Potensi Beras Putih (Oryza Sativa), Beras Hitam (O. Sativa L. Indica), Dan Beras Merah (O. Nivara) Sebagai Antioksidan Dan Inhibitor Tirosinase

POTENSI BERAS PUTIH (Oryza sativa), BERAS HITAM (O.
sativa L. indica), DAN BERAS MERAH (O. nivara) SEBAGAI
ANTIOKSIDAN DAN INHIBITOR TIROSINASE

MEILISA MAHARNI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Beras Putih
(Oryza sativa), Beras Hitam (O. sativa L. indica), dan Beras Merah (O. nivara)
sebagai Antioksidan dan Inhibitor Tirosinase adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Meilisa Maharni
NIM G44100108

ABSTRAK
MEILISA MAHARNI. Potensi Beras Putih (Oryza sativa), Beras Hitam (O.
sativa L. indica), dan Beras Merah (O. nivara) sebagai Antioksidan dan Inhibitor
Tirosinase. Dibimbing oleh IRMANIDA BATUBARA dan SITI SA’DIAH.
Beras diketahui memiliki banyak aktivitas hayati bermanfaat dan sering
digunakan sebagai bedak dingin pada wajah. Kandungan vitamin, mineral, serat,
dan beberapa jenis antioksidan, seperti asam ferulat, asam fitat, tokoferol, dan
orizanol diduga berpotensi sebagai inhibitor tirosinase. Tujuan penelitian ini
adalah menentukan potensi ekstrak dari berbagai jenis beras, yaitu beras putih,
beras merah, dan beras hitam sebagai antioksidan dan inhibitor tirosinase dengan
pelarut pengekstraksi n-heksana, etil asetat, dan metanol. Ekstrak beras yang
memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil
adalah ekstrak metanol beras hitam (IC50 290 µg/mL) dan ekstrak etil asetat beras
putih memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan metode fosfomolibdat (41

mmol α-tokoferol ekuivalen/g sampel). Jadi, ekstrak metanol beras hitam dan
ekstrak etil asetat beras putih berpotensi sebagai antioksidan, sedangkan ekstrak
beras yang memiliki aktivitas inhibitor tirosinase tertinggi adalah ekstrak nheksana beras merah pada monofelase (3156 µg/ml).
Kata kunci: antioksidan, beras, inhibitor tirosinase

ABSTRACT
MEILISA MAHARNI. The potency of White Rice (Oryza sativa), Black Rice (O.
sativa L. indica), and Red Rice (O. nivara) as Antioxidant and Tyrosinase
Inhibitor. Supervised by IRMANIDA BATUBARA and SITI SA’DIAH.
Rice is known to have many beneficial biological activities and is often used
as “bedak dingin”, a powder put. The content of vitamins, minerals, fiber, and
several types of antioxidants, such as ferulic acid, phytic acid, tocopherol, and
oryzanols are predicted to be potential as a tyrosinase inhibitor. The purpose of
this study is to determine the potency of extracts from there types of rice, namely
white, red, and black rice as an antioxidant and tyrosinase inhibitor by using nhexane, ethyl acetate, and methanol. Rice extract that has the highest antioxidant
activity using 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl method is the methanol extract of
black rice (IC50 290 µg/mL). Meanwhile, ethyl acetate extract of white rice has
the highest antioxidant activity with fosfomolibdat method (41 mmol α-tocopherol
equivalents/g sample). Thus, methanol extract of black rice and ethyl acetate
extract of white rice are potential as an antioxidant, whereas the highest extract as

tyrosinase inhibitor is n-hexane extract of red rice (IC50 3156 µg/mL).
Keywords: antioxidants, rice, tyrosinase inhibitor

POTENSI BERAS PUTIH (Oryza sativa), BERAS HITAM (O.
sativa L. indica), DAN BERAS MERAH (O. nivara) SEBAGAI
ANTIOKSIDAN DAN INHIBITOR TIROSINASE

MEILISA MAHARNI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan atas segala karunia kesehatan dan
kemudahan yang dilimpahkan oleh Allah SWT selama proses penyusunan skripsi
dengan judul “Potensi Beras Putih (Oryza sativa), Beras Hitam (O. sativa L.
indica), dan Beras Merah (O. nivara) sebagai Antioksidan dan Inhibitor
Tirosinase“. Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada
bulan Maret 2014 hingga April 2015 di Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan
Pusat Studi Biofarmaka IPB, Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Irmanida Batubara, MSi dan
Siti Sadiah, MSi, Apt selaku pembimbing yang telah memberikan arahan,
bimbingan, motivasi, dan doa selama penelitian. Disamping itu, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada seluruh laboran Kimia Analitik dan PSB atas
bantuannya selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ayah, ibu, keluarga, serta sahabat saya khususnya Ajeng, Herdi, Lily, Nanda, Kak
Apit, Gemilang, Fahmi, Ami, dan Anis selaku teman seperjuangan atas segala doa
dan dukungannya baik secara akademik maupun teknis. Semoga Allah SWT
memberikan balasan atas segala amal yang diperbuat dan senantiasa menyertai
hamba-Nya dengan kasih dan sayang-Nya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan yang membacanya.

Bogor, Agustus 2015
Meilisa Maharni

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Tujuan Penelitian

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2

METODE

2

Alat dan Bahan

2

Metode Penelitian


2

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu

6

Ekstraksi Bertingkat

6

Fitokimia

7

Aktivitas Inhibitor Tirosinase Ekstrak Kasar Beras Hitam, Beras Merah, dan
Beras Putih


8

Aktivitas Antioksidan

9

Penentuan Eluen Terbaik

11

KLT Bioautografi

12

SIMPULAN DAN SARAN

15

Simpulan


15

Saran

15

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

17

RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR GAMBAR

1

Kromatogram penentuan eluen terbaik ekstrak metanol beras hitam
dengan pelarut 1. n-heksana; 2. toluena; 3. aseton; 4. kloroform;
5.diklorometana; 6. n-butanol; 7. dietil eter; 8. etil asetat; 9. metanol;
dan 10. asam asetat dideteksi pada =254 nm dan 366 nm
2 Kromatogram penentuan eluen terbaik ekstrak metanol beras hitam
dengan pelarut metanol:kloroform pada berbagai perbandingan
3 Kromatogram KLT bioautografi; (a) sebelum penyemprotan pada
=366 (b) deteksi menggunakan pereaksi DPPH (c) deteksi
menggunakan fosfomolibdat (1) asam askorbat (2) ekstrak metanol
beras hitam
4 Kromatogram KLT uji flavonoid; (a) sebelum penyemprotan pada
=366
(b) setelah penyemprotan dengan AlCl3 pada =366
(1) kuersetin (2) ekstrak metanol beras hitam)
5 Kromatogram KLT uji triterpenoid; (a) sebelum penyemprotan pada
=366 (b) sebelum penyemprotan pada sinar tampak (c) setelah
penyemprotan
dengan

Liebermann-Buchard
pada
=366
(1) asiatikosida (2) ekstrak metanol beras hitam

11
11

12

14

14

DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian
2 Contoh perhitungan kadar air beras hitam, beras merah, dan beras
putih
3 Contoh perhitungan kadar abu beras hitam, beras merah, dan beras
putih
4 Contoh perhitungan rendemen ekstrak beras hitam

17
18
18
18

DAFTAR GAMBAR
5 Diagram alir penelitian
17
6 Contoh perhitungan kadar air beras hitam, beras merah, dan beras
putih
18
7 Contoh perhitungan kadar abu beras hitam, beras merah, dan beras
putih
18
8 Contoh perhitungan rendemen ekstrak beras hitam
18
9 Contoh perhitungan IC50 aktivitas inhibitor tirosinase ekstrak nheksana beras hitam
Error! Bookmark not defined.
10 Contoh perhitungan aktivitas antiioksidan fosfomolibdat ekstrak
beras
Error! Bookmark not defined.
11

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk
Indonesia dan merupakan komponen penting dalam sistem ketahanan pangan
nasional. Selain menjadi bahan makanan pokok, dari zaman dahulu nenek moyang
kita juga menggunakan beras untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada kulit dan
dipercaya memutihkan kulit wajah dan tubuh. Pada zaman belum dikenal banyak
produk yang dapat dimanfaatkan untuk kecantikan, masyarakat sudah
menggunakan bahan alami yang disediakan oleh alam, salah satunya adalah beras.
Beras tidak hanya merupakan sumber energi dan protein saja, tapi juga merupakan
sumber vitamin, mineral, serat, dan beberapa jenis antioksidan, seperti asam
ferulat, asam fitat, tokoferol, dan orizanol (Soi-ampornkul et al. 2010).
Dewasa ini penggunaan beras sebagai pemutih sangat banyak digunakan di
pasaran, terutama beras Jepang. Padahal di Indonesia, beras telah digunakan
sebagai pemutih secara tradisional secara turun-temurun di berbagai daerah seperti
Sumatera, Banjar, Madiun, Medan, dan daerah lain di Indonesia. Masyarakat di
daerah tersebut percaya bahwa bedak beras berkhasiat memutihkan dan
menghaluskan kulit terutama pada wajah. Bedak beras atau bedak dingin secara
tradisional umumnya dibuat dari beras putih dengan campuran berbagai jenis
ekstrak misalnya ekstrak lemon, minyak zaitun, ekstrak bunga melati, bunga
mawar, sirih merah, kenanga, sedap malam, cempaka, dan lain-lain sesuai dengan
kebiasaan daerah masing-masing (Femina 2013).
Beras sebagai substrat memiliki beberapa macam warna yang berbeda
secara genetik, yaitu beras putih, beras merah, dan beras hitam. Masing-masing
beras tersebut mengandung manfaat yang berbeda-beda. Selain sebagai sumber
utama karbohidrat, beras terutama beras merah juga mengandung protein, betakaroten, zat besi, dan antioksidan (Frei 2004). Antioksidan merupakan senyawa
yang mampu menunda, memperlambat, atau menghambat reaksi oksidasi
(Pokorny et al. 2001). Zat ini mampu memperlambat atau menghambat oksidasi
zat yang mudah teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah. Senyawa
antioksidan dapat melindungi sel dari efek berbahaya yang disebabkan radikal
bebas. Radikal bebas ini berasal dari metabolisme tubuh maupun dari luar tubuh
(Halliwell B et al. 1995).
Selain mengandung antioksidan, beras diduga memiliki aktivitas inhibitor
tirosinase yang dapat memutihkan kulit. Inhibitor tirosinase merupakan senyawa
yang dapat menghambat proses pembentukan melanin. Inhibitor tirosinase pada
saat ini banyak digunakan dalam produk kosmetik dan farmasi sebagai
penghambat produksi melanin berlebih pada lapisan epidermis dan membuat kulit
tampak lebih putih (Arung et al. 2006). Hingga saat ini, belum banyak penelitian
yang membandingkan aktivitas antioksidan dan inhibitor tirosinase berbagai jenis
beras yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai aktivitas antioksidan dan inhibitor tirosinase pada beras putih, beras
merah, dan beras hitam.

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menentukan potensi berbagai jenis beras, yaitu beras
putih, beras merah, dan beras hitam sebagai antioksidan dan inhibitor tirosinase.

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2014 hingga April 2015 di
Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA Institut Pertanian Bogor
dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB.

METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain oven, neraca
analitik, eksikator, pelat kromatografi lapis tipis (KLT), kolom, lampu ultraviolet
(UV), pelat tetes/sumur, pelat kaca, multi well plate reader dan spektrofotometer
UV-Vis serta berbagai macam alat kaca. Bahan-bahan yang digunakan antara lain
sampel beras merah, beras hitam, dan beras putih, n-heksana, dietil eter, n-butanol,
metanol, asam asetat, diklorometana, etil asetat, aseton, toluena, kloroform,
dimetil sulfoksida (DMSO), buffer fosfat pH 6.5, NH4OH, H2SO4 2 M, pereaksi
Mayer, Wagner, Dragendorf, amil alkohol, DPPH, fosfomolibdat, HCl 37%,
etanol 95%, FeCl3, asam kojat, silika gel, L-DOPA, L-tirosina, dan enzim
tirosinase (Sigma, 333 unit/mL dalam bufer fosfat).

Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahap, yaitu preparasi
sampel, ekstraksi bertingkat, uji fitokimia, uji aktivitas, dan KLT bioautografi.
Sampel beras putih, beras merah, dan beras hitam dikeringkan terlebih dahulu lalu
digiling agar diperoleh sampel berbentuk bubuk. Bubuk sampel kemudian diuji
kadar air dan kadar abunya (AOAC 2006). Sampel bubuk diekstraksi dengan
ekstraksi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol.
Ekstrak kasar diuji fitokimia (Harborne 1987), antioksidan (Salazar-Alandra
2009), dan inhibitor tirosinase (Batubara et al. 2010). Penentuan eluen terbaik
dilakukan pada ekstrak yang memiliki aktivitas teraktif diantara ekstrak kasar
pada uji awal. Penentuan eluen terbaik dilakukan menggunakan KLT. Ekstrak
teraktif selanjutnya diindentifikasi dengan KLT Bioautografi.
Preparasi Sampel
Sampel beras putih, beras merah, dan beras hitam disortir dari pengotor.
Setelah bersih, sampel beras putih, beras merah, dan beras hitam digiling.

3
Penentuan Kadar Air (AOAC 2006)
Cawan porselin dikeringkan pada suhu 105°C selama 30 menit, kemudian
didinginkan dalam eksikator dan setelah itu ditimbang. Sebanyak 3 g masingmasing sampel serbuk beras putih, beras hitam, dan beras merah dimasukkan ke
cawan dan dipanaskan pada suhu 105°C selama 5 jam, lalu didinginkan dalam
eksikator. Bobot dari sampel bubuk ditimbang hingga diperoleh hasil konstan.
Penentuan kadar air dilakukan 3 kali ulangan. Kadar air dapat ditentukan dengan
rumus sebagai berikut.
adar air ( ) =

AB
100
A

Keterangan:
A
= Bobot contoh sebelum dikeringkan (g)
B
= Bobot contoh setelah dikeringkan (g)
Penentuan Kadar Abu (AOAC 2006)
Selama 30 menit cawan porselen dikeringkan dalam tanur pada suhu 600 oC
dan kemudian didinginkan dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang guna
menentukan bobot kosong cawan porselen (g). Sebanyak 1 g sampel dimasukkan
ke dalam cawan porselen. Sampel dibakar menggunakan pembakar Bunsen
hingga tidak terlihat asap muncul saat pembakaran. Setelah itu, cawan porselen
yang telah berisi sampel yang telah dibakar dimasukkan ke dalam tanur dengan
suhu 600oC selama 30 menit dan kemudian didinginkan di dalam eksikator selama
30 menit dan kemudian ditimbang sehingga dapat ditentukan bobot abu sampel
(g). Penentuan kadar abu dilakukan 3 kali ulangan. Kadar abu dapat ditentukan
dengan rumus sebagai berikut.
adar abu =

zx
100
y

( b⁄b )

Keterangan
x
= bobot kosong cawan porselen (g)
y
= bobot sampel (g)
z
= bobot cawan dan bahan setelah diabukan (g)
Ekstraksi Bertingkat Ekstrak Beras Putih, Beras Merah, dan Beras Hitam
(BPOM 2004)
Sebanyak 15 g simplisia diekstraksi bertingkat dengan metode maserasi
selama 24 jam dimulai dalam pelarut nonpolar (n-heksana). Ampas yang
diperoleh dimaserasi kembali dengan pelarut semipolar (etil asetat), kemudian
ampas dimaserasi dengan pelarut polar (metanol). Nisbah simplisia dan pelarut
(b/v) sebesar 1:5. Setiap maserat yang diperoleh dipekatkan menggunakan
penguap putar pada suhu 30 °C dan rendemennya dihitung. Setiap ekstrak
kemudian diuji fitokimia serta aktivitas antioksidan dan inhibisi tirosinasenya.

4
Uji Fitokimia (Harborne 1987)
Ekstrak dari berbagai pelarut diuji fitokimia untuk mengetahui senyawa
yang terkandung dalam ekstrak. Uji dilakukan dengan menggunakan reagen yang
sesuai.
Uji Alkaloid. Sebanyak 0.1 g ekstrak dilarutkan dalam 10 mL CHCl3 dan 4
tetes NH4OH. Larutan disaring dan filtratnya dimasukkan ke dalam tabung reaksi
tertutup. Ekstrak CHCl3 dalam tabung reaksi dikocok dengan 10 tetes H2SO4 2 M
dan lapisan asamnya dipisahkan ke dalam tabung reaksi lainnya. Lapisan asam ini
diteteskan pada lempeng tetes dan ditambahkan pereaksi Mayer, Wagner, dan
Dragendorf yang akan menimbulkan endapan berturut-turut berwarna putih,
cokelat, dan merah jingga jika terdapat alkaloid.
Uji Saponin dan flavonoid. Beberapa gram ekstrak ditambahkan 100 mL
air panas dan dididihkan selama 5 menit. Kemudian disaring dan filtratnya
digunakan untuk uji saponin dengan menambahkan sebanyak 10 mL filtrat
kedalam tabung reaksi dan dikocok selama 10 menit. Keberadaan saponin
ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil pada larutan. Sebanyak 10 mL
dari sisa filtrat dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 0.5 g
serbuk Mg, 2 mL alkohol klorhidrat (campuran HCl 37% dan etanol 95% dengan
perbandingan volume yang sama) dan 20 mL amil alkohol, kemudian dikocok.
Keberadaan flavonoid detunjukkan oleh warna kuning atau jingga pada lapisan
amil alkohol.
Uji Triterpenoid dan steroid. Beberapa gram ekstrak dilarutkan dengan 25
mL etanol panas (50°C), larutan kemudian disaring ke dalam pinggan porselin dan
diuapkan sampai kering. Residu ditambahkan eter, kemudian ekstrak eter
dipindahkan ke dalam lempeng tetes. Ekstrak eter ditambahkan 3 tetes anhidrida
asetat dan 1 tetes H2SO4 pekat (uji Liebermann-Buchard). Hasil positif terhadap
triterpenoid ditunjukkan oleh warna merah atau ungu, sedangkan steroid
ditunjukkan oleh warna hijau atau biru.
Uji Tanin. Beberapa gram ekstrak ditambahkan 10 mL air panas,
dididihkan selama 5 menit dan kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh
ditambahkan larutan FeCl3 1%. Hasil positif terhadap tanin ditunjukkan oleh
warna hijau kehitaman.

Uji Aktivitas Antioksidan Fosfomolibdat ( Zarai et al. 2013)
Sampel dilarutkan dalam etanol 96% ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan pereaksi fosfomolibdat (0.6 M asam sulfat, 28mM natrium fosfat,
dan 4 mM amonium molibdat). Tabung reaksi ditutup dan diinkubasi dalam water
bath pada suhu 95°C selama 90 menit. Campuran sampel tersebut didinginkan
pada suhu kamar dan absorbans diukur pada panjang gelombang 695 nm. BHT
digunakan sebagai standar. Aktivitas antioksidan dinyatakan sebagai ekuivalen
α-tokoferol berdasarkan persamaan berikut:
Absorbans =
Keterangan
C adalah ekuivalen α-tokoferol (

5
Uji Aktivitas Antioksidan DPPH (Salazar-Alandra 2009)
Sampel dilarutkan dalam etanol 96% dan dibuat dengan rentang konsentrasi
tertentu. Sebanyak 100 μL larutan ekstrak DPPH 125 μM dalam etanol 96%
ditambahkan ke dalam 100 μL larutan sampel sehingga volume total menjadi 200
μL. Campuran diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit. Serapan kemudian
diukur pada panjang gelombang 517 nm menggunakan multi-well plate reader.
Kontrol positif dalam uji ini adalah asam askorbat. Aktivitas inhibisi ditentukan
berdasarkan persamaan berikut:
Inhibisi =1

A blanko A sampel
100
A blanko

Keterangan
A sampel adalah absorbans sampel
A blangko adalah absorbans etanol

Uji Aktivitas Inhibitor Tirosinase (Batubara et al. 2010)
Ekstrak dilarutkan dalam larutan DMSO hingga konsentrasi 20 mg/mL,
larutan stok ekstrak kemudian disiapkan dengan cara melarutkan ekstrak pekat ke
dalam buffer fosfat 50 mM (pH 6,5) sehingga diperoleh konsentrasi 600 g/mL.
Setelah itu, ekstrak diuji mulai konsentrasi 7,8-2000 g/mL dan asam kojat
sebagai kontrol positif yang juga diuji pada konsentrasi 7,8-2000 g/mL dalam
pelat tetes λ6 sumur. Sebanyak 70 L dari masing-masing ekstrak pengenceran ini
ditambahkan dengan 30 L enzim tirosinase (Sigma 333 unit/mL dalam buffer
fosfat), setelah itu dilakukan inkubasi pada suhu kamar selama 5 menit. Kemudian
ditambahkan 110 L substrat(2 mM L-tirosin atau 12 mM L-dopa) ke dalam tiap
lubang multi-well plate, campuran diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar.
Campuran diukur dengan menggunakan multi-well plate reader pada panjang
gelombang 492 nm, hal ini bertujuan untuk menentukan persen inhibisi dan nilai
konsentrasi hambat 50% (IC50). Persentase inhibisi dihitung dengan cara
membandingkan serapan sampel tanpa penambahan ekstrak dan sampel dengan
penambahan ekstrak. Nilai IC50 diperoleh dari persamaan kurva regresi linier
antara % inhibisi (sebagai sumbu y) dan konsentrasi ekstrak (sebagai sumbu x).
% inhibisi = A – B x 100
A
Keterangan
A = absorbans pada 492 nm tanpa ekstrak
B = absorbans pada 492 nm dengan penambahan ekstrak

6
Penentuan Eluen Terbaik
Penentuan eluen terbaik dengan KLT dilakukan pada ekstrak beras yang
memiliki aktivitas inhibisi terbaik. Ekstrak ditotolkan pada pelat KLT. Setelah
kering, pelat KLT langsung dielusi dengan eluen tunggal, yaitu n-heksana, dietil
eter, n-butanol, metanol, asam asetat, diklorometana, etil asetat, aseton, toluena,
dan kloroform. Pelat yang telah kering selanjutnya diamati di bawah lampu UV
pada panjang gelombang 254 dan 366 nm. Eluen terbaik dilihat dari banyaknya
jumlah spot yang teramati. Jika dengan dihasilkan pada beberapa pelarut
menunjukkan jumlah spot yang sama banyak, maka dilakukan penentuan eluen
terbaik dengan campuran eluen terbaik dengan perbandingan tertentu dari masingmasing eluen tunggal.
KLT bioautografi (Marston 2011)
Pelat KLT berisi sampel dan asam askorbat yang telah dielusi dengan eluen
terbaiknya disemprot dengan pereaksi semprot. Setelah 30 menit, pelat KLT
diamati perubahan warnanya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Kadar Air dan Kadar Abu
Penentuan kadar air berguna untuk menyatakan kandungan zat dalam
tumbuhan sebagai persen bahan keringnya. Selain itu, penentuan kadar air
dilakukan untuk mengetahui ketahanan tumbuhan terhadap jamur dan mikroba,
sehingga dapat diperkirakan cara penyimpanan terbaiknya (Harjadi 1993).
Kandungan air pada beras hitam, beras merah, dan beras putih sebesar 12.23 %,
13.15 %, dan 11.55 %. Hal ini menunjukkan bahwa sampel tersebut tidak dapat
disimpan dalam waktu lama, karena kadar air sampel lebih besar dari 10%.
Kestabilan optimum bahan akan tercapai bila kadar air suatu tumbuhan kurang
dari 10%, sehingga pertumbuhan mikroba dapat dikurangi (Winarno 2002).
Namun sampel beras tersebut memiliki mutu yang baik sesuai SNI (2008), karena
kadar air maksimum beras yang memiliki mutu baik menurut SNI (2008) adalah
14%.
Penentuan kadar abu merupakan salah satu cara untuk menentukan adanya
mineral atau senyawa anorganik dalam suatu bahan. Kadar abu beras hitam, beras
merah, dan beras putih sebesar 2.63 %, 8.59 %, dan 7.46 %. Kadar abu beras
hitam lebih kecil dibandingkan dengan beras merah dan beras putih. Hal ini
menunjukkan bahwa kandungan mineral sebagai senyawa anorganik yang
tertinggal dalam bentuk abu pada beras hitam lebih sedikit daripada beras merah
dan beras putih.. Hasil perhitungan kadar air dan kadar abu dapat dilihat pada
Lampiran 2 dan 3.
Ekstraksi Bertingkat
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi.
Metode ini membutuhkan banyak pelarut dan waktu yang lama dalam prosesnya,

7
akan tetapi dapat menjaga kandungan senyawa dalam sampel yang tidak tahan
panas tidak rusak dan dapat diekstrak dalam jumlah yang banyak. Ekstraksi
sampel beras hitam, beras merah, dan beras putih masing-masing menggunakan
pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol. Pemilihan pelarut ini berdasarkan
peningkatan kepolaran. Rendemen ekstraksi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rendemen ekstraksi beras hitam, beras merah, dan beras putih dengan
berbagai jenis pelarut
Rendemen
Sampel
Pelarut
(%)
Beras hitam
n-heksana
1.21
etil asetat
0.53
metanol
1.74
Beras merah
n-heksana
1.35
etil asetat
0.52
metanol
1.92
Beras putih
n-heksana
0.46
etil asetat
0.20
metanol
0.77
Perbedaan tingkat kepolaran pelarut menghasilkan rendemen ekstrak yang
berbeda-beda. Ekstrak metanol pada setiap sampel beras memiliki rendemen yang
paling besar dibandingkan ekstrak lain (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa
senyawa aktif yang terkandung dalam beras dapat tersari dalam pelarut metanol
dengan baik dibandingkan dengan pelarut n-heksana dan etil asetat. Harborne
(1987) menyatakan bahwa pelarut metanol dapat mengikat senyawa polar dan non
polar. Sedangkan pelarut etil asetat memiliki rendemen yang paling sedikit
dikarenakan sedikitnya senyawa aktif pada beras yang bersifat semi polar. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4.
Fitokimia
Analisis fitokimia adalah salah satu cara untuk mengetahui kandungan
metabolit sekunder pada suatu tanaman. Analisis fitokimia dilakukan pada ekstrak
kasar n-heksana, etil asetat, dan metanol beras hitam, beras merah, dan beras putih.
Senyawa yang diuji adalah alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, triterpenoid, dan
steroid.
Ekstrak metanol beras hitam, beras merah, dan beras putih mengandung
saponin, flavonoid, dan triterpenoid (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan penelitian
Al-Farsi dan Lee (2008), bahwa beras memiliki komponen fitokimia flavonoid
dan asam fenolik. Senyawa flavonoid pada sampel menunjukkan bahwa sampel
diduga berpotensi sebagai antioksidan dan inhibitor tirosinase. Flavonoid
merupakan salah satu senyawa aktif sebagai inhibitor tirosinase (Chang 2009).
Ekstrak etil asetat dan n-heksana umumnya mengandung triterpenoid dan steroid
yang dapat dilihat pada Tabel 2.

8
Tabel 2 Fitokimia ekstrak kasar beras hitam, beras merah, dan beras putih
Sampel
Beras
hitam
Beras
merah
Beras
putih

Pelarut

Komponen Fitokimia
Flavonoid
Tanin

n-heksana

Alkaloid
-

Saponin

Triterpenoid

Steroid

-

-

-

+

++

etil asetat

-

-

-

-

+

++

metanol

-

++

+

-

+

-

n-heksana

-

-

-

-

+

++

etil asetat

-

-

-

-

++

+

metanol

-

++

+

-

+

-

n-heksana

-

+

-

-

++

++

etil asetat

-

-

-

-

+

-

metanol

-

++

+

-

+

-

Aktivitas Inhibitor Tirosinase Ekstrak Kasar Beras Hitam, Beras Merah,
dan Beras Putih
Tirosinase yang juga dikenal sebagai polifenol pengoksidase merupakan
suatu enzim yang mengandung tembaga dan memiliki campuran fungsi oksidase
yang dapat didistribusikan secara luas dalam mikroorganisme, hewan dan
tanaman. Tirosinase atau fenol oksidase adalah enzim utama yang terlibat dalam
sintesis melanin (Likhitwitayawuid 2008). Uji aktivitas inhibitor tirosinase
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya daya inhibisi senyawa bioaktif pada
ekstrak kasar sampel beras hitam, beras merah, dan beras putih yang dinyatakan
dalam IC50, yaitu bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak yang mampu
menghambat sebanyak 50% aktivitas enzim tirosinase.
Tabel 3 Aktivitas inhibitor enzim tirosinase ekstrak beras hitam, beras merah,
dan beras putih
IC50
Sampel
Beras hitam

Pelarut

n-heksana
etil asetat
metanol
Beras merah n-heksana
etil asetat
metanol
Beras putih
n-heksana
etil asetat
metanol
Asam kojat

Monofenolase
(µg/mL)
3398
3994
3225
3156
3959
4228
3661
4606
3221
49

Difenolase
(µg/mL)
3556
4233
3712
3666
4830
4207
3713
4235
3770
35

Enzim tirosinase mengkatalisis dua reaksi berbeda yang menggunakan
oksigen: ohidrosilasi tirosin menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin atau DOPA (odifenol) yang dikenal dengan nama monofenolase dan oksidasi dari DOPA
menjadi dopakuinon (o-kuinon) yang disebut difenolase, sebelum menjadi

9
eumelanin atau feomelanin (Likhitwitayawuid 2008). Reaksi antara substrat LTirosin dan L-DOPA dengan enzim tirosinase menghasilkan dopakrom dan
dilanjutkan dengan terbentuknya melanin. Pembentukan dopakrom dapat
dihambat oleh inhibitor tirosinase. Ekstrak yang memiliki daya inhibisi terhadap
enzim tirosinase dapat menghambat produksi melanin. Pembentukan dopakrom
dalam penelitian ini ditandai dengan pembentukan warna cokelat. Adanya
inhibitor tirosinase dapat menyebabkan terhambatnya reaksi substrat-tirosinase
sehingga produk dopakrom semakin berkurang. Hal ini ditandai dengan
penurunan intensitas warna cokelat yang dihasilkan. Aktivitas inhibitor enzim
tirosinase dapat dilihat dari IC50 monofenolase dan difenolase yang ditunjukkan
pada Tabel 3.
Ekstrak n-heksana beras merah memiliki aktivitas inhibitor tirosinase yang
paling tinggi untuk monofenolase dengan nilai IC50 sebesar 3156 µg/mL
dibandingkan dengan ekstrak sampel beras lainnya. Pada Tabel 3 menunjukkan
bahwa aktivitas inhibitor tirosinase pada semua sampel melalui monofenolase
maupun difenolase memiliki nilai IC50 yang tidak tidak jauh berbeda antara satu
dengan yang lain. Sampel beras hitam, beras merah, maupun beras putih memiliki
aktivitas inhibitor tirosinase yang kecil karena IC50 sampel tersebut hampir seratus
kali lipat lebih besar dibandingkan dengan asam kojat sebagai kontrol positifnya,
yaitu dengan nilai IC50 sebesar 3156 µg/mL pada ekstrak n-heksana beras merah
sampai dengan 4606 µg/mL pada ekstrak etil asetat beras merah pada
monofenolase. Sedangkan asam kojat hanya memiliki IC50 49 µg/mL
(monofenolase) dan 35 µg/mL (difenolase). Tingginya nilai IC50 menunjukkan
bahwa aktivitas inhibitor tirosinase beras sangat kecil, demikian juga dengan
difenolase yang memiliki IC50 yang sangat tinggi dibandingkan dengan kontrol
positif asam kojat.
Aktivitas Antioksidan
Aktivitas antioksidan beras hitam, beras merah, dan beras putih ditentukan
dengan dua metode, yaitu metode DPPH dan metode fosfomolibdat. Metode
DPPH merupakan metode yang paling umum digunakan untuk pengujian aktivitas
antioksidan karena bersifat stabil dalam bentuk radikal sehingga pengukuran yang
dihasilkan cukup akurat. Radikal bebas DPPH dapat menangkap atom hidrogen
komponen ekstrak yang dicampurkan dan bereaksi menjadi bentuk tereduksinya
yang ditandai dengan berkurangnya intensitas warna ungu larutan DPPH.
Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode DPPH pada Tabel 4
menunjukkan bahwa ekstrak metanol memiliki aktivitas yang baik dibandingkan
dengan ekstrak etil asetat dan n-heksana dengan nilai IC50 yang lebih kecil. Hal ini
sesuai dengan analisis fitokimia bahwa ekstrak metanol mengandung flavonoid
yang merupakan kelompok senyawa aktif sebagai antioksidan sehingga
penangkapan radikal bebas DPPH yang dilakukan lebih baik terutama pada
ekstrak metanol beras hitam yang memiliki nilai IC50 sebesar 291 µg/mL, yang
didukung oleh penelitian Kaneda et al. (2006) bahwa beras hitam memiliki
aktivitas antioksidan yang lebih baik dibandingkan dengan beras putih karena
mengandung asam fenolik, flavonoid, dan antosianin yang lebih banyak daripada
beras putih. Namun hasil ini berbeda jauh dengan asam askorbat sebagai kontrol
positif yang memiliki IC50 6 µg/mL.

10
Selain itu, dilakukan pula uji antioksidan dengan metode fosfomolibdat
untuk mengetahui ekuivalen α-tokoferol pada sampel beras. Fosfomolibdat
merupakan suatu oksidator terdiri dari ammonium molibdat dan natrium fosfat
yang akan membentuk ammonium molibdat. Selama reaksi berlangsung, gugus
hidroksil pada senyawa fenolik akan bereaksi langsung dengan perekasi
fosfomolibdat yang membentuk kompleks molibdenum (Zengin et al. 2010; Prieto
et al. 1999). Aktivitas antioksidan beras hitam, beras merah, dan beras putih
dinyatakan dalam ekuivalen α-tokoferol dengan BHT (butil hidroksi toluena)
sebagai kontrol positifnya. Ekstrak etil asetat beras putih memiliki aktivitas
terbesar sebagai antioksidan sebesar 41.13 mmol α-tokoferol ekuivalen/g sampel,
dikuti dengan ekstrak n-heksana beras merah sebesar 32.95 mmol α-tokoferol
ekuivalen/g sampel dibandingkan dengan ekstrak beras lainnya. Aktivitas
antioksidan ini memiliki nilai yang lebih besar daripada BHT sebagai kontrol
positifnya yang merupakan senyawa aktif antioksidan yaitu sebesar 28.58 mmol
α-tokoferol ekuivalen/g sampel (Tabel 4).
Tabel 4 Aktivitas antioksidan ekstrak beras hitam, beras merah, dan beras putih
Aktivitas antioksidan
IC50
Sampel
Pelarut
(mmol α-tokoferol
(µg/mL)
ekuivalen/g sampel)
Beras hitam n-heksana
2934
31.37
etil asetat
1893
27.13
metanol
291
27.71
Beras merah n-heksana
2720
32.95
etil asetat
1535
21.71
metanol
388
19.89
Beras putih
n-heksana
-*
29.19
etil asetat
-*
41.13
metanol
1288
29.43
Asam askorbat
6
BHT
28.58
Keterangan ; -*:tidak mencapai inhibisi 50% sampai konsentrasi maksimum 5000
(µg/mL).
Aktivitas antioksidan pada ekstrak beras dengan metode fosfomolibdat
memiliki hasil yang berbeda dengan metode DPPH. Pada metode DPPH, ekstrak
yang memiliki aktivitas tertinggi adalah ekstrak metanol beras hitam, sedangkan
pada metode fosfomolibdat, ekstrak etil asetat beras putih memiliki aktivitas yang
terbaik. Hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan senyawa aktif masing-masing
ekstrak dan prinsip metode yang digunakan.
Ekstrak metanol beras hitam dan ekstrak etil asetat beras putih merupakan
ekstrak dengan aktivitas antioksidan terbaik dibandingkan dengan ekstrak lainnya.
Namun demikian, hanya ekstrak metanol beras hitam yang dipilih untuk tahapan
selanjutnya, yaitu pemilihan eluen terbaik. Pemilihan ini didasarkan pada aktivitas
inhibisi tirosinase ekstrak metanol beras hitam yang lebih baik dibandingkan
dengan ekstrak etil asetat beras putih berdasarkan nilai IC50 nya (Tabel 3).

11
Disamping itu, hasil analisis fitokimia (Tabel 2) menunjukkan dugaan bahwa
ekstrak metanol beras hitam mengandung senyawa flavonoid yang diduga
berperan sebagai inhibitor tirosinase (Chang 2009).
Penentuan Eluen Terbaik
Penentuan eluen terbaik dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan KLT
bioautografi. Penentuan eluen terbaik dilakukan menggunakan kromatografi lapis
tipis (KLT) dengan fase diam silika G60F254. KLT merupakan metode pemisahan
dengan kromatografi yang dilakukan pada lapisan tipis fase diam (100-200 m)
dan silika gel umumnya terdapat pada pelat (Day & Underwood 2002). Eluen
terbaik dalam pemisahan senyawa dilihat dari jumlah noda/spot yang diamati di
bawah sinar lampu UV pada panjang gelombang 254 dan 366 nm. Eluen yang
digunakan dimulai dengan beberapa macam eluen tunggal, hasil pemisahan eluen
tunggal dengan menggunakan ekstrak metanol beras hitam ditunjukkan pada
Gambar 1. Pemisahan dengan pelarut tunggal tersebut tidak diperoleh pemisahan
yang cukup baik, sehingga dilakukan kombinasi dua pelarut.

Gambar 1 Kromatogram penentuan eluen terbaik ekstrak metanol beras hitam
dengan pelarut 1. n-heksana; 2. toluena; 3. aseton; 4. kloroform;
5.diklorometana; 6. n-butanol; 7. dietil eter; 8. etil asetat; 9. metanol;
dan 10. asam asetat dideteksi pada =254 nm dan 366 nm

Gambar 2 Kromatogram penentuan eluen terbaik ekstrak metanol beras hitam
dengan pelarut metanol:kloroform pada berbagai perbandingan

12
Keberhasilan pemisahan dilakukan kembali dengan kombinasi pelarut
kloroform dan metanol. Eluen terbaik yang diperoleh dengan menggunakan
kromatografi lapis tipis (KLT) pada ekstrak metanol beras hitam adalah
metanol:kloroform (1:9). Kromatogram yang diperoleh dengan pelarut ini
memiliki spot paling banyak, yaitu 7 spot dan pemisahan yang dihasilkan paling
baik dibandingkan dengan yang lainnya (Gambar 2).
KLT Bioautografi
Kromatografi lapis tipis (KLT) bioautografi merupakan metode kualitatif
penentuan aktivitas antioksidan pada sampel dengan kombinasi antara
kromatografi lapis tipis dan metode deteksi biologis yang membutuhkan sampel
minimum dan waktu yang sedikit (Marston 2011). KLT bioautografi
menunjukkan noda/spot senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan DPPH
ditunjukkan dengan warna putih-kuning setelah dilakukan penyemprotan
menggunakan DPPH. Uji kualitatif menggunakan KLT bioautografi dilakukan
terhadap ekstrak metanol beras hitam karena memiliki aktivitas antioksidan
dengan metode DPPH. Metanol:kloroform (1:9) digunakan sebagai eluen,
sedangkan DPPH dan fosfomolibdat digunakan sebagai pereaksi semprotnya.

1

2

1

2

1

a
b
Gambar 3 Kromatogram KLT bioautografi; (a) sebelum
=366 (b) deteksi menggunakan pereaksi
menggunakan fosfomolibdat (1) asam askorbat
beras hitam

2
c
penyemprotan pada
DPPH (c) deteksi
(2) ekstrak metanol

13
Gambar 3 menunjukkan kromatogram KLT bioautografi ekstrak metanol
beras hitam dengan pereaksi DPPH dan fosfomolibdat. Kromatogram sebelum
penyemprotan menghasilkan 7 noda pada KLT (Gambar 3a). Setelah dilakukan
penyemprotan menggunakan DPPH, diperoleh 5 noda berwarna putih kuning
yang berada pada bagian bawah KLT (Gambar 3b). Hal tersebut menunjukkan
bahwa senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan dengan pereaksi DPPH pada
ekstrak metanol beras hitam bersifat polar karena tidak mampu terelusi oleh eluen
metanol:kloroform (1:9) dan tertahan pada silika.
Kromatogram hasil KLT bioautografi ekstrak metanol beras hitam dengan
pereaksi fosfomolibdat ditunjukkan pada Gambar 3c. Setelah dilakukan
penyemprotan menggunakan fosfomolibdat, diperoleh 2 noda berwarna hijau biru
seulas yang berada pada bagian atas KLT. Hal tersebut menunjukkan bahwa
senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan dengan pereaksi fosfomolibdat pada
ekstrak metanol beras hitam bersifat kurang polar karena terelusi oleh eluen dan
tidak tertahan pada silika. Namun, noda asam askorbat pada Gambar 3b secara
kualitatif tidak menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dengan pereaksi
fosfomolibdat.
Pada kromatogram KLT bioautografi menggunakan pereaksi semprot DPPH
dan fosfomolibdat (Gambar 3) terdapat satu spot/noda ekstrak yang aktif sebagai
antioksidan baik menggunakan DPPH maupun menggunakan fosfomolibdat, hal
ini menunjukkan bahwa spot/noda tersebut merupakan fraksi terbaik sebagai
antioksidan dibandingkan dengan spot/noda yang lain. Menurut Chang (2009)
golongan senyawa yang berperan sebagai antioksidan ialah flavonoid dan
triterpenoid. Flavonoid di alam merupakan senyawa yang bersifat polar karena
berada dalam bentuk glikosida (terikat dengan gula). Sehingga diduga senyawa
yang berperan sebagai antioksidan menggunakan pereaksi DPPH ialah flavonoid.
Lain halnya dengan triterpenoid yang bersifat nonpolar, senyawa ini diduga
berperan sebagai antioksidan menggunakan pereaksi fosfomolibdat. Pernyataan
tersebut didukung oleh hasil uji fitokimia (Tabel 2) yang menunjukkan bahwa
ekstrak metanol beras hitam positif mengandung flavonoid dan triterpenoid
sehingga diduga senyawa yang berperan sebagai antioksidan pada ekstrak metanol
beras hitam adalah senyawa flavonoid dan terpenoid.
Untuk memastikan golongan senyawa aktif tersebut dilakukan dilakukan uji
lebih lanjut pada KLT untuk ekstrak metanol beras hitam. Hasilnya menunjukkan
bahwa tidak terdeteksi adanya senyawa flavonoid dengan kuersetin sebagai
standar setelah dilakukan penyemprotan menggunakan AlCl3 yang ditunjukkan
pada Gambar 4, yaitu tidak munculnya warna kuning pada ekstrak metanol beras
yang hitam seperti pada standar kuersetin.
Hasil uji triterpenoid dengan asiatikosida sebagai standar juga menunjukkan
hasil yang sama, yaitu tidak terdeteksi adanya triterpenoid pada ekstrak metanol
beras hitam setelah disemprot dengan pereaksi Liebermann-Burchard karena tidak
munculnya warna ungu kecoklatan pada sampel seperti pada asiatikosida yang
muncul spot berwarna ungu kecoklatan setelah dilakukan penyemprotan (Gambar
5c). Hal ini terjadi diduga karena beberapa faktor, seperti terjadinya overlapping
senyawa, kadar ekstrak yang sedikit dan ekstrak yang digunakan masih berupa
ekstrak kasar yang mengandung banyak senyawa metabolit sekunder lainnya.

14

1

2

1

2

a
b
Gambar 4 Kromatogram KLT uji flavonoid; (a) sebelum penyemprotan pada
=366
(b) setelah penyemprotan dengan AlCl3 pada =366
(1) kuersetin (2) ekstrak metanol beras hitam

1

2

a

1

2

b

1

2

c

Gambar 5 Kromatogram KLT uji triterpenoid; (a) sebelum penyemprotan pada
=366 (b) sebelum penyemprotan pada sinar tampak (c) setelah
penyemprotan
dengan
Liebermann-Buchard
pada
=366
(1) asiatikosida (2) ekstrak metanol beras hitam

15

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ekstrak metanol beras hitam berpotensi sebagai antioksidan, dengan IC50
291 µg/mL menggunakan metode DPPH, sedangkan ekstrak etil asetat beras
putih memiliki aktivitas terbaik dengan metode fosfomolibdat sebesar 41.13 mmol
α-tokoferol ekuivalen/g sampel. Ekstrak beras yang memiliki aktivitas inhibitor
tirosinase tertinggi adalah ekstrak n-heksana beras merah pada monofelase (IC50
3156 µg/ml).

Saran
Perlu dilakukan pemisahan lebih lanjut untuk mengetahui senyawa aktif
pada sampel beras agar diperoleh aktivitas antioksidan dan inhibitor tirosinase
yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Farsi MA, Lee CY. 2008. Optimization of phenolic and dietary fibre extraction
from date seeds. Food Chem. 108:977-985.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2006. Official Methods of
AOAC International. Revisi ke-2. Vol ke-1. Maryland (US): Association of
Official Analytical Chemist.
Arung ET, Shimizu K, Kondo R. 2006. Inhibitory effect of artocarpanone from
Artocarpus heterophyllus on melanin biosynthesis. J Biol. 29:1966-1969.
Batubara I, Darusman LK, Mitsunaga T, Rahminiwati M, Djauhari E. 2010.
Potency of Indonesia medicinal plants as tyrosinase inhibitor and
antioxidants agent. J Biol Sci. 10:138-144.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Monografi Ekstrak
Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta (ID): BPOM RI.
Chang TS. 2009. An update review of tyrosinase inhibitors. J Mol Sci. 10:24402473.
Day RA, AL Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Ed. ke-4. Alih
bahasaIis Sopyan, Editor Hilarius Wibi & Lameda Simarmata. Jakarta
(ID):Erlangga. Terjemahan dari: Quantitative Analysis 4th Ed.
Femina. 2013. Merawat wajah dengan bedak dingin. Femina.
Frei KB 2004. Improving the nutrient availability in rice-biotechnology or biodiversity. In A. Wilcke (Ed.) Agriculture & Development. Contributing to
International Cooperation 11(2): 64–65.
Halliwell B, Aeschbach R, Loliger J, Auroma OI. 1995. The characterization of
antioxidants. Food Chem Toxicol. 33: 601-617.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah. Bandung (ID): ITB Pr.
Terjemahan dari: Phytochemical Methods.

16
Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta (ID): Gramedia.
Kaneda I, Iwaki K, Kubo H, Sakurai H. 2006. Antioxidative compounds in the
axtracts of black rice brans. J Health Sci. 52:495-511.
Likhitwitayawuid K. 2008. Stillbenes with tyrosinase inhibitory activity. J Curr
Sci. 94:44-52.
Marston A. 2011. Thin-layer chromatography with biological detection in
phytochemistry. J Chromatography A. 1218:2876-2683.
Pokorny J, Yanishlieva N, Gordon M. 2001. Antioxidant in Food: Practical
Application. New York(US): CRC Pr.
Rouessac F, Rouessac A. 2007. Chemical Analysis: Modern Instrumentation
Methods and Techniques Ed. Ke-2. West Sussex (GB): J Wiley.
Salazar-Alandra R, Perez-Lopez LA, Loppez Arroyo J, Alanis-Garza BA, Torres
NW. 2009. Antimicrobial and antioxidant activities of plants from
Northeast of Mexico. Evidence-Based Complementary and Alternative
Med. 2011:1-6.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2008. Beras. Jakarta (ID): Badan Standardisasi
Nasional. SNI 6128:2008.
Soi-ampornkul, Rungtip et al. 2012. Antioxidative and Neuroprotective Activities
of the Pre-Germinated Brown Rice Extract. Food and Nutrition Sci. 3: 135140.
Winarno FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama.
Zarai Z, Boujelbene E, Salem NB, Gargouri Y, Sayari A. 2012. Antioxidant and
antimicrobial activities of various solvent extracts, piperinae and piperic
acid from Piper nigrum. LWT - Food Sci Technol. 50(2):634-641.
Zengin G, Aktumsek A, Guler GO, Cakmak YS, Yildiztugay E. 2010.
Antioxidant Properties of Methanolic Extract and Fatty Acid Composition
of Centaurea urvillei DC. subsp. hayekiana Wagenitz. Rec Nat Prod. 5:2
(2011) 123-132.

17

LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Sampel segar beras putih, beras merah, beras hitam
Pengeringan 40-50 °C, penggilingan

Ekstraksi bertingkat

Kadar air dan kadar abu

Sampel serbuk
Ekstraksi bertingkat

Ekstrak n-heksana

Ekstrak etil asetat

Ekstrak metanol

Uji aktivitas dan uji fitokimia
ekstrak teraktif

Penenetuan eluen terbaik
KLT Bioautografi

18
Lampiran 2 Contoh perhitungan kadar air beras hitam, beras merah, dan beras
putih
Kadar air beras hitam (Ulangan 1)
(

(

Lampiran 3 Contoh perhitungan kadar abu beras hitam, beras merah, dan beras
putih
Kadar abu beras hitam (Ulangan 1)
(

Lampiran 4 Contoh perhitungan rendemen ekstrak beras hitam
Rendemen ekstrak n-heksana beras hitam (Ulangan 1)
(

(

(
(

19

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 5 Mei 1992 sebagai putri ketiga
dari Bapak Jasrizal dan Ibu Yetmawati. Penulis lulus dari SMA Negeri 2 Jakarta
pada tahun 2010 dan pada tahun yang sama diterima di Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) .
Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah
Kimia Dasar Tingkat Persiapan Bersama (TPB) pada tahun 2012, asisten
praktikum mata kuliah Kimia Analitik Layanan Biologi pada tahun 2014, dan
asisten praktikum matakuliah Praktikum Analisis Instrumental pada tahun 2015.
Selama kuliah, penulis pernah melakukan Praktik Lapang di PT Pertamina
Research and Development Jakarta dengan judul laporan “Analisis Produk HTU
(Hydro Treating Unit) dengan Umpan IDIS” pada tahun 2013. Dalam bidang
organisasi, penulis pernah mengikuti kepanitian sebagai Master of Ceremony
(MC) pada berbagai kegiatan seperti Masa Perkenalan Departemen Angkatan 48,
Pelatihan Kimia Aplikatif, Rangkaian Hyperchem Silika Alumina, dan Rangkaian
Acara Pesta Sains Nasional.