Rancangan Penelitian Hasil .1 Amonia

7 Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi Cibalagung, Bogor lalu diukur dengan menggunakan alat spektofotometer Apha, 1989 di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2.3.2 Tingkat Kelangsungan Hidup Survival Rate, SR

Tingkat kelangsungan hidup survival rate merupakan suatu parameter yang digunakan dalam pengukuran tingkat kelangsungan hidup suatu organisme. Dengan kata lain kelangsungan hidup adalah perbandingan antara jumlah ikan yang hidup pada akhir dan awal penelitian. Sehingga dengan demikian dapat diketahui dan dihitung jumlah ikan yang mati. SR = 100 No Nt × Keterangan : SR = Survival rate Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan No = Jumlah ikan pada saat awal Ekor

2.3.3 Laju Pertumbuhan Spesifik Specific Growth Rate, SGR

Laju pertumbuhan spesifik adalah persentase pertambahan berat ikan setiap harinya selama pemeliharaan berlangsung. Laju pertambahan harian ditunjukkan dalam satuan persen . SGR =       − 1 Wo Wt t × 100 Keterangan: SGR = Pertumbuhan spesifik Wt = Bobot rata-rata ikan saat akhir gram Wo = Bobot rata-rata ikan pada saat awal gram t = Waktu pemeliharaan ikan lele hari

2.4 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap RAL dengan 3 perlakuan, masing-masing diulang sebanyak 3 kali. Adapun perlakuan tersebut adalah sebagai berikut : • Penggunaan batu karang sebagai filter 8 • Penggunaan batu apung sebagai filter • Penggunaan batu split sebagai filter Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan populasi dan biomassa dilakukan analisis ragam menggunakan uji F, jika hasil berbeda nyata maka dilakukan uji Tukey. Model statistik yang digunakan Steel dan Torrie 1980 adalah sebagai berikut : Keterangan : Y ij = Hasil pengamatan µ = Rata-rata umum σ i = Pengaruh perlakuan ke-i ϵ ij = Pengaruh galat akibat perlakuan ke-i ulangan ke-j

2.5 Analisis Data

Data yang diperoleh berupa kualitas air dianalisis secara deskriptif dalam bentuk gambar dan grafik serta dilakukan uji sidik ragam ANOVA, apabila terjadi perbedaan yang nyata antar perlakuan dilakukan uji lanjut dengan uji LSD uji t menggunakan program SPSS versi 12.0. Y ij = µ + σ i + Є ij 9

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui bahwa pada perlakuan penggunaan batu apung pada undergravel filter mulai terjadi peningkatan nilai amonia tertinggi pada minggu ke-2 yakni sebesar 0,0270 ppm dan kembali stabil pada minggu ke-3 hingga akhir pemeliharaan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pada minggu ke-2 perlakuan batu apung menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan penggunaan batu split dan batu karang p 0,05 Lampiran 7. Pada perlakuan penggunaan batu karang pada undergravel filter nilai amonia tertinggi terdapat pada minggu ke-3 sebesar 0,0286 ppm. Sedangkan nilai amonia pada batu split cenderung rendah dengan kisaran 0,0004 – 0,0038 ppm Gambar 5. Gambar 5. Amonia pada media pemeliharaan

3.1.2 Nitrit

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter nitrit yang disajikan dalam bentuk grafik. Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa nilai nitrit pada media pemeliharaan ikan nila selama 0.00 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.10 1 2 3 4 A m m o n ia p p m Waktu Pemeliharaan Minggu ke- B. Karang B. Split B. Apung 10 masa pemeliharaan berkisar antara 0,015 ppm sampai dengan 2,208 ppm. Peningkatan nilai nitrit tertinggi terjadi pada minggu ke-2 dan menurun mulai minggu ke-3 dan seterusnya yang terdapat pada perlakuan penggunaan batu split yaitu sebesar 1,265 ppm Gambar 6. Berdasarkan hasil uji statistik tiap perlakuan menunjukkan hasil yang saling berbeda nyata pada minggu ke-0 p0,05, sedangkan pada minggu ke-1 batu karang berbeda nyata terhadap batu split dan batu apung p0,05 Lampiran 8. Gambar 6. Nitrit pada media pemeliharaan

3.1.3 Nitrat

Berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter nitrat yang disajikan pada grafik. Dari grafik di bawah dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai nitrat pada minggu ke-1, lalu mengalami penurunan pada minggu ke-2 dan pada minggu ke-4 mencapai nilai nitrat tertinggi pada tiap-tiap perlakuan. Nilai nitrat tertinggi terdapat pada minggu ke-4 dengan kisaran antara 0,680 – 0,752 ppm. Dan nilai nitrat terendah terdapat pada awal penebaran dengan kisaran 0,080 ppm sampai dengan 0,108 ppm Gambar 7. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terjadi perbedaan secara nyata dari masing-masing perlakuan dan ulangannya p0,05 Lampiran 9. 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 1 2 3 4 N it ri t p p m Waktu Pemeliharaan Minggu B. Karang B. Split B. Apung 11 Gambar 7. Nitrat pada media pemeliharaan

3.1.4 Oksigen Terlarut DO

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter oksigen terlarut DO yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik di bawah dapat diketahui bahwa nilai oksigen terlarut tertinggi terdapat pada awal penebaran kemudian terjadi fluktuasi nilai oksigen terlarut dalam media pemeliharaan. Nilai oksigen terlarut pada media pemeliharaan ikan nila selama masa pemeliharaan berkisar antara 3,3 – 6,1 mgl Gambar 8. Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan nyata p0,05 Lampiran 10. Gambar 8. Oksigen terlarut DO pada media pemeliharaan 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 1 2 3 4 N it rat p p m Waktu Pemeliharaan Minggu B. Karang B. Split B. Apung 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 1 2 3 4 O k si g e n T e rl ar u t m g l Waktu Pemeliharaan Minggu B. Karang B. Split B. Apung 12

3.1.5 Suhu

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter suhu yang disajikan dalam bentuk grafik. Selama masa pemeliharaan terjadi fluktuasi suhu pada media pemeliharaan ikan nila. Diketahui bahwa suhu pada media pemeliharaan ikan nila selama masa pemeliharaan berkisar antara 25,1 – 28,9 o C. Nilai suhu tertinggi terjadi pada minggu ke-3, kemudian kembali menurun pada minggu selanjutnya Gambar 9. Hasil Uji statistik menunjukkan tidak terjadi perbedaan nyata pada suhu p0,05 Lampiran 11. Gambar 9. Nilai suhu pada media pemeliharaan

3.1.6 Derajat Keasaman pH

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter derajat keasaman pH yang disajikan dalam bentuk grafik pada gambar di bawah. Dari grafik di bawah dapat diketahui bahwa derajat keasaman pada media pemeliharaan ikan nila selama masa pemeliharaan berkisar antara 5 – 8. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa di minggu ke-3 pada perlakuan batu apung dan batu split pada undergravel filter terjadi penurunan pH dan kembali terjadi peningkatan secara perlahan pada minggu berikutnya, sedangkan perlakuan batu karang terjadi peningkatan derajat keasaman pada minggu ke-3 namun kembali terjadi penurunan hingga akhir pemeliharaan Gambar 10. Hasil uji statistik yang dilakukan terjadi perbedaan nyata pada batu karang terhadap batu 23 24 25 26 27 28 29 30 1 2 3 4 S u h u o C Waktu Pemeliharaan Minggu B. Karang B. Split B. Apung 13 apung dan split pada minggu ke-0, minggu ke-1, minggu ke-2 dan minggu ke-4 p0,05. Pada minggu ke-3 terjadi perbedaan nyata terhadap tiap-tiap perlakuan p0,05 Lampiran 12. Gambar 10. Nilai pH pada media pemeliharaan

3.1.7 Laju Pertumbuhan Spesifik Spesifik Growth Rate, SGR

Laju pertumbuhan spesifik ikan nila yang dipelihara berkisar 3.94 – 4,05 Gambar 11. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan penggunaan batu pada undergravel filter tidak berpengaruh secara nyata pada laju pertumbuhan spesifik ikan nila P0,05 Lampiran 4. Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata Gambar 11. Pertumbuhan bobot harian atau spesifik growth rate 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 D e raj at k e as am an Waktu Pemeliharaan Minggu B. Karang B. Split B. Apung 3.99 ± 0.09 3.94 ± 0.06 4.05 ± 0.13 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 B. Karang B. Split B. Apung P e rt u m b u h an B o b o t H ar ian Perlakuan a a a 14

3.1.8 Tingkat Kelangsungan Hidup atau Survival Rate

Tingkat kelangsungan hidup ikan nila selama masa pemeliharaan berkisar antara 77,41 – 85,56 Gambar 12. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan batu pada undergravel filter tidak berpengaruh secara nyata pada tingkat kelangsungan hidup ikan nila P0,05 Lampiran 6. Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata Gambar 12. Tingkat kelangsungan hidup atau survival rate

3.2 Pembahasan