Peran Perawat dalam Pemberian Edukasi pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan

PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN EDUKASI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
SKRIPSI OLEH
WAHYU FAJRIMI 111121012
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah_Nya yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis untuk dapat menyelasaikan skripsi penelitian ini dengan judul “Peran Perawat dalam Pemberian Edukasi pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan”.
Skripsi penelitian ini terlaksana karena arahan, masukan, dukungan dan koreksi dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S. Kp, MNS selaku pembantu dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Yesi Ariani, S. Kep, Ns, M. Kep selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dorongan secara moral, masukan, dan arahan yang sangat membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Ibu Rosina BR. Tarigan, S. Kep, Ns, Sp. KMB, CWCC, selaku penguji I dan Bapak Asrizal S.Kep, Ns, WOC (ET) N, selaku penguji II yang telah memberikan masukan serta saran dan yang telah memvalidasi intrumen penelitian ini.

5. Bapak Ikhsanudin A. H, Skp, MNS selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama saya menyelesaikan akademik di Fakultas Keperawatan USU.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan.
7. Ayah saya Drs. Sandarusin dan Ibu saya Emi Wati, S. pdi selaku orang tua penulis, terimakasih yang tak terhingga untuk Papa dan Mama yang senantiasa mencurahkan cinta dan kasih sayang serta dukungan yang besar kepada ananda selama ini. Terima kasih atas doa papa dan mama, kekuatan doa kalian adalah semangat untuk Ori. Semoga Allah senantiasa memberikan keimanan dan berkah umur untuk papa dan mama.
8. Suami saya tercinta Agus Irwanda, ST yang selalu memberikan kasih sayang dan motivasi kepada penulis sehingga mampu menghadapi segala hambatan dan rintangan yang penulis hadapi selama menyusun skripsi ini.
9. Adik-adik saya Hajrul Muttaqin, Nurul Amri, Annita Raihan, Desmi Sayati dan Muhammad Rizqi (cepat menyusul kakak ya), terimakasih atas motivasi dan kasih sayang yang sudah diberikan pada penulis.
10. Sahabat-sahabat saya yang selama ini menemani dikala suka dan duka, terimakasih untuk hari-hari yang dilewati, dan teman-teman seperjuangan saya angkatan 2011 di Fakultas Keperawatan USU.


11. Direktur Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan yang telah mengizinkan peneliti melakukan uji reliabilitas dan validitas.
12. Direktur Rumah Sakit H. Adam malik Medan yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan survey awal dan penelitian.
13. Kepala Ruangan dan para perawat RA1 dan RA2 yang telah membantu dan memberikan kemudahan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian. Akhir kata penulis berharap, skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang membutuhkan dan penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Medan, Februari 2013
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ............................................................................. i Prakata ................................................................................................. ii Daftar Isi ................................................................................................... .. v Abstrak ..................................................................................................... viii

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Pertanyaan Penelitian ...................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 7
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................ 7 1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 7 1.4 Manfaat penelitian .......................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus............................................................................ 10 2.1.1 Definisi ................................................................................. 10 2.1.2 Klasifikasi............................................................................. 11 2.1.3 Etiologi ................................................................................. 12 2.1.4 Patofisiologi.......................................................................... 13 2.1.5 Manifestasi Klinik................................................................ 14 2.1.6 Diagnosis ............................................................................. 15 2.1.7 Komplikasi........................................................................... 17 2.1.8 Penatalaksanaan ................................................................... 21 2.2 Peran Perawat ............................................................................... 30 2.2.1 Peran Care Giver (Pemberi Asuhan Keperawatan) ............. 31 2.2.2 Peran Client Advocate (Pembela Pasien)............................. 31 2.2.3 Peran Educator (Pendidik)................................................... 32 2.2.4 Peran Coordinator (Kordinator) .......................................... 32 2.2.5 Peran Collaborator (Kolaborasi) ......................................... 32 2.2.6 Peran Consultan (Konsultan)............................................... 32 2.2.7 Peran Change agen (Pembaharu) ........................................ 33 2.3 Pemberian Edukasi pada Klien..................................................... 33 2.3.1 Pengertian Edukasi .............................................................. 34 2.3.2 Standar Untuk Pendidikan Klien ......................................... 35 2.3.3 Tujuan Edukasi Pada Klien.................................................. 36 2.3.4 Proses Pendidikan Kesehatan pada Pasien .......................... 37 2.3.5 Hambatan dan Rintangan Perawat Sebagai Edukator.......... 41

BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian ..................................................................... 43 3.2 Definisi Operasional ..................................................................... 44
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian........................................................................... 46 4.2 Populasi dan sampel...................................................................... 46 4.2.1 Populasi ............................................................................... 46 4.2.2 Sampel ................................................................................. 46 4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 47 4.4 Pertimbangan Etik ........................................................................ 47 4.5 Instrumen Penelitian ..................................................................... 48 4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...................................... 49 4.7 Pengumpulan Data ....................................................................... 50 4.8 Analisa Data ................................................................................. 51

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 53 5.2 Pembahasan.................................................................................. 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ................................................................................... 68 6.2 Saran ............................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
a. Lembar Persetujuan Menjadi Responden b. Instrumen Penelitian c. Uji Validitas d. Uji Reliabilitas e. Data Hasil Penelitian f. Curiculum Vitae g. Surat Izin Survey Awal h. Surat Ijin Studi Pendahuluan i. Surat Ijin Penngumpulan Data j. Surat Selesai Melaksanakan Uji Validitas Dan Reliabilitas k. Surat Ijin Pengambilan Data l. Surat Selesai Penelitian

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi Operasional ..........................................................................45
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden Yang Mengalami Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruang Rawat Inap RSUP H. Adam Malik Medan ...........................................................................54
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Peran Perawat Dalam Pemberian Edukasi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Ruang Rawat Inap RSUP H. Adam Malik Medan ...........................................................55
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Peran Perawat Dalam Pemberian Edukasi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan Berdasarkan Jenis Materi.............................................56

Judul
Peneliti Nim Fakultas Tahun Akademik

: Peran Perawat dalam Pemberian Edukasi pada Pasien DM Tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan
: Wahyu Fajrimi : 111121012 : Keperawatan Sumatera Utara : 2011/2012

ABSTRAK

Peran perawat sebagai edukator sangat dibutuhkan oleh pasien DM tipe 2 karena merupakan penyakit kronis yang memerlukan perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Perencaan pemberian edukasi yang baik dan konfrehensif serta sesuai dengan kebutuhan pembelajaran pasien akan mengurangi biaya pelayanan kesehatan, dan meningkatkan kualitas pelayanan.

Penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi peran perawat dalam pemberian edukasi pada pasien DM tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan. Sebanyak 38 orang pasien DM tipe 2 yang sedang dirawat inap dan memenuhi kriteria penelitian direkrut menjadi responden dengan menggunakan teknik accidental sampling. Data dikumpulkan dari pasien dengan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden (92,1%) menyatakan peran perawat masih buruk dan hanya sebagian kecil responden (7,9%) yang menyatakan peran perawat baik. Dengan diketahuinya peran perawat dalam pemberian edukasi pada pasien DM tipe 2 ini diharapkan agar kinerja perawat ruangan dapat ditingkatkan lagi dengan cara memberikan pelatihan kepada para perawat tentang edukasi pada pasien DM tipe 2, kepala ruangan bersama perawat ruangan membuat format edukasi sesuai materi edukasi DM tipe 2, membuat jadwal pemberian edukasi secara teratur, dan mengevaluasi setiap edukasi yang telah diberikan sehingga dapat meningkatkan kualitas mutu pelayananan kesehatan yang diberikan.
Kata kunci : Peran Perawat, Edukasi, DM Tipe 2

Title
Researcher Nim Faculty Academic Year

: The Role of Nurses in Providing Patient Education in Type 2 Diabetes Mellitus in RSUP H. Adam Malik Medan
: Wahyu Fajrimi : 111121012 : Nursing North Sumatr : 2011/2012
ABSTACT

The role of the nurse as an educator is needed by patients with diabetes mellitus as a chronic disease that requires self-management behaviors that particular lifetime. Planning the provision of good education and konfrehensif and according to the learning needs of patients will reduce health care costs, and improve service quality.
This is a descriptive study aimed to identify the role of the nurse in the delivery of education in type 2 diabetes mellitus patients in RSUP H. Adam Malik Medan. A total of 38 people with diabetes mellitus type 2 patients who are hospitalized and met the study criteria were recruited respondents using accidental sampling technique. Data were collected from patients using a questionnaire.
The results showed that the majority of respondents (92.1%) stated that the role of nurses is still poor and only a minority of respondents (7.9%), which states the role of a good nurse. By knowing the role of the nurse in the delivery of education in patients with type 2 diabetes is expected that the performance can be improved further room nurses by providing training to nurses about education in patients with diabetes mellitus, the head of the room to make the format of education, educational administration schedule on a regular basis, and evaluate every education has been given so as to improve the quality of health care quality pelayananan given.

Keywords: Role of Nurses, Education, Type 2 Diabetes Mellitus

Judul
Peneliti Nim Fakultas Tahun Akademik


: Peran Perawat dalam Pemberian Edukasi pada Pasien DM Tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan
: Wahyu Fajrimi : 111121012 : Keperawatan Sumatera Utara : 2011/2012

ABSTRAK

Peran perawat sebagai edukator sangat dibutuhkan oleh pasien DM tipe 2 karena merupakan penyakit kronis yang memerlukan perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Perencaan pemberian edukasi yang baik dan konfrehensif serta sesuai dengan kebutuhan pembelajaran pasien akan mengurangi biaya pelayanan kesehatan, dan meningkatkan kualitas pelayanan.
Penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi peran perawat dalam pemberian edukasi pada pasien DM tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan. Sebanyak 38 orang pasien DM tipe 2 yang sedang dirawat inap dan memenuhi kriteria penelitian direkrut menjadi responden dengan menggunakan teknik accidental sampling. Data dikumpulkan dari pasien dengan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden (92,1%) menyatakan peran perawat masih buruk dan hanya sebagian kecil responden (7,9%) yang menyatakan peran perawat baik. Dengan diketahuinya peran perawat dalam pemberian edukasi pada pasien DM tipe 2 ini diharapkan agar kinerja perawat ruangan dapat ditingkatkan lagi dengan cara memberikan pelatihan kepada para perawat tentang edukasi pada pasien DM tipe 2, kepala ruangan bersama perawat ruangan membuat format edukasi sesuai materi edukasi DM tipe 2, membuat jadwal pemberian edukasi secara teratur, dan mengevaluasi setiap edukasi yang telah diberikan sehingga dapat meningkatkan kualitas mutu pelayananan kesehatan yang diberikan.
Kata kunci : Peran Perawat, Edukasi, DM Tipe 2

Title
Researcher Nim Faculty Academic Year

: The Role of Nurses in Providing Patient Education in Type 2 Diabetes Mellitus in RSUP H. Adam Malik Medan
: Wahyu Fajrimi : 111121012 : Nursing North Sumatr : 2011/2012
ABSTACT

The role of the nurse as an educator is needed by patients with diabetes mellitus as a chronic disease that requires self-management behaviors that particular lifetime. Planning the provision of good education and konfrehensif and according to the learning needs of patients will reduce health care costs, and improve service quality.
This is a descriptive study aimed to identify the role of the nurse in the delivery of education in type 2 diabetes mellitus patients in RSUP H. Adam Malik Medan. A total of 38 people with diabetes mellitus type 2 patients who are hospitalized and met the study criteria were recruited respondents using accidental sampling technique. Data were collected from patients using a questionnaire.
The results showed that the majority of respondents (92.1%) stated that the role of nurses is still poor and only a minority of respondents (7.9%), which states the role of a good nurse. By knowing the role of the nurse in the delivery of education in patients with type 2 diabetes is expected that the performance can be improved further room nurses by providing training to nurses about education in patients with diabetes mellitus, the head of the room to make the format of education, educational administration schedule on a regular basis, and evaluate every education has been given so as to improve the quality of health care quality pelayananan given.


Keywords: Role of Nurses, Education, Type 2 Diabetes Mellitus

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan sistemik pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. DM ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan glukosa darah) yang diakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin yang tidak efektif (Bobak, 2005).
Prevalensi penderita DM selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2010 memperkirakan sedikitnya 171 juta orang diseluruh dunia menderita DM dan diprediksikan akan meningkat dua kali, 366 juta jiwa tahun 2030. Indonesia merupakan urutan kelima di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes melitus terbanyak setelah Bangladesh, Bhutan, Cina, India yaitu sekitar 8,6% dari jumlah penduduk di Indonesia (Bustan, 2007).
Banyak cara yang dilakukan dalam mencegah dan memperbaiki kelangsungan hidup penderita penyakit DM ini, namun pada dasarnya cara utama penatalaksanaan tersebut ada 4 yaitu edukasi, perencanaan makananan, latihan jasmani, dan intervensi farmakologi.
Tujuan penatalaksanaannya meliputi tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek yaitu hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.

Tujuan jangka panjang yaitu tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit mikroangiopati dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan prilaku. Dalam pengelolaan penyakit tersebut selain dokter, ahli gizi dan tenaga kesehatan lain juga diperlukan peran penting perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan pada pasien DM (PERKENI, 2006).
Peran perawat menurut Hidayat (2007) merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang konstan.
Menanggapi hal ini keperawatan telah memberikan penekanan lebih pada peran perawat sebagai pendidik. Pengajaran, sebagai fungsi dari keperawata, telah dimasukkan dalam undang-undang praktek perawat dan dalam American nurses association standars of nursing praktice. Dengan demikian, pendidikan kesehatan dianggap sebagai fungsi mandiri dari praktik keperawatan dan merupakan tanggung jawab utama dari profesi keperawatan.
Pendidikan kesehatan merupakan komponen esensial dalam asuhan keperawatan dan diarahkan pada kegiatan meningkatkan, mempertahankan dan memulihkan status kesehatan, mencegah penyakit dan membantu individu untuk mengatasi efek sisa penyakit (Smeltzer & Bare, 2002).

Tujuan pendidikan kesehatan adalah membantu individu, keluarga, atau masyarakat untuk mencapai kesehatan yang optimal, mengurangi biaya kesehatan dan menurunkan beban bagi individu, keluarga dan komunitas, dan klien semakin menyadari kesehatan dan ingin dilibatkan dalam pemeliharaan kesehatan (Potter & Perry, 2009). Sedangkan menurut Smeltzer & Bare (2002) tujuan pendidikan kesehatan adalah mengajarkan orang untuk hidup dalam kondisi yang terbaik yaitu berusaha keras untuk mencapai tingkat kesehatan yang maksimum.
Peran perawat sebagai edukator sangat butuhkan oleh pasien DM tipe 2 karena DM merupakan sakit kronis yang memerlukan perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Diet, aktivitas fisik serta emosional dapat mempengaruhi pengendalian diabetes, maka pasien harus belajar untuk mengatur keseimbangan berbagai faktor. Pasien bukan hanya harus belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap hari guna menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki prilaku yang preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetik jangka panjang.
Dalam beberapa tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan program pendidikan dan pelatihan diabetes bagi pasien-pasien rawat jalan dengan bertambahnya dukungan finansal dari pihak ketiga. Meskipun demikian bagi sebagian pasien, satu-satunya jalan untuk memperoleh pendidikan tentang diabetes hanya terdapat selama perawatan di rumah sakit dan satu-satunya peluang bagi pasien untuk mempelajari keterampilan dalam melakukan

penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan menghindari komplikasi diabetes (Smeltzer & Bare, 2002).

Perencaan pemberian edukasi yang baik dan konfrehensif serta sesuai dengan kebutuhan pembelajaran pasien akan mengurangi biaya pelayanan kesehatan, dan meningkatkan kualitas pelayanan. Pemenuhan kebutuhan informasi klien dalam hal ini pendidikan kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Semakin tinggi tingkat keberhasilan pemberian pendidikan kesehatan yang diberikan atau semakin tinggi tingkat kepuasan pasien terhadap pendidikan kesehatan yang diberikan oleh perawat, maka semakin tinggi kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut (Bastable, 2002).
Banyak rumah sakit yang memiliki perawat spesialis dalam pendidikan dan penatalaksanaan diabetes. Namun demikian, karena dalam sebuah rumah sakit jumlah pasien diabetes disetiap unit cukup banyak, maka semua perawat memiliki peran yang sangat penting dalam megidentifikasi pasien-pasien diabetes, mengkaji keterampilan dalam melakukan perawatan mandiri, memberikan pendidikan dasar, menyegarkan kembali pengajaran yang pernah diterima, dan merujuk pasien untuk mendapatkan tindak lanjut setelah keluar dari rumah sakit (Smeltzer & Bare, 2002).
Penelitiaan De Weerdt (1989, dalam Sunaryo, Haryati & Welas, 2007) menyimpulkan bahwa pasien DM yang mendapat pendidikan kesehatan dan pelatihan dari perawat, tingkat pengetahuan, sikap dan perilakunya dalam

mengendalikan kadar glukosa darah, lebih baik dibanding pasien yang tidak mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari perawat.
Hasil survey awal peneliti di RSUP. H. Adam Malik Medan didapatkan pasien DM banyak di rawat di ruang Rindu A1 dan Rindu A2 dengan jumlah perawat sebagai pegawai tetap 39 orang dan jumlah rata-rata pasien DM tipe 2 dari bulan Januari sampai April yaitu 21 orang. Hasil wawancara dengan kepala ruangan peneliti mendapatkan informasi bahwa angka penyakit DM tipe 2 sebenarnya lebih dari itu. Akan tetapi pasien DM tipe 2 rata-rata masuk keruangan dengan komplikasi sehingga dokter jarang mengangkat diagnosa DM tipe 2 lagi tetapi komplikasinya itu yang dijadikan diagnosa medisnya. Peneliti juga mendapatkan informasi belum ada kegiatan pendidikan kesehatan bagi pasien DM tipe 2 yang terstruktur. Pendidikan kesehatan yang selama ini dilakukan tanpa persiapan atau spontan, biasanya dilakukan pada saat pasien akan dipulangkan saja, tidak memiliki format khusus untuk dokumentasi pendidikan kesehatan pada pasien DM tipe 2 dan perawat ruangannya belum pernah mendapatkan pelatihan untuk pendidikan kesehatan khusus untuk pasien DM tipe 2. Selanjutnya belum ada pengawasan ataupun evaluasi terhadap pelaksanaan pendidikan kesehatan tersebut. Dari Hasil wawancara terhadap 4 orang pasien DM tipe 2 yang sedang dirawat mendapatkan fakta bahwa perawat di rumah sakit masih jarang melakukan pendidikan kesehatan pada pasien, dan mereka kurang mengerti tentang penyakitnya.
Pemberian pendidikan kesehatan yang minimal dan tidak terstruktur tersebut, tak jarang menimbulkan masalah, antara lain; pasien mengeluh cemas

dan ketakutan tentang penyakitnya, banyak pasien yang kembali kerumah sakit dengan komplikasi atau keadaan penyakit yang semakin parah karena sebelumnya perawat tidak memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan penyakitnya selama dirumah dan sulitnya mengidentifikasi atau mengevaluasi pemberian pendidikan kesehatan secara tidak langsung karena dokumentasi yang tidak lengkap.
Hasil penelitian Gani (2010) mengenai tingkat pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus pada pasien diabetes di poli-endokrin departemen penyakit dalam, Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan adalah 24 (32%) orang responden mencapai tingkat pengetahuan yang kurang, 36 (48%) orang sedang, dan 15 (20%) orang responden baik. Kesimpulannya, pengetahuan pasien DM terhadap penyakitnya masih kurang.
Berdasarkan uraian masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang peran perawat dalam pemberian edukasi pada pasien DM tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.2 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran perawat dalam
pemberian edukasi pada pasien DM tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peran perawat dalam pemberian edukasi pada pasien DM tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Untuk mengidentifikasi data demografi pasien 2. Untuk mengidentifikasi peran perawat dalam pemberian edukasi pada
pasien DM tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan dengan materi edukasi DM tipe 2 yang bersifat dasar (tingkat awal) yang terdiri dari: a) Materi perjalanan penyakit DM tipe 2 b) Materi pentingnya pengendalian dan pemantauan DM tipe 2 c) Materi penyulit DM tipe 2 dan risikonya. d) Materi intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta
target perawatannya. e) Materi interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat

hipoglikemik oral.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini bermanfaat untuk peraktek keperawatan, pelayanan
Rumah Sakit, pasien DM tipe 2, pendidikan keperawatan, dan penelitian

keperawatan yang akan datang. Secara rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Peraktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang peran perawat edukator pada pasien saat ini, sehingga diharapkan bisa menjadi motivasi perawat untuk dapat melaksanakan perannya lebih baik lagi. 1.4.2 Pelayanan Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi pelayanan di rumah sakit khususnya di RSUP H. Adam Malik Medan untuk dapat meningkatkan efektifitas kerja perawat sehingga dapat meningkatkan kualitas mutu pelayananan kesehatan di rumah sakit tersebut. 1.4.3 Pasien DM Tipe II
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk pasien karena dimasa yang akan datang informasi atau pengetahuan yang diterima pasien DM dari perawat tentang penyakitnya lebih ditingkatkan. 1.4.4 Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan keperawatan mengenai sejauh mana peran perawat saat ini dalam pemberian edukasi pada pasien di lapangan praktek. Sehingga perkuliahan tentang edukasi pada pasien dapat lebih ditingkatkan.

1.4.5 Penelitian Keperawatan Yang Akan Datang Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan bagi
penelitian keperawatan selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut berhubungan dengan peran perawat dalam pemberian edukasi pada pasien DM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa aspek yang terkait dengan penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut:
2.1 Diabetes Melitus 2.1.1 Defenisi
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, DM merupakan suatu kelompok kelainan metabolik dengan kharakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (PERKENI, 2006). Sedangkan menurut WHO (2010) dikatakan bahwa DM merupakan suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.
DM juga didefenisikan suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskular dan neurologis (Riyadi, 2008).
Dalam buku lain DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Marrelli, 2008).


2.1.2 Klasifikasi
Ada beberapa tipe DM yang dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya. Klasifikasi diabetes yang utama yaitu:
a. DM Tipe I / Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) Pada tipe ini sel beta pankreas mengalami kerusakan akibat
terjadinya gangguan pada sistem imun tubuh, meningkatnya kerentanan sel beta terhadap virus atau sel beta mengalami degenerasi. Tipe I umumnya lebih sering ditemukan pada anak, dan sesuai dengan penyebabnya DM tipe I memerlukan suntikan insulin. b. DM Tipe II / Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)
Yaitu diabetes yang tidak tergantung insulin terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten) atau akibat penurunan jumlah sekresi insulin. Keberadaan insulin di dalam darah kurang atau tidak dapat dimanfaatkan. Lebih sering pada dewasa, kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik selama stres. c. DM Sekunder
Diabetes yang disebabkan oleh penyakit lain yang menyebabkan produksi insulin terganggu atau meningkatkan kadar gula darah. Penyakit yang dimaksud misalnya infeksi berat, radang pankreas, penggunaan kortikosteroid, dan kelainan hormonal.

d. Gastrointestinal Diabetes Melitus (GDM) Diabetes Gestational adalah jenis diabetes yang muncul pada saat
ibu hamil. Hal ini terjadi karena pengaruh beberapa hormon pada ibu hamil menyebabkan resisten terhadap insulin. Diabetes ini dapat ditemukan sekitar 2-5% dalam kehamilan. Umumnya gula darah kembali normal bila sudah melahirkan, tetapi resiko ibu terkena DM tipe II akan lebih besar (Smeltzer & Bare, 2002).
2.1.3 Etiologi
DM tipe I di tandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi yaitu adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing atau otoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan insulin endogen dan mungkin pula lingkungan (misalnya, infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta sehingga pankreas tidak dapat memproduksi insulin (Riyadi, 2008).
DM tipe 2 masih belum diketahui mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin karena DNA pada orang DM akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin, selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II antaralain usia,

karena umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun dengan cepat pada usia 40 tahun, penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin, umumnya resistensi insulin cendrung meningkat pada usia di atas 65 tahun), obesitas, gaya hidup, kelompok etnis, kebiasaan diet yang salah, kurang berolah raga, dan infeksi.
Diabetes gestasional disebabkan oleh hormon yang disekresikan plasenta dan menghambat kerja insulin sehingga melahirkan bayi besar dengan berat badan bayi lebih dari 4 kg (Smeltzer & Bare, 2002).
2.1.4 Patofisiologi
DM tipe 2 yang disebabkan oleh karena gangguan sekresi dan resistensi insulin, sehingga terjadi hiperglikemia karna glukosa tidak terukur oleh hati dan glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat masuk ke dalam sel dan tidak dapat disimpan di hati. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin, upaya pengenceran glukosa ini akan terjadi ekresi cairan dan elektrolit yang berlebihan dan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) sehingga pasien akan merasa haus dan banyak minum (polidipsia). Defesiensi insulin juga akan mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya kadar glukosa dalam sel (starvasi selluler) sehingga kaloripun berkurang yang dapat menyebabkan

kelelahan dan kelemahan. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton adalah asam yang menganggu keseimbangan asam basah tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton, dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma, bahkan kematian (Smeltzer & Bare, 2002).
2.1.5 Manifestasi klinik

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien DM tipe 2 yaitu: Poliuria (peningkatan pengeluaran urin), polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengkuti dehidrasi ekstrasel karena air intra sel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (Antideuretic hormone) dan menimbulkan rasa haus. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama, katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada diabetes kronik. Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi didaerah ginjal,

lipatan kulit dan dibawah payudara. Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama kandida. Kesemutan/kebas pada jari tangan dan kaki akibat terjadinya neuropati. Pada penderita DM tipe 2 regenerasi sel persyarafan mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel persyarafan terutama perifer mengalami kerusakan. Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal. Luka yang tidak sembuh-sembuh akibat bahan yang digunakan untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan dan pertumbuhan mikroorganisme yang cepat. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi karena pasien DM tipe 2 mengalami penurunan produksi hormon seksual akibat kerusakan testosteron dan sistem yang berperanan. Mata kabur yang disebabkan katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh hiperglikemia. Pada diabetes gestasional ibu sering melahirkan bayi diatas 4 kg (Riyadi, 2008 ).
2.1.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan kadar glukosa darah. Guna penentuan diagnosis DM tipe 2. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa darah secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh, vena dan kapiler tetap dapat digunakan dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan tujuan untuk pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler.

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya DM tipe 2 perlu diperkirakan apabila terdapat keluhan klasik DM tipe 2 seperti berikut:
a. Keluhan klasik DM tipe 2 berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
b. Keluhan lain dapat berupa: badan lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulvae pada wanita.
Diagnosis DM tipe 2 dapat ditegakkan melalui tiga cara. Pertama jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM tipe 2. Kedua dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa yang lebih mudah dilakukan, mudah diterima oleh pasien serta murah, sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk diagnosis DM tipe 2. Kadar glukosa plasma puasa >126 mg/dl, puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam. Ketiga dengan Test Toleransi Glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 gram glukosa lebih sensitif dan spesifik dibandingkan dengan pemeriksaan glukossa puasa, namun memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO >200 mg/dl (PERKENI, 2006).

2.1.7 Komplikasi
Jika gula darah tidak terkontrol dengan baik beberapa tahun kemudian akan timbul komplikasi. Komplikasi akibat diabetes yang timbul dapat berupa komplikasi akut dan kronis.
a. Komplikasi akut Adalah komplikasi yang muncul secara mendadak. Keadaan bisa
fatal jika tidak segera ditangani. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah: 1) Hipoglikemia (glukosa darah turun terlalu rendah)
Hipoglikemia adalah suatu keadaan di mana konsentrasi atau kadar gula di dalam darah terlalu rendah (240 mg/dl). Terdapat keton dalam urin, buang air kecil banyak hingga dehidrasi, napas berbau aseton, lemas hingga koma (Nabil, 2009).
Rehidrasi adalah penangan yang penting untuk mempertahankan perfusi jaringan. Pasien mungkin memerlukan 6-10 liter cairan infus, penggantian kalium 40 mEq kalium/jam (yang ditambahkan ke dalam cairan infus), dan pemberian insulin 5 unit per jam (Smeltzer & Bare, 2002). b. Komplikasi Kronik
Adalah komplikasi ini terjadi karena glukosa darah berada di atas normal berlangsung secara selama bertahun-tahun. Komplikasi timbul secara perlahan, kadang tidak diketahui, tetapi berangsur semakin berat dan membahayakan. Komplikasi kronik dapat berupa komplikasi makrovaskular seperti penyakit jantung koroner, pembuluh darah otak, dan mikrovaskular adalah retinopati, nefropati, neuropati (Tandra, 2007).

Kerusakan Saraf (neuropati diabetik), dalam jangka lama, glukosa darah yang tinggi akan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makanan ke saraf menyebabkan terjadinya kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik. Saraf yang telah rusak membuat penderita diabetes tidak dapat merasakan sensasi sakit, panas, dingin, pada tangan dan kaki. Pada penderita diabetes gangguan ereksi disebabkan oleh rusaknya urat saraf pada alat kelamin. Kesukaran pengosongan kandung kemih disebut dengan diabetic neurogenic bladder di mana bila kantung penuh tidak terasa, bila ingin berkemih juga tidak terasa.

Mata (Retinopati), penyakit diabetes dapat merusak mata dan menjadi penyebab kebutaan. Ada tiga macam disebabkan oleh diabetes yaitu retinopati, katarak, glukoma. Retinopati diabetik merupakan salah satu komplikasi yang serius. Diawali kerusakan pembuluh darah kapiler pada jaringan yang berfungsi sebagai sensor cahaya (retina). Gangguan pembuluh darah kapiler pada retina mata berupa melemahnya dinding pembuluh kapiler (Riyadi, 2008).
Penyakit Jantung, antara lain angina (nyeri dada), serangan jantung, tekanan darah tinggi, penyakit jantung. Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai darah berkurang dan tekanan darah meningkat (Tandra, 2007).

Kerusakan Ginjal (nefropati diabetik), adalah komplikasi pada ginjal yang dapat berakibat dengan gagal ginjal. Komplikasi ini ditemukan pada 35-45% penderita diabetes tipe I. Kerusakan saringan ginjal timbul akibat glukosa darah yang tinggi (umumnya di atas 200 mg/dl) dan dipengaruhi oleh tekanan darah yang tinggi (Nabil, 2009).
Kaki Diabetik, perubahan mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati menyebabkan perubahan pada ekstremitas bawah. Komplikasinya dapat terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, ganggren, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi syaraf sensorik dapat menunjang terjadinya trauma atau tidak terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan gangren (Riyadi, 2008).
2.1.8 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan klien dengan DM tipe 2 adalah menghilangkan keluhan/gejala, mempertahankan rasa nyaman dan sehat, mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi DM tipe 2 yang dideritanya, ia akan terhindar dari komplikasi DM tipe 2 (Rumahorbo, 1999).
Pengelolaan DM tipe 2 dimulai dengan pengaturan makan disertai dengan latihan jasmani yang cukup selama beberapa waktu (2-4 minggu). Bila setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan, baru dilakukan intervensi farmakologik dengan obat-obat anti diabetes oral atau suntikan insulin sesuai dengan indikasi. Dalam keadaan dekompensasi

metabolik berat, misalnya ketoasidosis, DM tipe 2 dengan stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, insulin dapat segera diberikan. Pada keadaan tertentu obat-obat anti diabetes juga dapat digunakan sesuai dengan indikasi dan dosis menurut petunjuk dokter. Pemantauan kadar glukosa darah bila dimungkinkan dapat dilakukan sendiri di rumah, setelah mendapat pelatihan khusus untuk itu (PERKENI, 2006).
Pilar penatalaksanaan DM tipe 2 yaitu terdiri dari:
a. Edukasi DM tipe 2 merupakan sakit kronis yang memerlukan perilaku
penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Diet, aktivitas fisik serta emosional dapat mempengaruhi pengendalian diabetes, maka pasien harus belajar untuk mengatur keseimbangan berbagai faktor. Pasien bukan hanya harus belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri setiap hari guna menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki prilaku yang preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetik jangka panjang (Smeltzer & Bare, 2002).
Diabetes Tipe 2 umumnya terjadi saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan prilaku, dibutuhkan edukasi.

Keberhasilan dalam mencapai perubahan perilaku, membutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.
Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi diabetes adalah: 1) Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari
terjadinya kecemasan 2) Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dari hal-hal yang
sederhana 3) Lakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan melakukan
simulasi 4) Diskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan keinginan

pasien. Berikan penjelasan secara sederhana dan lengkap tentang program pengobatan yang diperlukan oleh pasien dan diskusikan hasil pemeriksaan laboratorium. 5) Lakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan dapat diterima 6) Berikan motivasi dengan memberikan penghargaan 7) Libatkan keluarga/pendamping dalam proses edukasi 8) Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat pendidikan pasien dan keluarga 9) Gunakan alat bantu audio visual bila perlu (PERKENI, 2006).
Banyak rumah sakit yang memiliki perawat spesialis dalam pendidikan dan penatalaksanaan diabetes. Namun demikian, karna dalam

sebuah rumah sakit jumlah pasien diabetes disetiap unit cukup banyak, maka semua perawat memiliki peran yang sangat penting dalam megidentifikasi pasien-pasien diabetes, mengkaji keterampilan dalam melakukan perawatan mandiri, memberikan pendidikan dasar, menyegarkan kembali pengajaran yang perna diterima, dan merujuk pasien untuk mendapatkan tindak lanjut setelah keluar dari rumah sakit (Smeltzer & Bare, 2002).
Pendekatan umum untuk mengelola pendidikan DM tipe 2 adalah dengan membagi informasi dan keterampilan menjadi dua tipe utama yaitu:
1) Keterampilan Serta Informasi Yang Bersifat Dasar (Tingkat Awal) Informasi ini harus diajarkan pada setiap pasien yang baru di diagnosis sebagai penderita DM tipe 2 dan mendapatkan terapi insulin untuk pertama kalinya. Informasi bersifat dasar ini secara harafiah berarti pasien harus mengetahui bagaimana bertahan hidup yaitu dengan cara menghindari komplikasi hipoglikemia atau hiperglikemia yang berat setelah pulang dari rumah sakit (Smeltzer & Bare, 2002). Materi edukasi pada tingkat awal adalah: Perjalanan penyakit DM tipe 2, makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM tipe 2, penyulit DM tipe 2 dan risikonya, intervensi farmakologis dan non-farmakologis serta target perawatan, interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat hipoglikemik oral atau insulin serta

obat-obatan lain, cara pemantauan hasil glukosa darah serta pemahaman hasil glukosa darah dan urin mandiri, mengatasi sementara keadaan gawat darurat seperti rasa sakit atau hipoglikemia, pentingnya latihan jasmani yang teratur, masalah khusus yang dihadapi seperti hiperglikemia pada kehamilan, pentingnya perawatan kaki, dan cara mempergunakan fasilitas kesehatan (PERKENI, 2006).
Perawatan kaki harus dilakukan secara teratur yaitu dengan cara: a) Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki b) Periksa kaki setiap hari, dan laporkan pada dokter apabila ada
kulit terkelupas atau daerah kemerahan atau luka c) Periksa alas kaki sebelum memakainya d) Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, dan mengoleskan
krim pelembab ke kulit yang kering (PERKENI, 2006).
2) Pendidikan Tingkat Lanjut Pendidikan ini mencakup pengajaran yang lebih rinci tentang
keterampilan bertahan hidup disamping pendidikan tentang tindakan preventif untuk menghindari komplikasi DM tipe 2 jangka panjang. Dapat mencakup penggunaan berbagai metode alternatif pemberian insulin (Smeltzer & Bare, 2002).
Materi edukasi pada tingkat lanjut adalah: Mengenal dan mencegah penyulit akut DM tipe 2 (ketoasidosis diabetik,

hiperosmolar non ketotik, dan hipoglikemia), pengetahuan mengenai penyulit menahun DM tipe 2 (makroangiopati, mikroangiopati, dan neuropati), penatalaksanaan DM tipe 2 selama menderita penyakit lain, makan diluar rumah, rencana untuk kegiatan khusus, hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir tentang DM tipe 2, pemeliharaan/perawatan kaki.
Seperti halnya proses edukasi, perubahan perilaku memerlukan pengkajian, perencanaan yang baik, implementasi, dan evaluasi (PERKENI, 2006). b. Terapi Gizi Medis
Terapi gizi merupakan bagian dari penatalaksanaan DM tipe 2 secara total. Kunci keberhasilan terapi gizi medis adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim kesehatan dan pasien itu sendiri. Setiap pasien DM tipe 2 sebaiknya mendapat terapi gizi medis sesuai dengan kebutuhannya guna mencapai sasaran. Prinsipnya pengaturan makan pada penyandang DM tipe 2 yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Perlu ditekankan keteraturan jam makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin (PERKENI, 2006).
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein, dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut, Karbohidrat 60-70%, Protein 10-15%

dan Lemak 20-25%. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai dan mempertahankan berat badan idaman (Suryono, 2004).
Pilihan makanan untuk penyandang D