Tabel 7. Data Responden berdasarkan Jumlah Tanggungan
Jumlah Tanggungan
orang Jenis Kelompok
Total Persentase
Bersertifikat Tidak Bersertifikat
Jumlah Persentase
Jumlah Persentase
3 13
32,5 24
60 37
46,25 3- 5
24 60
13 32,5
37 46,25
5 3
7,5 3
7,5 6
7,5 Jumlah
40 100
40 100
80 100
Sumber : Data primer diolah 2011
Berdasarkan luas lahan organik yang diusahakan responden, diperoleh data bahwa untuk kelompok yang bersertifikat organik maupun yang tidak bersertifikat
organik sebagian besar memiliki lahan yang sempit yaitu kurang dari 0,25 ha. Responden dari kelompok bersertifikat organik, 62,5 memiliki lahan kurang dari 0,25
ha, 32,5 memiliki lahan antara 0,25 ha – 0,5 ha, 5 memiliki lahan antara 0,51 ha –
0,75 ha berjumlah, dan tak seorangpun dari responden yang memiliki lahan lebih dari 0,75 ha. Kepemilikan lahan dari responden yang tidak bersertifikat organik, 66,25
memiliki lahan kurang dari 0,25 ha, 31,25 memiliki lahan 0,26 ha – 0,50 ha, dan tak
satupun responden yang memiliki lahan lebih dari 0,5 ha. Kepemilihan lahan yang makin sempit ini berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani karena akan
menyebabkan kurang efisiennya usahatani yang diusahakan. Rata-rata luas lahan untuk kelompok bersertifikat organik adalah 0,24 ha sedangkan untuk petani yang belum
bersertifikat organik luas rata-rata adalah 0,19 ha. Apabila dilihat dari status kepemilikan lahan, semua lahan yang dimiliki responden merupakan lahan milik
sendiri. Sebagian besar responden mencukupi kebutuhan hidupnya dengan melakukan pekerjaan sampingan seperti menjadi buruh upah dan pedagang. Data lengkap
kepemilikan lahan sebagaimana tercantum dalam Tabel 8.
Tabel 8. Data Responden berdasarkan Kepemilikan Lahan
Luas Lahan ha
Jenis Kelompok Total
Persentase Bersertifikat
Tidak Bersertifikat Jumlah
Persentase Jumlah
Persentase
0,25 25
62,5 28
70 53
66,25 0,26
– 0,50 13
32,5 12
30 25
31,25 0,51
– 0,75 2
5 2
2,5 0,75
Jumlah 40
100 40
100 80
100 Sumber : Data primer diolah 2011
Petani organik yang telah bersertifikat maupun yang tidak bersertifikat memiliki perbedaan dari lamanya pengalaman dalam bertani organik. Dari responden yang
diamati, untuk kelompok yang telah bersertifikat organik, semua responden merupakan petani yang telah menerapkan pertanian organik lebih dari 3 tahun, sedangkan untuk
kelompok yang belum bersertifikat organik semua responden memiliki pengalaman bertani organik kurang dari 3 tahun.
4.3. Analisis Pendapatan Usahatani
4.3.1. Biaya Usahatani
Pendapatan usahatani sangat dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan, baik biaya variabel maupun biaya tetap. Komponen biaya variabel pada pertanian organik
yang bersertifikat maupun tidak bersertifikat adalah sama, yaitu mencakup biaya untuk pembelian benih, pupuk, pestisida nabatiorganik, dan tenaga kerja. Perhitungan biaya
variabel perhektar diperoleh dengan cara melakukan konversi dari biaya variabel dari setiap responden kedalam biaya perhektar, kemudian biaya variabel perhektar tersebut
dikalikan dengan banyaknya jumlah panen yang dilakukan petani dalam satu tahun, sehingga diperoleh total rata-rata biaya variabel pertahun perhektar. Berdasarkan data
rata-rata dari responden kelompok petani bersertifikat organik, komponen biaya variabel yang paling banyak adalah untuk pupuk yaitu Rp. 9.224.000hatahun atau 57,6 dari
total biaya variabel, tenaga kerja Rp. 5.960.000hatahun 37,3, pestisida nabati Rp. 743.400hatahun 4,6, dan biaya untuk benih sebesar Rp. 72.800hatahun 0,5.
Komponen biaya variabel dari kelompok yang tidak bersertifikat organik yang terbanyak adalah untuk pupuk yaitu Rp. 7.272.400hatahun atau 49 dari total biaya
variabel, biaya tenaga kerja Rp. 6.758.000hatahun 45,5, pestisida nabati Rp. 722.400hatahun 4,9 dan untuk benih sebesar Rp. 93.260hatahun 0,6.
Komponen biaya variabel untuk benih pada kedua kelompok menunjukkan bahwa kelompok bersertifikat organik mengeluarkan biaya yang lebih murah sebesar
Rp. 20.460hatahun dibandingkan kelompok yang tidak bersertifikat. Untuk komponen biaya pupuk, kelompok bersertifikat mengeluarkan biaya yang lebih besar dengan
perbedaan sebesar Rp. 1.951.600hatahun. Dominannya biaya pupuk pada kelompok bersertifikat organik adalah karena responden dari kelompok bersertifikat menggunakan
pupuk kandang dan pupuk hijauan, sedangkan kelompok yang tidak bersertifikat hanya menggunakan pupuk kandang. Komponen biaya pestisida nabatiorganik pada
kelompok bersertifikat mempunyai biaya yang sedikit lebih tinggi dari kelompok yang tidak bersertifikat yaitu Rp. 21.000hatahun. Komponen untuk biaya tenaga kerja,
terlihat bahwa kelompok tani tidak bersertifikat organik mengeluarkan biaya yang relatif lebih tinggi dari kelompok tani bersertifikat organik yakni sebesar Rp.
798.000hatahun. Data lengkap untuk biaya variabel rata-rata pada masing-masing kelompok adalah sebagaimana terdapat dalam Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata Biaya Variabelhektartahun
Komponen Biaya
Jenis Kelompok Perbedaan
Rpha tahun
Bersertifikat Tidak Bersertifikat
Jumlah Rphathn
Persentase Jumlah
Rphathn Persentase
Benih 72.800
0,5 93.260
0,6 20.460
Pupuk 9.224.000
57,6 7.272.400
49,0 1.951.600
Pestisida nabati
743.400 4,6
722.400 4,9
21.000 Tenaga kerja
5.960.000 37,3
6.758.000 45,5
- 798.000 Jumlah
16.000.200 100
14.846.060 100
1.154.140 Sumber : Data primer diolah 2011
Komponen biaya tetap untuk pertanian padi organik dalam penelitian mencakup biaya untuk sewa peralatan, penyusutan peralatan, pajak, dan biaya lahan. Berdasarkan
data rata-rata biaya tetap untuk kedua kelompok relatif sama, karena alat yang digunakan, sewa lahan, dan pajak lahan adalah relatif sama. Data lengkap biaya tetap
adalah seperti Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata Biaya Tetaphektartahun
Komponen biaya
Jenis kelompok Perbedaan
Rpha tahun
Bersertifikat Tidak bersertifikat
Jumlah Rphathn
Persentase Jumlah
Rphathn Persentase
Sewa lahan 6.928.000
76,6 6.928.000
76,6 Sewa
peralatan 1.000.000
11,1 995.000
11,0 5.000
Penyusutan peralatan
400.000 4,4
405.000 4,5
-5.000 Pajak
714.000 7,9
714.000 7,9
Jumlah 9.042.000
100 9.042.000
100 Sumber : Data primer diolah 2011
Komponen biaya tetap terbesar berasal dari sewa lahan menempati yakni Rp. 6.928.000hatahun atau 76,6. Biaya tetap lainnya adalah sewa peralatan sebesar Rp.
997.500hatahun atau 11 , pajak sebesar Rp. 714.000 atau 7,9 dan penyusutan paralatan sebesar Rp. 402.500hatahun atau 4,5.
Berdasarkan total keseluruhan biaya biaya variabel dan biaya tetap, untuk pertanian organik dari kelompok yang bersertifikat rata-rata mempunyai biaya total
sebesar Rp. 25.042.000hatahun, sedangkan untuk kelompok yang tidak bersertifikat sebesar Rp. 23.888.060hatahun, atau ada perbedaan biaya total sebesar
Rp. 1.154.140hatahun. Tabel 11 memperlihatkan total biayahatahun yang dikeluarkan oleh kedua kelompok.
Tabel 11. Total Biayahektartahun
Komponen Biaya
Jenis Kelompok Rata-rata
Rpha tahun
Bersertifikat Tidak Bersertifikat
Jumlah Rphathn
Persentase Jumlah
Rphathn Persentase
Biaya variabel
16.000.200 63,9
14.846.060 62,1
1.154.140 Biaya tetap
9.042.000 36,1
9.042.000 37,9
Jumlah 25.042.200
100 23.888.060
100 1.154.140
Sumber : Data primer diolah 2011