Tingkah Laku Dugong HASIL DAN PEMBAHASAN

SWI memiliki seekor mamalia laut dari jenis Dugong dugon Muller, 1776. Dugong ini berjenis kelamin betina dan diberi nama dugong. Menurut petugas kurator SWI, saat ini dugong tersebut berumur sekitar 8 tahun dan memiliki panjang tubuh 218 cm serta berat 169 kg. Dugong tersebut ditemukan pada tahun 2007 di perairan Buton, Sulawesi. Dugong tidak sengaja tersangkut pada jaring nelayan yang sedang melakukan operasi penangkapan ikan. Dugong tersebut diselamatkan dan dirawat oleh warga setempat untuk sementara, sampai akhirnya dibawa ke SWI.

4.2 Tingkah Laku Dugong

Hasil pengamatan awal menunjukkan pola tingkah laku harian dan definisi tingkah laku dugong. Pola tingkah laku harian dugong yang didapatkan ditampilkan dalam bentuk tabel Lampiran 4, sedangkan definisi tingkah laku ditampilkan dalam bentuk ethogram Lampiran 5. Berdasarkan hasil pengamatan awal, diambil keputusan untuk waktu untuk pengambilan data utama dilakukan pada dua waktu. Waktu pertama dilakukan pada jam 18:30-21:00 WIB untuk mewakili waktu malam dan kedua pada jam 06:00-09:00 WIB untuk mewakili waktu pagi dan siang. Waktu-waktu tersebut dipilih karena pada saat itu dugong melakukan tingkah laku yang dapat mewakili tingkah laku selama satu hari. Pengamatan tingkah laku pagi hari dilakukan selama 7 hari pengamatan, namun yang berhasil dianalisis hanya 6 hari pengamatan, yaitu 19, 26-27 Februari dan 4, 11-12 Maret 2010. Tiap hari pengamatan dilakukan 4 kali ulangan pengamatan dengan pola pengambilan data-istirahat bergilir setiap 15 menit. Hasil yang diperoleh berupa lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tingkah laku. Hasil tersebut kemudian dibuat persentase penggunaan waktu untuk melakukan tiap tingkah laku dugong terhadap keseluruhan waktu pengamatan. Persentase penggunaan waktu tingkah laku dugong dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase Penggunaan Waktu oleh Dugong Berdasarkan Tingkah Laku yang Ditunjukkan pada Pagi Hari dalam Tanggal Tingkah Laku I Md Mp FI FJ FMp FDMp DMp DJ J M B 19-Feb-10 75,26 - 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 23,89 0,00 0,85 26-Feb-10 59,17 - 3,33 0,19 0,17 0,00 0,00 0,00 0,00 31,11 5,83 0,19 27-Feb-10 43,36 - 30,72 0,00 0,00 0,25 0,28 2,36 0,19 22,67 0,00 0,17 4-Mar-10 50,28 - 9,42 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 38,22 1,86 0,22 11-Mar-10 38,22 - 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 61,64 0,00 0,14 12-Mar-10 36,89 - 0,00 0,22 0,22 0,00 0,00 0,00 0,00 48,86 13,39 0,42 Keterangan : B= Bernapas, M=Menggaruk, J=Jelajah, DJ= Defekasi-Jelajah, DMp=Defekasi- Makan permukaan, FDMp=Flatus-Defekasi-Makan permukaan, FMp=Flatus-Makan permukaan, FJ= Flatus-Jelajah, FI=Flatus-Istirahat, Mp=Makan Permukaan, Md= Makan Dasar, I=Istirahat Tabel 4 menunjukkan pada pagi hari dugong melakukan semua tingkah laku. Namun, kegiatan makan hanya dilakukan di permukaan. Hal ini disebabkan tidak adanya aktifitas pemberian pakan oleh petugas di pagi hari. Lamun yang dimakan adalah lamun sisa dari lamun yang diberikan hari sebelumnya. Tingkah laku makan permukaan terekam pada tanggal 26 Februari 3,33, 27 Februari 30,72 dan 4 Maret 2010 9,42. Persentase tingkah laku makan permukaan menunjukkan bahwa pada pagi hari dugong tidak terlalu aktif makan. Tingkah laku dugong untuk bernafas ke permukaan memiliki persentase penggunaan waktu antara 0,14-0,85. Tingkah laku yang tidak terlalu aktif di pagi hari dapat menghemat penggunaan udara dalam tubuh dibandingkan ketika aktifitas dugong lebih tinggi. Untuk tingkah laku flatus dan defekasi, umumnya dugong melakukannya bersamaan dengan tingkah laku lain. Pada pengamatan pagi hari didapatkan tingkah laku flatus-istirahat, flatus-jelajah, flatus-makan permukaan, flatus dan defekasi-Makan permukaan, defekasi-makan permukaan, defekasi-jelajah. Dugong melakukan tingkah laku flatus pada tanggal 26, 27 Februari 2010 dan 12 Maret 2010 serta melakukan tingkah laku defekasi pada tanggal 27 Februari 2010. Pagi hari, ditemukan dugong melakukan tingkah laku menggaruk. Dugong melakukan tingkah laku ini untuk menghilangkan bakteri ataupun kotoran yang menempel pada tubuhnya. Tingkah laku menggaruk dilakukan pada tanggal 26 Februari, 4 dan 12 Maret 2010. Tingkah laku istirahat dan jelajah cukup dominan ditemukan di pagi hari. Hal ini dapat dilihat dari persentase istirahat antara 36,89-75,26, sementara tingkah laku jelajah antara 23,89- 61,64. Tingkah laku istirahat dominan pada tanggal 19, 26 Februari dan 4 Maret 2010. Tingkah laku jelajah dominan pada tanggal 11 dan 12 Maret 2010. Tingkah laku istirahat yang cukup dominan di pagi hari menunjukkan bahwa dugong tidak terlalu aktif di pagi hari, sedangkan tingkah laku jelajah dilakukan pada saat ada penyelam membersihkan akuarium. Dua tingkah laku yang paling dominan adalah istirahat dan jelajah. Uji nilai tengah berpasangan dilakukan untuk melihat tipe tingkah laku yang dominan, dan hasilnya dapat dilihat di Tabel 4. Berdasarkan hasil uji ini diketahui bahwa dominasi tingkah laku istirahat tidak berbeda nyata dengan tingkah laku jelajah, sehingga diketahui bahwa tingkah laku yang dominan di pagi hari adalah tingkah laku istirahat dan jelajah. Tabel 4. Hasil Uji Nilai Tengah Berpasangan untuk Tingkah Laku Pagi Hari Hipotesis t-value t-tabel α P-Value Hasil H0 : I = J HI : I ≠ J 1,15 2,015 0,05 0,302 Terima H0 Pengamatan malam hari dilakukan sebanyak 7 hari pengamatan, yaitu 19, 25-26 Februari dan 4-5, 11-12 Maret 2010. Pengambilan dan pengolahan data tingkah laku malam hari sama dengan tingkah laku pagi hari. Persentase penggunaan waktu tingkah laku pada malam hari dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Persentase Penggunaan Waktu oleh Dugong Berdasarkan Tingkah Laku yang Ditunjukkan pada Malam Hari dalam Keterangan: B= Bernapas, M=Menggaruk, J=Jelajah, DMp=Defekasi-Makan permukaan, FDMp=Flatus-Defekasi-Makan permukaan, FJ= Flatus-Jelajah, FMp=Flatus-Makan permukaan, FI=Flatus-Istirahat, Mp=Makan Permukaan, Md= Makan Dasar, I=Istirahat Hasil pengamatan malam hari yang ditunjukkan pada Tabel 6 diketahui bahwa terdapat satu tingkah laku yang tidak dilakukan selama pengamatan malam hari yaitu tingkah laku menggaruk. Hal tersebut ditunjukkan dengan angka 0 pada tiap hari pengamatan. Tingkah laku flatus dan defekasi dilakukan berbarengan dengan tingkah laku yang lain, yaitu defekasi dan makan permukaan, flatus-defekasi dan makan permukaan, flatus dan jelajah, flatus dan istirahat, flatus dan makan permukaan. Tanggal Tingkah Laku I Md Mp FI FMp FJ FDMp DMp J M B 19-02-10 41,06 - 33,44 0,50 0,42 0,08 0,00 0,00 24,42 0,00 0,58 25-02-10 5,61 - 65,92 1,39 1,14 0,00 0,25 13,83 12,78 0,00 0,47 26-02-10 0,00 21,44 53,03 0,47 0,61 0,00 0,00 0,00 23,03 0,00 1,42 4-03-10 19,70 22,89 23,52 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 32,15 0,00 1,74 5-03-10 4,64 14,44 68,44 0,00 0,47 0,00 0,00 0,00 11,33 0,00 1,14 11-03-10 7,94 14,33 52,31 0,06 0,31 0,00 0,00 0,00 24,31 0,00 0,75 12-03-10 5,69 20,22 49,03 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 23,78 0,00 1,28 Dugong tidak melakukan tingkah laku flatus pada tanggal 4 dan 12 Maret 2010 dan tingkah laku defekasi hanya pada tanggal 25 Februari 2010. Rata-rata nilai persentase terbesar pada malam hari adalah pada tingkah laku makan permukaan 49,38 dan jelajah 21,69 . Uji nilai tengah dilakukan untuk melihat tingkah laku yang lebih mendominasi. Hasil uji nilai tengah dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Uji Nilai Tengah Berpasangan untuk Tingkah Laku Malam Hari Hipotesis t-value t-tabel α P-Value Hasil H0 : Mp = J HI : Mp ≠ J 3,18 1,943 0,05 0,019 Tolak H0 Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa makan permukaan berbeda secara nyata dengan jelajah dan nilai makan permukaan lebih besar dari jelajah, sehingga tingkah laku yang lebih dominan adalah makan permukaan. Hal ini menunjukkan bahwa dugong lebih aktif makan pada malam hari. Tingkah laku makan dilakukan dengan dua variasi yaitu makan permukaan dan makan dasar, variasi makan dengan disuapi oleh petugas tidak dilakukan karena pada malam hari tidak ada petugas yang bertugas untuk menyelam dan memberi makan. Pada tanggal 19 dan 25 Februari 2010, tidak ada tingkah laku makan dasar karena tidak adanya penjepit lamun yang tersedia. Pada tanggal 19 Februari dan 4 Maret 2010, persentase untuk tingkah laku makan lebih kecil dibandingkan pada hari lain. Hal ini disebabkan pada tanggal tersebut kesegaran lamun menurun, sehingga nafsu makan dugong pun ikut menurun. Kesegaran lamun menurun ketika menginjak hari kedua penyimpanan lamun di ruang penyimpanan. Tingkah laku lain yang teramati, adalah istirahat dan bernafas. Tingkah laku istirahat memiliki antara 4-20, kecuali pada tanggal 19 Februari 2010 yang mencapai 41,06. Tingkah laku mengambil nafas di permukaan antara 0,5-1,8, selain dengan tingkah laku bernafas untuk mendapatkan udara juga dilakukan pengambilan nafas ketika melakukan tingkah laku makan di permukaan. Hasil pengamatan menunjukkan dugong memiliki tujuh tingkah laku utama, yaitu makan, bernafas, istirahat, jelajah, menggaruk, flatus dan defekasi. Deskripsi secara lengkap dari tiap tingkah laku tersebut selama pengamatan ditunjukkan sebagai berikut: 1. Tingkah laku makan Tingkah laku makan merupakan kegiatan ketika dugong mengambil dan memasukkan pakan yang diberikan ke dalam tubuhnya. Pakan yang diberikan adalah lamun. Lamun yang diberikan berasal dari Banten. Lamun segar diantarkan setiap 2 hari sekali ke SWI. Lamun segar disimpan di dalam sebuah kolam air asin pada sebuah ruangan khusus. Ruangan tersebut menggunakan pengatur suhu ruangan sehingga suhu ruangan stabil. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi resiko lamun membusuk. Lamun yang diberikan sebagian besar terdiri dari jenis Syringodium isoetifolium, terdapat sebagian kecil terdapat lamun dari genus Cymodocea dan Halodule. Lamun yang terbanyak dikonsumsi adalah dari jenis S. isoetifolium. Hal tersebut terlihat dari hasil pembersihan sisa pakan yang diberikan. Sisa pakan didominasi oleh lamun dari selain jenis S. isoetifolium. Pakan diberikan dalam sehari sebanyak 20 kg lamun. Lamun sebanyak 20 kg itu diberikan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 4 kali dalam sehari. Pola pemberian pakan pada dugong dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pola Pemberian Pakan pada Dugong No Waktu Pukul WIB Bobot kg Cara Pemberian Pakan 1. Pagi 09.15 4 1 kg disuapi oleh petugas feeding show, 3 kg di letakkan didasar akuarium 2. Siang 11.30 4 1 kg disuapi oleh petugas feeding show, 3 kg diletakkan di dasar akuarium 3. Sore 14.30 4 1 kg disuapi oleh petugas feeding show, 3 kg diletakkan di dasar akuarium 4. Malam 18.00 8 Diletakkan di permukaan Tabel 7 menunjukkan pola pemberian pakan dugong yang dibagi menjadi 4 periode. Pada waktu malam, lamun yang diberikan jumlahnya lebih banyak. Hal ini dikarenakan dugong lebih aktif pada malam hari. Lamun yang diberikan pagi, siang dan sore seringkali tidak langsung dihabiskan tetapi dibiarkan mengambang di permukaan air dan baru dimakan ketika malam. Tabel 7 selain menunjukkan frekuensi pemberian pakan juga dapat dilihat variasi pemberian pakan. Variasi pertama, disuapi oleh petugas pada pertunjukan pemberian pakan feeding show. Kedua, pakan yang diberikan diletakkan di dasar. Ketiga, pakan yang diberikan diletakkan di permukaan air. Variasi pertama dan ketiga merupakan bentuk adaptasi pada lingkungan buatan, sedangkan variasi kedua merupakan tingkah laku yang sesuai di habitat alami. Variasi dalam pemberian pakan tersebut menyebabkan ada tiga pola tingkah laku makan yang ditunjukkan oleh dugong. Variasi pertama berupa disuapi oleh petugas yang menyelam di dalam akuarium, yang merupakan bentuk penyesuaian dari dugong dengan lingkungan buatan dan merupakan hasil pelatihan para petugas kurator SWI. Tingkah laku pada variasi ini diawali dengan adanya petugas yang menyelam dengan membawa sebuah kantong berisikan lamun. Dugong yang mengetahui hal tersebut kemudian berenang mendekati petugas. Petugas memberikan pakan yang berada di dalam kantong secara langsung dengan tangannya. Dugong mengambil lamun yang diberikan petugas dan mengunyahnya sampai habis. Dugong menahan nafas ketika makan sekitar 3- 5 menit, setelah itu dugong akan ke permukaan untuk mengambil nafas. Tingkah laku makan dengan cara disuapi oleh petugas dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Tingkah Laku Makan dengan Disuapi oleh Petugas Variasi kedua adalah tingkah laku makan dengan lamun diletakkan di dasar. Lamun diikat dengan penjepit dan diberi pemberat, sehingga lamun tenggelam ke dasar perairan. Variasi ini merupakan usaha penyesuaian dengan habitat alami dugong, dimana lamun yang merupakan makanan dugong tumbuh di dasar perairan. Tingkah laku makan dasar dugong dimulai dengan menyelam ke dasar akuarium yang didahului gerakan kepala menunduk ke arah dasar dan dibantu dengan gaya dorong dari gerakan mengepakkan ekor. Arah penyelaman diatur oleh kedua tungkai depan. Di dasar akuarium dugong melakukan pencarian dengan menggunakan bibir dan bulu-bulu disekitarnya untuk mendeteksi keberadaan makanan. Posisi tubuh dari dugong adalah bagian bibir menyentuh dasar dengan ekor diangkat dan tubuh membentuk sudut sekitar 30° dengan dasar. Ketika memakan lamun yang di dasar, kepala dan tubuh dugong ditopang oleh kedua tungkai depan dan ekor menyentuh dasar. Lamun diambil dengan menggunakan gigi yang kemudian dikunyah untuk memudahkan masuk ke dalam tenggorokan. Tingkah laku makan dengan lamun di dasar dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Tingkah Laku Makan dengan Lamun di Dasar Perairan Dugong yang merupakan hewan mamalia yang bernafas dengan paru-paru, sehingga ketika melakukan makan di dasar harus menahan nafas dan pada waktu tertentu akan mengambil nafas ke permukaan. Dugong dapat menahan nafas selama 3-5 menit selama makan, kemudian akan mengambil nafas ke permukaan. Pergerakan dugong ketika mengambil nafas ke permukaan selama melakukan tingkah laku makan di dasar dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Pergerakan Dugong di Dalam Akuarium Selama Makan Dasar Tampak Atas Gambar 8a memperlihatkan dugong bergerak dari sumber makanan ke arah bagian belakang akuarium dan kemudian memutari tiang yang berada di dalam akuarium dan kemudian mendekati sumber makanan kembali. Gambar 8b menggambarkan dugong bergerak ke arah kiri depan akuarium yang kemudian berputar kembali menuju sumber makanan. Gambar 8c, dugong bergerak ke arah kiri depan akuarium yang kemudian berputar kembali ke arah sumber makanan. Gambar 8d, dugong bergerak ke arah kanan belakang akuarium menuju bagian tengah belakang dan kembali ke arah sumber makanan. Gambar 8e, dugong bergerak sedikit ke arah kanan belakang dan langsung berputar kembali ke sumber makanan. Secara keseluruhan diketahui dugong membuat sebuah gerakan berputar 360° searah dengan jarum jam terhadap sumber makanan. Selama proses pergerakan ini dugong juga bergerak secara vertikal ke permukaan untuk a b c d e Keterangan : Lamun di Dasar Lamun di Permukaan Arah Gerak Tiang mengambil nafas dengan intensitas 2-3 kali selama melakukan pergerakan tersebut. Variasi ketiga adalah tingkah laku makan dengan lamun diletakkan di permukaan perairan. Lamun diberikan dengan cara diletakkan di permukaan air. Variasi ini merupakan adaptasi dengan lingkungan buatan. Pakan yang mengapung di permukaan tersebut karena keterbatasan penjepit sehingga tidak semua lamun dapat dijepit dan diletakkan di dasar ataupun lamun yang terlepas dari penjepit kemudian mengapung di permukaan. Tingkah laku makan dengan pakan di permukaan air diawali dengan berenang ke permukaan. Posisi kepala menghadap ke permukaan dan tubuh didorong ke atas oleh gerakan ekor. Makanan di permukaan diambil dengan menggunakan mulut. Lamun dikunyah di dalam air. Setelah selesai mengunyah, dugong kembali ke permukaan untuk mengambil makanan dan terus berlanjut sampai dugong lelah atau makanan habis. Tingkah laku makan dengan lamun di permukaan dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Tingkah Laku Makan dengan Lamun di Permukaan Air Berbeda dengan tingkah laku makan di dasar, ketika melakukan tingkah laku makan di permukaan dugong tidak melakukan tingkah laku mengambil nafas secara khusus. Hal ini disebabkan, ketika mengambil lamun di permukaan, dugong juga sekaligus mengambil nafas dari udara bebas. Selama melakukan tingkah laku ini, dugong juga melakukan pergerakan. Pergerakan dugong pada tingkah laku ini dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Pergerakan Dugong di Dalam Akuarium Selama Makan Permukaan Tampak Atas d e g h i j k f a b c Keterangan : Lamun di Dasar Lamun di Permukaan Arah Gerak Tiang Gambar 10a menunjukkan dugong bergerak menjauh dari sumber makanan lamun melalui sebelah kiri akuarium, kemudian dugong bergerak ke arah kanan dan berputar mendekati sumber makanan kembali. Pada Gambar 10b, dugong bergerak dari bagian kiri belakang akuarium ke arah tiang dalam akuarium dan kemudian berbelok kanan mendekati sumber makanan. Gambar 10c, dugong bergerak menjauhi sumber makanan ke arah tiang yang kemudian memutari tiang dan kembali ke arah sumber makanan. Gambar 10d menunjukkan dugong bergerak menjauhi lamun dan memutar ke sebelah kanan mendekati lamun kembali. Gambar 10e, pada saat lamun di dasar habis dugong yang masih lapar segera bergerak mendekati lamun dipermukaan dan bergerak memutar setengah lingkaran arah kanan ke arah lamun di permukaan. Gambar 10f, dugong bergerak ke arah kiri akuarium mendekati lamun. Gambar 10g memperlihatkan pergerakan dugong dimulai dari dekat tiang dalam akuarium memutarinya kemudian bergerak mendekati lamun. Gambar 10h, dugong bergerak dari tengah akuarium bergerak ke arah belakang kemudian memutar ke arah kiri menuju lamun. Gambar 10i, dugong bergerak dari bagian belakang akuarium melalui tengah akuarium menuju lamun. Gambar 10j, dugong bergerak dari bagian belakang akuarium ke arah kiri akuarium kemudian berbelok ke kiri menuju tengah akuarium dan berbelok lagi ke kanan menuju lamun. Gambar 10k, dugong bergerak dari bagian kiri akuarium ke arah tengah kemudian memutar ke kanan menuju lamun. Pergerakan dugong pada saat makan permukaan berbeda dengan pergerakan selama makan di dasar. Pergerakan dugong lebih bervariasi dan kurang teratur. Pada gambar 10 terdapat dua perbedaan utama pergerakan dugong. Pertama, dugong bergerak dengan orientasi lamun berada di sebelah kanan dugong, ditunjukkan pada Gambar 10 a, b, c, d, e, g, i, j dan k. Kedua, dugong bergerak dengan orientasi lamun berada di sebelah kiri dugong, ditunjukkan pada Gambar 10 f dan h. Tingkah laku makan yang dominan adalah tingkah laku makan dengan makanan yang berada di permukaan air. Hal ini disebabkan karena lamun yang diberikan sebagian besar akan mengapung di permukaan. Pakan yang mengapung di permukaan tersebut karena keterbatasan penjepit sehingga tidak semua lamun dapat dijepit dan diletakkan di dasar ataupun lamun yang terlepas dari penjepit kemudian mengapung di permukaan. 2. Bernafas Dugong merupakan salah satu dari jenis mamalia, sehingga dugong bernafas dengan menggunakan paru-paru. Dugong hidup di dalam air, sedangkan paru-paru tidak dapat mengambil oksigen yang ada di dalam air. Oleh karena itu, dibutuhkan adaptasi untuk menghadapi kondisi tersebut. Dugong harus bergerak ke permukaan untuk bernafas. Proses tersebut dibantu oleh adanya organ hidung yang berada bagian depan atas dari kepalanya. Hidung dilengkapi dengan penutup sehingga ketika menyelam air tidak dapat masuk ke dalam saluran pernafasan. Tingkah laku ini diawali dengan pergerakan dugong ke permukaan air dengan kepala menghadap permukaan air dan tubuh didorong oleh gerakan ekor. Dugong mengeluarkan lubang hidung ke atas permukaan air dan membuka penutup hidung untuk melakukan pertukaran sisa pernafasan dengan udara segar. Dugong kembali menyelam dan kembali bernafas dengan frekuensi tiap 3-5 menit sekali. Tingkah laku bernafas di permukaan dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Tingkah Laku Bernafas 3. Istirahat Tingkah laku istirahat adalah tingkah laku dugong melakukan kegiatan berdiam diri di dalam akuarium. Istirahat dilakukan dalam beberapa posisi tubuh. Pertama, meletakkan seluruh tubuh di dasar. Kedua, posisi kepala disandarkan ke bagian dinding dan ekor di dasar. Ketiga, berdiam diri di kolom perairan. Tingkah laku istirahat dugong dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12. Tingkah Laku Istirahat Tingkah laku istirahat dominan dilakukan pada siang hari sedangkan malam hari dugong dominan melakukan aktivitas makan. Dugong termasuk hewan yang aktif di malam hari nokturnal, selain itu merupakan hewan yang pemalu sehingga ketika siang hari banyak pengunjung dugong lebih banyak berdiam diri di bagian belakang akuarium yang lebih gelap. Dugong merupakan mamalia yang bernafas dengan paru-paru, sehingga secara berkala 3-5 menit sekali ketika beristirahat dugong akan ke permukaan untuk bernafas. 4. Jelajah Jelajah adalah tingkah laku berenang dan menyelam mengelilingi kolom akuarium. Tingkah laku ini dibantu pergerakan ekor untuk gaya dorongnya, sedangkan pergerakan tungkai depan dan kepala membantu mengatur arah renang. Bentuk tubuh dugong yang streamline juga memudahkan pergerakannya di dalam air. Dugong dapat berenang dengan kecepatan 8-10 kmjam Grzimek, 1975. Tingkah laku jelajah dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13. Tingkah Laku Jelajah Tingkah laku jelajah yang dilakukan dugong memiliki beberapa fungsi, seperti untuk mengambil nafas ke permukaan saat makan di dasar, untuk mencari makanan, untuk menjaga wilayahnya dan sebagainya. Saat berjelajah terkadang dugong melakukan gerakan badan berputar, hal tersebut dilakukan untuk membantu proses pencernaan. 5. Menggaruk Tingkah laku menggaruk adalah kegiatan dari dugong yang menggesek- gesekkan badannya ke dasar perairan ataupun dinding akuarium. Bagian yang digesekkan didominasi bagian punggung dari dugong. Tingkah laku menggaruk dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14. Tingkah Laku Menggaruk Menurut petugas kurator, dugong melakukan tingkah laku ini untuk membantu membersihkan tubuhnya dari jamur ataupun bakteri yang menempel di tubuhnya. Menurut Marsh 1997, dugong menggosokkan punggungnya untuk membersihkan dari parasit dan teritip yang menempel. Tingkah laku ini dominan dilakukan di pagi hari. Hal ini terjadi karena kotoran dari hari sebelumnya menumpuk di pagi hari, sebelum dibersihkan oleh petugas. 6. Flatus Tingkah laku flatus merupakan kejadian dimana dugong mengeluarkan gas dari anusnya. Tingkah laku flatus tidak dilakukan secara khusus, namun tingkah laku ini dilakukan berbarengan dengan tingkah laku lain. Misal, dugong flatus ketika beristirahat. Waktu untuk melakukan tingkah laku flatus, tergantung banyaknya gas yang dikeluarkan. Menurut kurator, intensitas flatus menjadi patokan dalam melihat kondisi kesehatan dugong. Jika dalam sehari dugong flatus dengan intensitas yang tinggi tidak disebutkan jumlahnya maka diindikasikan kesehatan dugong menurun. Selain flatus terus-menerus jika dugong sakit maka dia akan banyak mengambang di permukaan. Tingkah laku flatus dugong dapat dilihat pada Gambar 15, daerah yang dibatasi garis merah menunjukkan gas yang dikeluarkan oleh dugong. Gambar 15. Tingkah laku flatus 7. Defekasi Buang Kotoran Sisa pencernaan yang tidak terpakai akan dibuang berupa kotoran melalui anus. Proses pembuangan kotoran sisa pencernaan melalui anus ini disebut defekasi. Tingkah laku defekasi serupa dengan dengan tingkah laku flatus, yaitu tidak dilakukan secara khusus. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan tingkah laku ini tergantung dari banyaknya kotoran yang dikeluarkan. Jika dalam keadaan sehat, maka dugong akan mengeluarkan kotoran berupa padatan. Jika dalam keadaan sakit, maka dugong akan mengeluarkan kotoran berupa cairan diare. Tingkah laku defekasi dugong dapat dilihat pada Gambar 16, lingkaran merah menunjukkan kotoran yang keluar dari anus dugong. Gambar 16. Tingkah laku defekasi

4.3. Karakteristik Suara Dugong