25 dengan CN awal 40 memiliki pH awal 6,95 dan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada
minggu keempat dengan pH maksimumnya 7,89 lalu mengalami penurunan mulai dari minggu ke lima. Pada campuran dengan CN awal 50 memiliki pH awal 7,05 dan terus meningkat hingga
mencapai puncaknya pada minggu ketiga dengan pH optimumnya 8,04 lalu mengalami penurunan mulai dari minggu ke empat.
Sebagai perbandingan pengaruh laju aerasi terhadap nilai pH campuran, disajikan juga grafik perubahan nilai pH pada kontrol Gambar 11. Nilai pH pada kontrol tidak jauh berbeda dengan yang
diberi pelakuan aerasi aktif. Pada gambar tampak bahwa pH cenderung naik dari minggu ke-0 hingga minggu ke-3 lalu mulai turun kembali. Pada kontrol dengan nilai CN awal 30 cenderung stabil dari
minggu ke-1 hingga minggu ke-5 pada kisaran pH netral. Data pH selama pengomposan dapat dilihat pada Lampiran 5
Menurut CPIS 1992, nilai pH yang terlalu tinggi menyebabkan unsur nitrogen pada bahan kompos berubah menjadi amoniak, sebaliknya pada kondisi pH yang terlalu rendah asam
dapat menyebabkan mikroorganisme mati. Cara yang termudah untuk mengatasi tingginya nilai pH pada kompos yaitu dengan membatasi aerasi yang dilakukan. Melalui cara tersebut dapat dihasilkan
asam organik yang akan menurunkan nilai pH dan tidak menyebabkan penurunan pH terlalu rendah.
4.3.3. Perubahan Kadar Air
Kadar air merupakan faktor penting yang harus dijaga dalam proses co-composting. Djaja 2008 menambahkan bahwa kandungan air dalam proses pengomposan sangat berperan penting
untuk menunjang proses metabolik. Pengamatan terhadap kadar air dilakukan tipa seminggu sekali. Grafik perubahan kadar air dapat dilihat pada Gambar 12 dan 13.
Pada proses co-composting ini kadar air salah satu faktor penentu keberhasilan proses co- composting
. Menurut Golueke 1977 kadar air bahan kompos yang ideal untuk berbagai jenis bahan organik berbeda-beda tergantung jenisnya. Kadar air yang ideal untuk proses pengomposan dengan
bahan baku limbah basah adalah 50-75. Oleh karena itu kadar air dalam campuran bahan haruslah selalu dijaga agar selalu dalam kadar 50-75 untuk menjaga agar proses pengomposan berjalan
dengan lancar. Pada grafik terlihat bahwa kadar air pada tiap perlakuan stabil dalam kisaran 68-72. Gambar 11. Perubahan pH pada kontrol
26 Rentang tersebut masih dalam batas kadar air ideal. Demikian pula pada grafik kadar air pada kontrol
Gambar 14.
Gambar 12. Perubahan kadar air pada aerasi 0,4 l menit.kg bahan
Gambar 13. Perubahan kadar air pada aerasi 1,2 l menit.kg bahan
Gambar 14. Perubahan kadar air pada kontrol
27
4.3.4. Perubahan Nilai CN
Nilai perbandingan CN bahan organik merupakan faktor yang penting dalam pengomposan. Nilai CN adalah nilai perbandingan antara karbon organik C dan nitrogen N. Nilai CN ini
merupakan indikator kualitas dan tingkat kematangan dari sebuah bahan kompos. Sebab aktivitas pendegradasian yang terjadi dalam pengomposan membutuhkan karbon organik C untuk pemenuhan
energi dan pertumbuhan, dan nitrogen N untuk pemenuhan protein sebagai zat pembangun sel metabolisme. Indrasti 2004 menambahkan bahwa mikroorganisme pendegradasi bahan organik
membutuhkan zat arang C sebagai sumber tenaganya. Selain itu membutuhkan zat lemas N sebagai sumber makanan dan nutrisi untuk pertumbuhan. Kadar unsur tersebut harus tersedia dalam bahan
baku dan jumlah yang sesuai. Nilai CN yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30 - 40. Mikroba memecah
senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada nilai CN di antara 30 - 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila nilai CN
terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat Isroi, 2008. Pada kompos yang mengandung nilai CN rendah akan banyak mengandung
amoniak NH
3
yang disebabkan oleh bakteri amoniak. Hal ini bisa dioksidasi lebih lanjut menjadi nitrit dan nitrat yang mudah diserap oleh tanaman. Jika perbandingan CN terlalu rendah juga akan
menyebabkan terbentuknya amoniak, sehingga nitrogen mudah hilang ke udara Harada et al. 1993. Grafik perubahan nilai CN dapat dilihat pada gambar 15 dan 16.
Perubahan yang terjadi pada kadar karbon serta kadar nitrogen jelas berpengaruh nilai CN- nya. Kadar karbon organik pada campuran yang terus menurun karena terdegradasi dan kadar nitrogen
yang cenderung konstan dan meningkat otomatis akan menyebabkan nilai CN menurun tiap minggunya. Pada campuran bahan dengan CN awal 50 tingkat penurunannya cukup tinggi jika
dibandingkan dengan campuran bahan yang CN awalnya 30. Hal ini terjadi karena campuran bahan dengan CN awal 50 memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
campuran dengan CN awal 40 serta 30. Bahan organik tersebut diubah oleh mikroorganisme menjadi CO
2
dan H
2
O serta kalor panas. Semakin banyak bahan organik yang didegradasi maka semakin panas pula tumpukan kompos tersebut. Hal ini sesuai dengan data dimana campuran bahan dengan
CN awal 50 mengalami kenaikan suhu yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang lain. Pada grafik terlihat nilai CN cenderung mengalami penurunan yang cukup signifikan dari minggu ke-0
sampai minggu ke-3 lalu laju penurunannya melambat saat memasuki minggu keempat hingga minggu keenam bahkan cenderung konstan. Penurunan nilai CN dikarenakan terjadinya biodegradasi
bahan menjadi CO
2
dan H
2
O Isroi, 2008. Penurunan nilai CN selama pengomposan selaras dengan pendegradasian bahan organik. Menurut Indrasti dan Elia 2004, proses aerasi membantu
pendegradasi yang membutuhkan oksigen dalam mendekomposisi bahan organik, sehingga kecepatan dekomposisi bahan organik berlangsung lebih optimum. Aktivitas pendegradasi dalam mendegradasi
bahan organik semakin meningkat sehingga nilai CN, unsur hara, humus, dan energi dari bahan co- composting
semakin mendekati proses pengomposan yang diharapkan menghasilkan kompos berkualitas.
28 Pemberian aerasi juga berpengaruh terhadap proses penurunan nilai CN. Djaja 2008
memaparkan bahwa umumya mikroba banyak mengonsumsi oksigen, selama proses pengomposan bahan yang mudah dipecah dapat diurai dengan cepat. Oleh karena itu, dibutuhkan banyak oksigen
dalam proses degradasi bahan organiknya. Aerasi bisa dilakukan untuk memasok kembali oksigen ke dalam timbunan bahan kompos. Pemberian aerasi secara aktif akan mempercepat proses dekomposisi
bahan organik karena mikroorganisme banyak mengonsumsi oksigen dan meningkatkan aktivitasnya sehingga menghasilkan energi, humus, dan unsur hara yang diinginkan. Pada perlakuan aerasi 0,4
lmenit.kg bahan tingkat penurunan nilai CN cenderung lebih landai jika dibandingkan dengan campuran dengan perlakuan aerasi 1,2 Lmenit.kg bahan yang tingkat penurunannya tajam hingga
minggu ketiga. Hasil pengamatan interaksi antara nilai CN awal dengan perlakuan aerasi 0,4 dan 1,2
lmenit.kg bahan menunjukkan tingkat penurunan hingga minggu terakhir dan mendekati standar nilai CN kompos. Tingkat pemberian aerasi berpengaruh terhadap laju penurunan nilai CN. Dimana,
untuk campuran yang diberi perlakuan aerasi 0,4 lmenit.kg bahan tingkat penurunannya tidak setinggi campuran yang diberi perlakuan aerasi 1,2 lmenit.kg bahan. Pada perlakuan aerasi 0,4 lmenit.kg
bahan, hingga memasuki minggu keenam nilai CN masih diatas standar CN kompos. Untuk campuran dengan nilai CN awal 30 pada minggu keenam nilai CN nya 25,56, campuran dengan nilai
CN awal 40 memiliki nilai CN nya 24,41, dan campuran dengan nilai CN awal 50 pada minggu Gambar 15. Perubahan nilai CN pada aerasi 0,4 l menit.kg bahan
Gambar 16. Perubahan nilai CN pada aerasi 1,2 l menit.kg bahan
29 keenam nilai CN nya 21,91. Sedangkan perlakuan aerasi 1,2 lmenit.kg bahan, nilai CN akhirnya
telah berada pada standar CN kompos. Untuk yang nilai CN awal 30 pada minggu keenam nilai CN nya adalah 17,41. Untuk yang nilai CN awal 40 pada minggu keenam nilai CN nya adalah 17,46.
Untuk yang nilai CN awal 50 pada minggu keenam nilai CN nya masih 21,90. Khusus untuk campuran yang nilai CN awal 50 pada perlakuan aerasi 1,2 Lmenit.kg bahan, tingkat laju
penurunannya paling tinggi jika dibandingkan dengan yang lain. Jika dibandingkan dengan yang diberi perlakuan aerasi aktif maka tingkat penurunan nilai
CN pada kontrol Gambar 17 lebih landai. Pada perlakuan aerasi aktif terjadi perubahan nilai CN yang besar, pada perlakuan aerasi 0,4 lmenit.kg bahan perubahan terjadi pada minggu ke-2 dan
perlakuan aerasi 1,2 lmenit.kg bahan terjadi pada minggu ke-3. Data nilai CN selama pengomposan dapat dilihat pada Lampiran 8.
Perubahan yang terjadi pada nilai CN dipengaruhi oleh perubahan dari kadar karbon serta kadar nitrogen. Kadar karbon organik pada campuran yang terus menurun karena terdegradasi dan
kadar nitrogen yang cenderung konstan dan meningkat otomatis akan menyebabkan nilai CN menurun tiap minggunya. Pada proses pengomposan kandungan karbon organik akan terdegradasi
menjadi CO
2
, H
2
O, dan panas kalor hal ini menyebabkan penurunan nilai kadar karbon yang terkandung dalam kompos disetiap minggunya. Grafik penurunan kadar karbon dengan penambahan
aerasi 0,4 dan 1,2 lmenit.kg bahan dapat dilihat pada Gambar 18 dan 19. Gambar 17. Perubahan nilai CN pada kontrol
Gambar 18. Perubahan kadar karbon pada aerasi 0,4 l menit.kg bahan
30 Selama proses dekomposisi bahan organik, karbon akan terurai menjadi unit rantai yang
lebih pendek untuk digunakan mikroorganisme mencukupi energinya sehingga total karbon organik akan berkurang. Semakin cepat proses dekomposisi bahan organik tersebut, maka tingkat penurunan
karbon organiknya semain tinggi. Pada campuran bahan dengan CN awal 50 memliki persentasi kadar karbon organik awal paling tinggi kemudian diikuti dengan bahan CN awal 40 lalu yang
terendah bahan dengan CN awal 30. Pada saat proses pengomposan terlihat bahwa kadar karbon organik ketiga bahan tersebut terus mengalami penurunan. Setelah akhir pengomposan, terlihat bahwa
kadar karbon ketiga formulasi mendekati titik yang sama. Hal ini menandakan bahwa proses pendegradasian telah mendekati selesai. Tingkat penurunan kadar karbon organik tertinggi tentu
terjadi pada campuran bahan dengan CN awal 50. Hasil pengamatan kadar karbon organik pada perlakuan aerasi 0,4 dan 1,2 lmenit.kg bahan
hampir mengalami kesamaan yaitu tingkat penurunan kadar karbon organik tertinggi terjadi pada minggu pertama. Hal ini ditandai dengan tingkat kenaikan suhu tertinggi terjadi pada minggu pertama
pada masing-masing perlakuan. Sebab selama proses pendegradasian karbon organik terjadi pelepasan panas ke udara. Kemudian interaksi antara pemberian aerasi dengan pembedaan nilai CN awal hasil
yang tidak jauh berbeda. Pada perlakuan aerasi 0,4 lmenit.kg bahan, campuran bahan dengan CN awal 40 dan 50 memiliki tingkat penurunan yang lebih tinggi dbandingkan dengan campuran CN
awal 30. Pada perlakuan aerasi 1,2 lmenit.kg bahan pada minggu kedua menuju minggu ketiga, pada campuran CN awal 50 tetap, sedangkan pada campuran CN awal 40 terjadi penurunan yang rendah,
akan tetapi pada campuran awal 30 tingkat penurunannya stabil dan tingkat penurunannya cenderung rendah. Lalu pada minggu berikutnya terus mengalami penurunan hingga mencapai titik yang hampir
sama yang menandakan proses pengomposan hampir berakhir, yang juga ditandai dengan suhu yang terus stabil mendekati suhu ruang.
Gambar 20. Perubahan kadar karbon pada kontrol Gambar 19. Perubahan kadar karbon pada aerasi 1,2 l menit.kg bahan
31 Jika dibandingkan dengan grafik kontrol Gambar 20 pun tidak tampak perbedaan yang
signifikan. Hanya saja pada grafik penurunan kadar karbon pada kontrol unutk campuran awal 30 dan 40 lebih stabil jika dibandingkan dengan yang diberi aerasi aktif, sedangkan untuk campuran awal 50
terjadi penurunan yang cukup signifikan pada minggu kesatu. Data karbon organik selama pengomposan dapat dilihat pada Lampiran 6.
Unsur lain yang juga sangat penting dalam mempengaruhi proses pengomposan adalah kadar nitrogen N sebagai sumber zat pembangun sel pertumbuhan mikroorganisme. Jumlah nitrogen yang
terdapat dalam bahan co-composting bagas dan blotong ini lebih sedikit dibandingkan dengan kandungan karbon organiknya. Hasil analisa terhadap kadar nitrogen dalam bahan co-composting
bagas dan blotong dapat dilihat pada gambar 21 dan 22.
Hasil pengamatan kadar nitrogen pada perlakuan aerasi 0,4 dan 1,2 lmenit.kg bahan menunjukkan tingkat perubahan yang relatif stabil dan konstan. Pada perlakuan aerasi 0,4 lmenit.kg
bahan pada semua campuran baik itu CN awalnya 50, 40, ataupun 30 mengalami penurunan pada minggu pertama lalu mengalami kenaikan pada minggu ke-2 dan relatif stabil hingga minggu ke-6.
Hal ini disebabkan perombakan dan degradasi bahan organik oleh mikroorganisme dan pembentukan sel pertumbuhan oleh zat yang terkandung dalam nitrogen menjadikan jumlah mikroorganisme
Gambar 21. Perubahan kadar nitrogen pada aerasi 0,4 l menit.kg bahan
Gambar 22. Perubahan kadar nitrogen pada aerasi 1,2 l menit.kg bahan
32 meningkat. Secara tidak langsung jumlah nitrogen dalam bahan pengompos semakin meningkat dan
akhirnya perbandingan kandungan C dan N dalam bahan semakin menurun. Pada perlakuan aerasi 1,2 lmenit.kg bahan pada semua campuran baik itu CN awalnya 50, 40, ataupun 30 pada dua minggu
pertama stabil lalu mengalami kemainkan pada minggu berikutnya. Pada semua campuran perlakuan aerasi 0,4 dan 1,2 lmenit.kg bahan mengalami penurunan pada minggu terakhirnya dengan tingkat
penurunan yang sangat rendah. Data nitrogen selama pengomposan dapat dilihat pada Lampiran 7. Penurunan nilai CN hingga mencapai nilai CN standar kematangan bahan kompos
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu, kadar air, pH, pengaruh aerasi, ukuran bahan co- composting
, dan tinggi tumpukan kompos. Dilakukan pembuktian dengan menggunakan analisis varian Lampiran 9 melalui software SAS Statistical Analysis System dengan tiga taraf formulasi
berdasarkan nilai CN awal 30, 40, dan 50 dan dua taraf perlakuan aerasi yaitu aerasi 0,4 dan 1,2 lmenit.kg bahan. Berdasarkan, perhitungan statistik sidik ragam dengan taraf kepercayaan 95.
Menunjukkan bahwa faktor nilai CN awal dan aerasi pada pengomposan berpengaruh terhadap penurunan nilai CN awal, sehingga dilakukan uji lanjutan Duncan. Hasil perhitungan uji lanjutan
terhadap perlakuan nilai CN awal menunjukan campuran dengan nilai CN awal 50 berbeda nyata dari nilai CN 30 dan 40, namun antara campuran dengan nilai CN awal 30 dan 40 tidak berbeda
nyata yang menunjukkan nilai CN awal 30 dan 40 tidak memberikan pengaruh terhadap penurunan nilai CN yang terjadi selama pengomposan. Hal ini berkaitan dengan formulasi bahan baku pada
setiap nilai CN awal, dimana pada nilai CN awal 50 memiliki kandungan blotong dan bagas yang lebih seimbang, sehingga memberikan pengaruh terhadap pendegradasian bahan organik. Selain itu,
dilihat dari parameter pengukuran suhu dan pH mengalami peningkatan dibandingkan nilai CN awal 30 dan 40. Pada perlakuan penambahan aerasi 0.4dan 1.2 lmenit kg bahan, menunjukkan hasil
berbeda nyata terhadap penurunan nilai CN. Sedangkan dari analisia data sesuai rancangan percobaan menunjukkan bahwa faktor A aerasi dan B nilai CN awal belum berkaitan erat dan
memiliki interaksi yang belum berpengaruh terhadap perubahan nilai CN. Hasil uji sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 9. Uji beda dilakukan untuk membandingkan antara campuran yang diberi
perlakuan diberikan aerasi dengan campuran tanpa diberi perlakuan kontrol. Untuk nilai CN awal 30 dan 40 tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kompos kontrol dengan kompos yang diberi
perlakuan, sedangkan untuk yang nilai CN awalnya 50 memliki perbedaan yang nyata antara kompos kontrol dengan kompos yang diberi pelakuan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian aerasi
berpengaruh terhadap campuran yang memiliki nilai CN awal yang besar. Hasil uji beda dapat dilihat pada Lampiran 10
4.3.5. Perubahan Kadar Nitrat