Perubahan Derajat Keasaman pH

23 Saat dibandingkan dengan kontrol, yaitu campuran bahan tanpa diberi aerasi aktif, terlihat hasil yang berbeda dibandingkan hasil perubahan suhu pada perlakuan kedua aerasi aktif. Temperatur pada campuran kontrol Gambar 8 menunjukkan bahwa kenaikan suhu tertinggi terjadi pada campuran bahan dengan nilai CN awal 40, sedangkan yang mengalami kenaikan suhu paling rendah adalah pada campuran dengan nilai CN awal 50. Pada perlakuan dengan aerasi aktif, kenaikan suhu terendah terjadi pada campuran dengan nilai CN awal 30 dan yang tertinggi pada campuran dengan nilai CN awal 50. Hal ini menunjukkan bahwa proses pendegradasian bahan karbon organik pada campuran kontrol dengan nilai CN awal 50 membutuhkan udara lebih banyak agar proses degradasi berjalan lebih baik. Sedangkan untuk campuran dengan nilai CN awal 40 dan 30 tingkat kenaikan suhunya relatif sama dengan yang diberi perlakuaan aerasi aktif. Temperatur maksimum yang dihasilkan selama pengomposan tidak mencapai temperatur termofilik 45-65 o C. Menurut Indrasti dan Wimbanu 2006, temperatur kompos yang tidak mencapai suhu termofilik disebabkan dimensi gundukan yang terlalu kecil sehingga panas yang dihasilkan dari proses degradasi tidak tertahan dalam bahan dan ikut terbawa bersama udara. Pada penelitian ini tinggi tumppukan memang titak terlalu besar. Tinggi tumpukan tersebut hanya sekitar 30 cm, sedangkan tinggi tumpukan ideal untuk pengoposan sekitar 1 meter.

4.3.2. Perubahan Derajat Keasaman pH

Keasaman suatu bahan co-composting merupakan faktor yang berperan penting dalam proses pengomposan. Pengukuran bahan co-composting dilakukan setiap minggu untuk mengontrol kondisi pH bahan dari proses degradasi dan perombakan oleh mikroorganisme. Perubahan pH dalam pengomposan menunjukkan aktivitas mikroorganisme dalam mendegradasi bahan organik. Perubahan pH tersebut dapat dilihat pada Gambar 9 dan 10. Gambar 9. Perubahan pH pada aerasi 0,4 lmenit.kg bahan 24 Pengaruh nilai CN awal tampak pada gambar grafik 9 dan 10, campuran bahan yang memiliki nilai CN awal 50 memiliki pH awal yang lebih tinggi daripada campuran bahan yang memliki nilai CN awal 30 dan 40. Selain itu, campuran bahan yang memiliki nilai CN awal 50 mengalami kenaikan pH yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan campuran bahan yang memliki nilai CN awal 30 dan 40. Peningkatan nilai pH pada pengomposan disebabkan oleh perubahan asam organik menjadi CO 2 dan kation-kation basa hasil mineralisasi bahan organik. Selain itu, kondisi pengomposan pada keadaan basa disebabkan perubahan nitrogen dan asam lemah menjadi amoniak Dalzell et al. 1987. Suhu tinggi pada pencampuran nilai CN awal 50 juga meningkatkan nilai pH. Suhu tumpukan pengomposan yang tinggi, diikuti dengan peningkatan nilai pH Isroi 2008. Berdasarkan hasil pengukuran pH setiap minggu pada semua bahan menunjukkan adanya perbedaan dari masing-masing perlakuan. Perlakuan aerasi terhadap perubahan pH dari grafik menunjukkan terjadi perubahan pH yang sama antara aerasi 0,4 dan 1,2 lmenit.kg bahan. Pemberian aerasi yang terbatas terhadap nilai pH dapat membatasi tinggi atau rendahnya pH yang akan menyebabkan terhambatnya proses pengomposan, melalui cara tersebut dapat dihasilkan asam organik yang akan menurunkan nilai pH dan tidak menyebabkan penurunan pH terlalu rendah Isroi 2008. Pengaruh aerasi pada yang berbeda tidak menunjukkan hasil yang berbeda. Pada kedua grafik diatas terlihat bahwa pH cenderung mengalami kenaikan dari minggu ke-0 hingga mencapai puncak pada minggu ke-3 lalu mengalami penurunan walaupun tidak begitu tinggi. Pada perbandingan interaksi antara proses pemberian aerasi dengan pembedaan nilai CN awal menunjukkan hasil yang tak berbeda. Pada pemberian aerasi 0,4 lmenit.kg bahan, pada campuran dengan CN awal 30 memiliki pH awal 6,26 dan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada minggu ketiga dengan pH optimumnya 7,87 lalu mengalami penurunan mulai dari minggu ke empat hingga mendekati pH netral. Pada campuran dengan CN awal 40 memiliki pH awal 6,74 dan cenderung stabil di kisaran 7,7 dari minggu ketiga hingga minggu kelima. Pada campuran dengan CN awal 50 memiliki pH awal 6,93 dan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada minggu ketiga dengan pH optimumnya 8,07 lalu mengalami penurunan mulai dari minggu ke empat. Pada pemberian aerasi 1,2 lmenit.kg bahan sama dengan yang terjadi pada perlakuan pemberian aerasi 0,4 lmenit.kg bahan, pada campuran dengan CN awal 30 memiliki pH awal 6,05 dan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada minggu ketiga dengan pH maksimumnya 7,84 lalu mengalami penurunan mulai dari minggu ke empat hingga mendekati pH netral. Pada campuran Gambar 10. Perubahan pH pada aerasi 1,2 lmenit.kg bahan 25 dengan CN awal 40 memiliki pH awal 6,95 dan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada minggu keempat dengan pH maksimumnya 7,89 lalu mengalami penurunan mulai dari minggu ke lima. Pada campuran dengan CN awal 50 memiliki pH awal 7,05 dan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada minggu ketiga dengan pH optimumnya 8,04 lalu mengalami penurunan mulai dari minggu ke empat. Sebagai perbandingan pengaruh laju aerasi terhadap nilai pH campuran, disajikan juga grafik perubahan nilai pH pada kontrol Gambar 11. Nilai pH pada kontrol tidak jauh berbeda dengan yang diberi pelakuan aerasi aktif. Pada gambar tampak bahwa pH cenderung naik dari minggu ke-0 hingga minggu ke-3 lalu mulai turun kembali. Pada kontrol dengan nilai CN awal 30 cenderung stabil dari minggu ke-1 hingga minggu ke-5 pada kisaran pH netral. Data pH selama pengomposan dapat dilihat pada Lampiran 5 Menurut CPIS 1992, nilai pH yang terlalu tinggi menyebabkan unsur nitrogen pada bahan kompos berubah menjadi amoniak, sebaliknya pada kondisi pH yang terlalu rendah asam dapat menyebabkan mikroorganisme mati. Cara yang termudah untuk mengatasi tingginya nilai pH pada kompos yaitu dengan membatasi aerasi yang dilakukan. Melalui cara tersebut dapat dihasilkan asam organik yang akan menurunkan nilai pH dan tidak menyebabkan penurunan pH terlalu rendah.

4.3.3. Perubahan Kadar Air