Alat dan Bahan Penelitian Jenis Data yang Dikumpulkan Metode Analisis Data

9

3. METODE

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap. Tahap pertama, tahap penelitian awal untuk mengamati pola tingkah laku harian dilakukan pada tanggal 5-6 Februari 2010 di Sea World Indonesia, Taman Impian Jaya Ancol SWI- TIJA, Jakarta. Tahap kedua, tahap pengambilan data suara dan tingkah laku dilakukan pada tanggal 19, 25-27 Februari 2010 serta 4-5 dan 11-12 Maret 2010 di SWI-TIJA, Jakarta. Tahap ketiga, tahap pengolahan data yang dilakukan pada bulan April-Januari 2010 dilakukan di Kampus IPB Dramaga.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang dibutuhkan dalam pengambilan dan pengolahan data terdapat dalam Lampiran 1. Bahan yang digunakan adalah seekor dugong yang dipelihara dalam akuarium raksasa di SWI-TIJA, Jakarta.

3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung, sedangkan data sekunder didapatkan dari studi literatur dan pihak kurator SWI. Data primer yang dikumpulkan mencakup : 1. Tingkah laku harian penelitian awal. Penelitian awal bertujuan untuk mengetahui pola harian dugong yang akan digunakan sebagai referensi dalam penelitian utama. 2. Tingkah laku dan suara dugong pada penelitian utama. 3. Pakan yang diberikan kepada dugong. 4. Morfometrik dan bobot dugong. Data sekunder yang dikumpulkan mencakup : 1. Data kualitas air yang rutin dilakukan oleh petugas kurator SWI setiap 2 minggu sekali. 2. Pola harian dugong diperoleh dengan mewawancarai kurator untuk dijadikan pedoman dalam pengamatan awal.

3.4 Metode Pengambilan Data

3.4.1 Data Primer 3.4.1.1 Pola Harian Dugong Penelitian Awal Pola harian dugong didapatkan dengan melakukan pengamatan langsung di depan akuarium dugong SWI. Pengamatan dilakukan selama 24 jam dengan beberapa kali istirahat pada tanggal 5-6 Februari 2010. Pola pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kegiatan pengamatan tingkah laku harian dugong Waktu Keterangan Waktu Keterangan 5 Februari 2010 6 Februari 2010 10.00 – 11.30 Pengamatan dan wawancara 00.00 – 01.00 Pengamatan 11.30 – 13.00 Istirahat 01.00 – 02.00 Istirahat 13.00 – 15.30 Pengamatan 02.00 – 02.30 Pengamatan 15.30 – 16.00 Istirahat 02.30 – 03.30 Istirahat 16.00 – 17.30 Pengamatan 03.30 – 04.00 Pengamatan 17.30 – 19.30 Istirahat 04.00 – 06.30 Istirahat 19.30 – 21.30 Pengamatan dan wawancara 06.30 – 08.00 Pengamatan 21.30 – 24.00 Pengamatan 08.00 – 08.30 Istirahat 08.30 – 10.00 Pengamatan Hasil dari pengamatan ini didapatkan beberapa tingkah laku dari dugong yang ditampilkan dalam sebuah ethogram dan pola tingkah laku harian dugong. Data tersebut dijadikan acuan dalam pengamatan selanjutnya yang memerlukan waktu saat dugong beraktivitas. Hal itu terjadi karena sebagian besar tingkah laku dugong di SWI digunakan untuk istirahat dan makan saja.

3.4.1.2 Data Suara dan Tingkah Laku

Tahap ini, pengambilan data suara dan tingkah laku dilakukan secara bersamaan. Hal ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara tingkah laku dan karakteristik suaranya. Pengambilan data dilakukan 2 kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari jam 06.00-jam 09.00 WIB dan malam hari jam 18.30-jam 21.00 WIB. Pemilihan waktu pengamatan ini dipilih berdasarkan hasil pengamatan awal yang diketahui pada waktu tersebut dapat mewakili seluruh tingkah laku dalam satu hari. Pengamatan dilakukan selama 7 hari dengan pola istirahat dan pengamatan secara bergilir tiap 15 menit. Pengambilan data tingkah laku dilakukan dengan menggunakan handy cam dan data sheet. Tingkah laku direkam dalam video dengan menggunakan handy cam dari bagian depan akuarium dan juga dicatat pada data sheet. Posisi pengamat tingkah laku dan perekam data suara dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Skema pengambilan data tahap 2 Pengambilan data suara menggunakan omnidirectional hydrophone, amplifier, headphone, laptop dan perangkat lunak Wavelab 6. Omnidirectional hydrophone disambungkan dengan amplifier yang dihubungkan ke laptop yang sedang mengoperasikan perangkat lunak Wavelab 6. Omnidirectional hydrophone dimasukkan ke dalam air dengan diikatkan ke sebuah tongkat hingga kedalaman sekitar 2,5 meter dan diletakkan pada tempat yang dirasa tidak dapat dijangkau oleh dugong Gambar 4. Perekaman dilakukan oleh perangkat lunak Wavelab 6. Pada tampilan utama Wavelab 6, hal pertama adalah buat dalam status monitor audio input memilih menu analysis kemudian monitor audio input. Perekaman dilakukan dengan memilih menu record pada toolbar yang ditunjukkan dengan simbol lingkaran penuh berwarna merah. Jendela menu record akan terbuka dan pilih tombol record untuk memulai perekaman. Jika perekaman selesai maka pilih tombol stop. Hasil perekaman akan tampil dan disimpan dalam bentuk . WAV. Keterangan : Pengamat Tingkah Laku Omnidirectional Hydrophone Pengambil rekaman Suara

3.4.1.3 Pakan yang Diberikan

Pakan yang diberikan merupakan tumbuhan laut yang dikenal dengan nama lamun. Lamun segar yang diberikan berasal dari Banten dan diantarkan setiap 2 hari sekali kemudian disimpan di kolam air asin dalam ruangan yang suhunya stabil untuk menjaga kualitas kesegaran dari lamun tersebut. Jenis lamun yang diberikan sebagai pakan dugong kemudian diidentifikasi di Laboratorium Kering Biologi Laut, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3.4.1.4 Morfometrik dan Bobot Dugong

Data morfometrik dan bobot dugong diperoleh ketika dilakukan pengecekan kesehatan dugong yang dilakukan berkala setiap 6 bulan. Pengecekan periode ini dilakukan pada tanggal 30 Maret 2010. Pengecekan kesehatan dilakukan oleh para kurator dan di bawah pengawasan Prof. Agik Suprayogi dari Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor FKH-IPB. Data morfometrik yang diambil mencakup, panjang total, panjang cagak, lingkar dagu, lingkar leher, lingkar dada, lingkar perut, panjang pusar, panjang genital, jarak antar lubang genital dan anus, lebar ekor.

3.4.2 Data Sekunder

Data Sekunder mencakup data kualitas air akuarium dan pola tingkah laku harian dugong. Data kualitas air akuarium didapatkan dari petugas bagian kuratorial SWI yang melakukan pengecekan tiap 2 kali seminggu Senin dan Kamis. Pola tingkah laku harian didapatkan dengan melakukan wawancara dengan petugas kurator untuk dijadikan acuan dalam pengamatan. Perilaku = Detik perilaku x 100 Total Detik Pengamatan

3.5. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini mencakup dua proses utama, pengolahan data tingkah laku dan pengolahan data suara. Lampiran 1 menunjukkan diagram alir proses pengolahan data.

3.5.1. Metode Pengolahan Data Tingkah Laku

Pengamatan awal dilakukan dengan mengamati tingakh laku dugong selama 24 jam. Hasil dari pengamatan ini berupa pola harian dari tingkah laku dugong dan definisi tingkah laku. Pola harian dimasukkan ke dalam tabel dan definisi tingkah laku dimasukkan dalam sebuah ethogram. Jenis-jenis tingkah laku yang diperoleh dari penelitian awal dijadikan acuan dalam penelitian utama. Tingkah laku dugong yang diamati meliputi, makan, bernafas, istirahat, jelajah, menggaruk, flatus dan defekasi. Penelitian utama, merekam tingkah laku dengan menggunakan handy cam. Rekaman itu kemudian diurutkan berdasarkan waktu kejadian tingkah laku yang terekam, sehingga dapat diketahui penggunaan waktu untuk melakukan satu tingkah laku. Waktu yang digunakan untuk melakukan satu tingkah laku itu kemudian dihitung persentasenya berdasarkan keseluruhan waktu pengamatan. Rumusnya adalah : ……………………..1

3.5.2. Metode Pengolahan Data AkustikSuara

Data yang diperoleh dari hasil perekaman berbentuk .WAV. Rekaman suara itu kemudian dilakukan pengurangan suara latar dan gangguan Noise Reduction dan pengurangan suara desah Hiss Reduction menggunakan perangkat lunak Cool Edit Pro 2.1. Rekaman suara yang telah dikurangi suara gangguan dan suara desahnya kemudian dipotong sesuai dengan ditemukannya suara dugong. Potongan suara itu kemudian dikonversi menjadi data numerik dengan menggunakan FFT analysis pada perangkat lunak Wavelab 6. Data numerik disimpan dalam bentuk .txt. Data numerik tersebut kemudian diolah menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel. Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam grafik sebaran frekuensi suara dengan menggunakan MATLAB. Informasi yang didapatkan berupa rentang frekuensi yang digunakan, intensitas suara dan lama terjadinya suara. Berdasarkan informasi tersebut, dilakukan klasifikasi tipe suara. 1 Pengurangan Suara Latar dan Gangguan Suara latar dan gangguan disebabkan adanya suara mesin pompa air, suara aliran air masuk dan suara lainnya. Suara ini dihilangkan dengan menggunakan perangkat lunak Cool Edit Pro 2.1. Proses diawali dengan membuka data suara yang berekstensi .WAV. Semua data yang tampil di waveform view disorot. Pilih menu effect kemudian pilih Noise Reduction. Tampilan menu Noise Reduction yang tampil, pilih get profile from selection. Hilangkan titik warna kuning yang tampil pada jendela profil suara dengan cara mengatur noise reduction level. Pengaturan untuk noise reduction menggunakan pengaturan standar yang disiapkan perangkat lunak Cool Edit Pro 2.1. Tampilan pengaturan standar noise reduction dapat dilihat pada Lampiran 3. 2 Pengurangan Suara Desah Suara yang telah dikurangi suara latar dan gangguannya kemudian dilakukan pengurangan suara desah hiss reduction untuk semakin memperjelas suara utamanya. Proses ini menggunakan perangkat lunak Cool Edit Pro 2.1. Tampilan hasil dari noise reduction disorot kemudian pilih menu effect kemudian noise reduction dengan sub menu hiss reduction. Menu hiss reduction yang tampil, kemudian pilih tombol dengan tulisan get noise floor. Noise floor adjust diatur untuk mendapatkan suara yang paling jelas dan keras. Pengaturan untuk hiss reduction menggunakan pengaturan standar yang disiapkan perangkat lunak Cool Edit Pro 2.1. Tampilan pengaturan standar hiss reduction dapat dilihat pada Lampiran 3. 3 Pemotongan Data Suara Rekaman suara yang telah selesai melalui proses noise reduction dan hiss reduction kemudian dilakukan pemotongan suara sesuai dengan suara yang ditemukan. Proses pemotongan suara ini diawali dengan mendengarkan semua rekaman. Jika ditemukan suara yang dimaksud maka suara tersebut dipotong sesuai dengan lamanya waktu suaranya. Proses ini menggunakan perangkat lunak Wavelab 6. Suara yang ditemukan disorot kemudian copy dan paste pada sheet baru. 4 Analisis Fast Fourier Transform FFT Menurut Nordmark 2005, Analisis FFT digunakan untuk menunjukkan grafik frekuensi yang berkelanjutan, dengan sangat tepat dan detail frekuensi real- time. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Wavelab 6. Analisis FFT digunakan untuk file hasil pemotongan suara. File potongan suara disorot. Menu yang digunakan adalah analysis, kemudian spectrum analyser FFT dan akan memunculkan jendela menu FFT meter. Jendela menu FFT meter yang tampil akan memperlihatkan grafik frekuensi secara real-time. Percobaan kali ini diambil grafik tiap 20 ms sepanjang data. Kursor diarahkan ke bagian yang dituju pada wave sheet. Grafik yang didapatkan kemudian dikonversi menjadi data numerik dengan menggunakan menu option dan export FFT data as ASCII pada FFT meter. Data numerik yang didapatkan berekstensi .txt. Data ini kemudian diolah menggunakan perangkat Microsoft Excel dan MATLAB untuk mendapatkan grafik sebaran frekuensi suara. Sebaran frekuensi suara yang ditemukan menjadi acuan dalam klasifikasi jenis suara.

3.5. Metode Analisis Data

Uji nilai tengah berpasangan digunakan untuk melihat dominasi tingkah laku dugong yang diamati. Menurut Walpole 1997, Uji nilai tengah berpasangan menggunakan rumus: ……………………………………..2 v = n-1; α = 0,05 Wilayah kritik : t - t α dan t t α atau p- value α Hipotesis : Ho : variabel 1 = variabel 2 H 1 : variabel 1 ≠ variabel 2 Uji nilai tengah berpasangan ini dilakukan dengan menggunakan software MINITAB. Untuk melakukan uji ini digunakan menu basic statistic kemudian pilih paired t-test. Variabel yang digunakan adalah dua tingkah laku yang memiliki nilai persentase terbesar. n s d hit d d t    18

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Tempat dan Obyek Penelitian

Pengambilan data suara dan pengamatan dilakukan di sebuah akuarium besar yang dimiliki oleh PT. Sea World Indonesia. Sea World Indonesia SWI berada di dalam Taman Impian Jaya Ancol TIJA, Jakarta. SWI merupakan tempat wisata yang menerapkan konsep “Wisata Didik”. Konsep tersebut diturunkan dalam 3 misi: Pendidikan, Konservasi dan Rekreasi. Sesuai dengan salah satu misi dari SWI yaitu Konservasi, maka SWI melakukan penangkaran biota-biota laut yang terancam punah salah satunya adalah dugong. Hal ini dilakukan dengan upaya pelestarian dari biota tersebut dan pendidikan konservasi kepada masyarakat. Pendidikan konservasi tersebut berupa penjelasan kepada pengunjung SWI mengenai profil biota, status biota dan upaya konservasinya. Dugong hidup dalam sebuah akuarium besar berbentuk lingkaran. Akuarium memiliki diameter 10 meter dengan 2 kedalaman, yaitu 2 m untuk bagian belakang dan 5 meter untuk bagian depan. Bagian belakang yang lebih dangkal merupakan tempat untuk istirahat bagi dugong dan lebih tertutup sehingga lebih gelap dibandingkan bagian depan. Visualisasi 3 dimensi dari akuarium dapat dilihat pada Gambar 5.