2.2.4. Pendapatan Usahatani
Pemenuhan kebutuhan hidup rumahtangga usahatani dicukupi dari pendapatan usahatani. Soeharjo dan Patong 1973 dalam Purba 2005 menyatakan bahwa
pendapatan adalah balas jasa dari kerjasama faktor- faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal dan jasa pengelolaan. Pendapatan usahatani tidak hanya berasal dari kegiatan
produksi saja tetapi dapat juga diperoleh dari hasil menyewakan atau menjual unsur- unsur produksi, misalnya menjual kelebihan alat-alat produksi, menyewakan lahan dan
lain sebagainya. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya yang dapat dirumuskan sebagai berikut Rahim dan Hastuti, 2007 :
�� = �� − ��
Keterangan : Pd = Pendapatan usahatani
TR = Total revenue total penerimaan TC = Total cost total biaya
Pendapatan usahatani yang diharapkan adalah yang memiliki nilai positif dan semakin besar nilainya semakin baik, meskipun besar pendapatan tidak selalu
mencerminkan efisiensi yang tinggi karena pendapatan yang besar mungkin juga diperoleh dari investasi yang jumlahnya besar pula. Pengukuran keberhasilan usahatani
biasanya dilakukan dengan melakukan analisis pendapatan usahatani. Analisis pendapatan usahatani dapat memberi gambaran keadaan aktual usahatani sehingga
dapat dievaluasi dengan perencanaan kegiatan usahatani pada masa yang akan datang. Analisis pendapatan usahatani diperlukan sebagai informasi untuk mengetahui keadaan
penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan.
2.2.5. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya RC Ratio Analysis
Menurut Soeharjo dan Patong 1973 dalam Purba 2005, pendapatan yang besar bukanlah sebagai petunjuk bahwa usahatani efisien. Suatu usahatani dikatakan
layak apabila memiliki tingkat efisiensi penerimaan yang diperoleh atas setiap biaya yang dikeluarkan hingga mencapai perbandingan tertentu. Kriteria kelayakan usahatani
dapat diukur dengan menggunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya RC ratio analysis yang didasarkan pada perhitungan secara finansial. Rahim dan Hastuti, 2007
analisis RC ratio merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya yang dapat dinyatakan dengan rumus :
a = R
C
Keterangan : a = RC ratio
R = Total Penerimaan C = Total Biaya
Analisis ini menunjukkan besar penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani. Semakin
besar nilai RC maka akan semakin besar pula penerimaan usahatani yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan atau usahatani dikatakan menguntungkan.
Kegiatan usahatani dikategorikan layak jika memiliki nilai RC ratio lebih besar dari satu, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan
penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya atau secara sederhana kegiatan usahatani menguntungkan. Sebaliknya kegiatan usahatani dikategorikan tidak layak jika
memiliki nilai RC ratio lebih kecil dari satu, yang artinya untuk setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil daripada
tambahan biaya atau kegiatan usahatani merugikan. Sedangkan untuk kegiatan usahatani yang memiliki nilai RC ratio sama dengan satu berarti kegiatan usahatani
berada pada keuntungan normal.
2.3. Sistem Sertifikasi Organik
Sertifikasi merupakan cara untuk memberikan jaminan produk yang dihasilkan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Sesuai dengan SNI sistem pangan organik,
sertifikasi didefinisikan sebagai prosedur dimana lembaga sertifikasi pemerintah atau lembaga sertifikasi yang diakui pemerintah memberikan jaminan tertulis atau yang
setara bahwa pangan atau sistem pengawasan pangan sesuai dengan persyaratan. Sertifikasi ini bertujuan untuk melindungi konsumen sekaligus produsen dari
perdagangan yang tidak fair, pemalsuan produk dan penggunaan label yang tidak benar. Dalam kenyataan yang ada di lapangan ada beberapa bentuk penjaminan yang
dilakukan produsen untuk produk organik yang dihasilkannya yaitu Self-claim, Second-