage sebagai tempat menginap bagi wisatawan yang berkunjung dan terdapat pula fasilitas tambahan bagi tamu menginap yang diberi nama GENEN. Paket ini terdiri dari api unggun, bakar jagung, dan kesenian tradisional. Selain itu, Wisata Agro Tambi ini pun menyediakan guide dan kendaraan menuju Dieng bagi para tamu yang ingin berkunjung ke sana. Calon pengunjung Wisata Agro Tambi dapat melakukan reservasi terlebih dahulu minimal tiga hari sebelum kedatangan agar dapat disesuaikan dengan jadwal dari pihak pengelola wisata agro ini.

Pengunjung yang datang ke Wisata Agro Tambi berasal dari dalam negeri (wisatawan domestik) dan luar negeri (wisatawan mancanegara). Pengunjung yang datang ke Wisata Agro Tambi ini tidak hanya untuk berwisata, namun ada


(36)

36 beberapa pengunjung datang untuk mengadakan acara pertemuan seperti rapat dan lain-lain.

5.2.3. Gambaran Umum Konsumen

Gambaran umum konsumen didapat dari hasil penyebaran kuesioner kepada 30 pengunjung Wisata Agro Tambi secara acak. Kriteria pengunjung yang dijadikan responden adalah minimal berusia 17 tahun. Hasil dari pengolahan kuesioner ini memberikan kesimpulan bahwa pengunjung yang datang ke Wisata Agro Tambi sebagian besar adalah laki-laki yaitu sebesar 76,67 persen (23 orang). Sebanyak 50 persen (15 orang) pengunjung yang datang berusia 41-50 tahun. Pengunjung yang datang ke Wisata Agro Tambi sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan sarjana yaitu sebesar 76,67 persen (23 orang) dan sebanyak 23,33 persen merupakan pegawai BUMN/ PNS. Sebagian besar pengunjung yaitu sebanyak 53,33 persen (16 orang) yang mengunjungi Wisata Agro Tambi memiliki pendapatan sebesar 2-4 juta rupiah. Berdasarkan tingkat pendapatan konsumen tersebut dapat membuktikan bahwa segmentasi dari Wisata Agro Tambi adalah konsumen kalangan menengah ke atas.

Pengunjung yang datang ke Wisata Agro Tambi tidak hanya berasal dari wisatawan domestik saja, tetapi banyak juga wisatawan mancanegara yang berkunjung ke wisata agro ini. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, sebagian besar konsumen yang datang berasal dari Jawa Tengah yaitu sebanyak 86,7 persen (26 orang). Sebanyak 63 persen (19 orang) dari pengunjung yang datang menyatakan bahwa mereka baru melakukan satu kali kunjungan ke Wisata Agro Tambi dan 13 persen menyatakan bahwa mereka telah mengunjungi wisata agro ini lebih dari empat kali dengan frekuensi kunjungan satu kali dalam satu bulan.

Pengunjung yang datang ke Wisata Agro Tambi mempunyai tujuan yang beragam. Sebanyak 50 persen (15 orang) pengunjung yang datang ke Wisata Agro Tambi memiliki tujuan untuk menghadiri pertemuan. Sebanyak 60 persen pengunjung Wisata Agro Tambi datang pada hari libur atau weekend. Pengunjung yang melakukan kunjungan di hari kerja biasanya dilakukan oleh para pegawai yang mengadakan acara di Wisata Agro Tambi. Sebanyak 30 persen (9 orang) melakukan kunjungan ke Wisata Agro Tambi bersama teman dan 23 persen (7 orang) melakukan kunjungan bersama keluarga. Hal ini disebabkan oleh paket


(37)

37 wisata yang ditawarkan oleh Wisata Agro Tambi ditujukan kepada wisata rombongan.

Pengunjung Wisata Agro Tambi sebagian besar mengetahui informasi mengenai wisata agro ini melalui keluarga atau kerabat yaitu sebanyak 73 persen (22 orang) dan 67 persen (20 orang) dipengaruhi oleh teman untuk melakukan kunjungan ke Wisata Agro Tambi. Sebagian besar pengunjung memilih paket pertemuan yaitu sebanyak 37 persen dan 30 persen memilih paket pendidikan untuk melakukan wisata di Wisata Agro Tambi.


(38)

38

VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Aspek Non Finansial 6.1.1. Aspek Pasar

Aspek pasar mengkaji seberapa besar potensi wisata agro baik dari segi permintaan, penawaran, pangsa pasar, penerapan segmenting, targetting, dan positioning, serta bauran pemasaran (marketing mix) yang diterapkan oleh perusahaan meliputi produk, harga, distribusi, promosi, personil, bukti fisik, dan proses.

6.1.1.1. Potensi Pasar

Potensi pasar dari usaha wisata agro cukup tinggi. Hal ini didasarkan oleh perkembangan preferensi wisatawan yang cenderung menginginkan wisata yang berkaitan dengan alam atau yang dikenal dengan slogan “Back to Nature”. Wisatawan cenderung ingin menikmati hal-hal yang berkaitan dengan alam, seperti menikmati udara yang segar, pemandangan yang indah, jauh dari kebisingan, pengolahan produk-produk tradisional, serta pengolahan produk pertanian baik secara tradisional maupun modern. Melihat perkembangan dari preferensi wisatawan sekarang ini baik domestik maupun mancanegara, wisata agro merupakan alternatif objek wisata yang sangat cocok untuk memenuhi permintaan wisatawan selaku konsumen. Hal ini dikarenakan wisata agro menyediakan fasilitas yang tidak hanya berbasiskan alam, tetapi juga menyediakan fasilitas yang berkaitan dengan edukasi di bidang pertanian.

Kabupaten Wonosobo memiliki enam objek wisata berbasiskan alam yang sudah terkelola. Objek wisata tersebut terdiri dari Dieng, Lembah Dieng, Telaga Menjer, Kalianget, Wisata Agro Tambi, Gelanggang Renang Mangli, dan Waduk Wadaslintang. Namun, dari keenam objek wisata tersebut Wisata Agro Tambi merupakan satu-satunya objek wisata yang bersifat sebagai wisata agro. Permintaan terhadap objek wisata dapat dilihat dari jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata tersebut. Tabel 6 menunjukkan perkembangan jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata di Kabupaten Wonosobo.


(39)

39 Tabel 6. Perkembangan Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Objek Wisata di

Kabupaten Wonosobo Tahun 2010-2011

No Objek Wisata Tahun (orang) Persentase

(%)

2010 2011

1 Dieng 119.726 103.394 -14

2 Lembah Dieng 39.184 46.233 18

3 Telaga Menjer 6.254 7.643 22

4 Kalianget 65.300 78.374 20

5 GR Mangli 27.801 30.275 9

6 Waduk Wadaslintang 16.626 24.255 46

7 Tambi 10.616 9.896 -7

Jumlah 287.760 300.070 78

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo (2012) (diolah)

Berdasarkan Tabel 6 jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata mengalami peningkatan sebesar 78 persen dengan jumlah 300.077 orang pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat peluang bisnis di sektor pariwisata. Tabel 7 menunjukkan pangsa pasar dari Wisata Agro Tambi.

Tabel 7. Pangsa Pasar Wisata Agro Tambi Tahun 2007-2011

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

Pengunjung Wisata Agro

Tambi (orang) 11073 10528 10704 10616 9896

Total Wisatawan Kabupaten Wonosobo

(orang) 216671 230276 258048 258435 257715

Pangsa Pasar (%) 5 5 4 4 4

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo (2012) (diolah)

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat pangsa pasar dari Wisata Agro Tambi cenderung menurun. Pada tahun 2011 pangsa pasar dari Wisata Agro Tambi turun menjadi empat persen. Hal ini disebabkan karena penurunan jumlah pengunjung cukup besar akibat dari isu letusan Gunung Sindoro pada waktu itu. Namun, secara keseluruhan pariwisata khususnya wisata agro masih memiliki pangsa pasar yang cukup besar dan berpotensi untuk dikembangkan. Adanya strategi-strategi yang dilakukan oleh Wisata Agro Tambi khususnya strategi-strategi promosi dapat meningkatkan pangsa pasar dari wisata agro ini. Selain itu, terdapat dukungan dari pemerintah khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam mengembangkan sektor pariwisata khususnya wisata alam.


(40)

40 6.1.1.2. Segmenting, Targetting, dan Positioning

Agar suatu bisnis dapat berjalan dengan lancar dan berhasil maka diperlukan analisis strategi bersaing yang tepat yaitu dengan cara menentukan segmentasi pasar (segmentation), posisi pasar (positioning), dan pasar sasaran (targetting) (Khasmir dan Jakfar 2009).

1) Segmentation

Segmentasi pasar yang diterapkan oleh Wisata Agro Tambi antara lain segmentasi geografis, segmentasi demografis, dan segmentasi psikografis. Berdasarkan data historikal pengunjung, terlihat bahwa segmentasi geografis dari pengunjung Wisata Agro Tambi adalah wisatawan domestik dan wistawan mancanegara. Segmentasi demografis yang diterapkan oleh Wisata Agro Tambi adalah berdasarkan tingkat pendapatan yaitu golongan menengah ke atas, pendidikan yaitu dari mulai SMP hingga Sarjana, serta berdasarkan umur yaitu semua tingkatan umur. Sedangkan segmentasi psikografis adalah konsumen yang memiliki keterkaitan dengan alam dan sistem agribisnis teh. 2) Targetting

Target pasar yang diinginkan oleh Wisata Agro Tambi adalah keluarga dan karyawan dari golongan menengah ke atas, serta kalangan pelajar. Untuk pelajar yang menjadi target khusus Wisata Agro Tambi adalah pelajar di wilayah Kabupaten Wonosobo. Hal ini dapat terlihat dari adanya Paket Pendidikan yang disediakan oleh Wisata Agro Tambi khusus untuk pelajar dan dengan harga yang sangat terjangkau bagi kalangan pelajar. Selain mengunjungi kebun teh dan pabrik teh, para pelajar ini biasanya mengadakan outbond yang disesuaikan dengan tujuan mereka mengadakan kunjungan ke Wisata Agro Tambi. Karyawan yang menjadi target pasar dari Wisata Agro Tambi adalah karyawan dari berbagai instansi di seluruh wilayah di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari disediakannya fasilitas ruang pertemuan bagi para wisatawan khususnya dari kalangan karyawan sebuah instansi yang akan mengadakan acara pertemuan seperti rapat atau pun training motivation. Wisata Agro Tambi tidak menerapkan batas teritorial dalam menentukan target pasar, hal ini dapat dilihat dari pengunjung yang datang berasal dari dalam negeri maupun mancanegara.


(1)

113

Lanjutan

LCD 3.000.000 Gorden 15.000.000 Etalase 1.300.000

Total Biaya Investasi 3.315.700.000 - - 26.950.000 - 81.000.000 26.950.000 - - 26.950.000 Biaya tetap

Upah tenaga kerja 383.476.871 383.476.871 383.476.871 383.476.871 383.476.871 383.476.871 383.476.871 383.476.871 383.476.871 383.476.871 THR 31.956.406 31.956.406 31.956.406 31.956.406 31.956.406 31.956.406 31.956.406 31.956.406 31.956.406 31.956.406 Listrik + air + komunikasi 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 Transportasi 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 Biaya promosi 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 Pemeliharaan bangunan 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 84.000.000 Perlengkapan kantor 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 Perawatan kendaraan 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 Gas 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 Bahan bakar 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 Angsuran 162.745.395 162.745.395 162.745.395 162.745.395 162.745.395 162.745.395 162.745.395 162.745.395 162.745.395 162.745.395

Total Biaya Tetap 728.178.672 728.178.672 728.178.672 728.178.672 728.178.672 728.178.672 728.178.672 728.178.672 728.178.672 728.178.672 Biaya Variabel

upah tenaga kerja tidak tetap 2.400.000 2.640.000 2.904.000 3.194.400 3.513.840 3.865.224 4.251.746 4.676.921 5.144.613 5.659.074 konsumsi 153.942.000 169.336.200 186.269.820 204.896.802 225.386.482 247.925.130 272.717.643 299.989.408 329.988.349 362.987.183 sabun 3.056.900 3.362.590 3.698.849 4.068.734 4.475.607 4.923.168 5.415.485 5.957.033 6.552.737 7.208.010 shampo 3.056.900 3.362.590 3.698.849 4.068.734 4.475.607 4.923.168 5.415.485 5.957.033 6.552.737 7.208.010

shower cup 2.620.200 2.882.220 3.170.442 3.487.486 3.836.235 4.219.858 4.641.844 5.106.029 5.616.631 6.178.295 sewa kesenian 24.000.000 26.400.000 29.040.000 31.944.000 35.138.400 38.652.240 42.517.464 46.769.210 51.446.131 56.590.745 Biaya Modal Mini Market 15.048.000 16.552.800 18.208.080 20.028.888 22.031.777 24.234.954 26.658.450 29.324.295 32.256.724 35.482.397

Total Biaya Variabel 204.124.000 224.536.400 246.990.040 271.689.044 298.857.948 328.743.743 361.618.118 397.779.929 437.557.922 481.313.714

Pajak (25%) 203.762.348 (27.714.493) (7.339.017) 15.074.007 39.728.333 66.848.091 96.679.825 129.494.733 165.591.131 205.297.169 PBB 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 8.000.000 Total Outflow 4.459.765.019 933.000.579 975.829.695 1.049.891.722 1.074.764.953 1.212.770.506 1.221.426.614 1.263.453.334 1.339.327.725 1.449.739.555

Net Benefit (2.592.508.019) 20.982.121 73.551.275 104.427.345 194.986.021 183.955.565 314.972.064 426.585.212 519.714.676 2.113.173.752 DF 5,75% 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715 0,676 0,639 0,605 0,572 PV/Tahun (2.451.544.226) 18.762.410 62.194.084 83.501.203 147.435.340 131.531.773 212.965.573 272.748.762 314.225.623 1.208.179.457 NPV 0

IRR 5,75%

PV Positif 2.451.544.227 Pv Negatif (2.451.544.226)


(2)

(3)

115


(4)

116

Lampiran 19. Dokumentasi Penelitian

Kebun Teh Tambi Pabrik Teh Tambi

Kantor Agro Wisata Tambi Home Stay

Mini Market Ruang Pertemuan Camelia


(5)

RINGKASAN

STEFFI FIKRI. Analisis Kelayakan Usaha Wisata Agro Tambi Kecamatan

Kejajar Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan YUSALINA)

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang beragam dan melimpah yang dapat dijadikan sebagai keunggulan perekonomian bangsa. Salah satu sektor yang memanfaatkan kekayaan alam ini adalah sektor pariwisata. Indonesia merupakan salah satu negara tujuan wisata dunia dan memiliki sektor pariwisata yang mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Indonesia selalu diramaikan oleh banyaknya wisatawan mancanegara yang turut memberikan sumbangan devisa bagi Indonesia dari sektor pariwisata.

Beberapa tahun terakhir, pembangunan pariwisata di Indonesia menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Konsumsi jasa dalam bentuk wisata bagi sebagian masyarakat negara maju dan masyarakat Indonesia telah menjadi suatu kebutuhan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya pendapatan, gaya hidup, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia sehingga preferensi dan motivasi wisatawan berkembang secara dinamis. Saat ini, masyarakat memiliki kecenderungan memenuhi kebutuhan sekunder dalam bentuk menikmati udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik menunjukkan peningkatan yang pesat. Kecenderungan ini membuktikan bahwa tingginya permintaan terhadap agrowisata dan sekaligus sebagai peluang bagi pengembangan produk-produk agribisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun produk-produk pertanian.

Wisata Agro Tambi merupakan salah satu agrowisata yang menawarkan fasilitas kunjungan sehari dan menginap dengan suasana pegunungan, keindahan alam, udara yang segar serta edukasi budidaya tanaman teh. Wisata Agro Tambi merupakan usaha diversifikasi PT Tambi yang pendiriannya berasal dari modal sendiri. Wisata Agro Tambi memiliki berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan operasional salah satunya adalah mini market yang menjual oleh-oleh khas Wonosobo. Namun, fasilitas tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, melihat kondisi perekonomian saat ini untuk mendirikan suatu usaha dengan biaya yang cukup besar, kecil kemungkinan menggunakan modal sendiri. Oleh karena itu diperlukan analisis kelayakan usaha untuk melihat kelayakan dan kelangsungan usaha Wisata Agro Tambi dalam menghadapi ketidakpastian dalam dunia bisnis. Penilaian yang dilakukan meliputi aspek usaha baik aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial ekonomi lingkungan, maupun finansial.

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain untuk menganalisis kelayakan usaha Wisata Agro Tambi dilihat dari aspek non-finansial dan aspek finansial, serta untuk menganalisis sensitivitas usaha Wisata Agro Tambi jika menghadapi perubahan meliputi penurunan penjualan paket wisata dan kenaikan gaji karyawan tetap.

Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan di lapang dan wawancara langsung dengan manajemen perusahaan Wisata Agro Tambi serta Dinas


(6)

iii Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo. Data sekunder diperoleh dari arsip Wisata Agro Tambi, Biro Pusat Statistik, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo, Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Wonosobo serta literatur lain yang relevan seperti buku, skripsi, internet, laporan jumlah kunjungan Wisata Agro Tambi, serta instansi terkait yaitu Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo.

Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan usaha meliputi aspek non-finansial dan aspek non-finansial. Hasil analisis aspek non-non-finansial menujukkan bahwa usaha Wisata Agro Tambi layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum dan sosial ekonomi lingkungan yang sesuai dengan kriteria kelayakan dari masing-masing aspek tersebut. Aspek finansial pada penelitian ini terdiri dari tiga skenario. Skenario I yaitu kondisi perusahaan saat ini, skenario II dengan dimanfaatkannya fasilitas mini market, dan skenario III dengan menggunakan modal pinjaman. Berdasarkan aspek finansial pada skenario I diperoleh Net Present Value (NPV) sebesar Rp 1.796.835.473, nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 15,43 persen, nilai Net Benefit Cost

Ratio (Net B/C) sebesar 1,66, dan selama Discounted Payback Period (DPP) 8

tahun 11 bulan. Pada skenario II (pemanfaatan mini market) menghasilkan NPV sebesar Rp 1.818.533.443, nilai IRR sebesar 15,53, nilai Net B/C besesar 1,67, dan selama DPP 8 tahun. Sedangkan pada skenario III (dengan melakukan pinjaman) diperoleh NPV sebesar Rp 1.660.025.969, nilai IRR sebesar 17,18 persen, nilai Net B/C sebesar 1,87, dan selama DPP 9 tahun 8 bulan. Hasil analisis aspek finansial menujukkan bahwa skenario I, skenario II dan skenario III Wisata Agro Tambi layak untuk dijalankan. Manfaat yang dihasilkan usaha Wisata Agro Tambi bertambah dengan adanya skenario II.

Pada analisis switching value dari masing-masing skenario terdapat dua perubahan, yaitu penurunan penjualan paket wisata dan kenaikan gaji karyawan tetap. Pada skenario I batas maksimum penurunan penjualan paket wisata sebesar 24,87 persen dan kenaikan gaji karyawan sebesar 176,78 persen. Pada skenario II batas maksimum pernurunan penjualan paket wisata sebesar 25,17 persen dan kenaikan gaji karyawan tetap sebesar 177,73 persen. Sedangkan pada skenario III batas maksimum penurunan penjualan paket wisata sebesar 22,35 persen dan kenaikan gaji karyawan tetap sebesar 156,69. Hasil analisis sensitivitas menggunakan metode switching value menujukkan bahwa Wisata Agro Tambi lebih sensitif dalam menghadapi penurunan penjualan paket wisata dibandingkan dengan kenaikan gaji karyawan tetap.