Struktur Fisik Mutu Kompos Akhir

34

4.4.1. Struktur Fisik

Kualitas bahan pengomposan yang diperoleh melalui co-composting bagas dengan blotong secara umum sudah mendekati sifat fisik bahan kompos. Hal ini ditunjukkan dengan penampakan warna bahan coklat kehitaman dan bau mendekati bau tanah. Cahaya dan Nugraha 2008 menambahkan kompos yang telah matang berbau seperti tanah, karena materi yang dikandungnya sudah menyerupai materi tanah dan berwarna coklat kehitam-hitaman yang terbentuk akibat pengaruh bahan organik yang sudah stabil, sedangkan bentuk akhir sudah tidak menyerupai bentuk aslinya karena sudah hancur akibat penguraian alami oleh mikroorganisme yang hidup di dalam kompos. Hasil pengamatan struktur fisik hasil co-composting dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Penampakan fisik dari kompos hasil Parameter Kompos Hasil SNI Warna Kehitaman Kehitaman Bau Tanah Tanah tekstur Halus Halus pH 7,35 6,8-7,49 Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa kompos tersebut telah matang. Secara fisik, kompos tersebut sudah tidak kelihatan lagi bentuk asalnya karena telah hancur akibat penguraian.

4.4.2. Mutu Kompos Akhir

Hasil analisa mutu kompos akhir dibandingkan dengan SNI 19-7030-2004 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Perbandingan Mutu Kompos Akhir Dengan SNI 19-7030-2004 No Parameter Satuan Standar Baku Mutu Hasil Pemeriksaan Min Maks 1 Kadar Air - 50 51,29 2 Warna - - Kehitaman Kehitaman 3 Bau - - Berbau Tanah Berbau Tanah 4 Ukuran Partikel mm 0,55 25 10,5 5 Kemampuan Ikat Air 58 - 51,28 6 pH - 6,8 7,49 7,35 7 Bahan Asing - 1,5 0,15 Unsur Makro 8 Bahan Organik 27 58 24,03 9 Nitrogen 0,4 - 0,636 10 Karbon 9,8 32 13,2 11 Phosfor 0,1 - 0,024 12 CN Ratio - 10 20 20,8 13 Kalium 0,2 - 0,395 35 Tabel 8. Lanjutan No Parameter Satuan Standar Baku Mutu Hasil Pemeriksaan Min Maks Unsur Mikro 14 Arsen mgkg - 13 0,168 15 Cadmium mgkg - 3 4,42 16 Kobalt mgkg - 34 3,75 17 Kromium mgkg - 210 5,14 18 Tembaga mgkg - 100 3,41 19 Merkuri mgkg - 0,8 0,001 20 Nikel mgkg - 62 5,93 21 Timbal mgkg - 150 0,030 22 Selenium mgkg - 2 0,001 23 Seng mgkg - 500 9,68 Unsur Lain 24 Kalsium - 25,5 0,025 25 Magnesium - 0,6 0,004 26 Besi - 2 0,08 27 Alumunium - 2,2 0,319 28 Mangan - 0,1 0,004 Bakteri 29 Fecal Coli MPNgr - 1000 200 30 Salmonella MPN4 gr - 3 3 Sumber : Laboratorium Pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB, 2012 Dari data di atas menunjukkan dari setiap parameter mutu kompos dari hasil co-composting masih adanya beberapa parameter yang hampir memenuhi standar SNI, yaitu nilai CN, kadar air, bahan organik, kemampuan ikat air, dan phosfor. Jumlah bahan organik berpengaruh terhadap kemampuan ikat air, semakin kecil bahan organiknya maka jumlah airnutrisi yang dapat diserap atau ditahan oleh tanah semakin kecil. Sehingga pada kompos diatas kemampuan ikat tanahnya relatif dibawah SNI dikarenakan jumlah bahan organik pada kompos kecil. Secara keseluruhan, kompos akhir tersebut telah sesuai dengan kualitas SNI Lampiran 4. Kompos tersebut memiliki jumlah nitrogen dan karbon yang cukup untuk tanaman, pH yang mendekati netral, ukuran bahan yang tidak terlalu besar atau kecil, kandungan hara yang cukup untuk tanaman, serta kandungan bahan berbahaya yang sangat sedikit. Secara keseluruhan kompos hasil co-composting antara bagas dengan blotong bagus dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman. 36

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Co-composting merupakan salah satu solusi alternatif dalam pemanfaatan limbah padat industri gula, khususnya bagas dan blotong yang masih belum dimanfaatkan dengan baik. Limbah berupa bagas dan blotong dapat dikombinasikan menjadi bahan co-composting karena memilki karakteristik yang saling melengkapi. Bagas memiliki kandungan karbon organic yang cukup tinggi dan juga kekambaan bulking agent yang cukup tinggi, sehingga mempermudah sirkulasi dan aliran udara yang masuk ke dalam bahan pengompos sebagai pasokan oksigen untuk konsumsi mikroorganisme. Blotong memiliki kadar kelembaban dan kadar nitrogen yang tinggi untuk mendukung proses degradasi bahan organik sehingga mempermudah proses pengomposan. Hal tersebut dilakukan agar mendapatkan kualitas proses pengomposan yang baik dan sesuai dengan kadar unsur kompos yang ideal untuk kesuburan tanah. Campuran dengan nilai CN awal 50 memiliki tingkat perubahan yang paling signifikan berdasarkan hasil pengujian terhadap suhu, pH dan kandungan kimia. Hal ini dibuktikan dengan uji ragam varian yang menunjukkan bahwa campuran dengan nilai CN awal 50 memberikan hasil yang berbeda nyata jika dibandingkan dengan campuran dengan nilai CN awal 30 dan 40. Pemberian perlakuan aerasi 0,4 dan 1,2 Lmenit.kg bahan juga memberikan pengaruh terhadap kompos yang dihasilkan jika dibandingakan dengan yang tidak diberi aerasi. Kompos hasil akhir proses co-composting telah memenuhi standar SNI 19-7030-2004.

5.2. SARAN

Perlu dilakukan penelitian dalam skala yang lebih besar scale up untuk mengetahui tingkat aerasi yang lebih efektif untuk proses co-composting.