disukai adalah Halodule uninervis, H. pinifolia, Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis, H. spinulosa, Cymodocea rotundata, C. serrulata, Thalassia
hemprichii dan Zostera capricorni. Azkab 1998 menjelaskan bahwa morfologi bagian mulut menunjukkan
bahwa dugong adalah pemakan dasar. Kepala dugong bulat dan besar, sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan menjadi pemakan tumbuhan dasar perairan.
Hidung ke bawah sehingga moncongnya mendatar. Pada bagian moncong rostrum terdapat penebalan kulit. Bulu-bulu pada hidung tumbuh dengan baik
dan diperkirakan sebagai sensor lokasi lamun. Gigi premaxilla dugong lebih besar, panjang dan tinggi. Lambung dugong mempunyai banyak bakteri untuk
menghancurkan dinding sel lamun. Panjang usus dewasa mencapai 30 meter. Dugong mempunyai kebiasaan makan yang rakus, dugong dewasa dapat
menghabiskan 25-30 kg lamun basah tiap harinya. Dugong yang terdapat di Ancol menghabiskan 30-40 kg lamun basah tiap harinya dan di kolam
penampungan di Australia dapat menghabiskan 50-55 kg lamun basah per hari Azkab, 1998.
2.2 Tingkah Laku Dugong
Dugong merupakan hewan yang pemalu. Di habitat alami, sulit sekali menemukannya. Hal itu terjadi karena saat dugong merasa ada gangguan ataupun
kehadiran sesuatu yang lain di sekitarnya, maka dengan cepat dugong akan menyelam menghilang di antara padang lamun atau pergi menjauh Grzimek,
1975. Dugong merupakan hewan mamalia yang bernafas menggunakan paru-
paru, sehingga dugong harus selalu mengambil nafas ke permukaan. Menurut
Jefferson et al.. 1994, dugong memiliki kemampuan menahan nafas ketika menyelam selama 8 menit. Pengambilan nafas dilakukan dengan menggunakan
dua lubang hidung yang terdapat pada moncong mulutnya sekitar 2 detik Grzimek, 1975.
Dugong memakan lamun yang berada di dasar perairan, sehingga dugong termasuk dalam hewan air pemakan dasar perairan. Dugong juga termasuk hewan
yang makan di malam hari. Perilaku makan dari dugong adalah dengan menyapu padang lamun dengan memanfaatkan bentuk kepalanya Jefferson et al., 1994.
Menurut Grzimek 1975, dugong dapat berenang dengan kecepatan 8-10 kmjam. Dugong berenang dengan gerakan mengombak ekor dan tubuhnya ke
atas dan ke bawah untuk membuat gaya dorong ke depan. Pengaturan arah berenang menggunakan kepala dan flipper-nya.
2.3
Bioakustik
Gelombang cahaya memiliki keterbatasan jarak merambat di dalam air, terutama di daerah yang mengandung partikel terlarut yang padat. Hal tersebut
mengurangi kemampuan melihat yang memanfaatkan gelombang cahaya. Oleh karena itu, biota air harus mempunyai kemampuan lain untuk mengetahui kondisi
sekitar, berkomunikasi dan mengetahui posisi mangsa atau pemangsa. Menurut MacLennan 1992, gelombang suara dapat merambat di dalam
air lebih baik daripada gelombang cahaya. Kemampuan gelombang suara tersebut dimanfaatkan oleh biota-biota air untuk mengetahui kondisi sekitar, komunikasi
dan mengetahui posisi mangsa atau pemangsa. Oleh karena itu, biota-biota air mempunyai organ-organ khusus yang dapat menghasilkan suara dan menangkap
suara.
2.4 Karakteristik Suara Mamalia Laut